Anda di halaman 1dari 16

I.

LIMBAH PADAT
Limbah padat yang dihasilkan di Pabrik II berasal dari bahan baku, bahan setengah
jadi, produk yang tercecer di lantai maupun yang tertinggal di perlatan yang bersentuhan
dengan bahan-bahan tersebut, seperti pay loader. Limbah padat ini tidak memerlukan
suatu proses pengolahan tertentu, cukup dengan dibersihkan dan/atau dikeringkan
kemudian dikumpulkan di suatu tempat dan dikembalikan ke pug mill sebagai spilage.
Limbah padat yang dihasilkan pada pabrik II berupa debu. Hal ini sangat
mengganggu pernafasan dari para pekerja, sehingga penggunaan APD terutama masker
diwajibkan agar tidak membahayakan bagi kesehatan pekerja. Penyebab adanya limbah
padat :
 Hasil samping produksi pupuk NPK I,II,III,IV Granulasi; Phonska; dan ZK. Debu-
debu dihasilkan dari granulato, rotary dryer, dan dedust (screen dan transportasi
bahan padat) serta ceceran debu di area pabrik.
 Kebuntuan pada sistem scrubbing.
 Kebocoran pada vessel.
 Kebocoran pada peralatan proses.
 Kebocoran pada belt conveyor.
II. LIMBAH PADAT B3
2.1 Limbah Padat B3 Non Radioaktif

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) pada PT Petrokimia Gresik


memiliki tahapan teknik operasional pengelolaan sebagai berikut

1. Identifikasi
Limbah yang hasil dari proses dilakukan identifikasi berupa karakteristik, sifat dan
bentuk dari limbah B3 tersebut. Identifikasi berupa apakah limbah tersebut termasuk
cairan mudah terbakar, padatan mudah terbakar, beracun dsb.
2. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan
3. Pengangkutan
Limbah B3 PT Petrokimia Gresik yang akan menuju proses pengangkutan diberi
simbol B3 dan menyerakan dokumen limbah B3. Proses pengangkutan limbah B3 ini
diatur oleh peraturan KP No.6I.1993 tentang cara pengangkutan LB3
4. Pemanfaatan
Limbah B3 sebagian masih memiliki nilai jual, maka dari itu dilakukan pemanfaatan
yang diserahkan kepada unit kerja penghasil limbah. Sebagian limbah yang tidak
memiliki nilai jual akan diserahkan kepada unit kerja penanggung jawan limbah B3.
5. Pengolahan
Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dihasilkan dari pabrik PT
Petrokimia Gresik mayoritas tidak bisa di-recycle kembali sehingga diperlukan
pengolahan lebih lanjut. Limbah B3 petrokimia gresik memiliki berbagai jenis limbah
dan berbeda cara pengelolaanya. Berikut adalah jenis limbah dan cara pengelolaannya
Tabel 2.1 Jenis Limbah Padat B3 dan Cara Penanganannya
Jenis Limbah Pengelolaan
1. Dari Sumber Spesifik
Katalis (Punya Nilai Jual) RE-EKSPOR
Katalis (Tidak Punya Nilai Jual) Pengolah Limbah B3
2. Dari Sumber Tidak Spesifik
Minyak Trafo PCB Pengolah Limbah B3
Minyak Pelumas Bekas Pengumpul MPB
ACCU Bekas Pengolah Limbah B3
Limbah Lab (B3) Pengolah Limbah B3
Majun/Serbuk Gergaji yang Dibakar
Terkontaminasi
Bekas Kemasan, Sisa Contoh Dikelola Penghasil

Pengolahan limbah padat B3 tidak dilakukan sendiri oleh PT. Petrokimia


Gresik, tetapi dilakukan oleh pihak lain, antara lain oleh PT. Persada Pamunah Limbah
Industri, PPLI, Cileungsi, Bogor; oleh PT Pasadena; oleh Yayasan Petrokimia Gresik,
YPG; oleh PT Indra Eramulti Logam Industri, IMLI dan lain-lain.

Pada tabel sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat Limbah Padat B3 yang
dihasilkan mayoritas berasal dari Depaertemen Har (Pemeliharaan) berupa majun dan
serbuk gergaji. Berikut lembar neraca limbah dan bahan berbahaya dan beracun dalam
Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.

Tabel 2.2 Data Neraca Massa Limbah B3 Majun Bekas


Tabel 2.3 Data Neraca Massa Limbah B3 Serbuk Gergaji Bekas

Limbah Majun/Serbuk Gergaji tersebut di simpan didalam tempat pembuangan


sementara kemudian dibakar. Tahap terakhir dari proses pengelolaan limbah B3
tersebut yaitu berupa penimbunan dengan cara dibuang ke landfill atau dengan
dispossal well.
2.2 Limbah Padat B3 Radioaktif

Limbah padat B3 yang bersifat radioaktif berasal dari adanya kandungan uranium
dalam batuan fosfat yang merupakan bahan baku pembuatan pupuk fosfat. Sehingga
diperlukan proses commissioning yaitu pemisahan asam fosfat dari uranium. Proses
pemurniannya melalui proses ekstraksi dua tahap menggunakan pelarut campuran
D2EHPA [di(2-ethylhexyl) phosphoric acid] (C16H35O4P) dan TOPO
(trioctylphosphine oxide) (C24H51OP) dalam kerosin pada rasio berat berturut-turut 4 :
1: 16 sehingga diperoleh hasil asam fosfat yang murni dan uranium oksida U3O8 atau
yellow cake.
Pelarut akan mengekstraksi uranium dalam bentuk valensi 6 (U+6), oleh karena
itu uranium bentuk valensi 4 (U+4) harus dioksidasikan dulu supaya menjadi U+6. ada
ekstraksi siklus pertama, larutan asam fosfat 12,8% P2O5 yang telah dikondisikan
(melalui oksidasi dengan oksigen pada 60°C dan didinginkan sampai 45°C sehingga
kandungan gypsum terendapkan dan dipisahkan) diekstraksi dengan solven D2EHPA
0,5M dan TOPO 0,125 M dalam kerosin di dalam alat mixers settler padasuhu 40°-50°C.
Uranium yang terdapat dalam larutan asam fosfat akan diikat oleh solven
tersebut selanjutnya dipisahkan antara solven yang mengikat uranium dan larutan asam
fosfat bebas uranium. Larutan asam fosfat tersebut dikirim kembali ka pabrik asam
fosfat. Uranium yang terikat pada solven kemudian di-stripping dengan asam fosfat 35%
P2O5 pada suhu 50°C. Pada proses stripping tahap I tersebut uranium yang terikat akan
terlepas dan diikat oleh laruran stripping. Selanjutnya larutan stripping yang kaya akan
uranium dipisahkan dari solven. Solven hasil pemisahan dapat digunakan kembali untuk
proses ekstraksi tahap I, larutan stripping kaya uranium dimurnikan lebih lanjut dalam
ekstraksi siklus kedua. Larutan stripping kaya uranium dari siklus pertama diekstraksi
dengan solven D2EHPA 0,3 M dan TOPO 0,075 M dalam kerosin di dalam alat mixer
settler ekstraksi tahap II).
Uranium dari larutan stripping pertama akan diikat oleh solven, kemudian
dipisahkan antara asam fosfat bebas uranium dengan solven kaya uranium. Asam fosfat
bebas uranium dikirim kembali ke ekstraksi siklus pertama, sedangkan solven kaya
uranium diserap dengan air untuk mencuci asam fosfat bebas yang mungkin masih
menempel pada solven tersebut. Selanjutnya dilakukan proses stripping tahap II di mana
uranium U+6 dipisahkan dari solven menggunakan larutan natrium karbonat sehingga
diperoleh solven dan uranium pekat dalan larutan karbonat. Dari proses stripping tahap
II tersebut uraniumnya yang berkadar 50% kemudian diasamkan dengan asam fosfat
(proses asidifikasi) untuk mendekomposisi karbonat sehingga gas karbondioksida bisa
keluar dan menaikkan efisiensi [engendapan yellowcake. Selanjutnya dilakukan proses
pengendapan uranium sebagai ammonium diuranat (ADU) dengan menggunakan
amonia, kemudian ADU ditambah air untuk proses repulping. Larutan dispersi ADU
disentrifugasi untuk memisahkan airnya, dan kemudian konsentrat ADU tersebut.
dikeringan untuk menghasilkan produk akhir yellow-cake dalam sebuah reaktor
kalsinasi product multiple hearth dryer. Diagram alir proses pemurnian asam fosfat
fasilitas PAFPKG ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Commisioning

Setelah proses commisioning, limbah padat yang bersifat radioaktif dikirim


ke Pusat Teknologi Limbah radioaktif (PTLR)- BATAN adapun jenis limbahnya
antara lain:
 Limbah padat dalam drum 200 liter berjumlah 69 buah drum,
 Limbah padat dalam drum 150 liter berjumlah 25 buah drum.
 Limbah berupa sludge dalam drum 150 liter berjumlah 16 buah drum.
 Limbah yellow cake dalam drum 150 liter berjumlah 7 buah drum.
 Limbah cair dalam drum 150 liter berjumlah 4 buah drum.
 Limbah padat berupa bekas peralatan 2 ton dalam kotak kayu.
 Limbah padat berupa sumber bekas ada 2 buah masing – masing 50 kg.

Limbah hasil dekomisioning yang berupa bahan radioaktif atau bekas


peralatan yang terkontaminasi radioaktif tersebut selanjutnya dikelola oleh Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR), sebagai satu-satunya badan yang
berwenang melakukan pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia. Limbah
radioaktif padat berupa bongkahan semen, batu tahan api, sludge, yellow cake, dan
bekas-bekas peralatan diklasifikasikan dalam jenis limbah radioaktif padat
aktivitas rendah tak terkompaksi dan tak terbakar, dan limbah tersebut disortir dan
dimasukkan dalam drum 100 L warna kuning dan metoda pengolahan dilakukan
immobilisasi dengan matriks semen.

Gambar 2.2 Proses Immobilisasi Yellow Cake

Immobilisasi dengan matrik semen berfungsi sebagai penahan I untuk


mengungkung dan mengikat radionuklida yang terkandung dalam limbah agar
tidak mudah lepas kelingkungan. Sedangkan fungsi dari kontainer adalah sebagai
wadah tempat immobilisasi, berperan sebagai penahan II untuk menahan
terlepasnya radionuklida ke lingkungan dan juga untuk mencegah pengaruh
kerusakan yang berasal dari sekitarnya selama penyimpanan. Setelah limbah
diimmobilissi akan terjadi pengurangan kuantitas radiasi pada saat radiasi
menembus materi semen akibat interaksi antara radiasi dengan materi tersebut

III. LIMBAH PADAT NON B3


Limbah padat non B3 yang dihasilkan PT. Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut.
1. Kapur
Buangan padat yang ada sebagian besar berupa produk samping proses produksi
pabrik Ammonium Sulfat (ZA) berupa kapur. Kapur yang dihasilkan kurang lebih
250.000 ton/tahun. Produk samping ini berbentuk powder (200 mesh), berwarna
putih kecoklatan dan putih pada kadar air rendah. Produk samping ini memiliki pH
7.6-7.7; Bulk density 1.2 Ton/m3; dan sedikit larut dalam air. Produk samping kapur
ini terdiri atas 75% padatan berupa campuran senyawa dan 25% air (H2O).
Kandungan utama dari padatan produk samping kapur ini adalah kalsium karbonat
(CaCO3) yaitu 86.7%. Khusus kapur pernah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk tanah urug dan bahan baku paving block. Saat ini, produk samping kapur telah
dimanfaatkan sebagai kapur pertanian (100.000 ton/tahun), Petroklasipalm (10.000
ton/tahun), dan kalsinasi (60.000 ton/tahun). Berdasarkan hal tersebut, masih terdapat
sisa produk samping kapur sebanyak 80.000 ton/tahun yang masih disimpan dan
dikelola dalam gudang terbuka. Sisa yang belum termanfaatkan telah dikelola dengan
baik melalui penataan secara terasering, pengaturan air hujan, penghijauan, sumur
pantau, dan lain-lain. Namun kemudian disalah gunakan untuk bahan baku pupuk
palsu sehingga program ini dihentikan. Saat ini buangan padat tersebut untuk
sementara ditampung di area disposal.
Hasil uji limbah kabur tersebut sebagai berikut.
 Telah memenuhi baku mutu Toxicity Characteristic Leaching Procedure
(TCLP).
 Telah memenuhi baku mutu analisis logam berat sesuai batasan SK Mentan
nomor 02/2006 yang dilakukan oleh laboratorium Corelab dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL).
 Berdasarkan PP 18/1999 jo. 85/1999, produk ini tidak termasuk limbah B3,
namun karena jumlahnya banyak, produk ini dikategorikan sebagai limbah B3.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Produksi Pupuk ZA


(Sumber : PT. Petrokimia Gresik bagian ZA II, 2014)
2. Gypsum
Proses produksi asam phophat menghasilkan limbah padat berupa gypsum. Gypsum
diproses kembali untuk membuat Cement Retarder, asam Fluosilikat (H2SiF6) untuk
bahan baku Aluminium Fluorida, dan bahan baku di pabrik pupuk Ammonium Sulfat
(ZA). Proses pemindahan gypsum ke pabrik pupuk ZA dilakukan dengan
menggunakan conveyor.
Karakteristik gypsum yang dihasilkan :
 Kadar Ca2SO4.2H2O minimal : 91%
 Impuritis : P2O5 maksimal : 0,5%, P2O5 Ws maksimal : 0,02%
 Kadar air bebas maksimal : 8%
 Fluor maks : 0,5%
 SO3 minimal : 42%
 Air kristal minimal : 19%
 Bentuk : Butiran
Proses Pembuatan Cement Retarder adalah sebagai berikut.
 Proses pengeringan purified gypsum dengan temperatur sekitar 900°C.
 Proses kalsinasi yaitu proses melepas H2O dari Gypsum kering menjadi hydrate.
 Proses granulasi yaitu proses pembutiran gypsum.
 Penyimpanan.

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Produksi Asam Phosphat


IV. LIMBAH PADAT DOMESTIK
Pengelolaan sampah domestik di PT. PETROKIMIA GRESIK Mengacu
kepada undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pengelolaan yang lebih rinci lagi diatur di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Kewajiban pengelolaan sampah domestik di perkantoran PT. Petrokimia Gresik
umumnya diambil dari pengertian sampah sejenis sampah rumah tangga karena berasal
dari kawasan komersial.
Seperti aspek lingkungan lainnya yang harus dikelola, sampah domestik
menjadi bagian dari kewajiban pengusaha untuk dikelola. Kewajiban tersebut biasanya
berlandaskan dokumen lingkungan (RKL dan RPL) yang biasanya mencantumkan
pengelolaan sampah domestik sebagai salah satu aspek lingkungan yang harus dikelola.
Disamping itu, kewajiban ini juga tercantum di dalam pasal 12 undang-undang No 18
tahun 2008.
Sumber sampah domestik di perkantoran PT. Petrokimia Gresik dapat
diidentifikasi dari beberapa kegiatan berikut :
1. Kantin atau restoran untuk karyawan dan tamu
Beberapa kantor atau perusahaan memerlukan restoran atau kantin tersendiri dalam
menjamin kesehatan dan kebersihan makanan yang diberikan kepada karyawannya.
Sampah dihasilkan dari sisa-sisa makanan. Jenis sampah yang dihasilkan dari kantin
adalah sampah organik dari sisa makanan dan dan sedikit sampah kemasan.
2. Pantry
Pantry yang dimaksud umumnya berbeda dengan dapur yang ada dalam kantin.
Pantry sering berada di sudut-sudut lantai kantor yang memiliki fungsi untuk
menyediakan makanan ringan, minuman, menyimpan bahan makanan, dan peralatan
makan dan minum. Umumnya, tidak terdapat kegiatan memasak di dalam pantry,
sehingga sampah yang dihasilkan lebih banyak berbentuk kemasan minuman sachet,
sisa-sisa makanan ringan, dan plastik.
3. Penggunaan kertas dan kemasan
Sampah kertas merupakan jenis sampah yang memiliki prosentase terbesar yang
diproduksi oleh perkantoran PT. Petrokimia Gresik. Kegiatan penyusunan laporan, dan
surat-menyurat menjadi sumber sampah kertas di perkantoran PT. Petrokimia Gresik.
4. Sampah Daun
Keperluan estetika kantor sering kali mensyaratkan adanya pohon dan tanaman-
tanaman di halaman maupun di dalam bangunan kantor. Selain estetika, fungsi tanaman
tersebut juga dapat menjadi penyerap polusi udara dan penyejuk udara. Namun, sampah
dari daun-daun tanaman yang berguguran tidak bisa dihindari. Sehingga, hal ini juga
masuk dalam kategori sampah domestik yang harus dikelola.
Secara keseluruhan, proses pengelolaan sampah domestik yang ada di PT.
Petrokimia Gresik ialah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Pengelolaan Sampah Domestik
Jenis Sampah Cara Pengurangan sampah dan Pengelolaannya
Kertas 1. Mengimbau pegawai agar membatasi penggunaan
kertas dengan cara menempelkan poster dan
memasukkan dalam agenda general meeting yang
terdokumentasi
2. Menggunakan mesin penghancur kertas untuk
mengurangi volume timbunan sampah dan
mempermudah distribusi
3. Menggunakan kembali kertas bekas karena banyak
kertas bekas yang digunakan satu sisi
Kantong Plastik 1. Mengimbau pegawai agar membatasi penggunaan
kantong plastik dengan cara menempelkan poster
dan memasukkan dalam agenda general meeting
yang terdokumentasi
2. Melakukan pengadaan eco-bag untuk dibagikan
kepada pegawai sebagai pengganti plastik
3. Bekerja sama dengan pengolah limbah plastik di
sekitar
Botol plastik 1. Mengimbau pegawai agar membatasi penggunaan
botol plastik dengan cara menempelkan poster dan
memasukkan dalam agenda general meeting yang
terdokumentasi
2. Menyediakan air galon di dispenser kantor dan
menghimbau kepada pegawai untuk menggunakan
tempat minum/tumblr
3. Bekerja sama dengan pengolah limbah plastik di
sekitar
Sampah daun 1. Memilih tanaman atau pohon yang tidak
menimbulkan sampah daun yang relatif banyak,
seperti palem
2. Melakukan pengomposan sampah daun dan tanaman
lainnya
Sisa makanan 1. Mengimbau pegawai agar tidak tidak menyisakan
makanan dengan cara menempelkan poster dan
memasukkan bahasan tersebut ke dalam agenda
general meeting terdokumentasi
2. Melakukan pengomposan sampah sisa makanan
yang sudah dipisahkan dengan sampah plastik dan
lainnya
Sampah yang Pengelolaan dapat dilakukan dengan cara yang umum, yakni
sudah terbentuk pengumpulan sampah di TPS sementara, dan pengangkutan
oleh mobil truk sampah yang bekerja sama dengan PEMDA

Pengelolaan Sampah Domestik PT. Petrokimia Gresik


Secara umum,pengelolaan sampah domestik di PT. Petrokimia gresik
dipaparkan dalam skema berikut.
Gambar 4.2 Skema Pengolahan Sampah Domestik PT. Petrokimia Gresik
Sampah domestik terdiri dari sampah yang bernilai ekonomis dan tidak
ekonomis. Sampah ekonomis dapat diolah di Bank Sampah Meduran Bersatu yang
merupakan Bank sampah binaan PT Petrokimia Gresik. Sedangkan sampah yang non
ekonomis dikumpulkan kemudian dibakar di insenerator. Kemudian sampah di simpan
di tempat penyimpanan sementara lalu diangkut oleh vendor pengangkut sampah
domestic.

Pengelolaan Sampah Ekonomis

Sampah ekonomis artinya sampah yang bias diolah sehingga bisa memiliki nilai
jual. Sampah ekonomis ini terdiri dari sampah kemasan yang bias diolah di Bank
sampah dan sampah organic dari sampah domestic berupa makanan sisa maupun daun-
daun kering.

Gambar 4.3 Bank Sampah Meduran Bersatu Gresik


Di Bank Sampah, sampah berupa kemasan-kemasan dapat diolah menjadi
kerajinan seperti tas, karpet plastic dan sebagainya. Produk-produk kerajinan ini
kemudian bisa dijual.
Gambar 4.4 Contoh Produk Kerajinan dari Sampah Kemasan
Pengolahan sampah organik menggunakan metode pengomposan. Metode
pengomposan ini ditambah dengan biodekomposer untuk mempercepat proses
degradasi senyawa organik oleh mikrobap. Biodekomposer yang digunakan berasal
dari produk daro industry PT.Petrokimia Gresik yaitu Petro Gladiator.

Gambar 4.5 Biodekomposes Petro Gladiator

Petro Galdiator memiliki beberapa keunggulan didgunakannya biodekomposer


ini diantaranya :

 Mengandung mikroba unggul dari uji laboratorium dan uji seleksi lapang
 Mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kandungan hara bahan
organik
 Mudah dalam aplikasi dan tepat digunakan pada semua jenis bahan organik
 Bebas benih gulma dan mikroba pathogen yang merugikan
 Aman dan ramah lingkungan

Gambar 4.6 Tahapan dalam Proses Pengomposan

Berikut beberapa langkah dalam proses pengomposa menggunakan biodekomposer :

1. Siapkan sampah organik (akan lebih baik jika dicacah terlebih dahulu)
2. Tumpuk sampah organik. Siram tumpukan sampah organik dengan air, jika
kondisinya kering
3. Siram tumpukan sampah organik dengan Petro Gladiator dengan dosis 2-5 liter Petro
Gladiator
4. Aduk rata sampah organik dengan Petro Gladiator
5. Tumpukan sampah organik ditutup dengan lembaran plastic/terpal untuk
mempertahankan kelembaban
6. Peram tumpukan sampah oraganik dan kelembaban dipertahankan 40-60% dengan
cara disiram dengan air jika tumpukan sampah organik tersebut kering
7. Aearasi dapat diberikan melalui du acara yaitu :
 Proses pembalikan seminggu sekali
 Teknik ventilasi bamboo/paralon yang telah dilubangi, dipasang
horizontal/vertical/diagonal pada tumpukan kompos
8. Proses pengomposan berlangsung selama 2-4 minggu tergantung jenis sampah
organik
9. Kompos yang telah jadi bercirikan warna hitam kecoklatan, tekstur remah, dan tidak
berbau/ berbau mirip tanah

V. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


- Recycle & reuse untuk proses produksi internal
- Treatment untuk meningkatkan value sehingga mempunyai nilai jual
- Ditampung sementara di disposal area
VI. PELUANG PRODUKSI BERSIH
 Pada pabrik II untuk mencegah dihasilkannya debu yang dapat mengganggu
kesehatan para pekerja, dapat dilakukan dengan cara mengefisiensikan scrubbing
(memasang downleg yang berfungsi untuk memisahkan debu dengan udara yang
akan dibuang ke lingkungan) dan mencegah kebocoran pada peralatan proses
(goodhousekeeping).
 Memanfaatkan produk samping kapur yang dihasilkan dari pabrik Ammonium
Sulfat (ZA) ini sebagai bahan timbunan reklamasi pantai dan material konstruksi
untuk kepentingan pengembangan pabrik.
DAFTAR PUSTAKA

Duwi, Esti dan Tunjung. (2015). Laporan Kerja Praktek Departemen Produksi I Unit Produksi
Amoniak Pt. Petrokimia Gresik. September, Gresik.

Rifarni, Nadhira & Puteri A.R. (2016). Laporan Magang Industri Departemen ProduksI I
Pabrik Amoniak PT. Petrokimia Gresik. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Andriyana, Indri & Prima. (2017). Laporan Magang Industri Departemen ProduksI II B Pabrik
Pabrik Pupuk ZA PT. Petrokimia Gresik. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai