Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Behavioral adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John
B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam
bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang
tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini
lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku
saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan
teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan (Rakhmat, 1994:21). Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi
yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh
Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis
yang berbicara tentang alam bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin
menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan
diramalkan.
Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan
behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah
laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di
kembangkan oleh Albert Ellis belajar social. Di samping itu, individu juga
memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini
bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke
pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.
Penulis memilih REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai
bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para
mahasiswa untuk berfikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari
konseling.

1
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan behavioral ?
2. Bagaimana pendekatan rebt ?

3.Tujuan
1. Untuk mengentahui pendekatan-pendekatan behavioral
2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan rebt

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pendekatan Behavioral dan pendekatan REBT


Pendekatan Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam
bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang
tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini
lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku
saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan
teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan ( Rakhmat, 1994:21)

HAKIKAT MANUSIA
Menurut Corey (2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak
menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung.
Setiap manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan
negative yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh
lingkungan social budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENDEKATAN BEHAVIOR


Adapun beberapa prinsip dalam pendekatan behavior, yakni sebagai berikut:
2. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan Agar klien
terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya
mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan
nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
3. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
4. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terham-batnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan

3
5. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau
model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung)
6. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang
diinginkan dengan sistem kontrak.

TAHAP-TAHAP KONSELING
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya
proses belajar tersebut. Deskripsi langkah-langkah konseling sebagai berikut :
1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika
perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan
kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal,
tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong
klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau
teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin
diubah.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor
dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
1) Apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan
klien.
2) Apakah tujuan itu realistic
3) Kemungkinan manfaatnya.
4) Kemungkinan kerugiannya

4
5) Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling
dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbang
kan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik
konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah
kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil
sesuai dengan tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

TEKNIK-TEKNIK KONSELING DALAM PENDEKATAN BEHAVIOR


Konseling behavioral memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan
untuk melakukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
Berikut beberapa teknik spesifik yang disampaikan para ahli:
1. Latipun (2008: 141-144), menyatakan terdapat beberapa teknik spesifik
dalam konseling behavior, yakni sebagai berikut:
a. Desensitisasi sistematis, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk
menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya berupa
kecemasan, dan ia menyertakan respon berlawanan dengan perilaku yang
akan dihilangkan.
b. Terapi impolsif, dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang
yang secara berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil
kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak
muncul, maka kecemasan akan menghilang.
c. Latihan perilaku asertif, latihan asertif digunakan untuk melatih individu
yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
adalah layak atau benar.
d. Pengkondisian aversi, dilakukan untuk meredakan perilaku simptopatik
dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan

5
(menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut
terhambat kemunculannya.
e. Pembentukan perilaku model, digunakan untuk: (1) membentuk perilaku
baru klien, (2) memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
f. Kontrak perilaku, didasarkan atas pandangan bahwa membantu klien
untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh
ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Teknik- teknik konseling behavioral (krumbolt dan Thoresen dalam willis)
2. Desensitisasi sistematik (systematic desensitization)
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua
perilaku neurotic adalah eksperesi dari kecemasan .
3. Assertive training
Merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik beratkan pada
kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam
menyatakannya .
4. Aversion therapy
Teknik bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat
perilaku positif .
5. Home-work
Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri
situasi tertentu .

KETERAMPILAN DASAR KONSELING YANG MENONJOL DALAM


PENDEKATAN BEHAVIOR
Identifikasi Keterampilan Dasar Konseling yang digunakan dalam
pendekatan Behavioral, antara lain sebagai berikut:
1. Opening
Mutlak digunakan untuk menyambut dan dalam pembinaan hubungan
baik. Keterampilan ini dilaksanakan diawal pertemuan supaya suasana kondusif
tercapai sehingga klien mersakan bebas dalam berekspresi tentang apa yang ada
dalam pikiran dan perasaannya. Didalam banyak kasus yang terjadi di praktik,

6
konselor dalam membina rapport kurang efisien, sehingga pencapaian hubungan
awal yang baik belum tercapai secara tuntas. Topic netral sebagai salah satu
pembinaan rapport yang bagus, kadang diisi dengan suasana pembicaraan yang
sangat formal. Kebanyakan dari klien merasakan kurang bebas dalam berekspresi
dikarenakan opening yang kurang efektif.
2. Acceptance
Menurut Supriyo (2006:23), Acceptance merupakan teknik penerimaan
yang digunakan oleh konselor untuk menunnjukkan mnat dan pemahaman
terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Disini seorang konselor dituntut untuk
memberikan respon secara tepat mengenai apa yang sedang dirasakan oleh klien.
3. Lead
Merupakan ketrampilan untuk mengarahkan pembicaraan yang meluas
menjadi lebih mengkerucut, sehingga konselor bisa mengidentifikasi sumber
masalah bisa tepat. Seringkali terjadi klien bercerita dari satu cerita langsung
loncat kecerita lain. Disinilah ketrampilan lead digunakan. Selain itu juga
berkaitan dengan sifat pendekatan behavior yaitu directive.
Ada dua jenis lead yang bisa digunakan oleh konselor, yaitu lead umum
dan lead khusus.
a. Lead Umum
Menurut supriyo (2006;30) mengatakan bahwa lead umum merupakan
teknik pengarahan yang memberikan kesempatan kepada klien untuk bebas
mengelaborasi, mengeksplorasi, atau memberikan reaksi dari berbagai
kemungkinan sesuai dengan keinginan klien
b. Lead Khusus
Supriyo (2006;30) berpendapat bahwa teknik lead khusus adalah suatu
keterampilan pengarahan kepada klien untuk membrikan suatu jawaban tertentu,

2. pendekatan Rebt
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam konseling rebt (corey,2005 )
1.metode kognitif
2. metode emotif

7
3.metode perilaku
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan
bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah
laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence
(C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar
individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau
sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi
masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu
keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara
berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana
itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan
ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan
keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat
atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi
dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional
ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable
antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Proses Berfikir.
Menurut pandangan REBT individu memiliki tiga tingkatan berfikir yaitu
berfikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti, mengadakan
penilaian terhadap fakta dan bukti, dan keyakinan terhadap proses bukti-bukti dan
evaluasi (Froggatt, 2005). Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber

8
terjadinya masalah-masalah emosional adalah evaluative belief yang dikenal
dengan istilah REBT adalah Irasional bilief yang dapat dikategorikan menjadi
empat yaitu:
 Demamds (Tuntutan) adalah tuntutan atau Ekspekstasi yang tidak realitas
dan absolute terhadap kejadian atau individu yang dapat dikenal dengan
kata-kata seperti harus, sebaiknya dan lebih baik.
 Awfulishing adalah cara melebih-lebihkan konsekuensi negative dari suatu
situasi sampai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak
menguntungkan menjadi kejadian yang sangat menyakitkan.
 Low Frustation Tolerance (LFT) adalah kelanjuta dari tuntutan yang selalu
berada dalam kondisi nyaman dan merefleksikan ketidak toleransian
terhadao ketidak nyamanan.
 Global Evaluations of human worth, yaitu menilai keberhargaan diri
sendiri dan orang lain. Hal ini bernakma bahwa individu dapat diberi
peringkat yang berimplikasi bahwa pada asumsi bebera orang lebih buruk
atau tidak berharga dari yang lain (Wallen, 1992).
Selanjutnya, Ellis membagi fikiran individu dalam tiga tingkatan. yaitu:
1. Dingin (Cool), Pikiran dingin adalah pikiran yang bersifat deskriptif
sendiri dan mengandung sedikit emosi. . Pikiran yang hangat (Warm),
adalah pikiran yang mengarah pada satu preferensi atau keyakinan
rasional, pikiran ini mengandung unsure evaluasi yang mempengaruhi
pembentukan perasaan.
2. Pikiran yang hangat (Warm), adalah pikiran yang mengarah pada satu
preferensi atau keyakinan rasional, pikiran ini mengandung unsure
evaluasi yang mempengaruhi pembentukan perasaan.
3. Pikiran yang mengandung unsur evaluasi yang tinggi dan penuh dengan
perasaan (Nelson-Jones, 1995).

Tingkah Asumsi Laku Bermasalah


Dalam gantina dkk, Nelson Jones, 1995 mengatakan manusia dipandang
memiliki tiga tujuan fundamental, yaitu: Untuk bertahan hidup, untuk bebas dari

9
kesakitan, dan untuk mencapai kepuasan. Rasional Emotive behaviore Therapy
(REBT) juga berpendapat bahwa individu adalah hidonistik yaitu kesenangan dan
bertahan hidup adalah tujuan pertama hidup. Hedonisme dapat diartikan sebagai
pencarian kenikmatan dan menghindari kesakitan. Bentuk hedonisme khusus yang
membutuhkan perhatian adalah penghindaran terhadap kesakitan dan
ketidaknyamanan. Dalam Gantina dkk, Wallen mengatakan Dalam REBT hal ini
menghasilkan low frustration tolerance (LFT). Individu yang memiliki LFT
terrlihat dari pernyataan-pernyataannya verbal seperti: Ini terlalu berat, saya pasti
tidak mampu, ini menakutkan, saya tidak bisa menjalani ini.
Dalam Gantina dkk, Gladding, 1992 mengatakan Ellis mengidentifikasi
sebelah keyakinan irasional individu yang dapat mengakibatkan masalah yaitu:
 Dicintai dan setujui oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat esensial
 untuk menjadi orang yang berharga individu harus kompeten dan
mencapai setiap usahanya.
 Orang yang tidak bermoral, criminal dan nakal merupakan pihak yang
harus disalahkan.
 hal yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila sebagala sesuatu tidak
terjadi seperti yang saya harapkan.
 ketidak bahagiaan merupakan hasil dari pristiwa eksternal yang tidak
dapat dikontrol oleh diri sendiri.
 sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu
diingat dalam fikiran.
 lari dari kesulitan dan tanggung jawab dari pada menghadapinya.
 seseoramg harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus
memiliki seseorang yang lebih kuat yang dapat menjadi tempat bersandar.
 masa lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak bisa diubah.
 individu bertanggaung jawab atas masalah dan kesulitan yang dialami oleh
orang lain.
 selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masaslah. Dengan demikian,
kegagalan mendapatkan jawaban yang benar merupakan bencana.

10
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia
keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal,
penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi.
Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian
yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif
terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik
utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa
keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-
kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang
langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara
berpikir yang irrasional.
Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
1. Tidak dapat dibuktikan
2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka)
yang sebenarnya tidak perlu
3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:
1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara
kenyatan dan imajinasi
2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional
yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
1. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak,
jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan
dihukum

11
2. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau
tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
3. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari
pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
4. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal
dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali
untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut
5. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap
kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku
individu pada saat sekarang
6. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk
merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural\
7. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan
oleh orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia
memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian”
semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-
pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang
biasanya diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional:
1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang
tidak berguna”
2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka
akan menderita”
3. Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

12
III. PENUTUP

1. Kesimpulan
Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah
pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan,
tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy
(REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandanagan
dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi
untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di
samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk
berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah
pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.
Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah
terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan
memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan
penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur
kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam proses pembuatan makalah

13
DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey (2009), Teori dan Praktek Konseling & Terapi, Bandung: Refika
Aditama

Muhammad Surya (2003), Teori-Teori Konseling, Bandung: C.V Pustaka Bani


Quraisy.

Muhammad Surya (1994), Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Bandung: Bhakti


Winaya.

Amirah Diniaty (2009), Teori-Teori Konseling, Pekanbaru: Daulat Riau.

Gantina komalasari, Dkk. (2011). Teori Teknik Konseling, Jakarta: Indeks.

14

Anda mungkin juga menyukai