b. Etiologi
Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya kurang bersih
atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari petugas ruang bersalin.
Ibu dengan proses persalinan yang lama atau mendadak sehingga tidak tertangani
dengan baik.
Luka guntingan atau robekan dalam proses persalinan.
Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau darah yang membeku di dalam
rahim.
Kondisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti malnutrisi, perdarahan,
kelelahan, dan pre-eklamsia.
Kebersihan daerah perineum kurang terjaga. Misalnya, karena tidak segera
mengganti pembalut bila sudah penuh cairan lokia. Atau, setelah dibasuh, daerah
perineum tidak dikeringkan.
c. Gejala
Timbul rasa panas dan kering pada tempat yang terinfeksi.
Perih saat buang air kecil.
Demam.
Keluar cairan seperti keputihan dan berbau.
d. Penetalaksanaan
Jangan menggaruk-garuk perineum maupun vagina.
Jangan mencoba mengobati sendiri misalnya dengan cairan pembersih kewanitaan
karena melihat adanya keputihan.
Segera hubungi dokter kandungan anda. Selain memberi anda antibiotic, dokter akan
menganjurkan anda merawat luka dengan cara bath seat, yakni berjongkok atau
duduk, kemudian membasuh bekas luka dengan cairan antiseptic
Jaga kondisi kesehatan selama hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang bersih
dan memenuhi pola diet sehat berimbang, serta minum air dalam jumlah yang cukup.
Menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka bekas episiotomi (prosedur bedah
untuk melebarkan jalan lahir), terutama setelah buang air kecil dan buang air besar.
Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh area genital dan anus, basuhlah
dengan gerakan dari arah depan ke belakang.
Pastikan kepada dokter dan petugas ruang bersalin agar alat-alat persalinan dan juga
ruang bersalin terjaga kesterilannya.