Anda di halaman 1dari 17

BIOTEKNOLOGI TRANSGENIK MIKROINJEKSI PADA IKAN SALMON

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri (Uas)

Mata Kuliah : Bioteknologi

Dosen Pengampu: Ina Rosdiana, M. Pd

Di susun oleh

Nama : Khoirul Anam

NIM : 14111610026

Kelas : Biologi A/6

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Dimana
penerapannya sebagian besar digunakan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjangkau setiap aspek kehidupan
manusia, tak ketinggalan pula dalam bidang bioteknologi. Selain dalam bidang pertanian
dan pangan, bioteknologi modern juga telah menjangkau bidang kelautan dan perikanan.
Beberapa permasalahan perikanan terutama dalam budidaya ikan dapat teratasi dengan
bioteknologi molekuler, salah satu teknologi tersebut adalah “ dengan
pengembangan“Teknologi Transgenik”. Transgenik adalah memindahkan gen dari satu
makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau
dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Salah contoh dari teknologi transgenetik ini yaitu
ikan transgenik.
Teknologi ikan transgenik mampu menghasilkan benih ikan unggul, yaitu melalui
perbaikan mutu genetik ikan yang akan dipelihara atau dibudidayakan. Perbaikan mutu
genetik ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ikan.
Keunggulan ikan hasil rekayasa ini antara lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap
serangan penyakit, dan tahan terhadap lingkungan yang cukup ekstrem. Pada tulisan ini
akan dikaji mengenai pengertian transgenic pada ikan, bagaimana metode atau proses
yang digunakan , serta bagaimana keunggulan dari ikan transgenetik tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan ikan transgenik?
2. Bagaimana konsep dasar dari ikan transgenik?
3. Bagaimanakah proses transgenik pada ikan terutama ikan salmon?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari ikan transgenik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Ikan Transgenik


Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah, dan gen yang berarti
pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke
makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke
tanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya. Transgenik secara
definisi adalah “ The Use of Gene Manipulation to Permanently Modify the Cell or Germ
Cells of Organism “ (Penggunaan Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan yang
tetap pada Sel Makhluk Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA)
merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau
penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro.
Definisi transgenik pada ikan atau hewan ternak pada umumnya adalah
memasukkan DNA rekombinan yang telah dikendalikan ke dalam genom, sehingga DNA
yang dimasukkan ini dapat mengembangkan salah satu aspek dari produktivitas, juga
DNA dan efeknya dapat diturunkan kepada anaknya.

B. Konsep Transgenik
Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda.
Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun
potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya
disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat
menghasilkan otransgenikan atau sel otransgenikan tertentu dan gen umum yang
memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap
ikan terdiri dari bahan kimia yaitu DNA deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic
acid). Ekspresi dari gen-gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan.
Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu
dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan
ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya
tercermin pada laju pertumbuhan ikan.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu
menghasilkan benih ikan unggul seperti tersebut diatas salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan rekayasa genetik melalui penerapan teknologi transgenik pada
ikan. Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik
yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari
sumber yang berbeda secara in vitro.
Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan
peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini memungkinkan untuk
diaplikasikan dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan), namun masih perlu
dilakukan penelaahan khusus untuk mengetahui teknologi tersebut.
Dalam perkembangannya, pembentukkan ikan transgenik melalui transfer “ DNA
contruct ” dapat dilakukan dengan beberapa metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :
1. Microinjection (Mikroinjeksi)
Microinjection (Mikroinjeksi) adalah metode yang paling banyak digunakan
karena mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang
lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakukan oleh Gurd on (1963) pada telur
amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot katak, namun hasilnya
tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya. Pada ikan juga telah
dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan oleh Chourrout et al
(1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri), dan Ozato et al (1986) pada ikan
Medika (Oryzias latpes).
2. Retroviral Infection (Infecksi pada Virus),
Retroviral Infection (Infeksi pada virus) atau dengan kata lain introduksi gen
melalui virus sebagai mediator. Pada metode ini, virus ditumpangi oleh gen yang
dikehendaki dan diintroduksikan kedalam embrio hewan. Virus mempunyai ukuran
yang sangat kecil dan mampu menembus inti sel dan virus m empunyai genom yang
terdiri dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk mentraskripsikan DNA. Bila
satu sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan menghasilkan DNA virus, setelah
DNA ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi bagian dari genome induk. Un
species ikan telah dilakukan diantaranya oleh Lin et al (1994) dan Gaiano et al (1996)
pada ikan Zebrafish (Brachydanio rerio).
3. Sperm-mediated Gene Transfer (Sperma sebagai Pembawa Gene)
Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk
mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses
fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh komponen protein
spesifik dan akan bergabung dengan genome induk setelah terjadi fertilisasi.
Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila sperma dalam keadaan motil dan
konsentrasi DNA cukup t inggi. Metode ini juga telah dicobakan oleh Muller et al
(1992) dalam Tsai (2008).
4. Particle Bombardment (Partikel Gun atau Bi olistik)
Metode ini banyak digunakan pada tanaman dengan cara DNA diikat pada
suatu mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini mempunyai banyak keuntungan
yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan akan menghasilkan beberapa
sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang lebih dalam dan dapat digunakan pada
berbagai macam jaringan (Potrykus, 1996). Pada ikan telah dicobakan oleh Kolenikov
et al (1990).
5. Electroporation (Elektroporasi)
Metode ini gamet atau embrio ditempatkan pada suatu cuvet yang mana
membran selnya permiabel terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran (pulsa)
listrik pendek (beberapa saat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan membran selnya
kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan tinggal dalam gamet atau
embrio. Metode ini mudah dan cepat dan memungkinkan untuk melakukannya pada
ratusan oosit ikan atau telur ikan yang telah difertilisasi dalam satu kali kejutan.

C. Transgenetik pada Ikan Salmon (Oncorhynchus nerka)


Perkembangan transgenik ikan saat ini sudah sangat berkembang, para ilmuwan
telah berhasil menemukan berbagai jenis ikan yang direkayasa sehingga berukuran lebih
besar dari normalnya, para ilmuwan juga telah berhasil menemukan ikan zebra yang
mampu bercahaya dan lain sebagainya. Akan tetapi pada makalah ini kami akan
membahas mengenai transgenik pada ikan salmon.
Hampir 10 tahun ikan transgenik tersimpan dalam tangki penelitian Departemen
Perikanan dan Kelautan Kanada di Vancouver Barat. Ribuan salmon transgenik berenang
lamban dan terus mengunyah karena diberi makan 20 kali sehari. Mereka dirancang
tumbuh delapan kali lebih cepat dan berat 37 kali lebih besar dari ukuran normal, seperti
dikutip Berita Bumi (Oktober 1999).
A/F Protein Canada Inc. berharap sudah dapat memasarkan ikan salmon dan trout
transgenik tahun 2001. Ikan bermerek AquaAdvantage itu dirancang agar
pertumbuhannya dipercepat sampai 400%. Kehadiran ikan transgenik diawali oleh
Jepang ketika mencoba menciptakan “ikan tuna super” secara genetis tahun 1980-an.
Selain sulit, penelitiannya membutuhkan banyak dana, karena susunan genetisnya rumit.
Kini peneliti menemukan kunci genetis untuk memacu pertumbuhan 11 spesies ikan
bernilai komersial, juga udang. Terciptanya ikan super tanpa sengaja. Mula-mula peneliti
A/F Protein mengamati ikan flounder yang bertahan hidup dalam laut Kanada yang beku.
Rahasia ikan flounder pun ditemukan Garth Fletcher, biolog ikan dari Universitas
Memorial di New Foundland dan Choy Hew dari Universitas Toronto, yakni adanya gen
yang memungkinkan flounder mampu hidup di air beku. Gen itu digabungkan dengan
gen pemicu pertumbuhan dengan harapan salmon dapat tumbuh sampai 20 – 30% lebih
besar. Kedua gen disuntikkan ke embrio salmon sehingga terus memproduksi hormon
pertumbuhan. Hasilnya, salmon tumbuh 400 – 600% lebih cepat dalam 14 bulan pertama,
dan dapat dipasarkan setahun lebih cepat dari salmon biasa.
D. TRANSGENIK MIKROINJEKSI

Teknologi transgenik dengan mikroinjeksi pada ikan dilakukan melalui


mikrophile yang terdapat pada chorion telur (oosit). Metode ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu

1. Persiapan Gen

Pertama-tama dipersiapkan gen yang akan ditranfer. Persiapan ini dimulai dari
isolasi DNA, yang dapat diisolasi dari darah, daging, sirip ataupun sisik. Misalnya
dari sisik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Isolasi dan Purifikasi DNA

1) Sampel dari jaringan ikan ditimbang sebanyak 25-50 mg lalu dicacah


menggunakan skapel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung evendorf
ukuran 2 ml.
2) 200 µl Tissue Lysis Buffer dan 40 µl Proteinase K ditambahkan ke dalam
tabung yang berisi sampel jaringan, kemudian dicampur dengan segera dan
diinkubasi pada suhu 55 oC selama 1 jam (atau sampai jaringan hancur dengan
sempurna).
3) 200 µl Binding Buffer ditambahkan lagi ke dalam tabung lalu dihomogenkan
dengan segera, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 70 oC.
4) 100 µl Isopropanol ditambahkan ke dalam tabung, kemudian dihomogenkan.
5) Memindahkan sampel ke dalam high filter tube yang telah dipasangkan
dengan collection tube.
6) Sampel disentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 9200 rpm.
7) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Inhibitor Removal Buffer,
kemudian disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.
8) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Wash Buffer, kemudian
disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.
9) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Wash Buffer, kemudian
disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.
10) Membuang supernatan dari collection tube, kemudian disentrifuge selama 10
detik dengan kecepatan 14.000 rpm.
11) Membuang collection tube, memasangkan tabung evendorf baru pada high
filter tube.
12) 200 µl Elution Buffer (yang telah diinkubasi hingga suhu 70 oC) ditambahkan
ke dalam high filter tube, kemudian disentrifuge selama 1 menit dengan
kecepatan 9200 rpm.
13) Membuang high filter tube, menambahkan 140 µl Isopropanol, kemudian
disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.
14) Membuang supernatan, menambahkan 66,7 µl Et-OH (Alkoho l 70%) dingin,
kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.
15) Membuang supernatan (pelet tidak boleh ikut terbuang), kemudian diangin-
anginkan hingga pelet mengering (kurang lebih selama 12 jam).
16) 20 µl TE ditambahkan ke dalam tabung, dan DNA to tal siap diproses lebih
lanjut.

b. Isolasi Promotor (Restriksi DNA).

Mencari sekuen promoter region gen pengkode, tergantung pada jenis gen
yang akan ditranfer, misal gen GH ikan jenis lain yang telah dilaporkan
sebelumnya pada gene bank (Nasional Center for Biotechnology Information-
NCBI).

1) Mencari dan menentukan enzim restriksi yang sesuai untuk memotong


promoter region gen pengkode, misalnya untuk GH adalah BamHl, Ball , Sfil,
Sbal, dan EcoRl.
2) Hasil dari pemotongan dengan enzim restriksi kemudian dielektroforesis dan
dibandingkan berat molekulnya dengan DNA marker.
3) Pita (band) yang sesuai dengan DNA marker untuk promotor gen pengkode
dipisahkan dengan cara memotong gel yang berisi band tersebut kemudian
diisolasi dari gel dengan menggunakan DNA elution kit.
4) Diperoleh suspect DNA promotor gen pengkode, misalnya promo tor gen
pengkode GH.

Gambar 1. Skematis pemotongan (restriksi) gen

2. Koleksi Telur, Sperma & Fertilisasi

Koleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan (induced
breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat digunakan
diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon + dopamin),
Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin). Selain itu dapat pula melalui penyuntikan
dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan, misal Carp Pituita ry Gland (Kelenjar Hipofisa
Ikan Mas) yang dikenal dengan nama tekhnik hipofisasi. Sebelum dilakukan
fertilisasi, terlebih dahulu diperiksa motilitas sperma. Sperm a ikan akan bergerak
setelah kontak dengan air. Sperma yang baik mempunyai daya gerak atau motil
selama lebih kurang 30 (tiga puluh) detik. Motilitas sperma ini viabilitas telur dapat
dipertahankan apabila disimpan dalam larutan Ringer pada suhu 4 oC, dan biasanya
selama 2 (dua) jam dari waktu fertilisasi. Adapun komposisi larutan Ringer ini adalah
: 6,5 gram NaCl, 0,25 gram KCl, 0,2 gram NaHCO3, 0,4 gram CaCl2-2H2O yang
dilarutkan dalam 1 (satu) liter aquabid est.

Setelah telur dan sperma


dikumpulkan atau dikoleksi, maka
dilakukan fertilisasi, yaitu dengan
menyatukan sperma dan ovum (telur)
dalam suatu wadah dan kemudian diaduk
dengan bulu ayam selama kira-kira satu
menit. Setelah itu telur atau Ova siap untuk
dilakukan transfer gen secara mikroinjeksi.

Gambar 2. Bentuk struktur telur

3. Injeksi Gen ke Dalam Telur

Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
mengg unakan mesin yang diseput dengan “ Gen Pusher “. Secara skematis photo
alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Skematis Gen Pusher untuk Mikroinjeksi Telur.


Dalam transgenik mikroinjeksi, penginjeksian gen dapat dilakukan pada dua
tempat,yaitu :

Gambar 4. Metode
Mikroinjeksi Gen pada
Pronukleus Telur (Zygot) Ikan
(Pinkert, 1994)

Gambar 5. Mitode
Mikroinjeksi Gen pada Telur
(Zygot) Ikan (Grabher dan
Wittbrodt, 2007)

Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh diam
eter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter mikropil
canalnya 1,2 ųm (Riehl, 1980 dalam Hew dan Fletcher ( 2003). Setelah gen
diinjeksikan, maka telur-telur tersebut di inkubasi untuk ditetaskan, kemudian
dilakukan pula perawatan larva sampai menjadi benih dan seterusnya sampai
berreproduksi kembali.
4. Pemeriksaan/Pengujian

Sebelum ikan transgenik tersebut dirilis, maka terlebih dahulu dilakukan


pengujian atau pemeriksaan baik secara genetik maupun fenotip. Secara genotip
bertujuan apakah gen yang ditransfer atau disisipkan tersebut sudah benar-benar
menyambung sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ada tidaknya tran sgen
yang terintegrasi di dalam genom dianalisis dengan southern blot. Untuk ekspresi
transgen diperiksa dengan metoda northern blot. Ikan transgenik yang berkembang
dari zigot tersebut dikenal sebagai ”Founders” dan bersifat hemizygote. Untuk
perbanyakan ikan transgenik, founders fish ini kemudian dikawinkan dengan ikan
non transgenik. Untuk mendapatkan ikan transgenik yang homozygote, ikan
transgenik hemizygote dikawinkan antar sesamanya. Ikan transgenik yang
homozygote ini kemudian dipelajari fenotifnya dengan mengamati pertumbuhan,
konversi pakan dan bentuk-bentuk morfologinya (ada tidaknya kelainan pada organ).
Sebagai contoh pada Tabel 1 dibawah ini terlihat resistensi gen asing pada beberapa
jenis ikan trangenik, Tabel 2 dan 3 adalah penurunan sipat induk ke turunannya F1
dan F2, serta Gambar 6 per bandingan pertumbuhan ikan Salmon transgenik dengan
ikan Salmon non trangenik.
Table 2. Inheritance (Penurunan Sifat Induk ke Anak) dari Turunan Trangenik pada Generasi F1 .

Jenis Kelamin P1 F1 Analyzed PCR % Transgenics

Poeciliposis lucida

Male 19 4 21

Female 14 8 57

Male 34 23 68

Male 21 6 28

Male 24 14 58

Procambrius clarkii

Male 12 4 33

Female 12 8 67

Catatan : P1 trangenik dikawinkan dengan non trangenik

Sumber : Chen, 2002

Table 3. Inheritance (Penurunan Sifat Induk ke Anak) dari Turunan Trangenik pada Generasi F2

Famili F2 Analyzed PCR % Transgenics

Poeciliposis lucida

F 1a >< Non-T 12 6 50

F 1b >< Non-T 20 9 45

F 1c >< Non-T 35 19 54

F 1d >< Non-T 20 14 70

F 1e >< Non-T 20 12 60
Procambrius clarkii

F 1a >< Non-T 15 8 57

F 1b >< Non-T 15 7 47

Catatan : P1 trangenik dikawinkan dengan non trangenik

Sumber : Chen, 2002

Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Ikan Salmon Transgenik dan Non-Transgenik.

E. Keuntungan dan Kelebihan Ikan Transgenik


1. Kelebihan ikan transgenik
Hasil penelitian transgenik pada ikan telah memberikan dampak yang positif pada
pertumbuhan ikan dan terbukti bahwa gen luar yang ditranfer telah mampu berintregrasi
dengan genomnya, hal ini dapat dilihat dari hasil pertumbuhan keturunannya yang cukup
meyakinkan yaitu sekitar 4-6 kali lipat pada ikan salmon.
Sedangkan hasil analisis berat badan ikan non transgenik dan transgenik pada
ikan tilapia menurut Rahman dan Maclean (1999) menunjukkan bahwa keturunan F2
(keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1 dengan betina alam), ikan transgenik
menghasilkan berat berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan,
sedang padaikan non transgenik menghasikan berat berkisar antara 20-30 gram/individu,
dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih
dapat diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan
kontrol.
Adapun FCR(food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan
dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan
nontransgenik sebesar 1,02, ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu
kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa
untuk menghasilkan daging satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan
demikian menunjukkan bahwa didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien
dibandingkan dengan ikan nontransgenik.
2. Kelemahan ikan transgenik
Selain kelebihan yang dimiliki, ikan transgenik juga memiliki beberapa
kelemahan. Terdapat skenario lain yang menandai resiko-resiko global yang
berhubungan dengan lepasnya ikan transgenik ke dalam lingkungan. Meningkatkan
tingkat pertumbuhan ikan meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pakan harian mereka.
Penelitian-penelitian baru telah menunjukkan bahwa ikan transgenik lebih agresif
dan memakan lebih banyak makanan. Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar,
sehingga mereka dapat dapat berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan
makanan dan sumber daya lain (Yatim, 2003) Hal ini dapat mempunyai efek
menghancurkan lingkungan alami, khususnya karena sebagian besar ikan yang
direkayasa saat ini – misalnya salmon, trout, carp dan tilapia – adalah pemangsa/
predator. Pengalaman lalu telah menunjukkan bahwa memperkenalkan spesies-
spesies predator besar kedalam lingkungan baru dapat menyebabkan bencana ekologi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan bahwa :

1. Ada beberapa metode dalam transgenik diantaranya adalah: Microinjection, retroviral


Infection, Sperm-mediated Gene Tranfer, Particle Bombardment dan Electroporation.
2. Transgenik pada ikan bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik, diantaranya
pertumbuhan, konversi pakan, ketahanan terhadap penyakit, untuk ikan hias, dan lain
sebagainya.

3. Transgenik Microinjention terdiri dari beberapa tahap, yaitu:(a) Persiapan gen (isolasi
dan purifikasi serta restriksi DNA), (b) Koleksi telur, sperma dan fertilisasi, (c)
Injeksi Gen ke Dalam Telur, dan (d) Pemeriksaan/Pengujian Ekspresi Ikan Trangenik
4. Kelebihan ikan transgenik adalah pertumbuhan yang cepat, pakan yang dibutuhkan
sedikit, tahan terhadap penyakit pada lingkungan yang cukup ekstrim.
5. Kelemahan ikan transgenik adalah apabila ikan samon transgenik ini di lepaskan ke
habitat perairan alami, maka dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi. Oleh
karena itu, sebaiknya teknologi yang semakin maju juga harus mempertimbangkan
keseimbangan ekologi.
B. Saran
Suatu kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk perkembangan zaman.
Namun, sebaiknya kemajuan teknologi juga harus memperhatikan dan
mempertimbangkan keseimbangan ekologi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Rudiyanto, 2011. Transgenik. http://rudiyantoblog.blogspot.com Di akses pada tanggal 29 Mei


2014

Masrizal, 2010. Transgenik Mikroinjeksi Pada Ikan. http://masrizalnet.blogspot.com. Di akses


pada tanggal 29 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai