Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Kerak Bumi


Berdsarkan pendalaman ilmu yang berkautan ilmu kebumian yang mana
mempelajari interior Bumi dapat diyakini bahwa bumi tersusun oleh tiga lapisan
utama yaitu bgian paling luar dimana tersusun atas kerak yang tipis (kerak
samudra) dan kerak yang tebal (kerak benua), bagian tengah yang tersusun atas
mantel, dan bagian paling dalam inti pusat (core).

Gambar 3.1. Ilustrasi pembelahan ¼ bagian Bumi dan struktur bagian Bumi.

Inti Bumi (Core) yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi
paling dalam yang tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum
atau besi). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu inti luar dan inti
dalam. Astenosfer (lapisan selubung atau mantee) yaitu lapisan yang terletak di
bawah litosfer dengan ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan
berpijar dengan suhu sekitar 3.000 oC, merupakan campuran dari berbagai bahan
yang bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi. Litosfer (lapisan batuan
pembentuk kulit bumi atau crust) berasal dari kata lithos berarti batu dan
sfhere/sphaira berarti bulatan atau lapisan. Dalam pengertian lain, litosfer adalah
lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari
batuan penyusun kulit bumi. Lapisan litosfer memiliki beragam bentuk, ada yang

3
berupa pegunungan, dataran tinggi, datran rendah maupun sungai. Perbedaan
bentuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam yaitu tenaga endogen dan
eksogen bumi. Perbedaan bentuk bumi ini menyebabkan pengaruh yang berbeda
terhadap kehidupan manusia. Litosfer merupakan lapisan . Oleh sebab itu, kita
perlu mengkaji lebih dalam mengenai litosfer, bahan-bahan penyusunya serta
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
Kerak bumi adalah lapisan yang paling atas dan tipis (seperti kulit ari)
yang disebut dengan litosfer. Lapisan kerak bumi itu terdiri atas dua bagian, yaitu
kerak benua (ketebalan sekitar 40 km) dan kerak dasar samudra (ketebalan sekitar
10 km). Ketebalan kerak bumi di bawah benua adalah 30 kilometer, sedangkan di
bawah samudra 5 hingga 7 kilometer. Kerak samudra berumur kurang dari 200
juta tahun, terbentuk oleh letusan gunung api sepanjang celah-celah bawah laut
(disebut pematang tengah samudra) dengan material penyusun berupa batuan
basal.
Lapisan kerak bumi berumur 3,8 milyar tahun dan tersusun dari batuan
granit ringan, sementara lapisan di bawahnya berupa batuan basal yang lebih rapat
yang terbentuk melalui bermacam-macam proses. Batuan tertua dijumpai di masa
Prakambrium sedangkan batuan yang lebih muda terbentuk selama zaman-zaman
pembentukan gunung.
Angin dan hujan menggerus kerak benua dan menciptakan pasir, debu,
serta lumpur yang hanyut ke samudra sehingga terbentuk suatu lapisan sedimen
yang sangat tebal sehingga menutup lapisan batuan basal, lava bantal, retas
vertikal, dan gabro berbutir kasar.

4
Struktur kerak Bumi dapat diamati pada gambar sebagai berikut.

Gambar 2.2. Struktur kerak Bumi

Komposisi Kerak Bumi


Perkiraan kelimpahan batuan dan mineral yang terkandung
didalam kerak bumi di dasarkan pada berat jenis batuan di dalam lapisan batuan
dan lapisan bagian atas kontinen yang tergantung pada kelimpahan endapan dan
asumsi perubahan gradual dari batuan granit di bagian atas kerak bumi sampai
gabro dekat moho (Ronov dan Yaroshevsky, 1969; dalam Condie, 1982).
Komposisi lapisan sedimen di daerah samudra diperkirakan dari kelimpahan
sedimen dan lapisan disusun oleh sebagian sedimen dan sebagian lain oleh toleiit
K-rendah. Data menunjukan bahwa batuan gneis-granit dan batuan mafik atau
granulit merupakan jenis batuan paling banyak di dalm kerak bumi, sedangkan
batuan hanya 8 %. Secara mineralogi, mineral plagioklas merupakan mineral
paling banyak di dalam kerak bumi, kemudian di ikuti oleh kuarsa dan kalium
feldspar. Mineral olivian dan piroksin penyusun sekitar 14% dan silikat hidrous
sekitar 15 %, sedangkan mineral lain sejumlah 9%.
Susunan dan komposisi litosfir (Kerak Benua dan Kerak Samudera) dapat
diketahui dengan cara menganalisa batuan-batuan yang tersingkap di permukaan
bumi, atau hasil pemboran inti, maupun produk aktivitas gunung api. Berdasarkan
analisa kimia dari sampel batuan yang diambil di berbagai tempat di bumi, secara

5
umum unsur kimia yang paling dominan sebagai penyusun litosfir adalah sebagai
berikut:

Tabel 3.1. Unsur Kimia Penyusun Litosfir (Kerak Bumi)

Kerak Benua
Kerak benua adalah kerak yang komposisinya kaya Si dan Al alias asam.
Karena itu, berat jenisnya rendah (2,7 g/cm3). Selain itu, umurnya relatif tua dan
tebal sekali (20-70 km). Kerak benua, sesuai namanya, biasanya membentuk
daratan.
Lapisan kerak benua
1. material lapisan kerak benua pada lapisan atas berupa batuan granit ringan.
2. material lapisan kerak benua pada lapisan bawah berupa batuan basalt
yang lebih rapat.
3. lapisan kerak benua tersusun pada zaman Prekambiun.
4. rata-rata berada di 850 meter di atas permukaan laut.
Kerak benua merupakan rekaman utama kondisi Bumi selama 4,4 milyar
tahun terakhir. Pembentukannya mengubah komposisi lapisan mantel dan
atmosfer, ia mendukung kehidupan, dan tetap sebagai pencuci karbon dioksida
melalui cuaca dan erosi. Oleh karena itu, kerak benua memiliki peran utama
dalam evolusi Bumi, dan sekalipun begitu pewaktuan turunannya tetap menjadi
topik perdebatan hangat.
Secara luas diyakini bahwa kerak benua muda telah bertumbuh dari
mantel bagian atas yang menipis. Satu cara umum untuk mengetahui kapan kerak

