Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

GAMBARAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Oleh :
ULFI IDUL FITRI
B-140292

YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA


AKADEMI KEBIDANAN MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat

ini. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, angka

kematian bayi Indonesia tercatat 16,3 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2008,

ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila

dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN. Penyebab kematian bayi

terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal

sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) (Nurfi

laila, 2012).

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang

belum cukup bulan (prematur) di samping itu juga disebabkan dismaturitas.

Artinya belum cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)

lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya, yaitu tidak mencapai 2.500

gram (Atikah proverawati & cahyo isnawati, 2010).

Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi berusia

dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Kematian bayi

adalah kematian di Indonesia masih tinggi dibandingkan Negara berkembang

lainya, penyebab neonatal yang tinggi Indonesia adalah BBLR dan prematur.
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.

BBLR dibedakan dalam dua kategori yaitu karena prematur (usia kandungan dari

37 minggu) atau karena intra uterin growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup

bilan tapi berat badanya <2500 gram. Kejadian BBLR di Negara berkembang

paling banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia,

malaria dan menderita penyakit menular seks (PMS) sebelum kontrasepsi atau

pada saat hamil (Rahmi, 2013).

Menurut World Healt Organization (WHO), mengganti istilah bayi

premature dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), karena didasari tidak semua

bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi

premature. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badannya kurang dari

2500 gram (Krisdayanasari, 2012).

BBLR Adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram

tampa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10

dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut prematur.

Pembagian menurut berat badan ini sangat medah tetapi tidak memuaskan.

Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada

neonates tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat

maturitas bayi itu sendiri.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonates dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut

prematur. (Maryati D, 2011).

Menurut UNICEF menyebutkan angka BBLR di Indonesia adalah sekitar

11,1 % pada tahun 2011, termasuk jika dibandingkan angka BBLR di Negara

tetangga seperti Vietnam (5,3 %) dan Thailand (6,6 %). Pada tahun 2013 angka

BBLR di Indonesia memang sedikit menurun, yaitu mencapai 10,2 % dengan

prevalensi tertinggi di tempati oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (19,2 %) dan

terendah di provinsi sumatera barat (6 %). Sementara itu angka BBLR di provinsi

jawa timur peningkatan signifikan, yaitu (10 %) di tahun 2010 menjadi 11 % pada

tahun 2011 (Online id Theasianparent.com).

Menurut data dari Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2013, tercatat jumlah bayi 3.370 (2,35 %). Dan pada tahun 2012 bayi baru lahir

hidup sekitar 1.045.115, laki-laki 60.422 dan perempuan 64.994. BBLR sebanyak

4.284 bayi laki-laki 1.783 (3,13 %), dan bayi perempuan 1.865 (3,7 %). Jumlah

BBLR terendah di kapupaten tanah toraja sebanyak 33 kasus, dengan jumlah

lahir hidup 2.972 (1,11 %) sedangkan BBLR tertinggi terjadi di kota Makassar

sebanyak 473 kasus dengan jumlah lahir hidup 21.034 (1,79 %), (Profil Dinkes

Provinsi Sulawesi Selatan, 2013). Dari Bagian pencatatan dan pelaporan di Rs.

Labuan Baji Kota Makassar tahun 2016 di dapatkan 145 jumlah kelahiran ini di

dapatka bayi yang mengalami bayi berat lahir rendah.

Terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak lepas dari keadaan ibu

pada masa kehamilan dimana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Faktor- faktor penyebab berupa faktor ibu pada waktu hamil antara lain umur ibu,
paritas, gizi ibu dan keadaan social ekonomi. Faktor kehamilan meliputi hamil

dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan ante partum ( placenta previa dan

solusio placenta), komplikasi hamil seperti pre eklamsia/eklamsia, ketuban pecah

dini. Faktor janin seperti cacat bawaan dan infeksi dalam rahim.

Berdasarkan kasus diatas dimana masih tingginya angka kejadian BBLR,

sehingga penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Kejadian BBLR di Rs. Labuan Baji Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Gambaran Kejadian BBLR Di Rs.

Labuan Baji Kota Makassar”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran Kejadian BBLR Di Rs. Labuan Baji Kota

Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kejadian BBLR berdasarkan umur ibu Di Rs.

Labuan Baji Kota Makassar.

b. Diketahuinya gambaran kejadian BBLR berdasarkan paritas Di Rs.

Labuan Baji Kota Makassar.

c. Diketahuinya gambaran kejadian BBLR berdasarkan sosial ekonomi Di

Rs. Labuan Baji Kota Makassar.


D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor

penyebab bayi berat lahir rendah

b. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dan bhan bacaan bagi

penelitian berikutnya.

c. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap

penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program

kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah

(BBLR)

d. Manfaat peneliti

Bagi penulis sendiri merupakan pengalaman berharga dalam

mengaplikasikan ilmu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah

Berikut ini akan di kemukakan konsep dasar medis tentang Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) sebagai berikut:

1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah

a. World Health Organization (WHO)

Premature dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), karena didasari tidak

semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir

bukan bayi premature. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat

badannya kurang dari 2500 gram (krisdayanasari,2012).

b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram (anik proferawati, 2012)

c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499 gram)

(Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, hal 242).

2. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:

a. Menurut harapan hidupnya:

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berat lahir 1500-2400 gram


2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram

3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000

gram

b. Menurut Masa Gestasinya:

1) Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau

biasa di sebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB-SMK)

2) Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intra uterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (KMK) (Atikah proverawati,SKM,MPH. Tahun 2010).

3. Manifestasi Klinis BBLR

Secara umum, gambaran klinis dari BBLR adalah sebagai berikut:

(Sumber Atika Proverawati,SKM, MPH. Tahun 2010).

a. Berat kurang dari 2500 gram

b. Panjang kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

e. Kepala lebih besar

f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, dan lemak kurang.

g. Otot hipotonik lemah

h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apneu


i. Ekstremitas: paha abdukasi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

j. Kepala tidak mampu tegak

k. Pernapasan 40-50 kali/menit

l. Nadi 100-140 kali/menit

4. Diagnosis BBLR

Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal-hal yang harus di

perhatikan adalah tersebut di bawah ini.

a. Perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

b. Penilaian secara klinis: Berat badan, panjang badan, lingkar dada dan

lingkar kepala

5. Etiologi

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia berat, perdarah

ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi

selama masa kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS.

2) Ibu

a) Angka kejadian preematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Kehamilan ganda (multi grafid).


c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun).

d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

b) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.

c) Pengawasan antenatal yang kurang.

d) Keadaan gizi yang kurang baik.

e) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari pernikahan yang

tidak sah, ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi

yang lahir dari perkawinan yang sah.

4) Sebab lain

a) Ibu perokok

b) Ibu peminum alkohol

c) Ibu pecandu narkotika

d) Penggunaan obat anti metabolic

b. Faktor janin

1) Kelainan kromosom (trysomyaotsomal)

2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomigali, rubella bawaan)

3) Disautonomia familial

4) Kehamilan ganda atau kembar (gemeli)

5) Aplasia pancreas

c. Faktor plasenta
1) Luas permukaan berkurang

2) Plasenta yang terlepas

3) Tumor (korioangioma dan molahidatidosa)

4) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)

5) Infark

d. Faktor Lingkungan

1) Bertempat tinggal di dataran tinggi

2) Terkena radiasi

3) Terpapar zat beracun

(Atikah proverawati,SKM,MPH. Tahun 2012).

6. Penatalaksanaan Pada BBLR

a. Pemberian ASI

Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena:

1) ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin,

zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan

oligosakkarida.

2) ASI mempunyai factor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk

memacu motilitas usus perlindungan terhadap penyakit.

3) Dari segi psikologik, pemberian ASI dapat meningkatkan kasih saying

antara bayi dan ibu.

4) Bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi

organya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit


sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh

kembang yang optimal bagi bayi.

b. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1:

1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,

umur 3-10 hari , dan 4-6 minggu).

(Ika Panitiawati Tahun 2010).

7. Komplikasi BBLR

a. Hipotermi

Dalam kandungan, bayi berada dalam kandungan suhu lingkungan yang

normal dan stabil yaitu 360 c sampai dengan 37𝑜 c. Segera setelah lahir

bayi di harapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perubahan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas

sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya system saraf

pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relative lebih besar di

banding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula daraf pada 12 jam pertama menunjukan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa


merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa

yang di ambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena

terputusnya hubungan plesenta dan janin menyebabkan trehentinya

pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah

50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir

rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini di sebabkan cadangan glikogen

yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan

atau kurang dari 20 mg/dL.

c. Perdarahan Intracranial

Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks

germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan yang sangat

rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. ( Ika

Pantiawati Tahun 2010 ).

B. Tinjauan Umum Tentang Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Dengan

Kejadian Bayi BBLR

1. Umur Ibu

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih


dipercaya di bandingkan dengan orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (A. Wawan,

2010).

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

beresiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil

harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswan,2006 dalam

Primadona, 2012). Menurut (Sukrisno, 2010 dalam Primadona, 2012) wanita

hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun

pertumbuhan dan perkembangan janin. Para ilmuwan dari Royal College Of

Obstetricians dan Gynecologists, dilansir Genius Beauty (2009) mengatakan

bahwa usia terbaik untuk kehamilan adalah 20 hingga 35 tahun. Murphy

(2005) dalam Primadona, 2012) menyatakan risiko keguguran spontan

tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah 30 tahun.

Kehamilan pada masa remaja menimbulkan tantangan tersendiri bagi

remaja itu sendiri dan bagi janin yang di kandungnya yang berhubungan

dengan meningkatnya resiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran

perinatal yang buruk seperti preeklamsia, berat lahir janin rendah dan

prematuritas. Sekitar 65% kehamilan pada usia remaja mengalami berbagai

masalah obstetric yang berbahaya. Kehamilan pada usia remaja mengalami

berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena kebutuhan zat

gizi, pada masa tumbuh kembang remaja sangat dibutuhkan oleh tubuhnya

sendiri, selain itu perkembangan fisik juga belum sempurna termasuk organ
reproduksi. Pertumbuhan linier pada ummnya baru selesai pada usia 16

sampai 18 tahun dan dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga

panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linier terjadi. Pertumbuhan

linear belum sempurna sampai usia 12 tahun, dan masa tulang maksimal

belum tercapai hingga usia 25 tahun, sementara perkembangan rongga

panggul baru maksimal setelah titik pertumbuhan tinggi badan telah berhenti

antara 18 tahun sampai usia 22 tahun. Sacara psikologis dan biologis,

seseorang matang bereproduksi dan bertanggung jawab sebagai ibu antar

usia 20 sampai 30 tahun (Simbolon D, 2013)

Kehamilan dan persalinan membawa resiko morbiditas dan mortalitas

yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah

berusia 20 tahun, terutama di wilayah dimana pelayanan medis sangat

langkah atau tidak tersedia. Remaja remaja putri yang berusia kurang dari 18

tahun mempunyai 2 sampai 5 kali resiko kematian (maternal mortality)

dibandingkan dengan perempuan yang berusi 18 – 25 tahun akibat

persalinan dan persalina macet, perdarahan maupun factor lain.

Kegawatdaruratan yang berkaitan dengan kehamilan, misalnya hipertensi

dan anemia juga lebih sering terjadi pada ibu-ibu berusia remaja, terutama

pada daerah dimana kekurangan gizi merupakan endemis. Kematian

neonatal sekitar 50 – 100% lebih sering terjadi jika ibu adalah seorang remaja

dibandingkan yang lebih tua, semakin muda umur ibu semakin tinggi

resikonya. Tingginya kelahiran prematur, BBLR, dan asfiksia lebih tinggi pada

kehamilan pada usia remaja yang berdampak pada peningkatan kematian


dan masalh kesehatan masa depan bayi. Penelitian di Amerika Serikat

menemukan rata-rata berat lahir bayi yang lahir dari ibu berusia remaja lebih

rendah dibandingkan dengan ibu berusia diatas 20 tahun. Semakin muda

usia remaja saat hamil semakin rendah berat lahir bayinya. Kejadian BBLR

(<2.500 gram) pada ibu usia remaja kurang dari 20 tahun (13,52%) lebih

tinggi dibandingkan dengan kejadian BBLR pada ibu diatas 20 tahun (6,26%)

(Simbolon D, 2013).

Wanita berusia kurang dari 20 tahun lebih besar kemungkinannya untuk

melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari normal dan meninggal

sebelum usia 1 tahun daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu berusia 20 -35

tahun. Demikian pula umur ibu diatas 35 tahun cenderung melahirkan bayi

dengan beresiko berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 4 – 5 kali (Hasan

R, 2015 dalam Jurnal Media Kebidanan Poltekes Makassar, 2010). Factor ibu

lainnya yakni paritas pertama dan terlalu sering melahirkan memberi

kontribusi penting untuk terjadinya BBLR (Husaini, 2016 dalam Jurnal Media

Kebidanan Poltekes Makassar, 2010).

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan 22 minggu

atau lebih (bayi tunggal atau kembar dianggap telah mampu bertahan hidup

di luar kandungan) yang pernah dialami ibu, dengan kata lain paritas adalah

banyaknya bayi yang dilahirkan oelh seorang ibu baik dalam keadaan hidup

atau lahir mati (Manuaba, 2007 dalam Ridwan, 2014).


a. Nullipara : Golongan ibu denga paritas 0 (wanita yang belum

pernah melahirkan bayi)

b. Primipara : Golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah

pernah melahirkan seebanyak 1 kali)

c. Multipara : Golongan ibu dengan paritas 2 – 5 (ibu yang telah

pernah melahirkan bayi sebanyak 2 hingga 2 kali)

d. Grande Multipara : Golongan ibu dengan paritas >5 (ibu yang telah

pernah melahirkan bayi sebanyak lebih dari 5 kali).

Paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang

dapat menyebabkan resiko kehamilan dan kelahiran premature, semakin

banyak jumlah kelahiran yang di alami oleh ibu semakin tinggi resiko untuk

mengalami komplikasi, hal ini dapat di terangkan bahwa setiap kehamilan

yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan uterus dalam

hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan sirkulasi nutrisi ke janin

(Wiknjosastro, 2005 dalam Ridwan, 2014).

Seorang wanita yang mengalami kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih,

lebih mungkin mengalami :

a. Kontraksi yang lemah pada saat persalinan ( karena otot rahimnya lemah)

b. Perdarahan setelah persalinan

c. Persalinan yang cepat, yang biasa menyebabkan meningkatnya resiko

perdarah vagina yang berat

d. Plasenta previa (plasenta letak rendah)


Laporan Institute Medicine 2004, ibu dengan paritas tinggi (melahirkan

lebih dari 3 kali cenderung mengalami komplikasi dalam kehamilan yang

akhirnya berpengaruh pada akhir persalinan, bahkan dapat menyebabkan

persalinan premature dan abortus. Pada ibu dengan paritas lebih dari 3

kali, resiko anak untuk mengalami persalinan premature lebih tinggi, hal

ini disebabkan kehamilan yang berulang (paritas tinggi) akan membuat

uterus menjadi renggang sehingga dapat menyebabkan kelainan letak

janin dalam plasenta yang akhirnya akan berpengaruh buruk pada proses

persalinan serta kemampuan untuk mengedan pada saat melahirakn

sudah mulai berkurang sejalan dengan usia ibu itu sendiri (Ridwan, 2014).

3. Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain income, pendidikan, pekerjaan, kepemimpinan dalam rumah

tangga serta perbedaan gender dan hubungan serta peran dalam rumah

tangga. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap

pemenuhan kebutuhan nutrisi selama kehamilan terutama kuantitas dan

kualitas makanan yang di konsumsi ibu. Bila sosial ekonomi baik maka

akan mampu mendukung kebutuhan nutrisi bagi janin. Sebaliknya pada

tingkat sosial ekonomi rendah akan mengalami hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi selama kehamilan, hal ini akan beresiko

terjadinya outcome kehamilan yang kurang baik. Dengan demikian sosial

ekonomi merupakan factor penting tetapi tidak secara langsung

berhubungan dengan outcome kehamilan karena sosial ekonomi lebih


mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pemunuhan kebutuhan

nutrisi terutama selama kehamilan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan (Ridwan, 2014).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

1. Umur Ibu

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang dewasa lebih dipercaya di bandingkan dengan

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman

dan kematangan jiwa (A. Wawan, 2010).

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan 22 minggu

atau lebih (bayi tunggal atau kembar dianggap telah mampu bertahan hidup di

luar kandungan) yang pernah dialami ibu, dengan kata lain paritas adalah

banyaknya bayi yang dilahirkan oelh seorang ibu baik dalam keadaan hidup atau

lahir mati (Manuaba, 2007 dalam Ridwan, 2014).

3. Status Ekonomi

sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pemunuhan

kebutuhan nutrisi terutama selama kehamilan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan (Ridwan, 2014).


B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan - hubungan antara konsep yang satu dengan

yang lainnya dari masalah yang di teliti sesuai dengan yang di uraikan pada tinjauan

pustaka (notoatmodjo, 2012). Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai maka

diperlukan kerangka konsep yang akan menggambarkan penelitian dimana yang

menjadi variabel dependen adalah variabel terikat yaitu BBLR dan variabel

independen adalah variabel bebas yaitu Umur ibu, Paritas, Sosial ekonomi.

Kerangka konsep dapat dilihat pada diagram berikut ini:

3.1 bagan kerangka konsep penelitian

Variabel independen variabel dependen

Umur Ibu

Paritas BBLR

Sosial Ekonomi

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis penghubung antar variabel


C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Variabel Independen
1) Umur ibu
Pengertian : Umur ibu saat melahirkan bayi
Cara ukur : Data dari Rekam Medik
Kriteria Obyektif : a. Resiko Tinggi : Bila Umur Ibu <20 tahun dan >35
tahun

b. Resiko Rendah : Bila Umur Ibu 20 - 35 tahun

2) Paritas
Pengertian : Jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu baik
hidup maupun mati.
Cara ukur : Data dari Rekam Medik
Kriteria Obyektif : a. Resiko Tinggi : Bila jumlah anak > 3 orang

b. Resiko Rendah : Bila jumlah anak ≤ 3 orang

3) Sosial Ekonomi
Pengertian : Tingkat pendapatan keluarga perbulan berdasarkan upah
minimum provinsi (UMP).
Cara ukur : Data dari Rekam Medik
Kriteria Obyektif : a. Tinggi : Jika pendapatan keluarga perbulan ≥
Rp. 2.000.000

b. Rendah : Jika pendapatan keluarga perbulan ≤


Rp. 2.000.000

2. Variabel Dependen

1) BBLR
Pengertian : bayi baru lahir dengan berat badannya kurang dari 2500
gram

Cara Ukur : Data dari Rekam Medik

Kriteria Obyektif : a. BBLR : Jika berat lahir bayi < 2.500 – 1.500 gram

b. BBLSR : Jika berat lahir bayi < 1.500 – 1.000 gram


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan Kejadian BBLR Di Rs.

Labuan Baji Kota Makassar.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rs. Labuan Baji Kota Makassar.

2. Waktu penelitian

Dilakukan pada tanggal 07 juni 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

melahirkan pada tahun 2016 di Rs. Labuan Baji Kota Makassar yang berjumblah

675 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili semua populasi

(Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang
melahirkan dengan kejadian BBLR sebanyak 30 ibu yang tercatat di Rs Labuan

Baji

D. Cara Pengumpulan dan Pengelola Data

1. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah di ambil dari catatan Rekam Medik yang

merupakan data sekunder dengan melihat status ibu yang melahirkan dangan

kejadia BBLR pada tahun 2016 di Rs. Labuan Baji Kota Makassar.

2. Pengolahan Data

Pengelolahan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan

kalkulator dan di sajikan dalam benteuk tabel di sertai keterangan.

E. Teknik Analisa Data

Data dianalisa dalam bentuk presentase dengan rumus :

𝑓
𝑃=
𝑛 𝑥 100 %

Keterangan :

P : Presentase yang dicari

f : Frekuensi atau variabel yang diteliti

n : Jumblah sampel
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk memengetahui gambaran kejadian

BBLR di Rs Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017. Variabel yang diteliti

adalah umur ibu, paritas, sosial ekonomi, dan BBLR. Populasi sekaligus sampel

penelitian sebanyak 30 ibu yang melahirkan dengan kejadian BBLR, dari 361 ibu

yang melahirkan di Rs. Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017, yang memiliki

data lengkap mengenai usia ibu, paritas, dan sosial ekonomi.

Penelitian dilaksananakan di Rs. Labuan Baji Kota Makassar pada

tanggal 07 juni 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan

status ibu yang melahirkan dengan kejadian BBLR dibagian Rekam Medis. Hasil

penelitian yang diperoleh disajikan dengan menggunakan tabel distribusi.


Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh :

a. Umur Ibu

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu

Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017

NO Umur Jumlah

n Presentase

1 Resiko Tinggi 19 63,3 %

2 Resiko Rendah 11 36,7%

Total 30 100%

Sumber : Data Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu,

terdapat sebagian besar ibu yang memiliki umur yang beresiko tinggi

sebanyak 19 (63,3 %) orang dan yang beresiko rendah sebanyak 11

(36,7%) orang.
b. Paritas

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu

Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017

NO Paritas Jumlah

N Presentase

1 Resiko Tinggi 21 70%

2 Resiko Rendah 9 30%

Total 30 100%

Sumber : Data Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu,

terdapat sebagian besar ibu yang memiliki paritas yang beresiko tinggi

sebanyak 21 (70 %) orang dan yang beresiko rendah sebanyak 9 (30%)

orang.

c. Sosial ekonomi

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosial Ekonomi

Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017

NO Sosial Ekonomi Jumlah

N Presentase

1 Resiko Tinggi 20 66,7%

2 Resiko Rendah 10 33,3%

Total 30 100%
Sumber : Data Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu,

terdapat sebagian besar ibu yang memiliki pendapatan yang tinggi

sebanyak 20 (66,7%) orang dan yang memiliki pendapatan yang rendah

sebanyak 10 (33,3%) orang.

d. BBLR

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR

Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar Tahun 2017

NO Kejadian BBLR Jumlah

N Presentase

1 BBLR 22 73,3%

2 BBLSR 8 26,7%

Total 30 100%

Sumber : Data Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu,

terdapat sebagian besar ibu yang berada pada kategori BBLR sebanyak

22 (73,3%) orang dan BBLSR yang sebanyak 8 (26,7%) orang.


B. Pembahasan

1. Umur Ibu

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan data bahwa dari 30 ibu, sebagian

besar ibu yang memiliki umur yang beresiko tinggi sebanyak 19 (63,3 %)

orang dan yang beresiko rendah sebanyak 11 (36,7%) orang.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori wiknjosastro (2007), dari

beberapa faktor penyebab BBLR salah satunya adalah usia ibu kurang dari

20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu mudah sering kali

secara fisik dan emosional belum matang. Pada ibu yang sudah tua

meskipun telah berpengalaman tetapi kondisi badannya serta kesehatannya

mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intarauterine dan dapat

menyebabkan BBLR.

Menurut Hasan (2005), wanita yang berusia kurang dari 20 tahun lebih

besar kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari

normal dan meninggal sebelum usia 1 tahun daripada bayi yang dilahirkan

oleh ibu berusia 20-35 tahun, demikian pula umur ibu diatas 35 tahun

cenderung melahirkan bayi dengan resiko BBLR sebanyak 4-5 kali.

Menurut asumsi peneliti, penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh para ahli, karena pada saat peneliti melakukan penelitian,

peneliti menemukan adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar. Dimana umur

ibu yang melahirkan Di Rs. Labuan Baji Kota Makassar sebagian besar

berada pada kategori umur beresiko tinggi yaitu umur dibawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun. Faktor umur menjadi dasar dari kesiapan organ tubuh untuk

menerima keadaan yang belum pada waktunya dan menjadikan kematangan

organ bukan pada saatnya sehingga berpengaruh pada berat lahit bayi.

2. Paritas

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 30 ibu, sebagian besar

ibu yang memiliki paritas yang beresiko tinggi sebanyak 21 (70 %) orang dan

yang beresiko rendah sebanyak 9 (30%) orang.

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Ridwan, Hasmi. 2014. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. CV. Trans Info

Media : Jakarta Timur.

Dinkes Kota Makassar.2015.Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 :


Makassar.
Proverawati, Atikah,Cahyo Ismawati.2010.BBLR Berat Badan Lahir Rendah.Nuha

Medika : Yogyakarta.
Laila, Nurfi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR Periode
Januari Sampai Desember 2012 Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zaineol
Abidin. (Online) http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/NURFI_LAILA-jurnal.pdf
(Diakes 12 Januari 2012).
Maryani,
Rahmi, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah DI RSIA Pertiwi Makassar : Makassar.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9547/RAHMI%20K111
10290.pdf?squence=1) Di akses 13januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai