Terapi oksigen hiperbarik ditetapkan oleh Undersea and Hyperbaric Medical society (UHMS) sebagai sebuah terapi dimana pasien bernapas menggunakan oksigen 100% di dalam suatu chamber yang tekanannya lebih besar daripada tekanan laut ( 1 atmosfer absolut, ATA). Peningkatan tekanan ini bersifat sistemik dan dapat diaplikasikan di dalam suatu monoplace chamber (untuk 1 orang) atau multiplace chamber. Di dalam multiplace chamber, tekanan udara yang diberikan berupa udara biasa, dengan oksigen diberikan melalui masker oksigen, hood tent, atau endotracheal tube. Sedangkan untuk monoplace chamber, tekanan udara yang diberikan berasal dari oksigen murni. Terapi hiperbarik pertama kali didokumentasikan pada tahun 1662 ketika Henshaw membuat hyperbaric chamber yang pertama atau disebut juga domicilium (Bell, 2004).
Gambar Multiplace chamber kapasitas 10 orang
Gambar Monoplace chamber
Dasar Fisiologis Terapi Oksigen Hiperbarik Efek dari terapi oksigen hiperbarik adalah berdasarkan hukum – hukum gas dan efek-efek fisiologis dan biokimia dari hiperoksia. Hukum-hukum fisika tentang gas tersebut antara lain:
1. Hukum Boyle, yang menyatakan bahwa bila temperature
dipertahankan konstan, maka volume gas berbanding terbalik dengan tekanan. Volume gas menurun dengan naiknya tekanan dan volume naik dengan turunnya tekanan. Hukum ini merupakan dasar untuk banyak aspek dari terapi oksigen hiperbarik, seperti peningkatan temperatur ruangan (chamber) selama proses terapi dan suatu fenomena yang dikenal sebaga ‘squeeze’ , yang terjadi ketika tuba eustachii tersumbat sehingga menyebabkan terganggunya proses keseimbangan tekanan gas yang mengakibatkan rasa nyeri yang menekan di middle ear (telinga bagian tengah).