6
baru terbentuk ialah dengan menentukan komposisi isotop radiogenik dari sampel
kerak, dan membandingkan ciri-ciri isotopnya dengan mantel yang telah menipis.
Dengan kata lain, isotop radiogenik dapat digunakan untuk mengkalkulasi 'model
umur' pembentukan kerak, yang merepresentasikan waktu karena sampel kerak
terpisah dari sumber mantelnya.
Konsep 'model umur' telah secara luas digunakan dalam studi-studi
evolusi kerak selama tiga dekade terakhir. Namun semakin jelas bahwa
menggunakan komposisi isotop dari mantel yang menipis sebagai sebuah
referensi kalkulasi model umur turunan kerak benua bisa membawa kepada
interpretasi yang tidak lengkap.
Kerak Samudra
Kerak samudera adalah bagian dari lithosfer bumi yang permukannya
berada di cekungan samudera. Kerak samudera tersusun oleh batuan mafic, atau
sima. Kerak ini lebih tipis dibandingkan dengan kerak benua (sial), dengan
ketebalan lebih sedikit dari 10 kilometer, tetapi massa jenisnya lebih besar,
memiliki massa jenis rata-rata sekitar 3.3 gram per sentimeter kubik
kerak samudera kaya Si dan Magnesium alias basa. Berat jenisnya tinggi
(3,0 g/cm3). Umurnya muda. Tipis (7-10 km). Sesuai namanya, kerak samudera
biasanya membentuk lautan.
Lapisan kerak samudera
1. material lapisan kerak samudera paling atas tersusun dari material sedimen
yang tebalnya hingga 800 meter.
2. lapisan kerak samudera mengalami pembaruan terus menerus oleh adanya
aktivitas vulkanisme di sepanjang celah-celah dasar laut.
3. unsur dari kerak samudera termasuk muda yaitu 200 juta tahun
dibandingkan umur kerak benua yang berumur 3,8 miliar tahun.
4. rata-rata berada pada 3.800 meter di bawah laut.
Kerak samudera adalah bagian dari lithosfer bumi yang permukannya
berada di cekungan samudera. Kerak samudera tersusun oleh batuan mafic, atau
sima. Kerak ini lebih tipis dibandingkan dengan kerak benua (sial), dengan
ketebalan lebih sedikit dari 10 kilometer, tetapi massa jenisnya lebih besar,
memiliki massa jenis rata-rata sekitar 3.3 gram per sentimeter kubik.

7
Perbedaan kerak benua dan kerak samudera terutama terletak pada bahan
penyusun dari kedua jenis kerak bumi tersebut. kerak benua biasanya tersusun
atas unsur-unsur ringan seperti silisium dan alumunium. sedangkan kerak
samudera biasanya tersusun atas silisium dan magnesium. Perbedaan bahan
penyusun kedua kerak menyebabkan adanya perbedaan berat jenis dari keduanya.
kerak samudera memiliki berat jenis yang lebih besar dari kerak benua meskipun
kerak samudera lebih tipis dari kerak benua. Berat jenis kerak samudera kurang
lebih adalah 3 gr/cc sedangkan tebalnya hanya berkisar antara 5-15 km. ketebalan
tersebut tentu kalah dengan ketebalan kerak benua yang mencapai 30-80 km
namun berat jenisnya hanya 2,85 gr/cc.
Perbedaan lain terletak pada sifat batuan yang menyusun kerak benua dan
kerak samudera. Kerak benua tersusun atas batuan granitis yang sifatnya asam,
sedangkan kerak samudera tersusun atas batuan basaltis yang sifatnya basa.
Sedangkan bila ditinjau dari segi umur batuan penyusun kerak benua dan
kerak samudera, maka juga akan terdapat perbedaan. batuan penyusun kerak
benua relatif lebih muda jika dibandingkan dengan batuan penyusun kerak
samudera. Hal ini dapat dijelaskan melalui satu jenis plate boundaries yaitu
divergen antara kerak samudera dan kerak samudera. pada proses ini, magma dari
astenosfer akan keluar melalui rekahan yang ditimbulkan oleh proses divergen
tersebut. Magma itu akan mendingin seiring berjalannya waktu dan membentuk
kerak samudera yang baru. jadi dari hal tersebut jelas bahwa kerak samudera
berumur lebih muda.
Tataan Tektonik
Batas lempeng adalah daerah yang memiliki aktivitas geologi.
aktivitas geologi antara lain seisme, gunung, gunung api, dan palung laut. Dua
lempeng bergerak dan bertemu di sepanjang batas lempeng. ada 3 macam jenis
batas lempeng. antara lain transform, divergen, dan konvergen.
a. Transform adalah bertemunya dua lempeng, yang menyebabkan terjadinya
gesekan secara menyampng di sepanjang sesar fault. Pergeseran ini dapat
berupa sinistral atau desktral. Pergerakan ini hampir sama denga
pergerakan yang terjadi akibat adanya patahan horizontal.contoh jenis
batas lempeng ini adalah sesar san andreas di california.

8
a. Divergen adalah dua lempeng yang saling bergerak menjauh. Hal ini
diakibatkan oleh terjadi perpecahan pada lithosfer. akibat adanya
pergerakan ini, lempeng samudra mengalami pemekaran dasar laut.
Sedangkan pada lempeng benua, membentuk lembah.
b. Konvergen adalah dua lempeng yang saling berdekatan. Akibat perbedaan
kepadatan salah satu lempeng akan tertancap kebawah, dan masuk ke
bawah lempeng lainnya. Pada jenis batas konvergen, dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a) Jika terdapat dua lempeng, maka salah satu akan menghujam bumi,
sedangkan salah satu lempeng akan membentuk busur kepulauan,
akibat tertekan ke atas.
b) Jika terdapat dua lempeng, dan kedua lempeng memiliki kepadatan
yang sama, maka kedua lempeng akan bertubrukan dan membentuk
pegunungan lipatan.
c) Jika lempeng samudra dan lempeng benua saling bertemu, maka
lempeng samudra akan menghujam kebawah, sedangkan lempeng
benua akan membentuk pegungan uplift akibat permukaan yang
tertekan ke atas.
Pengertian Gunung Api
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi
tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut
terpancung. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan
dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada
batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui
rekahanrekahan mendekati permukaan bumi.

9
BAB III
PEMBAHASAN

Tektonik vs Tatanan Gunung Api


A. Teori Lempeng Tektonik
Teori Tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori
dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang
lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor
spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku
dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength)
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic
plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.
Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Kerak bumi terbagi menjadi lempengan-lempengan. Ada lempengan benua
yang besar dan ada yang kecil. Diantara lempengan-lempengan itu terdapat
retakan-retakan besar kerak bumi. Lempengan-lempengan itu bergerak perlahan-
lahan ke arah permukaan bumi. De beberapa tempat, lempengan-lempengan

10
tersebut bergerak saling menjauh dan dibeberapa tempat lain lempengan itu
bergerak saling mendekat dan bertabrakan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan
kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan
vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah
diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua
Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki
kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan
semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu
banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong
pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju
pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda
hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada
awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun
menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya
sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk
akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk
berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua
(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut

11
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami
pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini
dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran
(spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi
menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang
umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan
dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar
laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara
luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan
sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang
berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam
pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan

12
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga
implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan
lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya
perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih
panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui
proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi
dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda
dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer
sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer
pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya.
Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi
lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak
menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat
seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat
pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160
mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua
memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.
Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-
10 km.

13
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary),
yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung
samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik
yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi
biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika
mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan
kepadatan material pembentuknya.
Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan
perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih
sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera
dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya
berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik,
sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip
yang dikenal dengan isostasi.
Berikut adalah lempeng-lempeng utama yang ada dipermukaan bumi:
1. Lempeng antartika
2. Lempeng Indo-Australia
3. Lempeng pasifik
4. Lempeng afrika
5. Lempeng amerika
6. Lempeng eurasia

14
Batas-batas Lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Batas Divergen

DivergenTerjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling


memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer
menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic
ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen.
Pada batas-batas dimana antar lempeng saling menjauh terdapat beberapa
fenomena sebagai berikut:
a. Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa dan
hamparan leleran lava yang encer.
b. Renggangnya lempeng.
c. Aktivitas gempa didasar laut dan sekitarnya.
d. Pembentukan tanggl dasar samudra disepanjang tempat
perenggangan lempeng.

15
2. Batas Konvergen

Batas konvergen ialah batas lempeng-lempeng yang saling mendekat dan


menyebabkan tumbukan dimana...salah satu dari lempeng akan mengalami
penunjaman (menyusup) ke bawah lempeng yang lain masuk ke selubung. Daerah
penunjaman lempeng membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dalam pergerakan lempeng ini, lempeng
bergerak hanya beberapa sentimeter setiap tahun, sehingga benturan yang terjadi
sangatlah lambat dan berlangsung selama berjuta-juta tahun.

3. Batas Sesar Mendatar

16
Batas sesar mendatar terjadi karena adanya pergeseran dari dua lempeng
dengan arah yang berlawanan. Pergerakan ini tidak menimbulkan kehilangan atau
bermunculan kerak bumi, tetapi disepanjang daerah tersebut ditandai dengan
adanya keretakan. Pada batas ini sering terjadi kerusakan hebat berhubungan
dengan kegiatan gempa, sebab fokus gempa yang terjadi relatif dangkal.

B. Persebaran Gunung Api


1. Gunung Api

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus.
Dalam aktivitas gerak lempeng tektonik, pada tepian lempeng tersebut
umumnya muncul aktivitas vulkanisme dan gempa bumi. Benarkah dan
bagaimana itu bisa terjadi? dari lempeng-lempeng yang bergerak adalah
merupakan rangkaian gunungapi atau juga terdapat titik-titik pusat gempa. Pola
dan sebaran gunungapi serta gempa bumi tersebut tentunya tidak terlepas dari
keterkaitannya dengan proses alam lainnya, yaitu akibat gerak mendatar lempeng-
lempeng, baik secara tumbukan (konvergen), divergen, maupun berpapasan.

17
Saat ini gunungapi yang aktif di dunia berjumlah 500 sampai 600 buah
yang tersebar di tiga tempat utama, yaitu sebagai berikut:
a. Di sekitar Samudera Pasifik (sekitar 62%) dengan rincian sekitar
45% tersebar dikepulauan Pasifik Bagian Barat dan 17% di daerah
pinggiran Pasifik Utara dan Pasifik Selatan.
b. Di Indonesia (14%). Terletak memanjang membentuk jalur
pengunungan aktif sepanjang 7.000 - 7.500 km dan lebar 50 - 200
km, mulai dari Aceh di ujung barat hingga Halmahera di ujung
timurnya.
c. Sisanya tersebar di busur kepulauan dan pinggiran Amerika di
Pasifik. Sekitar 3% terletak di Pasifik Tengah (Hawaii dan Samoa),
1% terdapat di pulau-pulau di Samudera Hindia, 13% di Atlantik
(Azores, Cape Verde Island, Kanada, dan Medeira yang
merupakan gunungapi bawah laut), dan 7% tersebar di Mediteran
dan Asia Kecil Utara. Sekitar 4%-nya terletak di tengah benua dan
dikenal sebagai African Rift System.
Gunungapi tersebut sebagian besar terdapat di daratan, yaitu sekitar 83%,
sedangkan sisanya tersebar sebagai gunungapi bawah laut atau dinamakan sub
marine volcano. Penyebarannya mengikuti jalur-jalur memanjang, yang diduga
ada kaitannya dengan rekahan-rekahan kulit bumi.
Jalur I merupakan jalur gunungapi yang mengikuti jalur pegunungan
lipatan di sepanjang pinggiran Pasifik, terus menyambung melalui Pegunungan
Andes, Amerika Tengah, Meksiko, Amerika Bagian Barat, dan Kanada, Alaska,
Asia, Kamchatka, Jepang, Filipina, Indonesia Timur, Kepulauan Melanesia, dan
Selandia Baru. Di sebelah barat, di sepanjang pinggiran benua Asia dan Afrika,
deretan gunungapinya mengikuti rangkaian kepulauan dan sisanya membusur ke
samudera. Batas antara rangkaian pulau-pulau tersebut dan Samudera Pasifik
masing-masing mempunyai sifat dan keadaan geologi mulai dari sebelah timur
pulau-pulau Bouier dan Mariana di utara Irian (Papua), melewati Kepulauan
Solomon dan berakhir di Kepulauan Tonga dan Karnadek.
Jalur II merupakan daerah gunungapi yang tak sempurna mengikuti jalur
pegunungan lipatan muda. Mulai laut tengah hingga ke Asia Kecil dan Kepulauan

18
Indonesia. Jalur ini di bagian timur Asia dipotong oleh deretan pegunungan tinggi
Asia. Gunungapi bawah laut pada jalur ini ditemukan di beberapa tempat, antara
lain di Laut Tengah, yaitu antara Sisilia dan Tunisia, di daerah Kepulauan Lipari
dekat pesisir Arakan dan di Indonesia.

Aktivitas gunung api merupakan sebab utama adanya sebaran panas bumi,
terutama hidrotermal. Batuan pemanas dari aktivitas vulkanisme akan berfungsi
sebagai sumber pemanasan air. Panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar
aktif kadang-kadang berfungsi pula sebagai sumber panas. Seperti sumber-sumber
mata air panas di daerah sekitar gunungapi di sepanjang jalur sesar aktif Palu -
Koro, di Sulawesi.
Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, tetapi yang masih aktif kira-kira
80 gunung saja. Gunung-gunung tersebut digolongkan atas 3 barisan, yakni:
1. Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – sekitar laut banda
2. Halmahera dan Pulau-Pulau disebelah baratnya.
3. Sulawesi Utara – Pulau sangihe – Pulau Mindanao.
Beberapa gunung berapi di Indonesiayang sangat berbahaya letusannya adalah
Gunung Tambora di pulau sumbawa yang meletus tahun 1815, Gunung Krakatau
yang meletus tahun 1883, gunung kelud yang meletus tahun 1919, gunung merapi
yang meletus tahun 1930, Gunung Agung yang Meletus tahun 1962/1963 dan
gunung galunggung yang meletus tahun 1982.

19
Ada tiga sistem pokok persebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia,
yaitu:
a. Sistem Sunda
b. Sistem Busur Tepi Asia
c. Sistem Sirkum Australia.

Tataan Tektonik va Magmatisme


Tataan Tektonik serta Karakteristik Magma
Studi petrogenetika dari batuan beku dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik, karakteristik ini jika dibandingkan pada kondisi masyarakat yaitu
seperti turunan orangtuanya, selain itu tempat bergaulnya, dan yang paling
canggih adalah proses dari perkembangannya yang melewati fase awal,
menengah, dewasa hingga tuanya terhadap lingkungan masing-masing fase.
Karakteristik yang pertama adalah turunan, atau secara bahasa ilmiahnya
source region of the magma (pengartian bebas disebut asal muasalnya magma).
Asalnya magma sangat berkaitan dengan lingkungan tektonik, contoh sederhana
pada batuan ultra basa-basa (peridotit-basalt), peran tektonik yang berpengaruh
adalah dinamika lempeng samudera yang kadang terdorong kepermukaan atau
disebut obduksi atau terobosan yang sifatnya lelehan pada lapisan dalam yang
cakupannya sangat luas yang menunjukan sifat basanya. Hal tersebut jika
dibandingkan dengan batuan asam-intermedit mempunyai sedikit perbedaan,
dimana lempeng benua merupakan tempat pembatuan dominan atau terobosan
dominan yang memperlihat sifat kimiawinya yang didominasi oleh silika sebagai
induknya.
Ciri karakter kedua yaitu kondisi pembagian peleburan, peleburan yang
mudah dilihat dibagian mantel luar. Secara sederhana pembagian lapisan bumi
menjabarkan 4 lapisan dengan jarak kedalaman >6000 km, sedangkan mantel atas
pada zona kedalaman 670 km yang semua kejadian geologi terjadi dipermukaan
bumi seperti pembentukan pegunungan, formasi cekungan laut, hingga perubahan
dari sedimentasi. Peleburan parsial atau dikenal sebagai partial melting,
mencirikan hal utama yaitu sifat kimia. Kondisi kimia mencirikan pada mantel
bagian mana yang dileburkan, jika mantel atas yang bersifat basaltik dileburkan

20
akan mencirikan pembagian seperti olivin terleburkan lebih dibandingkan grup
piroksen itu sendiri pada kondisi normal.
Karakter magma yang ketiga yaitu proses dari perkembangannya yang
melewati fase awal, menengah, dewasa hingga tuanya terhadap lingkungan
masing-masing fase. Jika dimudahkan pengertiannya (mengingat ribet juga
memahaminya), yaitu perubahan magma selama masa transportasi dan
penyimpanan di perut magma (kantong volkanik). Disini peran fisik atau
pengkritalan mulai terlihat, bergerak naiknya magma dari kedalaman >100 km
menuju kedalaman sekitar 50 km di tatanan tektonik yang berbeda akan
mendinginkan dan mengkristalkan magma tersebut, maka pemisahan mineral
bersifat basa dengan berat jenis tinggi dengan mineral bersifat asam semakin jelas
dan kuat. Dalam hal ini pembacaan bowen series memudahkan penjabaran dari
peleburan magma dan pengkristalan magma tersebut.
Lalu bagaimana menghubungkan karakteristik magma terhadap
tektoniknya? Jika masih ingat pembagian pada lempeng itu dapat memudahkan
penjabarannya. Yang dimaksud zona lempengnya yaitu konstruktif lempeng,
destruktif lempeng dan pada zona lempeng itu sendiri, barulah dibagi posisinya.
Dari pembagian tersebut dapat dihayalkan model petrogenetik magma yang
berperan dalam per-zona tersebut, ditata dahulu struktur pada masing zona
kemudian posisinya, diberikan kimiawi magma yang dominan, bentuk dan
karakter diatas, barulah menjadi kompleks magmatik yang sesuai.
Proses Pembentukan Magma
a. Secara global, magma muncul di permukaan pada dua zona:
1. zona pemekaran lempeng samudera
2. zona penunjaman lempeng samudera.
b. Gradien panas bumi (geothermal gradient) bertambah bila semakin dalam.
Nilainya rata-rata 25 oC/km. Sehingga semakin dalam batuan semakin
panas, namun tetap bersifat padat, karena suhu lelehnya juga meningkat
dengan bertambahnya tekanan.
c. Tetapi dibawah zona pemekaran lempeng, temperatur melebihi suhu leleh,
karena tekanan berkurang akibat terbukanya lempeng.

21
d. Ditambah lagi dengan adanya air laut yang masuk lewat retakan batuan
turut mengurangi suhu leleh di bawah zona pemekaran, karena air
membantu energi panas dalam memecahkan ikatan kimia dalam mineral.

Gambar 3.3. Proses diagram pembentukan magma

Proses Pmbentukan Magma di Zona Pemekaran


a. Magma yang terbentuk di zona pemekaran bersifat basa (45 – 52 %
silika).
b. batuan mantel atas darimana magma berasal bersifat ultrabasa (<45
% silika), tersusun terutama oleh mineral-mineral silika
ferromagnesian dan hanya sedikit mineral-mineral silica non-
ferromagnesian.
c. Penyebab perubahan komposisi dari batuan induk ultrabasa
menjadi magma basa adalah proses pelelehan sebagian (partial
melting), dimana hanya sebagian batuan induk saja yang meleleh
membentuk magma.
d. Partial melting dapat terjadi karena mineral-mineral penyusun
suatu batuan memiliki suhu leleh yang berbeda satu dengan
lainnya.
e. Mengacu pada reaksi Bowen, urutan mineral-mineral tersebut
meleleh adalah terbalik dengan urutan kristalisasinya. Sehingga
kuarsa, feldspar potassium, dan plagioklas kaya sodium, meleleh

22
terlebih dahulu sebelum silika ferromagnesian dan plagioklas kaya
kalsium.
f. Sehingga ketika batuan ultrabasa mulai meleleh, mineral-mineral
kaya silika meleleh terlebih dahulu, diikuti oleh yang kurang
kandungan silikanya. Sehingga jika pelelehannya tidak sempurna,
akan terbentuk magma basa yang lebih banyak kandungan
silikanya daripada batuan induknya.

Proses Pembentukan Magma di Zona Penujaman


a. Magma yang terbentuk di zona pemekaran bersifat menengah (53 –
65 % silika) dan asam (>65 % silika), berasal dari batuan penyusun
kerak samudera yang bersifat basa (45 – 52 % silika).
b. Perubahan komposisi dari batuan induk basa menjadi magma
menengah dan asam dapat dijelaskan dengan proses pelelehan
sebagian (partial melting).
c. Partial melting terjadi ketika lempeng samudera yang menunjam
mencapai kedalaman tertentu dimana temperaturnya cukup tinggi
untuk memulai pelelehan sebagian.
d. Air laut yang sebagian terbawa oleh batuan kerak samudera hingga
kedalaman tertentu menjadi terpanaskan dan mempercepat proses
pelelehan dan pembentukan magma. Pengayaan kandungan silika
bukan hanya karena proses partial melting pada batuan kerak
samudera yang basa, namun juga terjadi pada batuan sedimen kaya
silika yang ikut terseret bersama-sama penunjaman lempeng
samudera.
e. Selain itu ketika magma naik menembus kerak benua, pengayaan
(enrichment) karena reaksi magma dengan batuan sekitar yang
kaya silika, semakin menambah asam magma yang terbentuk.

23
Gambar 3.4. Pembentukan magma di zona menunjaman

Perubahan Komposis Magma


a. Komposisi magma dapat berubah oleh pengendapan Kristal
(crystal settling), suatu proses yang melibatkan pemisahan mineral
oleh pengendapan akibat gaya gravitasi.
b. Olivin, mineral silikat feromagnesian pertama terbentuk dan berat
jenis paling besar, cenderung tenggelam ke bagian bawah magma,
membuat magma bagian atas lebih kaya silika, sodium, dan
potassium.
c. Observasi pada sill menunjukkan bagian dasarnya memang lebih
banyak mengandung olivin dan piroksin dibandingkan bagian atas.
d. Proses pengendapan kristal ini tidak efektif untuk menghasilkan
magma asam, karena diperkirakan untuk membentuk suatu volume
magma asam dibutuhkan magma basa 10 kali lebih banyak. Hal ini
tidak dijumpai pada tubuh-tubuh batuan intrusi Komposisi magma
juga dapat berubah oleh asimilasi (assimilation), suatu proses
dimana magma bereaksi dengan batuan di sekitarnya
(disebut country rock).
e. Bukti adanya asimilasi datang dari inklusi (inclusion), yaitu
fragmen country rock yang masuk ke dalam suatu batuan beku
yang menerobosnya.

24
f. Meski asimilasi betul terjadi, namun proses ini diperkirakan tidak
efektif untuk menghasilkan magma asam, karena proses asimilasi
juga mempercepat dinginnya magma. Sehingga hanya sedikit saja
jumlah batuan sekitar yang dapat berasimilasi dan merubah
komposisi magma.

Gambar 3.5. Perubahan komposisi magma

Penamaan batuan beku dan gunung api tidak lepas dari klasifikasi yang
berdasarkan pada kandungan senyawa kimianya yang ditinjau dari presentase
kandungannya.

Gambar 3.6. Diagram Miyashiro (1978)

Dari gambar di atas dapat dilihat penamaan batuan beku yang dibagi
berdasarkan kandungan Na2O+K2O dengan SiO2 menjadi 2 seri magma yaitu

25
batuan alkali dan alkali menengah atau sub-alkali. Pada batuan yang sangat kaya
potasiumnya dijelaskan pada tabel 1.2.

Pada dasarnya magma seri sub-alkali dapat diklasifikasikan menjadi seri


kaya alumunium atau seri kalsit-alkali dan seri low-K tholeiitic. Kelompok akhir
dari seri basaltik dapat diplotkan antara basal sub-alkali dan low-k sub-alkali pada
diagram %K2O dan %NaO dengan %SiO2 Sedangkan dua seri ini sendiri dapat
diplotkan pada gambar 7. dimana kelompok Tholeiitic dicirikan kaya akan besi
pada awal diferensiasi, seri kalsit-alkaline juga dapat diplotkan karena
menggambarkan pengkayaan besi pada awal kristalisasi mineral Fe-Ti.

26
Gambar 3.7. Diagram deferensiasi antara anggota basalt dari seri alkali dan
subalkali (Middlemost, 1975, dalam Wilson 1991).

Gambar 3.8. Diagram FMA

Pada dasarnya diagram pada gambar 4. yang menjelaskan hubungan antara


indeks alkali dengan kadar Al2O3 adalah parameter dari tholeiitic dan calc-alkali
basalt. Seri dengan sedikit kalium (low-K) terinterpretasi sebagai high-alumina

27
pada diagram ini walaupun terkadang sudah dijelaskan dalam presentase mineral
plagioklas.
Batuan dari magma alkali dapat dibagi menjadi sodik, potasik, dan batuan
high-K pada diagram yang menghubungkan kandungan antara K2O dengan Na2O
(gambar 10.)

Gambar 3.9. Gambar 3.10.

Batuan yang dengan kandung kalium yang tinggi dapat diartikan juga
mengandung silika yang sedikit dan dapat dideskripsi menjadi beberapa nama
seperti absarokite, lamproite, leucite basalt, leucite basalnit dan leucinitite.
Walaupun pada beberapa kasus dapat ditemukan akibat diferensiasi magma
batuan tersebut kaya silika dengan kandungan kalium yang tinggi.

28
Dari tabel 1.3 dapat dilihat batuan basal sub-alkali adalah jenis batuan
vulkanik yang paling banyak ditemukann baik di kerak benua maupun kerak
samudra. Sub-alkali basal kaya kalium, atau basal tholeiitik dominan terbentuk
pada daerah mid-ocean ridges dan pada beberapa provinsi basal dataran banjir.
Basal jenis ini mengalami penipisan yang sangat kuat kandung kaliumnya dan
beberapa unsur yang lain (seperti Rb, Ba, U, Th, Pb, Zr, dan light REE) ketika
dibandingkan dengan batuan basal yang lainnya. Analisis magma pada kerak
samudra telah didapatkan cenderung memiliki kandungan yang heterogen.
Walaupun basal tholeiitik tidak terlalu dominan, transisinya dan seri alkali dapat
ditemukan di beberapa tempat seperti pada daerah bukaan kerak samudra
contohnya samudra Atlantik. Karakteristik senyawa kimia yang terkandung dalam
MORB muncul sebagai indikator kecepatan bukaan kerak samudra dan sudut
punggungan bukaannya. Bukaan kerak samudra dapat juga muncul pada cekungan
busur belakang yang berasosiasi dengan subduksi dan busur gunung api. Pada
masa kini, magma dari seri calc-alkaline kehadirannya dihubungkan dengan zona
subduksi pada tatanan tektonik sehingga dapat dijadikan sebagai indikator gunung
api purba. Produk-produk gunung api pada busur benua beragam tergantung
evolusi busur, jarak vertikal diatas zona Benioff, dan pada beberapa kasus
penyebarannya lateral pada busur. Batuan pada busur vulkanik dapat dibedakan
menjadi tholeiitik, calc-alkaline, dan alkalin yang menunjukkan gradasi. Batuan
dengan kandungan magma tholeiitik muncul pada busur dengan umur muda-
menengah, atau pada zona tumbukan, magma calc-alkaline muncul pada busur
dewasa dan lempeng-lempeng yang masih aktif. Komposisi kimia dari batuan

29
vulkanik jelas lebih beragam daripada batuan pada MORB. Basal alkali dan hasil
diferensiasinya dapat ditemukan pada beberapa tatanan tektonik zona pertemuan
seperti lempeng samudra dan Intercontinental plate rifts. Hadir juga pada
beberapa zona subduksi. Basal lempeng samudra memiliki keragaman, dari
tholeiitik (Hawaii,Iceland dan Galapagos) melewati seri sodic-alkalic (Canary
Island dan St. Helena) hingga dengan kandungan potasium-alkali (Tristan da
Cunha dan Gough). Tipe magma selain basal juga sering ditemukan, seperti
bimodal basalt – trachyte/phonolite. Magma lempeng benua juga sangat sedikit
pada kuarter, tapi sangat dominan alkali pada fase awal pembukaan lempeng
benua (kerak dan sesar), secara regional ketika terdapat bukaan akibat struktur
yang besar dapat muncul juga seri transisi dan tholeiitik. Basal tholeiitik pada
dataran banjir muncul sangat banyak khususnya pada masa lalu berasosiasi
dengan batuan-batuan dari hasil bukaan lempeng dan generasi baru dari
pembentukan cekungan. Kimberlit dan magma ultra-potasik membentuk
bermacam-macam grup magma basal alkali pada lempeng, yang terbentuk pada
variasi tatanan tektonik yang sangat beragam.

Gambar 3.11. Pembentukan Magma

Lokasi pembentukan Magma pada tataan tektonik


1. Divergen, yaitu terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
menjauh (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan
litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng
samudra, proses ini menyebabkanpemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan

30
terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua
lempeng yang saling menjauh tersebut.
2. Konvergen, yaitu daerah di mana lempeng bergerak terhadap satu sama
lain dan bertabrakan. Subduksi zona terjadi dimana
lempeng samudera bertemu dengan pelat kontinental dan didorong
bawahnya. zona subduksi ditandai oleh palung samudera . Akhir turun dari
lempeng samudera meleleh dan menciptakan tekanan di dalam mantel ,
menyebabkan gunung berapi terbentuk. Obduksi terjadi ketika
lempeng kontinental didorong di bawah lempeng samudera, tapi ini tidak
lazim sebagai kepadatan relatif dari nikmat subduksi lempeng tektonik
dari lempeng samudera. Hal ini menyebabkan lempeng samudera
melengkung dan biasanya menghasilkan suatu punggungan samudra
pertengahan baru membentuk dan mengubah obduction ke subduksi.
sabuk Orogenic terjadi di mana dua lempeng benua bertabrakan dan
mendorong ke atas untuk membentuk besar pegunungan .
Batas konvergen ada tiga macam yaitu :
a) Antara lempeng benua dengan lempeng samudera. Ketika suatu
lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng
ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi,
kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di atasnya,
terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range).
Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman,
terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
b) Antara lempeng samudera dengan lempeng samudera. Salah satu
lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng samudera
lainnya, menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan
gunung berapi yang pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar
laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke
permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island
chain).
c) Antara lempeng benua dengan lempeng benua. Salah satu lempeng
benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena

31
keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat
dan tidak cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan
meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras dan
menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik(mountain
range).
3. Transform, yaitu terjadi bila dua piring terakhir menggiling satu sama
lain(bergerak sejajar namun berlawanan arah). Pada pergerakan ini
biasanya terjadi sesar (patahan).

Tataan Tektonik vs Vulkano


Pengenalan Gunungapi
Gunung atau sering disebut gunung berapi adalah suatu roman yang
mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke
permukaan bumi.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat
pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Pembentukan gunung api terjadi karena pergerakan antar lempeng tersebut
yang menimbulkan empat busur gunung api yang berbeda yaitu :
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikankesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian
membentuk busur gunungapitengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak
benua. Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan
lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian
membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi
jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur
gunungapi tengah benua atau banjir lavasepanjang rekahan.

32
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma
ini merupakan banjir lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai.

Vulkan Gunung Api


Morfologi gunung api mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan
sifat batuan yang dihasilkan. Secara garis besar bentuk vulkan dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu bentuk perisai, bentuk kerucut, dan bentuk maar.
1. Gunung Api Perisai
Salah satu bentuk gunung api adalah perisai ( Sheild Voicanoes )
atau aspit. Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer sehingga
pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah
dalam jumlah besar dari satu kawah besar/kawah pusat dan menutupi
daerah yang luas yang relative tipis sehingga bentuk gunung yang
terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan
tingginya.
Sifat magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang
mengandung gas. Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan
bumi secara meleleh. Akibatnya lereng vulkan ini landai ( 2 – 10 º ) tidak
terlalu tinggi disbanding diameternya dan permukaan lereng halus.
Contohnya adalah vulkan-vulkan di Hawaii misalnya Mauna Loa, Kilauea.
2. Gunung Api Kerucut
3. Bentuk lain dari gunung api adalah kerucut ( Cone Volcanoes ). Vulkan ini
dibangun oleh materi erupsi yang kebanyakan berupa piroklastik.
Magmanya bersifat asam, lebih kental dan banyak mengandung gas
sehingga erupsinya eksplosif/meledak. Materi-materi piroklastik itu akan
diendapkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk suatu kerucut vulkan.
4. Gunung Api Maar
5. Bentuk gunung api yan tergolong Maar ( Maar Volcanoes ), vulkan ini
terbentuk karena terjadi letusan eksplosif sebuah dapur magma yang relatif
kecil dan dangkal sehingga dengan sekali erupsi saja aktivitasnya akan
habis. Bentuk gunung ini biasanya melingkar, disamping itu erupsi berupa

33
gas sehingga di sekitar lubang kepundan habis terkikis oleh gas dan
biasanya meninggalkan lubang besar seperti kubangan.

Erupsi Gunung Api


Erupsi gunung api atau sering disebut dengan letusan merupakan
fenomena alam yang kadang-kadang mencemasakan. Karena perbedaan derajat
kekentalan magmaya, tekanan gas magmatik dan kedalaman dapur magma, maka
tipe letusan antara satu gunung api dengan yang lainnya saling berbeda. Biasanya
setelah vulkan meletus akan meninggalkan lubang berbentuk mangkok dan tempat
(bekas) magma keluar yang disebut kawah/ kepundan (Crater). Ukurannya
bermacam-macam dari beberapa meter sampai 2 km dan dapat meletus karena
tepinya mengalami longsor atau lava di bawah kawah mencairkan batuan
sekitarnya.
Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan/vent tempat keluarnya magma, erupsi
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Erupsi Celah
Erupsi celah adalah erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api
melainkan meleleh keluar lewar retakan-retakan kerak bumi. Beberapa contoh
gunung api yang tergolong dalam erupsi celah antara lain :
a. Plateau Dekkan di India, tertutup lava dengan ketebalan rata-rata 667
meter, paling tebal 3.000 meter, meliputi daerah seluas 5 x 105 km2.
b. Plateau Columbia, AS daerah seluas 130.000 km2 tertutup lava basalt
dengan ketebalan lebih dari 100 meter. Jaraknya dari lubang kepundan
lebih dari 60 km. Hampir 2,6 x 106 km2 permukaan daratan tertutup
dengan lava yang keluar dari suatu erupsi celah.

2. Erupsi Vent
Erupsi vent sering disebut Central Vent Eruption (Pipa Eruption,
Summit Eruption), yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api.
Biasanya jangka waktu erupsinya pendek, tidak seperti pada fissure eruption
dimana erupsi berlangsung sangat lama.

34
Selain itu ada lima 5 tipe erupsi lainnya yang diselidiki oleh pakar
Vulkanologi, yaitu :
a. Tipe Islandia. Erupsi ini sangat lemah, magma keluar ke permukaan bumi
lewat saluran secara mengalir kemudian tersebar di permukaan bumi. Dari
waktu ke waktu salurannya bergeser membentuk lapisan-lapisan lava
yang telah membeku.
b. Tipe Hawaii. Erupsi ini juga lemah, meleleh keluar karena magmanya cair
dan tekanan gasnya rendah. Biasanya dapur magmanya dangkal.
Cotohnya : Mauna Loa,
c. Tipe Stromboli. Erupsi ini tidak terlalu eksplosif tapi bisa berlangsung
lama. Magmanya cair, tekanan gasnya sedang dengan dapur magma yang
agak dalam. Selain mengeluarkan lava, juga bahan-bahan piroklastik
membentuk Composite Cone. Contohnya adalaah Gunung Stromboli di
sebelah utara Sisilia.
d. Tipe Vulkano. Erupsinya eksplosif dengan magma yang agak cair,
tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam. Ditandai dengan
terjadi awan abu dan materi-materi proklatos lainnya dengan sedikit lava
ikut keluar.
e. Tipe Pelee. Erupsinya sangat eksplosif karena magmanya sangat kental,
tekanan gasnya tinggi dan dapur magma dalam. Cirri khasnya adalah
awan pijar/nuee ardene

Volkanik Explosivity Index (VEI)


Volcanic Explosivity Index (VEI) pertama kali dikemukakan oleh Chris
Newhall dari U.S. Geological Survey dan Steve Self dari Universitas Hawaii
tahun 1982 untuk menyediakan pengukuran relatif dari besarnya letusan gunung
berapi. VEI secara konseptual mirip dengan skala Richter, yang digunakan untuk
mengukur kekuatan gempa. Skala Richter dimulai pada 1 dan secara teknis tidak
memiliki batas atas, namun gempa bumi terbesar yang pernah tercatat 9,5 skala
Richter. Nilai Richter berdasarkan pengukuran gelombang gempa terdeteksi oleh
seismometer. Ini adalah skala logaritmik, yang berarti bahwa setiap langkah

35
perubahan merupakan urutan besarnya (atau 10 kali) meningkat selama langkah
sebelumnya dalam hal amplitudo diukur.

Gamabar 3.12. Smithsonian Institution/Rizal Dasoeki

Sementara pada peristiwa vulkanik sulit untuk mengukur dan tidak ada
nomor tunggal yang sepenuhnya menggambarkan karakter letusan. Berbeda
dengan skala Richter, VEI, yang berlangsung 0-8, didasarkan tidak hanya pada
data kuantitatif, tetapi juga pada kriteria kualitatif. faktor yang dipertimbangkan
termasuk: gambaran umum, volume tephra - bahan yang dikeluarkan dari gunung
berapi, untuk lava misalnya, abu , dan lainnya (volume diukur dalam meter kubik
kubik baik atau kilometer), kolom tinggi, deskripsi kualitatif, tipe letusan, jangka
waktu, Explosivity maksimum dan injeksi Tropospheric/Stratosfera.
VEI lebih mudah untuk memahami bila dilihat dalam bentuk grafik atau
tabel, dan pembaca mungkin dapat menggunakan parameter ini untuk melihat
ketika ada gunung berapi meletus. Pada konteks para ilmuwan gunung berapi
pembuatan parameter ini sangat penting, mereka akan mengevaluasi data dengan
sebanyak mungkin memasukan berbagai kategori tersebut, sehingga mereka dapat
lebih mudah memasukkan pada level VEI dengan lebih tepat dan representatif.
Kriteria gambaran umum dari VEI terutama mengacu pada ukuran letusan
Kategori (dengan VEI terkait dalam tanda kurung) adalah:. Non-ledakan (0), kecil
(1), sedang (2), sedang-besar (3) , besar (4), sangat besar (5), super dasyat (6),
humongous (7) dan tak terlukiskan (8). Istilah-istilah ini agak subyektif, karena
tidak bersifat kuantitatif, sehingga parameternya relatif atau tidak pasti.

36
Ukuran yang terlaporkan, atau “ukuran besar,” dari sejarah letusan gunung
berapi sangat tergantung pada titik pandang pengalaman dan pengamat. Untuk
memenuhi kebutuhan ukuran besaran bermakna, yang dapat dengan mudah
diterapkan untuk ukuran letusan, Newhall dan Self (1982) data kuantitatif yang
terintegrasi dengan deskripsi subjektif pengamat, menculah parameter Volcanic
Explosivity Index (VEI), yang merupakan gabungan antara parameter kuantitatif
dan kualitatif.
Ini merupakan indeks 0-sampai-8 sederhana Explosivity meningkat,
dengan masing-masing mewakili integer berturut-turut tentang urutan besarnya
peningkatan. Kriteria untuk tugas VEI ditunjukkan dalam tabel di bawah ini, yang
diikuti dengan contoh letusan VEI di kelas ukuran yang berbeda. tugas VEI telah
diperbarui dari orang-orang di Newhall dan Self (1982) dan Simkin dan Siebert
(1994).
Sekitar 50-60 gunung berapi meletus setiap tahun, 20-30 diantaranya adalah
efusif (aliran lava) dan 20-30 yang meledak. Sementara 360 gunung berapi
meletus pada abad ke-20

Volcanic Kolom
Tephra
Explosivity Tinggi Contoh Frekuensi Letusan
m3
Indeks (km)

20-30 seperti letusan per


non ledakan <0,1 104 Kilauea
tahun

Yasur VEI 1 letusan


1 0.1-1.0 106 Stromboli terjadi setiap hari
Semeru suatu tempat di dunia

VEI 2 letusan
2 1-5 107 USU 2000 terjadi mingguan
suatu tempat di bumi

Lopevi 2001
Mayon 2001
3 3-15 108 3 per tahun
Cleveland 2001
Tungurahua 2001

37
Pago 2002

Galunggung 1982
Rabaul 1994
Agustinus 1986
4 10-25 109 1 per tahun
Lamington 1951
Ambrym 1950-51
Shishaldin 1999

Chaitén 2008
Vesuvius 79 AD
5 > 25 1010 Mt St Helens 1980 1 setiap 10 tahun
Hudson 1991
Fuji 1707-08

Krakatau 1883
Pinatubo 1991
6 - 1011 1 setiap 100 tahun
Ambrym 50 AD
Katmai 1912

7 - 1012 Tambora 1815 1 setiap 1000 tahun

8 - 1013 Yellowstone 1 setiap 10 juta tahun

www.volcanolive.com/vei.htm

Contoh Gunung Api yang pernah meletus dari level 0 sampai 8


Level 0
Pada level ini disebut dengan level hawaiian. Sebuah letusan Hawaii
adalah jenis letusan gunung berapi di mana lava dari lubang dalam ledakan lembut
relatif, tingkat rendah, disebut demikian karena itu adalah karakteristik dari
gunung berapi Hawaii. Biasanya mereka adalah letusan efusif, magma basaltik
dengan viskositas rendah, kandungan gas rendah, dan suhu tinggi pada lubang
angin.
Dengan ejecta volume < 10,000 m³ dan plume < 100 m. contoh gunung yang
pernah meletus dengan Level ini adalah Gunung Kīlauea di Hawaii

38
Level 1
Level ini disebut dengan level strombolian. Letusan strombolian relatif
rendah tingkat letusan gunung berapi, dinamai setelah gunung berapi Stromboli
Italia, di mana letusan tersebut terdiri dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom
lava ke ketinggian puluhan hingga ratusan meter. Mereka kecil dan menengah
dalam volume, dengan kekerasan sporadis, dengan ejecta volume > 10,000 m³ dan
plume 100–1000 m.
Contoh gunung dengan letusan level ini adalah Gunung Stromboli di Italia

Level 2
Level ini disebut dengan level vulcanian.istilah ini pertama kali digunakan
oleh Giuseppe Mercalli, menyaksikan 1888-1890 letusan di Pulau Vulcano.
Deskripsi tentang gaya letusan sekarang digunakan di seluruh dunia untuk letusan
ditandai oleh awan tebal abu-sarat gas yang meledak dari kawah dan naik tinggi di
atas puncak.ejecta volumenya > 1,000,000 m³ dan plume 1-5 km. gunung yang
pernah meletus dengan level ini Gunung Sinabung di Indonesia.

39
Level 3
Level ini disebut pelean. Letusan Peléan adalah jenis letusan gunung
berapi. Mereka dapat terjadi ketika magma kental, biasanya tipe rhyolitic atau
andesit, terlibat, dan berbagi beberapa kesamaan dengan letusan Vulcanian.
Karakteristik yang paling penting adalah adanya longsoran bersinar abu vulkanik
panas, aliran piroklastik. Pembentukan kubah lava adalah fitur lain yang khas.
Arus pendek abu atau penciptaan kerucut batu apung dapat diamati juga.dengan
ejecta volume > 10,000,000 m³ dan plume 3–15 km.contoh gunungnya adalah
Gunung Soufrière Hills di Monsteratt kepulauan Karibia.

Level 4
Level ini mirip dengan level 3 dan letusan level 5.ejecta volumenya > 0.1
km³ dan plume 10-25 Km. contoh Gunung yang meletus pada level ini adalah
Gunung Eyjafjallajökull di Islandia

40
Gunung Eyjafjallajökull di Islandia Gunung Kelud di Indonesia

Level 5
Letusan Plinian, juga dikenal sebagai ‘letusan Vesuvian’, letusan gunung
berapi yang ditandai oleh kesamaan mereka untuk letusan Gunung Vesuvius di
AD 79 ( seperti yang dijelaskan dalam surat yang ditulis oleh Plinius Muda, dan
yang membunuh pamannya Pliny the Elder ). Letusan Plinian yang ditandai
dengan kolom gas dan abu vulkanik memperluas tinggi ke stratosfer, lapisan
atmosfer tinggi. Karakteristik kunci pengusiran sejumlah besar batu apung dan
sangat kuat letusan ledakan gas terus menerus. Ejecta volumenya > 1 km³ dan
plume 20 – 35 km. Contoh Gunung yang meletus pada level ini:

Mount Vesuvius di Italia erupsi terakhir terjadi pada 1944. Erupsi besar terja pada
79 SM yang menyebabkan perubahan bentuk gunung.

41
Level 6
Level ini berada seperti di antara Level 5 dan level 7. Dengan ejecta
volume > 10 km³ dan plume > 30 km. Contoh Gunung yang meletus pada level
ini:

Gunung Krakatau di Indonesia Gunung Pinatubo di Filipina

Level 7 ( Level Ultra – Plinian )


Menurut Volcanic Explosivity Index Smithsonian Institution, sebuah VEI
6 sampai 7 diklasifikasikan sebagai “Ultra Plinian.” Mereka didefinisikan oleh
bulu abu lebih dari 25 km ( 16 mil ) tinggi dan volume bahan meletus 10 km3 ( 2
mil kubik ) untuk 1.000 km3 ( 200 cu mil ) dalam ukuran. Contoh Gunung yang
meletus pada level ini:

Gunung Tambora di Indonesia meletus dahsyat pada 1815.

42
Level 8 ( Level Supervolcanic )
Contoh gunung yang pernah meletus level ini:
Letusan skala penuh terakhir dari supervolcano Yellowstone, Creek Lava
letusan yang terjadi hampir 640.000 tahun yang lalu, memuntahkan sekitar 240
kilometer kubik ( 1.000 km3 ) dari batu dan debu ke langit.

Letusan Toba ( peristiwa Toba ) terjadi pada atau yang sekarang Danau
Toba sekitar 67.500 sampai 75.500 tahun yang lalu.
Letusan Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga
letusan pembentukan kaldera yang terjadi di gunung berapi, dengan kaldera yang
terbentuk sebelumnya sekitar 700.000 dan 840.000 tahun yang lalu. letusan
terakhir memiliki Explosivity Index diperkirakan vulkanik 8 (digambarkan
sebagai “mega – kolosal”), sehingga kemungkinan letusan gunung berapi terbesar
ledakan dalam 25 juta tahun terakhir.

43
BAB IV
KESIMPULAN

Pada tataan tektonik yang berbeda dapat diperoleh suatu produk


Gunungapi yang berbeda komposisinya dimana pada tempaya dibatas lempeng
dan didalam lempeng memiliki perbedaan dalam pembentukan gunungapi dan
juga komposisi dari magmanya itu sendiri.
Pada daerah batas lempeng yang terjadi pada lempeng benua dengaan
lempeng benua akan membentuk suatu pegunungan yang hannya terdapat
magmatismenya di bagian lokal, yang terkandung magma yang bertipe theolotik.
Untuk batas lempeng samudra dengan lempeng benua yang dikenal sebagai
subduksi membentuk tipe gunung strato yang bermorfologi kerucut dan dengan
tipe magma yang lebih asam (Alkali series) akibat terpengaruh oleh batuan
sampingnya yang berasosiasi, pada bagian batas lempeng smudra dengan batas
lempeng samudra akan membentuk suatu Oblique yang akan memperlihatkan
batuan lapisan saduraa teraangkat, dan produknnya akan lebih membentuk bukkan
magma yang bersifat primer akibat dari batas langsung mantel. Untuk bagian
dalam Lempeng sendiri terdapat suatu pergerakan tektonik yang hingga
membentuk suatu celah terjdinya trobosn untuk keluarnya magma sendiri yang
bersifat kontuktif yang tidak membahayakan serta dalam pembentukan
morfologinya baik terekmnya yang dapat berupa hotspot, maupun erupsi
gunungapi yang bersifat efusif yang menandakan bahwa tatanan tektonik yang ada
berperan sebagai trobosan yang langsung dari magma primer sendiri dan
destruktif yang bersifat merusak pada bagian yang telah terbentuk dengan baik
yaitu dapat berupa akibat letusan gunungapi yang bersifat eksplosif dimana
terletak pada tataan tektonik yang menghasilkan produk nagma yang menjadi
lebih asam sehingga memiliki keenceran yang dapat mendorong suatu tenaga
yang besar ketika tertahan oleh perlapisan diatasnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/12216209/Hubungan_Gejala_Tektonik_dengan_Gempa
_dan_Gunung_Api diakses 16 Oktober 2017 pukul 20.13 WIB

https://www.scribd.com/doc/283573378/Tektonik-Dan-Magmatisme diakses 16
Oktober 2017 pukul 20.33 WIB

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/08/volcanic-explosivity-index-
vei-apa-itu/, diakses tanggal 16 Oktober 2017 pukul 20.42 WIB

Wilson, Marjorie. 1989. Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach.


Springer. 7-11.

http://www.tugassekolah.com/2016/02/teori-tektonik-lempeng-dan-kaitannya-
dengan-persebaran-gunung-api.html, diakses tanggal 16 Oktober 2017 pukul
21.03 WIB

45

Anda mungkin juga menyukai