Bioteknologi Transgenik Mikroinjeksi Pad
Bioteknologi Transgenik Mikroinjeksi Pad
MAKALAH
Di susun oleh
NIM : 14111610026
CIREBON
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Dimana
penerapannya sebagian besar digunakan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjangkau setiap aspek kehidupan
manusia, tak ketinggalan pula dalam bidang bioteknologi. Selain dalam bidang pertanian
dan pangan, bioteknologi modern juga telah menjangkau bidang kelautan dan perikanan.
Beberapa permasalahan perikanan terutama dalam budidaya ikan dapat teratasi dengan
bioteknologi molekuler, salah satu teknologi tersebut adalah “ dengan
pengembangan“Teknologi Transgenik”. Transgenik adalah memindahkan gen dari satu
makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau
dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Salah contoh dari teknologi transgenetik ini yaitu
ikan transgenik.
Teknologi ikan transgenik mampu menghasilkan benih ikan unggul, yaitu melalui
perbaikan mutu genetik ikan yang akan dipelihara atau dibudidayakan. Perbaikan mutu
genetik ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ikan.
Keunggulan ikan hasil rekayasa ini antara lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap
serangan penyakit, dan tahan terhadap lingkungan yang cukup ekstrem. Pada tulisan ini
akan dikaji mengenai pengertian transgenic pada ikan, bagaimana metode atau proses
yang digunakan , serta bagaimana keunggulan dari ikan transgenetik tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan ikan transgenik?
2. Bagaimana konsep dasar dari ikan transgenik?
3. Bagaimanakah proses transgenik pada ikan terutama ikan salmon?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari ikan transgenik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Transgenik
Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda.
Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun
potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya
disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat
menghasilkan otransgenikan atau sel otransgenikan tertentu dan gen umum yang
memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap
ikan terdiri dari bahan kimia yaitu DNA deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic
acid). Ekspresi dari gen-gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan.
Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu
dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan
ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya
tercermin pada laju pertumbuhan ikan.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu
menghasilkan benih ikan unggul seperti tersebut diatas salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan rekayasa genetik melalui penerapan teknologi transgenik pada
ikan. Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik
yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari
sumber yang berbeda secara in vitro.
Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan
peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini memungkinkan untuk
diaplikasikan dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan), namun masih perlu
dilakukan penelaahan khusus untuk mengetahui teknologi tersebut.
Dalam perkembangannya, pembentukkan ikan transgenik melalui transfer “ DNA
contruct ” dapat dilakukan dengan beberapa metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :
1. Microinjection (Mikroinjeksi)
Microinjection (Mikroinjeksi) adalah metode yang paling banyak digunakan
karena mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang
lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakukan oleh Gurd on (1963) pada telur
amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot katak, namun hasilnya
tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya. Pada ikan juga telah
dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan oleh Chourrout et al
(1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri), dan Ozato et al (1986) pada ikan
Medika (Oryzias latpes).
2. Retroviral Infection (Infecksi pada Virus),
Retroviral Infection (Infeksi pada virus) atau dengan kata lain introduksi gen
melalui virus sebagai mediator. Pada metode ini, virus ditumpangi oleh gen yang
dikehendaki dan diintroduksikan kedalam embrio hewan. Virus mempunyai ukuran
yang sangat kecil dan mampu menembus inti sel dan virus m empunyai genom yang
terdiri dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk mentraskripsikan DNA. Bila
satu sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan menghasilkan DNA virus, setelah
DNA ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi bagian dari genome induk. Un
species ikan telah dilakukan diantaranya oleh Lin et al (1994) dan Gaiano et al (1996)
pada ikan Zebrafish (Brachydanio rerio).
3. Sperm-mediated Gene Transfer (Sperma sebagai Pembawa Gene)
Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk
mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses
fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh komponen protein
spesifik dan akan bergabung dengan genome induk setelah terjadi fertilisasi.
Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila sperma dalam keadaan motil dan
konsentrasi DNA cukup t inggi. Metode ini juga telah dicobakan oleh Muller et al
(1992) dalam Tsai (2008).
4. Particle Bombardment (Partikel Gun atau Bi olistik)
Metode ini banyak digunakan pada tanaman dengan cara DNA diikat pada
suatu mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini mempunyai banyak keuntungan
yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan akan menghasilkan beberapa
sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang lebih dalam dan dapat digunakan pada
berbagai macam jaringan (Potrykus, 1996). Pada ikan telah dicobakan oleh Kolenikov
et al (1990).
5. Electroporation (Elektroporasi)
Metode ini gamet atau embrio ditempatkan pada suatu cuvet yang mana
membran selnya permiabel terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran (pulsa)
listrik pendek (beberapa saat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan membran selnya
kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan tinggal dalam gamet atau
embrio. Metode ini mudah dan cepat dan memungkinkan untuk melakukannya pada
ratusan oosit ikan atau telur ikan yang telah difertilisasi dalam satu kali kejutan.
1. Persiapan Gen
Pertama-tama dipersiapkan gen yang akan ditranfer. Persiapan ini dimulai dari
isolasi DNA, yang dapat diisolasi dari darah, daging, sirip ataupun sisik. Misalnya
dari sisik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Mencari sekuen promoter region gen pengkode, tergantung pada jenis gen
yang akan ditranfer, misal gen GH ikan jenis lain yang telah dilaporkan
sebelumnya pada gene bank (Nasional Center for Biotechnology Information-
NCBI).
Koleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan (induced
breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat digunakan
diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon + dopamin),
Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin). Selain itu dapat pula melalui penyuntikan
dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan, misal Carp Pituita ry Gland (Kelenjar Hipofisa
Ikan Mas) yang dikenal dengan nama tekhnik hipofisasi. Sebelum dilakukan
fertilisasi, terlebih dahulu diperiksa motilitas sperma. Sperm a ikan akan bergerak
setelah kontak dengan air. Sperma yang baik mempunyai daya gerak atau motil
selama lebih kurang 30 (tiga puluh) detik. Motilitas sperma ini viabilitas telur dapat
dipertahankan apabila disimpan dalam larutan Ringer pada suhu 4 oC, dan biasanya
selama 2 (dua) jam dari waktu fertilisasi. Adapun komposisi larutan Ringer ini adalah
: 6,5 gram NaCl, 0,25 gram KCl, 0,2 gram NaHCO3, 0,4 gram CaCl2-2H2O yang
dilarutkan dalam 1 (satu) liter aquabid est.
Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
mengg unakan mesin yang diseput dengan “ Gen Pusher “. Secara skematis photo
alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 4. Metode
Mikroinjeksi Gen pada
Pronukleus Telur (Zygot) Ikan
(Pinkert, 1994)
Gambar 5. Mitode
Mikroinjeksi Gen pada Telur
(Zygot) Ikan (Grabher dan
Wittbrodt, 2007)
Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh diam
eter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter mikropil
canalnya 1,2 ųm (Riehl, 1980 dalam Hew dan Fletcher ( 2003). Setelah gen
diinjeksikan, maka telur-telur tersebut di inkubasi untuk ditetaskan, kemudian
dilakukan pula perawatan larva sampai menjadi benih dan seterusnya sampai
berreproduksi kembali.
4. Pemeriksaan/Pengujian
Poeciliposis lucida
Male 19 4 21
Female 14 8 57
Male 34 23 68
Male 21 6 28
Male 24 14 58
Procambrius clarkii
Male 12 4 33
Female 12 8 67
Table 3. Inheritance (Penurunan Sifat Induk ke Anak) dari Turunan Trangenik pada Generasi F2
Poeciliposis lucida
F 1a >< Non-T 12 6 50
F 1b >< Non-T 20 9 45
F 1c >< Non-T 35 19 54
F 1d >< Non-T 20 14 70
F 1e >< Non-T 20 12 60
Procambrius clarkii
F 1a >< Non-T 15 8 57
F 1b >< Non-T 15 7 47
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan bahwa :
3. Transgenik Microinjention terdiri dari beberapa tahap, yaitu:(a) Persiapan gen (isolasi
dan purifikasi serta restriksi DNA), (b) Koleksi telur, sperma dan fertilisasi, (c)
Injeksi Gen ke Dalam Telur, dan (d) Pemeriksaan/Pengujian Ekspresi Ikan Trangenik
4. Kelebihan ikan transgenik adalah pertumbuhan yang cepat, pakan yang dibutuhkan
sedikit, tahan terhadap penyakit pada lingkungan yang cukup ekstrim.
5. Kelemahan ikan transgenik adalah apabila ikan samon transgenik ini di lepaskan ke
habitat perairan alami, maka dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi. Oleh
karena itu, sebaiknya teknologi yang semakin maju juga harus mempertimbangkan
keseimbangan ekologi.
B. Saran
Suatu kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk perkembangan zaman.
Namun, sebaiknya kemajuan teknologi juga harus memperhatikan dan
mempertimbangkan keseimbangan ekologi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA