Anda di halaman 1dari 10

Mosharafa

Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 5, Nomor 1, April 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS


SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Oleh:
Tina Sri Sumartini

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis adalah
pembelajaran berbasis masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa sebagai akibat dari pembelajaran
berbasis masalah. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang menerapkan dua
pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di salah satu SMK di Kabupaten Garut.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dan diperoleh dua kelas
sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
penalaran matematis. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Penalaran Matematis.

A. Latar Belakang pembelajaran matematika di sekolah


Pendidikan matematika di sekolah yaitu melatih cara berpikir dan
ditujukan agar siswa memiliki daya nalar bernalar dalam menarik kesimpulan,
yang baik terutama ketika menyelesaikan mengembangkan kemampuan
masalah dalam mata pelajaran memecahkan masalah, serta
matematika. Wahyudin (dalam Usniati, mengembangkan kemampuan
2011) menemukan bahwa salah satu menyampaikan informasi atau
kecenderungan yang menyebabkan siswa mengkomunikasikan ide-ide melalui
gagal menguasai dengan baik pokok- lisan, tulisan, gambar, grafik, peta,
pokok bahasan dalam matematika yaitu diagram, dan sebagainya (Depdiknas,
siswa kurang memahami dan 2006: 6). Secara rinci diuraikan dalam
menggunakan nalar yang baik dalam KTSP (dalam Depdiknas 2006),
menyelesaikan soal yang diberikan. peserta didik harus memiliki
Begitu juga dengan pendapat Rosnawati kemampuan menggunakan penalaran
(2011) yang mengemukakan bahwa rata- pada pola dan sifat, melakukan
rata persentase yang paling rendah yang manipulasi matematika dalam
dicapai oleh peserta didik Indonesia membuat generalisasi, menyusun
adalah dalam domain kognitif pada level bukti, atau menjelaskan gagasan dan
penalaran yaitu 17%. peryataan matematika.
Padahal kemampuan penalaran Penalaran merupakan suatu
menjadi salah satu tujuan dalam kegiatan atau proses berpikir untuk

ISSN 2086-4299 1
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

menarik kesimpulan atau membuat memiliki metode dalam pembelajaran


pernyataan baru yang didasarkan pada sebagai strategi yang dapat
pernyataan sebelumnya dan kebenarannya memudahkan peserta didik untuk
telah dibuktikan. Turmudi (2008) menguasai ilmu pengetahuan yang
mengatakan bahwa kemampuan penalaran diberikan.
matematis merupakan suatu kebiasaan Salah satu pembelajaran yang
otak seperti halnya kebiasaan lain yang diduga dapat meningkatkan
harus dikembangkan secara konsisten kemampuan penalaran matematis
menggunakan berbagai macam konteks, siswa adalah pembelajaran berbasis
mengenal penalaran dan pembuktian masalah. Pembelajaran berbasis
merupakan aspek-aspek fundamental masalah (problem based learning)
dalam matematika. Dengan penalaran adalah suatu pembelajaran yang
matematis, siswa dapat mengajukan menggunakan masalah dunia nyata
dugaan kemudian menyusun bukti dan sebagai suatu konteks bagi peserta
melakukan manipulasi terhadap didik untuk belajar tentang cara
permasalahan matematika serta menarik berpikir kritis dan keterampilan
kesimpulan dengan benar dan tepat. pemecahan masalah serta untuk
Berkenaan dengan penalaran, memperoleh pengetahuan dan konsep
National Council of Teacher of yang esensial dari materi
Mathematics (NCTM, 2000) mengatakan pembelajaran (Nurhasanah, 2009: 12).
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Menurut Arends (2008: 43)
matematika, guru harus memperhatikan pembelajaran berbasis masalah
lima kemampuan matematis yaitu: (problem based learning) dirancang
koneksi (connections), penalaran terutama untuk membantu siswa
(reasoning), komunikasi mengembangkan keterampilan
(communications), pemecahan masalah berpikir, keterampilan menyelesaikan
(problem solving), dan representasi masalah, dan keterampilan
(representations). Oleh karena itu, guru intelektualnya.
memiliki peranan dalam menumbuhkan Adapun karakteristik dari
kemampuan penalaran matematis dalam pembelajaran berbasis masalah
diri siswa baik dalam bentuk metode (problem based learning) adalah (1)
pembelajaran yang dipakai, maupun ketergantungan pada masalah,
dalam evaluasi berupa pembuatan soal masalahnya tidak mengetes
yang mendukung. kemampuan, dan masalah tersebut
Meningkatkan kemampuan penalaran membantu pengembangan
matematis siswa perlu didukung oleh kemampuan itu sendiri, (2)
pendekatan pembelajaran yang tepat masalahnya benar-benar ill-
sehingga tujuan pembelajaran dapat structured, tidak setuju pada sebuah
tercapai. Wahyudin (2008) mengatakan solusi, dan ketika informasi baru
bahwa salah satu aspek penting dari muncul dalam proses, presepsi akan
perencanaan bertumpu pada kemampuan masalah dan solusi pun dapat
guru untuk mengantisipasi kebutuhan dan berubah, (3) siswa menyelesaikan
materi-materi atau model-model yang masalah, guru bertindak sebagai
dapat membantu para siswa untuk pelatih dan fasilitator, (4) siswa hanya
mencapai tujuan pembelajaran. Didukung diberikan petunjuk bagaimana
pula oleh Sagala (2011) bahwa guru harus mendekati masalah dan tidak ada

ISSN 2086-4299 2
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

suatu formula bagi siswa untuk mendekati membangun inovasi dalam dunia
masalah, dan (5) keaslian dan penampilan. pendidikan melalui pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, penulis yang efektif dalam meningkatkan
menduga bahwa pembelajaran berbasis kemampuan penalaran matematis
masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa.
penalaran matematis siswa . Oleh karena 4. Bagi dunia pendidikan, dapat
itu, judul penelitian yang digunakan memberikan sumbangan
adalah “Peningkatan Kemampuan pemikiran tentang pembelajaran
Penalaran Matematis Siswa Melalui yang dapat meningkatkan
Pembelajaran Berbasis Masalah” kualitas pendidikan

B. Rumusan Masalah D. Landasan Teori


Berdasarkan latar belakang masalah 1. Kemampuan Penalaran
di atas, maka rumusan masalah dalam Matematis
penelitian ini secara umum adalah: Penalaran memiliki pengertian
“Apakah pembelajaran berbasis masalah yang berbeda-beda seperti yang
dapat meningkatkan kemampuan dikemukaan oleh para ahli dalam
penalaran matematis siswa?”. Rumusan Jacob (2003) bahwa penalaran adalah:
masalah tersebut dijabarkan dalam “bentuk khusus dari berpikir dalam
pertanyaan penelitian, “Apakah upaya pengambilan penyimpulan
peningkatan kemampuan penalaran konklusi yang dgambarkan premis
matematis siswa yang mendapatkan (Copi, 1979), simpulan berbagai
pembelajaran berbasis masalah lebih baik pengetahuan dan keyakinan mutakhir
daripada siswa yang mendapatkan (Glass dan Holyoak, 1986),
pembelajaran konvensional?” menstransformasikan informasi yang
diberikan untuk menelaah konklusi
C. Manfaat Penelitian (Galloti, 1989)”.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, Menurut Suherman dan
kemampuan penalaran matematis siswa Winataputra (1993) penalaran adalah
sangat penting dalam pembelajaran proses berpikir yang dilakukan
matematika, maka hasil penelitian ini dengan suatu cara untuk menarik
dapat memberi manfaat sebagai berikut: kesimpulan. Kesimpulan yang
1. Bagi guru, pembelajaran berbasis diperoleh dari hasil bernalar,
masalah memberikan alternatif yang didasarkan pada pengamatan data-
dapat diterapkan dalam pembelajaran data yang ada sebelumnya dan telah
matematika untuk meningkatkan diuji kebenarannya. Hal ini sejalan
kemampuan penalaran matematis dengan pendapat Shadiq (2004) yang
siswa. mengemukakan bahwa penalaran
2. Bagi siswa, memberikan kesan baru adalah suatu proses atau suatu
dalam pembelajaran matematika dan aktifitas berpikir untuk menarik suatu
memudahkan siswa untuk memahami kesimpulan atau membuat suatu
konsep matematika sehingga terjadi pernyataan baru yang benar berdasar
peningkatan kemampuan penalaran pada beberapa pernyataan yang
matematis siswa. kebenarannya telah dibuktikan atau
3. Bagi peneliti, memberikan diasumsikan sebelumnya.
pengalaman yang berharga untuk

ISSN 2086-4299 3
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

Kemampuan penalaran matematis 6) Merumuskan lawan Mengikuti


membantu siswa dalam menyimpulkan aturan inferensi, memeriksa
dan membuktikan suatu pernyataan, vaiditas argumen
membangun gagasan baru, sampai pada 7) Menyusun argumen yang valid
menyelesaikan masalah-masalah dalam 8) Menyusun pembuktian langsung,
matematika. Oleh karena itu, kemampuan tak langsung, dan menggunakan
penalaran matematis harus selalu induksi matematis.
dibiasakan dan dikembangkan dalam Penalaran induktif merupakan
setiap pembelajaran matematika. suatu proses berpikir dengan
Pembiasaan tersebut harus dimulai dari mengambil suatu kesimpulan yang
kekonsistenan guru dalam mengajar bersifat umum atau membuat suatu
terutama dalam pemberian soal-soal yang pernyataan baru dari kasus-kasus
non rutin. Turmudi (2008) menyatakan yang khusus. Seperti yang
bahwa penalaran matematis merupakan dikemukakan oleh Pierce (Dahlan,
suatu kebiasaan otak seperti halnya 2004), penalaran induksi adalah proes
kebiasaan yang lain yang harus penalaran yang menurunkan prinsip
dikembangkan secara konsisten dengan atau aturan umum dari pengamatan
menggunakan berbagai macam konteks. hal-hal atau contoh-contoh khusus.
Secara garis besar penalaran Sedangkan menurut Copi (Sumarmo,
terbagi menjadi dua, yaitu penalaran 1987), penalaran induktif merupakan
deduktif dan penalaran induktif. proses penalaran yang kesimpulannya
Penalaran deduktif merupakan diturunkan dari premis-premisnya
penarikan kesimpulan dari hal yang dengan suatu probabilitas.
umum menuju hal yang khusus Sumarmo (2010) mengemukakan
berdasarkan fakta-fakta yang ada. beberapa kegiatan yang tergolong
Menurut Pesce (dalam Sumarmo, 1987), penalaran induktif yaitu sebagai
penalaran deduktif adalah proses berikut
penalaran dan pengetahuan prinsip atau a. Transduktif yaitu menarik
pengalaman umum yang menuntun kita kesimpulan dari suatu kasus atau
memperoleh kesimpulan untuk sesuatu sifat khusus yang satu diterapkan
yang khusus. pada kasus yang khusus lainnya
Adapun indikator kemampuan b. Analogi yaitu penarikan
penalaran matematis menurut Sumarmo kesimpulan berdasarkan
(2006) dalam pembelajaran matematika keserupaan data atau proses
adalah sebagai berikut: c. Generalisasi yaitu penarikan
1) Menarik kesimpulan logis kesimpulan umum berdasarkan
2) Memberikan penjelasan dengan sejumlah data yang teramati.
model, fakta, sifat-sifat, dan d. Memperkirakan jawaban, solusi
hubungan atau kecenderungan, interpolasi,
3) Memperkirakan jawaban dan proses dan ekstrapolasi.
solusi e. Memberi penjelasan terhadap
4) Menggunakan pola dan hubungan model, fakta, sifat, hubungan,
untuk menganalisis situasi matematis atau pola yang ada.
5) Menyusun dan mengkaji konjektur f. Menggunakan pola hubungan
untuk menganalisis situasi dan
menyusun konjektur

ISSN 2086-4299 4
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

Berdasarkan beberapa pendapat yang learning is a way of constructing and


telah diuraikan di atas, maka kemampuan teaching course using problem as a
penalaran yang diteliti dalam penelitian stimulus and focus on student activity.
ini adalah: Adapun langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah adalah
1. Menyusun dan mengkaji konjektur sebagai berikut:
2. Memperkirakan jawaban dan proses
solusi
3. Analogi
4. generalisasi Fase Indikator Tingkah Laku
Guru
2. Pembelajaran Berbasis Masalah Orientasi siswa Menjelaskan
Pembelajaran berbasis masalah dalam pada masalah tujuan
bahasa Inggris diistilahkan problem based pembelajaran,
learning (PBL) pertama kali menjelaskan
diperkenalkan pada awal tahun 1970-an logistik yang
sebagai salah satu upaya menemukan 1
diperlukan, dan
solusi dalam diagnosa dengan membuat memotivasi siswa
pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang terlibat pada
ada. Duch (2001) mendefinisikan bahwa aktivitas
pembelajaran berbasis masalah pemecahan
merupakan pendekatan pembelajaran masalah
yang mempunyai ciri menggunakan Mengorganisas Membantu siswa
masalah nyata sebagai konteks bagi siswa ikan siswa mendefinisikan
untuk belajar berpikir kritis, keterampilan untuk belajar dan
pemecahan masalah, dan memperoleh mengorganisasikan
pengetahuan mengenai esensi materi 2
tugas belajar yang
pembelajaran. berhubungan
Mengacu dari pendapat Duch maka dengan masalah
pembelajaran berbasis masalah tersebut
merupakan pembelajaran yang menuntut Membimbing Mendorong siswa
aktivitas mental siswa secara optimal pengalaman untuk
dalam belajar berpikir kritis, keterampilan individual/kelo mengumpulkan
pemecahan masalah, dan memperoleh mpok informasi yang
pengetahuan mengenai esensi dari materi sesuai,
pelajaran dalam memahami suatu konsep, 3 melaksanakan
prinsip, dan keterampilan matematis siswa eksperimen untuk
berbentuk ill-stucture atau open-ended mendapatkan
melalui stimulus. penjelasan dan
Menurut Suradijono, PBL adalah pemecahan
metode belajar yang menggunakan masalah
masalah sebagai langkah awal dalam Mengembangk Membantu siswa
mengumpulkan dan mengintegrasikan an dan dalam
pengetahuan baru (Krismiati, 2008). Atau 4 menyajikan merencanakan dan
menurut Boud & Felleti (dalam Krismiati, hasil karya menyiapkan karya
2008) menyatakan bahwa Problem based yang sesuai seperti

ISSN 2086-4299 5
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

laporan, dan mendapatkan hasil (dampak) dari


membantu mereka penyelidikan.
untuk berbagi 2. Hubungan dan Isi (Relevance And
tugas dengan Context)
temannya PBL menawarkan siswa sebuah
Menganalisis Membantu siswa jawaban yang jelas terhadap
dan untuk melakukan pertanyaan, “Mengapa kita perlu
mengevaluasi refleksi atau mempelajari informasi ini?”, dan
proses evaluasi terhadap “Apa saja dari yang sedang saya
5. lakukan di sekolah harus dilakukan
pemecahan penyelidikan
masalah mereka dan proses dengan sesuatu dalam dunia nyata?”
yang mereka 3. Berfikir Tingkat tinggi (Higher-
gunakan Order Thinking)
Skenario masalah yang tidak
Dari tabel d atas, dapat dilihat bahwa lengkap memanggil keluar
guru mengawali pembelajaran dengan (membangkitkan) berfikir kritis dan
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai kreatif siswa, menebak Apa jawaban
dalam pembelajaran, mendeskripsikan, yang benar yang dikehendaki guru
dan memotivasi siswa untuk terlibat untuk saya temukan?
dalam aktivitas dalam kegiatan mengatasi 4. Pembelajaran bagaimana belajar
masalah. Berdasarkan masalah yang (Learning How To Learn)
dipelajari, siswa berusaha untuk membuat PBL mengembangkan
rancangan, proses, penelitian yang metakognisi dan pembelajaran diri
mengarah ke penyelesaian masalah, yang teratur dengan meminta siswa
sehingga membangun pengetahuan untuk menghasilkan cara mereka
mereka sendiri melalui pengalaman nyata, sendiri mendefinisikan masalah,
kemudian siswa mengidentifikasi mencari informasi, menganalisis data
permasalahan dengan cara mencari apa dan membuat serta menguji hipotesis,
saja hal-hal yang diketahui, yang membandingkan strategi lain, dan
ditanyakan, dan mencari cara yang cocok membaginya dengan siswa lain dan
untuk menyelesaikan permasalahan strategi dari pembimbing
tersebut. Dalam menginvestigasikan dan 5. Keaslian (Authenticity)
menyelesaikan masalah, dalam prosesnya PBL melibatkan siswa dalam
siswa menggunakan banyak keterampilan mempelajari informasi dalam cara
sehingga termotivasi untuk memecahkan yang sama ketika mengingatnya
masalah nyata dan guru mengapresiasi kembali dan menerapkan dalam
aktivitas siswa sehingga siswa senang situasi yang akan datang dan menilai
bekerja sama. pembelajaran dengan cara
Adapun manfaat yang diperoleh mendemonstrasikan pemahaman dan
melalui PBL menurut Gick dan Holyoak bukan kemahiran belaka.
(dalam Krismiati: 2008) antara lain:
1. Motivasi (Motivation) E. Metode dan Desain Penelitian
PBL membuat siswa lebih terlibat Penelitian yang digunakan adalah
dalam pembelajaran sebab mereka terikat kuasi eksperimen. Desain
untuk merespon dan karena mereka penelitiannya menggunakan desain
merasa diberi kesempatan untuk kelompok kontrol non-ekuivalen.

ISSN 2086-4299 6
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

menunjukkan bahwa kemampuan


O X O (Ruseffendi, 2005 : 53 kemampuan penalaran matematis
) siswa pada kelas eksperimen lebih
...................... baik dari kelas kontrol. Selain itu, jika
O O dilihat dari peningkatannya, N-gain
kelas eksperimen lebih besar dari
Keterangan: kelas kontrol, walaupun keduanya
O : Tes kemampuan penalaran diinterpretasikan dalam kategori
matematis siswa sedang.
X : Pembelajaran Berbasis Masalah
……... : Pengambilan sampel tidak 1. Uji Normalitas
secara acak
Hasil Uji Normalitas Skor Pretes,
F. Waktu dan Tempat Penelitian dan N-gain
Penelitian ini dilakukan di salah satu Kemampuan Penalaran Matematis
SMK di Kabupaten Garut. Penelitian Hasil Kelas Sig
dilaksanakan dari bulan Januari sampai Pretes Eksperimen 0,002
Februari 2015. Kontrol 0,008
N-gain Eksperimen 0,000
G. Hasil Penelitian
Hasil data yang diperoleh dari pretes, Kontrol 0,566
postes, dan N-Gain diolah dengan Dari tabel di atas, terlihat bahwa
software SPSS 18 dan microsoft exel 2010 hasil pretes kelas eksperimen dan
disajikan dalam tabel berikut: kelas kontrol memiliki sig < 0,05,
sehingga untuk keduanya Ho ditolak
Statistik Deskriptif artinya skor pretes kemampuan
Kemampuan Penalaran Matematis penalaran matematis siswa kelas
Kelas Kelas Kontrol eksperimen dan kelas kontrol tidak
Eksperimen berdistribusi normal. Untuk hasil n-
N S N S gain kelas eksperimen memiliki sig <
Pretes 34 50,6 14,3 34 49,9 12,7 0,05 sehingga Ho ditolak artinya skor
Postes 34 72,8 11,7 34 65,7 15,9
N-gain 34 0,4 0,3 34 0,3 0,2
n-gain kemampuan penalaran
Skor Maksimum Ideal: 100 matematis siswa kelas eksperimen
tidak berdistribusi normal, dan kelas
Berdasarkan tabel di atas, terlihat kontrol memiliki sig > 0,05 sehingga
bahwa ada kenaikan yang signifikan Ho diterima artinya skor n-gain
antara kemampuan penalaran matematis kemampuan penalaran matematis
siswa setelah mendapat perlakuan. Siswa siswa kelas kontrol berdistribusi
pada kelas eksperimen memperoleh rataan normal. Karena ada salah satu kelas
yang lebih besar dari kelas kontrol. yang tidak berdistribusi normal, maka
Besarnya kenaikan rataan untuk kelas uji selanjutnya untuk pretes, dan n-
eksperimen dari pretes ke postes sebesar gain menggunakan uji nonparametrik
22,2% dari skor ideal, sedangkan yaitu uji Mann Whitney-U.
kenaikan rataan untuk kelas kontrol dari
pretes ke postes sebesar 15,8% dari skor
ideal. Secara sepintas, gambaran tersebut

ISSN 2086-4299 7
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

2. Uji Kesamaan Rataan Pretes pembelajaran berbasis masalah lebih


Kemampuan Penalaran Matematis baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
Hasil Uji Kesamaan Rataan Skor
Pretes
Kemampuan Penalaran Matematis H. Penutup
1. Kesimpulan
Peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran
berbasis masalah lebih baik
daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran
konvensional.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh penelitian di atas, diajukan
nilai sig = 0,304. Karena nilai sig > 0,05 beberapa saran sebagai berikut:
maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak a. Pembelajaran berbasis
terdapat perbedaan rataan skor pretes masalah dapat digunakan
kemampuan penalaran matematis pada sebagai pembelajaran di
kelas eksperimen dan kelas control. tingkat SMA sederajat dalam
upaya meningkatkan
3. Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain kemampuan penalaran
Kemampuan Penalaran Matematis matematis.
b. Perlu dilakukan
Hasil Uji Perbedaan Rataan N-gain penelitian lanjutan, untuk
Kemampuan Penalaran Matematis melihat keefektifan
pembelajaran berbasis
masalah pada level sekolah
yang berbeda.
c. Pada penelitian ini hanya
dikaji peningkatan
kemampuan penalaran
matematis secara keseluruhan.
Oleh karena itu, diharapkan
penelitian selanjutnya dapat
mengkaji peningkatan
kemampuan penalaran
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh berdasarkan kemampuan awal
nilai sig,(2-tailed) = 0,030 maka sig,(1- siswa baik pada kategori
tailed) = 0,015. Karena sig.(1-tailed) < tinggi, sedang, maupun
0,05 artinya Ho ditolak. Hal ini berarti menengah.
peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa yang mendapat

ISSN 2086-4299 8
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

Daftar Pustaka Model PBL (Problem Based


Learning). Skripsi pada
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. FPMIPA UPI Bandung: Tidak
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. diterbitkan.

Dahlan, M.D, et, al. (2004). Rosnawati, R. (2011). “Kemampuan


Meningkatkan Kemampuan penalaran matematika siswa
Penalaran dan Pemahaman SMP Indonesia pada TIMSS
Matematis Siswa SLTP Melalui 2011”. Prosiding Seminar
Pendekatan pembelajaran Open- Nasional Penelitian,
Ended. Disertasi Sps UPI: Tidak Pendidikan dan Penerapan
diterbitkan. MIPA.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-
Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar Dasar Penelitian Pendidikan
Kompetensi Matematika Sekolah dan Bidang Non-Eksakta
Menengah Atas dan Madrasah Lainnya. Bandung: Tarsito.
aliyah. Jakarta: Depdiknas
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna
Duch, B.J., Groh, S.E., dan Allen, D.E. Pembelajaran. Bandung:
(2001). Why Problem-Based Alfabeta.
Learning: A Case Study of
Institutional Change in Shadiq, F. (2004). “Pemecahan
Undergraduate Education. Dalam Masalah, Penalaran, dan
B.J. Duch, S.E. Groh, dan D.E. Komunikasi”. Diklat
Allen (Eds): The Power of instruktur/Pengembangan
Problem-Based Learning. Matematika SMA di
Virginia, Amerika: Stylus Yogyakarta.
Publishing.
Suherman, E dan Winataputra U.S.
Jacob. (2003). “Matematika Sebagai (1993). Strategi Belajar
Penalaran (Suatu Upaya Mengajar Matematika.
Meningkatkan Kreatifitas Jakarta: Departemen
Berpikir)”. Makalah Jurusan Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Matematika FMIPA
UPI. Sumarmo, U. (1987). Kemampuan
Pemahaman dan Penalaran
Krismiati, A. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan
berbasis masalah berbantuan Kemampuan Penalaran Logic
Cabry II dalam meningkatkan Siswa dan Beberapa Unsur
kemampuan pemecahan dan Proses Belajar-Mengajar.
berpikir kritis siswa. Tesis UPI Disertasi PPS IKIP Bandung:
Bandung: tidak diterbitkan. tidak diterbitkan.

Nurhasanah, L. (2009). Meningkatkan ________, U. (2006). Pembelajaran


Kompetensi Strategis (Strategic Keterampilan Mmebaca
Competence) Siswa SMP melalui Matematika Pada Sekolah

ISSN 2086-4299 9
Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 5, Nomor 1, April 2015

Menengah. Makalah pada


Seminar Pendidikan Matematika
Se-Jawa Barat. Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Gunung Djati: Bandung.

_______, U. (2010). Hand Out


Matakuliah Evaluasi Pengajaran
Matematika. Sps UPI: Tersedia.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan


Teori Pembelajaran Matematika
Siswa dalam Pelajaran
Matematika. Disertasi doktor pada
PPS IKIP Bandung: Tidak
dipublikasikan.

Usniati, M. (2011). Meningkatkan


Kemampuan Penalaran
Matematika Melalui Pendekatan
Pemecahan Masalah. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika
UIN Syarif Hidayatulloh: Tidak
diterbitkan.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan


Model-Model Pembelajaran.
Bandung: UPI

Riwayat Penulis:
Tina Sri Sumartini: Lahir di Garut, 11
Maret 1988. Alumnus SDN Jati 2
Garut(2000). SMPN 1 Tarogong Kaler
Garut (2003). SMKN 1 Tarogong Kidul
Garut (2006). STKIP Garut (2010).
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung (2014)

ISSN 2086-4299 10

Anda mungkin juga menyukai