Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PENGEMBANGAN
EMERGENCY MEDICAL SERVICE (EMS) &
PUBLIC SAFETY SERVICE (PSC)
DI RSUD SIDOARJO

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Instalasi Gawat Darurat (IGD) berfungsi sebagai ujung tombak dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit di Indonesia. Secara umum IGD masih
bersifat tradisional, baik system triage, manajemen pasien, maupun
disposisinya. Selama ini, peranan IGD lebih banyak sebagai kamar terima
pasien yang ditangani oleh dokter umum dengan kemampuan yang relatif
terbatas. Pada sisi lain, banyak pasien emergensi yang memerlukan
penanganan yang tepat, di lokasi yang tepat, dengan response time yang cepat
serta disposisi yang benar.
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini kurang berfokus
terhadap keselamatan dan keamanan pasien sesuai persyaratan dari Joint
Commission International. Saat ini, layanan IGD lebih dirasakan sebagai „kamar
terima‟, yaitu pasien yang berobat melalui IGD akan ditatalaksana dasar oleh
dokter umum kemudian segera dilanjutkan ke ruangan tertentu seperti ICU,
HCU, PICU dan NICU untuk dilaksanakan stabilisasi. IGD juga sering dijadikan
tempat magang atau batu loncatan sementara bagi dokter umum sebelum
melanjutkan pendidikan spesialis. Sehingga dapat dipastikan fungsi
penatalaksanaan kasus emergensi di IGD sangat terbatas, dengan angka
kematian dan kecacatan masih tinggi
Di RSUD Kabupaten Sidoarjo, yang merupakan rumah sakit rujukan
regional, dalam hal sistem pelayanan emergensi sudah menganut sistem yang
modern. Dokter spesialis emergensi ditempatkan di IGD dan bekerja dalam 24
jam dalam sehari. Hal ini berdampak positif terhadap manajemen pasien,
berkurangnya waktu tunggu pasien, berkurangnya angka kesalahan
pendisposisian pasien, terlaksananya komunikasi dan kerjasama multi disiplin
di IGD yang lebih baik, turunnya angka kematian dan durasi waktu (lama)
hospitalisasi. Namun tetap diperlukan adanya beberapa komponen yang
1
harusdiperbaiki baik di dalam program pengembangan IGD dan SDM para
pegawai di dalamnya seperti program Pre Hospital (Emergency Medical
Services / EMS) dan pengembangan pelatihan-pelatihan di bidang emergency,
guna meningkatkan mutu pelayanan IGD pada khususnya, dan Rumah Sakit
pada umumnya.
Jumlah kasus kematian di IGD RSUD Sidoarjo masih tinggi, baik kasus
pasien datang mati (death of arrival) maupun mati di IGD setelah mendapat
perawatan. Tahun 2013 sebanyak 372 kasus, tahun 2014 sebanyak 399 kasus,
tahun 2015 sebanyak 405 kasus dan tahun 2016 sebanyak 402 kasus.
Kenyataannya pelayanan emergensi di IGD masih mengalami berbagai
masalah. Keadaan ini disebabkan oleh: pertama, keterbatasan jumlah tenaga
medis dibandingkan dengan jumlah pasien; kedua, kompetensi medis dokter
dan perawat IGD yg terbatas; ketiga, tenaga konsulen yang tidak berada di
tempat (onsite). Pada umumnya, dokter konsulen (spesialis) yang bertugas
pada bagian emergensi berasal dari masing-masing disiplin yang terdapat di
rumah sakit dan diatur secara bergiliran; keempat, tidak ada pihak yang
berfungsi sebagai leader / manager pada kasus-kasus emergensi yang
memerlukan kerjasama multidisipliner. Konsekuensinya adalah bahwa dokter
konsulen tersebut akan melakukan pelayanan sesuai dengan keahliannya.
Sehingga untuk mendapatkan pelayanan emergensi pada fase awal perlu
konsultasi lintas keahlian, dan hal ini tentu saja membutuhkan waktu.
Akibatnya, response time menjadi panjang.
Karena itu diperlukan adanya suatu sistem pelayanan gawat darurat
yang terintegrasi melalui Emergency Medical Service (EMS). Sistem EMS yang
didukung penuh dengan perkembangan teknologi mutakhir, terutama TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi), akan memungkinkan peningkatan
efektifitas dan efisiensi operasional kegawatdarutan medis. EMS yang berbasis
teknologi ini juga memungkinkan diupgrade ke fungsional yang lebih luas dan
multisektor dalam bentuk PSC (Public Safety Center) yang mengkolaborasikan
fihak-fihak yang berwenang dan berkompeten dalam hal keamanan,
penanggulangan bencana, dan pemadaman kebakaran.

2
B. ANALISA SITUASI
1. Geografi
Kabupaten Sidoarjo terletak pada posisi 112º 5‟ sampai dengan 112º
9‟ bujur timur dan 7º3‟ sampai 7º5‟ lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten
Sidoarjo yang mencapai 719,63 Km 2 habis terbagi menjadi 18 Kecamatan
dan 353 Desa / Kelurahan. Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi tiga dataran
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Batas daerah:
 di sebelah utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan
Kabupaten Gresik
 di sebelah timur dengan Selat Madura
 di sebelah selatan dengan Kabupaten Pasuruan
 di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto
Penduduk Kabupaten SIDOARJO menurut hasil registrasi penduduk
pada Agustus tahun 2016 adalah sebesar 2.199.171 jiwa, yang terbagi atas
laki – laki 1.109.329 jiwa, dan perempuan 1.089.171 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata 2.703,13 jiwa/km2. Kabupaten Sidoarjo juga
merupakan sentra industri rokok, konveksi, UKM dsb.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kabupaten Sidoarjo yaitu
1 RSUD, Rumah Sakit Umum Swasta ada 11 (sebelas) rumah sakit, Rumah
Sakit Khusus (RSK) 1 rumah sakit, Puskesmas 31, Pukesmas Pembantu 67,
dan Posyandu 1.235. RSUD Sidoarjo merupakan satu–satunya rumah sakit
milik Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan kelas B Non Pendidikan
berdasarkan Keputusan Menkes RI No.522/Menkes/SK/IV/2005 dan
Keputusan Bupati Sidoarjo No.395 Tahun 2005, serta sejak 31 Desember
2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah dengan Keputusan
Bupati Sidoarjo No.188.45/554/031/2008. Selain itu pada tahun 2010 telah
terakreditasi 16 pelayanan dengan status akreditasi penuh tingkat lengkap.
Lahan yang dimiliki RSUD SDA seluas 52.127 m².

2. Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan IGD RSUD Sidoarjo mengacu pada standar internasional
dan dirancang khusus sesuai dengan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan emergency, yaitu terdiri dari triase primer,

3
triase sekunder, area non kritis (green zone), area semi kritis (yellow zone),
asthma bay, area kritis (red zone), kamar operasi, ruang radiologi dan ruang
observasi intensif (ROI). IGD melayani 24 jam dengan 3 shift dan dokter jaga
24 jam selalu ada ditempat.
a. Kunjungan IGD RSUD Sidoarjo
Jumlah kunjungan pasien di IGD RSUD Sidoarjo dari tahun 2009 sampai
tahun 2013 cenderung meningkat. Jumlah kunjungan pasien datang mati
(DOA) dan mati setelah dirawat di IGD masih tinggi tiap tahunnya,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel : Pencapaian Kunjungan IGD RSUD Sidoarjo Tahun 2009-2013


Kunjungan Rata-
Jenis Datang Mati Jumlah rata
Pelayanan Dirawat Dirujuk Pulang Mati Stlh Pasien Kunj.
(DOA) Dirawat Perhari
1. Bedah 2.401 79 6.718 22 66 9.286 25
2. Non Bedah 9.408 15 9.770 74 229 19.496 53
3. Obgyn 1.903 3 174 - 3 2.083 6
4. Psikiatri 5 - 87 - - 92 1
5. Perinatologi 2.812 - - 2 7 2.821 8
6.Kesehatan 1.126 - 1.840 - - 2.966 8
Anak
Tahun 2013 17.655 97 18.589 98 305 36.744 101
Tahun 2012 18.011 93 13.701 197 100 32.162 88
Tahun 2011 17.410 268 13.529 180 146 31.533 86
Tahun 2010 19.435 170 12.079 103 171 31.958 88
Tahun 2009 15.880 130 11.223 245 27.478 76
Sumber data : Instalasi Rekam Medik

4
a. 10 (sepuluh) Besar Penyakit Terbanyak Pelayanan IGD RSUD Sidoarjo
 Tahun 2012
No Jenis Penyakit Jumlah %

1. Dyspepsia 1.582 6,34


2. Other and uspecified abdominal pain 1.478 5,92
3. Diarrhoea and gastroenteritis of presumed 1.421 5,70
infectius origin
4. Astma, unspecified 1.151 4,61
5. Nausea and vomiting 672 2,69
6. Stroke, not specified as haemorrhage or infraction 639 2,56
7. Injury, unspecified 561 2,25
8. Unspecified diabetes mellitus, without complication 534 2,14
9. Dyspnoea 522 2,09
10. Headache 516 2,07
Sumber Data : Instalasi Rekam Medik

 Tahun 2013

No Jenis Penyakit Jumlah %


1. Dyspepsia 2.047 7,33
2. Diarrhoea and gastroenteritis of presumed 1.496 5,36
infectius origin
3. Astma, unspecified 1.399 5,01
4. Other and uspecified abdominal pain 1.224 4,38
5. Stroke, not specified as haemorrhage or infraction 855 3,06
6. Nausea and vomiting 725 2,60
7. Injury, unspecified 698 2,50
8. Dizziness and giddiness 651 2,33
9. Unspesified diabetes mellitus 622 2,23
10. Headache 538 1,93
Sumber Data : Instalasi Rekam Medik

C. SUMBER DAYA
1) Sumber Daya Manusia IGD
Sumber daya manusia di IGD sebanyak orang , terdiri dari :
 Dokter Spesialis Emergency : 1 orang
 Dokter Umum : 11 orang
 Perawat : 66 orang
 Tenaga administrasi : 5 orang
 Tenaga transporter : 11 orang
Selain itu didukung oleh dokter spesialis (konsulen), antara lain :

5
 dr. Spesialis Bedah : 4 orang
 dr. Spesialis Penyakit Dalam : 3 orang
 dr. Spesialis Kesehatan Anak : 3 orang
 dr. Spesialis Obgyn : 3 orang
 dr. Spesialis Radiologi : 2 orang
 dr. Spesialis Anesthesi : 2 orang
 dr. Spesialis Pathologi Klinik : 2 orang
 dr. Spesialis THT : 2 orang
 dr. Spesialis Mata : 2 orang
 dr. Spesialis Kulit & Kelamin : 1 orang
 dr. Spesialis Kardiologi Intervensi dan non : 2 orang
Intervensi
 dr. Spesialis Paru : 2 orang
 dr. Spesialis Saraf : 3 orang
 dr. Spesialis Orthopedi : 1 orang
 dr. Spesialis Rehabilitasi Medik : 1 orang
 dr. Spesialis Emergency Medik : 1 orang
 dr. Spesialis Urologi : 1 orang
 dr. Spesialis Bedah Saraf : 1 orang
 dr. Spesialis Patologi Anatomi : 1 orang

2) Sarana Prasarana IGD


(a) Gedung
Gedung IGD terpadu 2 lantai direhab tahun 2012 dengan standar
internasional, terdiri dari :
Lantai 1 : Ruang tunggu pasien, ruang pendaftaran, ruang
primary triase, ruang disaster, ruang dekontaminasi,
secondary triase, astma bay, red zone, yeloow zone,
green zone, ruang radiologi 1 & 2, depo obat, ruang
psikiatri.
Lantai 2 : Ruang Obsevasi Intensi (ROI), OK IGD, Skill Lab,
ruang medical record, ruang perawat

(b) Alat Kedokteran


Alat-alat kedokteran yang tersedia antara lain :
 ECG
 Diagnostic Kit
 Patient monitor

6
 Defibrilator
 Infant warmer
 Neopuff
 Infuse pump
 Syringe pump
 Auto pulse
 Central monitor
 Central gas medik (O2, N2O, air compress)
 Central suction
 Ventilator
 Electro Surgery Unit (ESU)
 Mesin anathesi
 Medical pendant

(c) Sumber Daya listrik dan Air


 Listrik : PLN 3 X 197 KVA dan back up daya
dengan genset berdaya 900 KVA.
 Air : PDAM

D. KESIMPULAN PERMASALAHAN
Saat ini di Kabupaten Sidoarjo, struktur pelayanan kesehatan yang
sudah berfokus terhadap pelayanan gawat darurat, namun pelayanan gawat
darurat belum terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik yang melibatkan
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas. Pelayanan gawat
darurat yang seharusnya dimulai dari sistem pelayanan primer, yang
diharapkan dapat mengurangi angka kematian dan kecacatan. Kolaborasi dan
kerjasama dalam pelayanan gawat darurat merupakan kebutuhan dalam
rangka meningkatkan pelayanan pasien, standarisasi personel medis,
mempersiapkan respon yang efektif terhadap bencana, meminimalkan
ketidakpercayaan masyarakat, dan pengendalian penyakit infeksi. Perlunya
penerapan teknolologi informasi dan komunikasi terkini untuk meningkatkan
koordinasi, kolaborasi dan integrasi.

7
E. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut maka solusi yang tepat yakni dengan
mewujudkan pelayanan Emergency Medical Service (EMS), yang terdiri dari :
1. Pelayanan Pre Hospital
Sistem pelayanan gawat darurat yang terkoordinasi dan terintegrasi serta
berkesinambungan (seamless) yang melibatkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas, dan didukung penerapan teknologi
informasi komunikasi terkini.

2. Pelayanan Call Center di RSUD Sidoarjo


Pelayanan kegawat daruratan dengan meningkatkan sarana dan prasarana
di dalam Instalasi Gawat Darurat termasuk peningkatan Sumber Daya
Manusia yang memadai dalam penanganan dan pengelolaan
kegawatdaruratan.

F. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya pelayanan Prehospital, Instalasi Gawat Darurat dan Disaster
di RSUD Sidoarjo.

2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya perlengkapan Emergency Medical Service (EMS) IGD
RSUD Sidoarjo, dan Public Safety Center (PSC) Kabupaten Sidoarjo.
b. Terlaksananya bimbingan teknis emergency di RSUD Sidoarjo.

8
G. RENCANA KEGIATAN
a. Rencana Pengembangan Sistem Respon Gawat Darurat Terintegrasi
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan melibatkan RSUD
Sidoarjo, Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dan Puskesmas, dengan
rincian sebagai berikut :
1. Revitalisasi ambulance puskesmas dan kelengkapannya
2. Pelatihan call taker dan dispatcher
3. Perbaikan ambulance bay IGD RSUD Sidoarjo
4. Pengadaan ambulance type A RSUD Sidoarjo
5. Pengadaan call center system dan perlengkapannya di RSUD Sidoarjo
6. Pelatihan ambulance protocol dan moving and lifting, BCTL/PPGD pada
semua Puskesmas di Kabupaten Sidoarjo dan IGD RSUD Sidoarjo
7. Koordinasi dengan Telkom, Polisi, PMK, BPBD dalam rangka
pembangunan PSC (Public Safety Center)
8. Drill disaster management multisektoral
9. Perlengkapan pelatihan
10. Grand opening PSC

b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup otonomi dari emergency care (pelayanan gawat
darurat) di RSUD Sidoarjo ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit. Ada batas yang jelas pelayanan emergency yang dikelola oleh EM
specialist meliputi IGD sehari-hari, ambulan, termasuk prehospital dan
disaster management. Pasien kritis tidak datang dengan membawa label
penyakit, melainkan dengan kumpulan gejala dan tanda. Deteksi dan
intervensi dini menjadi komponen utama dalam menangani pasien tersebut.
Pelayanan gawat darurat harus dilakukan oleh tenaga dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pencegahan, diagnosis, dan
pengelolaan kasus akut dan darurat dari penyakit dan cedera yang dialami
oleh pasien dari semua kelompok umur dengan segala bentuk kelainan fisik
dan perilaku. Kondisi gawat darurat bisa terjadi di intra-hospital, pre-hospital
maupun dalam keadaan disaster. Dalam kejadian intra-hospital (pasien yang
dirawat ruang rawat inap RS), penanganan dilakukan setelah ada konsultasi

9
dari dokter penanggung jawab pasien dan dilakukan berkoordinasi dengan
DPJP. Penanganan pasien kritis di Instalasi Gawat Darurat dilakukan oleh
dokter spesialis gawat darurat (SpEM), setelah pasien stabil segera
dilakukan disposisi kepada dokter spesialis yang sesuai dengan keluhan
penyakit utamanya. Disposisi ini dilakukan dengan good clinical hand
oversesuai SOP di RS masing-masing.

c. Rencana Kegiatan RSUD Sidoarjo


Maka rencana kegiatan khusus untuk Call Center PSC di RSUD
Sidoarjo yaitu:
1. Sumber Daya Manusia
Untuk dapat melaksanakan cakupan di atas maka perlu adanya
pelatihan-pelatihan Gawat Darurat yang terencana baik tenaga medis
maupun non-medis SDM Instalasi Gawat Darurat :
a. In Hospital Training : BLS bagi tenaga medis dan non medis, Airway
management, pelatihan pre hospital, pelatihan triage officer, PPGD
dan USLS bagi tenaga medis IGD.
b. Out Hospital Training : pelatihan ATLS, ACLS, APLS, ANLS dan
Disaster Management bagi dokter umum.

2. Sarana Prasarana
a. Komponen ruang sistem Call Center PSC beserta kelengkapannya
b. Perlengkapan Prehospital (emergency medical services)
c. Perlengkapan Ambulance Rumah Sakit
d. Perlengkapan Disaster Management
e. Perlengkapan pusat pelatihan rumah sakit (Training Center)

10
H. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan EMS, melibatkan Instalasi Gawat Darurat RSUD Sidoarjo dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, sehingga pelaksanaanya ada di RSUD
Sidoarjo dan Puskesmas se-Kabupaten Sidoarjo. Jadwal pelaksanaannya
sebagai berikut :

Bulan Tahun 2018


No Pelaksanaan Pre Hospital Care
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan SDM dengan pelatihan
EMD, Call Taker dan Dispatcher
2 Revitalisasi 35 Ambulance
puskesmas *)

3 Perbaikan Ambulance Bay IGD


RSUD Sidoarjo #)
4 Pengadaan Ambulance type A RSUD
TA
5 Pengadaan Call Center PSC dan
perlengkapannya
6 Koordinasi dengan TELKOM, Polisi,
Pemadam Kebakaran, BPBD
7 Pelatihan Ambulance protocol dan
BCTL
8 Drill disaster management
multisektoral
9 Peresmian Pre-Hospital Care RSUD
Sidoarjo
10 Evaluasi program PSC Sidoarjo

Keterangan :
* : Anggaran Puskesmas
# : Anggaran Fungsional RS

11
LAMPIRAN 1

EMS
(Emergency Medical Services)

Alur Proses Definitif EMS :


1. INCIDENT HAPPEN:
a. Terjadi insiden/kejadian di suatu titik di wilayah Kab.Sidoarjo. Kejadian
apapun yang mengakibatkan terjadinya gangguan medis pada korban.
b. Termasuk terjadinya serangan jantung, gejala stroke, kecelakaan,
kebakaran dengan korban manusia.
2. EARLY REPORTING:
a. Seseorang (“Pelapor”) akan melaporkan insiden yang diketahuinya, ke
“EMS Response Center” (Call Center EMS). Media/kanal yang bisa
dimanfaatkan oleh Pelapor bisa difasilitasi melalui:
i. Suara / Voice:
12
1. Telepon rumah (PSTN)
2. Telepon bergerak (mobile phone/handphone)
3. Komunikasi Radio (misal : HT dari dinas-dinas tertentu,
komunitas radio, dsb.)
ii. Aplikasi Digital :
1. Aplikasi Android
2. Aplikasi IOS
3. Aplikasi Panic Button
iii. Sistem Perangkat Keras Panic Button
1. Tombol hardware elektronik Panic Button di rumah-rumah
2. Tombol hardware elektronik Panic Button di kantor,
pabrik, tempat kerja.
3. Tombol hardware elektronik Panic Button di tempat-
tempat umum (mall, taman, jalan, stadion, dsb.)
b. Petugas Jaga (Call Taker) di “EMS Response Center” (Call Center
EMS), akan menerima dan merespon laporan yang masuk. Respon
bisa dilakukan secara langsung dengan voice, call, maupun digital.
Respon berupa penerimaan informasi, pemberian guidance (arahan
tindakan), dan/atau dispatching resource medis (ambulan, tenaga
medis).
3. MEDICAL GUIDELINE:
a. Melalui informasi awal yang ditanyakan Call Taker, maka akan segera
bisa ditentukan perlu tidaknya dikirimkan medical resource (ambulan,
petugas medis).
i. Jika diperlukan, maka akan dilakukan proses DISPATCH.
ii. Jika tidak, maka akan diberikan tuntunan langkah atau tindakan
yang dilakukan Pelapor (Telemedicine, Teledoctor).
b. Dengan menggunakan protokol standar internasional EMD (Emergency
Medical Dispatch) yang terkomputerisasi dalam sebuah perangkat
lunak aplikasi EMD, maka Call Taker akan terarah menanyakan hal-hal
khusus yang terkait dengan jenis insiden/kejadiannya (misalnya untuk
laporan serangan jantung, akan berbeda arahannya dengan laporan
luka bakar). Dengan perangkat lunak komputer EMD, maka sekaligus

13
jawaban Pelapor bisa langsung direkam ke sistem digital untuk
dimanfaatkan secara langsung untuk proses-proses selanjutnya,
termasuk secara langsung akan diterima seluruh ambulan terdekat
melalui perangkat mobile-device (tablet, smartphone) yang ada di
ambulan-ambulan tersebut, dan siap menerima penugasan (dispatch).
4. DISPATCH:
a. Apabila oleh Call Taker diputuskan (bisa di awal pembicaraan laporan
kejadian dengan Pelapor, atau di tengah pelaporan, atau di akhir
pelaporan) bahwa perlu segera dikirimkan medical resources
(ambulance, tenaga medis), maka Call Taker dengan satu sentuhan
tombol “Dispatch” (tanpa memutus hubungan komunikasi dengan
Pelapor), akan mengirim informasi kepada petugas Dispatcher (bisa
berada satu ruang di Call Center, atau terpisah dimanapun) sehingga
tiba giliran Dispatcher ini akan mencari dan menentukan resource
mana yang akan dikirimkan, dengan prinsip yang paling cepat dan
yang memenuhi syarat, yang akan dikirimkan (misalnya waktu tempuh
ke lokasi, jenis kelas ambulan, keahlian perawat yang disesuikan
kejadiannya). Dispatcher baru akan efektif dalam melakukan
pekerjaannya apabila telah dibantu dengan sistem yang didukung
perangkat teknologi informasi komunikasi terkini
b. Selanjutnya proses EN-ROUTE akan dimonitor oleh Dispatcher (bukan
Call Taker).
5. EN ROUTE: Setelah menugaskan satu (atau beberapa) resources untuk
penjemputan dan penanganan korban, maka Dispacther akan terus
memantau, mendapatkan informasi, mengkoordinasi resources tersebut
(PHC, Pre Hospital Care team), semenjak meninggalkan pos resource
tersebut berada, menuju lokasi korban, berada di lokasi korban, meninggalkan
lokasi korban, sampai menuju ke fasilitas kesehatan yang ditentukan menjadi
tempat korban dirujuk. Dengan menggunakan teknologi terkini, semua aktifitas
ini bisa dicatat dan dimonitor secara otomatis, tanpa mengganggu aktifitas
petugas di lapangan.
6. PATIENT STABILIZED, CASE CLOSED: Setelah sampai di unit IGD fasilitas
kesehatan yang dituju, maka selesailah proses EMS. Semua informasi digital

14
yang terkumpul di server EMS, bisa disubmit otomatis ke SIM-RS dari fasilitas
kesehatan tersebut, sesuai dengan konteks data yang dibutuhkan.

15
LAMPIRAN 2
PSC
(Public Safety Center)

A. PSC, dari sisi alur dan penerapan teknologi, sangat mirip dengan EMS,
sehingga dengan modifikasi yang tidak terlalu banyak, maka Sistem EMS bisa
dikonversi dan di-expand menjadi Sistem PSC.
B. Sistem Call Center (EARLY REPORTING) di EMS, bisa difungsionalkan
sekaligus untuk menerima laporan-laporan kejadian selain masalah
kesehatan, yakni bisa menerima juga laporan gangguan keamanan,
kebencanaan dan kebakaran.
C. Sistem Dispatch di EMS, bisa diterapkan dengan beberapa modifikasi
penyesuaian, ke sektor keamanan, kebencanaan dan kebakaran, sehingga
semua resource yang dimiliki bisa dioptimalkan penggunaannya dan
terkoordinasi dengan baik serta tersimpan ke database sistem komputer.
Bahkan tanpa perlu menempatkan resource-resource tersebut menjadi satu di
16
satu lokasi, namun tetap berada di posisi existing saat ini, dikarenakan
pemanfaatan teknologi internet yang masif.
D. Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan akan sangat mudah, cepat, lengkap
dan akurat, apabila semua data bisa dikumpulkan secara digital dengan cara-
cara yang tidak memberatkan operasional lapangan.

17

Anda mungkin juga menyukai