PENGEMBANGAN
EMERGENCY MEDICAL SERVICE (EMS) &
PUBLIC SAFETY SERVICE (PSC)
DI RSUD SIDOARJO
2
B. ANALISA SITUASI
1. Geografi
Kabupaten Sidoarjo terletak pada posisi 112º 5‟ sampai dengan 112º
9‟ bujur timur dan 7º3‟ sampai 7º5‟ lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten
Sidoarjo yang mencapai 719,63 Km 2 habis terbagi menjadi 18 Kecamatan
dan 353 Desa / Kelurahan. Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi tiga dataran
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Batas daerah:
di sebelah utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan
Kabupaten Gresik
di sebelah timur dengan Selat Madura
di sebelah selatan dengan Kabupaten Pasuruan
di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto
Penduduk Kabupaten SIDOARJO menurut hasil registrasi penduduk
pada Agustus tahun 2016 adalah sebesar 2.199.171 jiwa, yang terbagi atas
laki – laki 1.109.329 jiwa, dan perempuan 1.089.171 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata 2.703,13 jiwa/km2. Kabupaten Sidoarjo juga
merupakan sentra industri rokok, konveksi, UKM dsb.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kabupaten Sidoarjo yaitu
1 RSUD, Rumah Sakit Umum Swasta ada 11 (sebelas) rumah sakit, Rumah
Sakit Khusus (RSK) 1 rumah sakit, Puskesmas 31, Pukesmas Pembantu 67,
dan Posyandu 1.235. RSUD Sidoarjo merupakan satu–satunya rumah sakit
milik Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan kelas B Non Pendidikan
berdasarkan Keputusan Menkes RI No.522/Menkes/SK/IV/2005 dan
Keputusan Bupati Sidoarjo No.395 Tahun 2005, serta sejak 31 Desember
2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah dengan Keputusan
Bupati Sidoarjo No.188.45/554/031/2008. Selain itu pada tahun 2010 telah
terakreditasi 16 pelayanan dengan status akreditasi penuh tingkat lengkap.
Lahan yang dimiliki RSUD SDA seluas 52.127 m².
3
triase sekunder, area non kritis (green zone), area semi kritis (yellow zone),
asthma bay, area kritis (red zone), kamar operasi, ruang radiologi dan ruang
observasi intensif (ROI). IGD melayani 24 jam dengan 3 shift dan dokter jaga
24 jam selalu ada ditempat.
a. Kunjungan IGD RSUD Sidoarjo
Jumlah kunjungan pasien di IGD RSUD Sidoarjo dari tahun 2009 sampai
tahun 2013 cenderung meningkat. Jumlah kunjungan pasien datang mati
(DOA) dan mati setelah dirawat di IGD masih tinggi tiap tahunnya,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
4
a. 10 (sepuluh) Besar Penyakit Terbanyak Pelayanan IGD RSUD Sidoarjo
Tahun 2012
No Jenis Penyakit Jumlah %
Tahun 2013
C. SUMBER DAYA
1) Sumber Daya Manusia IGD
Sumber daya manusia di IGD sebanyak orang , terdiri dari :
Dokter Spesialis Emergency : 1 orang
Dokter Umum : 11 orang
Perawat : 66 orang
Tenaga administrasi : 5 orang
Tenaga transporter : 11 orang
Selain itu didukung oleh dokter spesialis (konsulen), antara lain :
5
dr. Spesialis Bedah : 4 orang
dr. Spesialis Penyakit Dalam : 3 orang
dr. Spesialis Kesehatan Anak : 3 orang
dr. Spesialis Obgyn : 3 orang
dr. Spesialis Radiologi : 2 orang
dr. Spesialis Anesthesi : 2 orang
dr. Spesialis Pathologi Klinik : 2 orang
dr. Spesialis THT : 2 orang
dr. Spesialis Mata : 2 orang
dr. Spesialis Kulit & Kelamin : 1 orang
dr. Spesialis Kardiologi Intervensi dan non : 2 orang
Intervensi
dr. Spesialis Paru : 2 orang
dr. Spesialis Saraf : 3 orang
dr. Spesialis Orthopedi : 1 orang
dr. Spesialis Rehabilitasi Medik : 1 orang
dr. Spesialis Emergency Medik : 1 orang
dr. Spesialis Urologi : 1 orang
dr. Spesialis Bedah Saraf : 1 orang
dr. Spesialis Patologi Anatomi : 1 orang
6
Defibrilator
Infant warmer
Neopuff
Infuse pump
Syringe pump
Auto pulse
Central monitor
Central gas medik (O2, N2O, air compress)
Central suction
Ventilator
Electro Surgery Unit (ESU)
Mesin anathesi
Medical pendant
D. KESIMPULAN PERMASALAHAN
Saat ini di Kabupaten Sidoarjo, struktur pelayanan kesehatan yang
sudah berfokus terhadap pelayanan gawat darurat, namun pelayanan gawat
darurat belum terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik yang melibatkan
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas. Pelayanan gawat
darurat yang seharusnya dimulai dari sistem pelayanan primer, yang
diharapkan dapat mengurangi angka kematian dan kecacatan. Kolaborasi dan
kerjasama dalam pelayanan gawat darurat merupakan kebutuhan dalam
rangka meningkatkan pelayanan pasien, standarisasi personel medis,
mempersiapkan respon yang efektif terhadap bencana, meminimalkan
ketidakpercayaan masyarakat, dan pengendalian penyakit infeksi. Perlunya
penerapan teknolologi informasi dan komunikasi terkini untuk meningkatkan
koordinasi, kolaborasi dan integrasi.
7
E. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut maka solusi yang tepat yakni dengan
mewujudkan pelayanan Emergency Medical Service (EMS), yang terdiri dari :
1. Pelayanan Pre Hospital
Sistem pelayanan gawat darurat yang terkoordinasi dan terintegrasi serta
berkesinambungan (seamless) yang melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas, dan didukung penerapan teknologi
informasi komunikasi terkini.
F. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya pelayanan Prehospital, Instalasi Gawat Darurat dan Disaster
di RSUD Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya perlengkapan Emergency Medical Service (EMS) IGD
RSUD Sidoarjo, dan Public Safety Center (PSC) Kabupaten Sidoarjo.
b. Terlaksananya bimbingan teknis emergency di RSUD Sidoarjo.
8
G. RENCANA KEGIATAN
a. Rencana Pengembangan Sistem Respon Gawat Darurat Terintegrasi
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan melibatkan RSUD
Sidoarjo, Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas, dengan
rincian sebagai berikut :
1. Revitalisasi ambulance puskesmas dan kelengkapannya
2. Pelatihan call taker dan dispatcher
3. Perbaikan ambulance bay IGD RSUD Sidoarjo
4. Pengadaan ambulance type A RSUD Sidoarjo
5. Pengadaan call center system dan perlengkapannya di RSUD Sidoarjo
6. Pelatihan ambulance protocol dan moving and lifting, BCTL/PPGD pada
semua Puskesmas di Kabupaten Sidoarjo dan IGD RSUD Sidoarjo
7. Koordinasi dengan Telkom, Polisi, PMK, BPBD dalam rangka
pembangunan PSC (Public Safety Center)
8. Drill disaster management multisektoral
9. Perlengkapan pelatihan
10. Grand opening PSC
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup otonomi dari emergency care (pelayanan gawat
darurat) di RSUD Sidoarjo ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit. Ada batas yang jelas pelayanan emergency yang dikelola oleh EM
specialist meliputi IGD sehari-hari, ambulan, termasuk prehospital dan
disaster management. Pasien kritis tidak datang dengan membawa label
penyakit, melainkan dengan kumpulan gejala dan tanda. Deteksi dan
intervensi dini menjadi komponen utama dalam menangani pasien tersebut.
Pelayanan gawat darurat harus dilakukan oleh tenaga dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pencegahan, diagnosis, dan
pengelolaan kasus akut dan darurat dari penyakit dan cedera yang dialami
oleh pasien dari semua kelompok umur dengan segala bentuk kelainan fisik
dan perilaku. Kondisi gawat darurat bisa terjadi di intra-hospital, pre-hospital
maupun dalam keadaan disaster. Dalam kejadian intra-hospital (pasien yang
dirawat ruang rawat inap RS), penanganan dilakukan setelah ada konsultasi
9
dari dokter penanggung jawab pasien dan dilakukan berkoordinasi dengan
DPJP. Penanganan pasien kritis di Instalasi Gawat Darurat dilakukan oleh
dokter spesialis gawat darurat (SpEM), setelah pasien stabil segera
dilakukan disposisi kepada dokter spesialis yang sesuai dengan keluhan
penyakit utamanya. Disposisi ini dilakukan dengan good clinical hand
oversesuai SOP di RS masing-masing.
2. Sarana Prasarana
a. Komponen ruang sistem Call Center PSC beserta kelengkapannya
b. Perlengkapan Prehospital (emergency medical services)
c. Perlengkapan Ambulance Rumah Sakit
d. Perlengkapan Disaster Management
e. Perlengkapan pusat pelatihan rumah sakit (Training Center)
10
H. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan EMS, melibatkan Instalasi Gawat Darurat RSUD Sidoarjo dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, sehingga pelaksanaanya ada di RSUD
Sidoarjo dan Puskesmas se-Kabupaten Sidoarjo. Jadwal pelaksanaannya
sebagai berikut :
Keterangan :
* : Anggaran Puskesmas
# : Anggaran Fungsional RS
11
LAMPIRAN 1
EMS
(Emergency Medical Services)
13
jawaban Pelapor bisa langsung direkam ke sistem digital untuk
dimanfaatkan secara langsung untuk proses-proses selanjutnya,
termasuk secara langsung akan diterima seluruh ambulan terdekat
melalui perangkat mobile-device (tablet, smartphone) yang ada di
ambulan-ambulan tersebut, dan siap menerima penugasan (dispatch).
4. DISPATCH:
a. Apabila oleh Call Taker diputuskan (bisa di awal pembicaraan laporan
kejadian dengan Pelapor, atau di tengah pelaporan, atau di akhir
pelaporan) bahwa perlu segera dikirimkan medical resources
(ambulance, tenaga medis), maka Call Taker dengan satu sentuhan
tombol “Dispatch” (tanpa memutus hubungan komunikasi dengan
Pelapor), akan mengirim informasi kepada petugas Dispatcher (bisa
berada satu ruang di Call Center, atau terpisah dimanapun) sehingga
tiba giliran Dispatcher ini akan mencari dan menentukan resource
mana yang akan dikirimkan, dengan prinsip yang paling cepat dan
yang memenuhi syarat, yang akan dikirimkan (misalnya waktu tempuh
ke lokasi, jenis kelas ambulan, keahlian perawat yang disesuikan
kejadiannya). Dispatcher baru akan efektif dalam melakukan
pekerjaannya apabila telah dibantu dengan sistem yang didukung
perangkat teknologi informasi komunikasi terkini
b. Selanjutnya proses EN-ROUTE akan dimonitor oleh Dispatcher (bukan
Call Taker).
5. EN ROUTE: Setelah menugaskan satu (atau beberapa) resources untuk
penjemputan dan penanganan korban, maka Dispacther akan terus
memantau, mendapatkan informasi, mengkoordinasi resources tersebut
(PHC, Pre Hospital Care team), semenjak meninggalkan pos resource
tersebut berada, menuju lokasi korban, berada di lokasi korban, meninggalkan
lokasi korban, sampai menuju ke fasilitas kesehatan yang ditentukan menjadi
tempat korban dirujuk. Dengan menggunakan teknologi terkini, semua aktifitas
ini bisa dicatat dan dimonitor secara otomatis, tanpa mengganggu aktifitas
petugas di lapangan.
6. PATIENT STABILIZED, CASE CLOSED: Setelah sampai di unit IGD fasilitas
kesehatan yang dituju, maka selesailah proses EMS. Semua informasi digital
14
yang terkumpul di server EMS, bisa disubmit otomatis ke SIM-RS dari fasilitas
kesehatan tersebut, sesuai dengan konteks data yang dibutuhkan.
15
LAMPIRAN 2
PSC
(Public Safety Center)
A. PSC, dari sisi alur dan penerapan teknologi, sangat mirip dengan EMS,
sehingga dengan modifikasi yang tidak terlalu banyak, maka Sistem EMS bisa
dikonversi dan di-expand menjadi Sistem PSC.
B. Sistem Call Center (EARLY REPORTING) di EMS, bisa difungsionalkan
sekaligus untuk menerima laporan-laporan kejadian selain masalah
kesehatan, yakni bisa menerima juga laporan gangguan keamanan,
kebencanaan dan kebakaran.
C. Sistem Dispatch di EMS, bisa diterapkan dengan beberapa modifikasi
penyesuaian, ke sektor keamanan, kebencanaan dan kebakaran, sehingga
semua resource yang dimiliki bisa dioptimalkan penggunaannya dan
terkoordinasi dengan baik serta tersimpan ke database sistem komputer.
Bahkan tanpa perlu menempatkan resource-resource tersebut menjadi satu di
16
satu lokasi, namun tetap berada di posisi existing saat ini, dikarenakan
pemanfaatan teknologi internet yang masif.
D. Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan akan sangat mudah, cepat, lengkap
dan akurat, apabila semua data bisa dikumpulkan secara digital dengan cara-
cara yang tidak memberatkan operasional lapangan.
17