Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN I

PENDAHULUAN

Perjalanan organisasi di masa ini dan masa mendatang sangat bergantung pada pemahaman atas
kondisi-kondisi mendesak yang tengah terjadi di internal Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Gowa.
Berbagai dinamika yang berkaitan dengan organisasi akan dibahas dan ditentukan dalam Musda. Oleh
karena itu, materi Musda XXI IPM Kabupaten Gowa disusun melalui pemahaman-pemahaman atas kondisi
yang mendesak hari ini dan bagi masa yang akan datang dengan tujuan supaya roda organisasi berjalan
maksimal. Materi Musda XXI IPM Kabupaten Gowa disusun atas kajian mengenai beragam kondisi yang
terjadi di Kabupaten Gowa, dengan harapan dapat memajukan gerak IPM di Kabupaten Gowa.
Pengenalan atas kondisi-kondisi tersebut akan membantu organisasi memetakan jalan yang tepat
dan bermakna bagi semua kalangan. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah bagian dari kelompok sipil
yang memiliki peran penting, terutama dalam memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan kelompok
muda. Musda XXI IPM Kabupaten Gowa menjadi momentun untuk memikirkan ulang apa saja yang dapat
dilakukan oleh IPM khususnya PD IPM Gowa. Selama ini IPM telah melakukan banyak kontribusi besar
dalam mengadvokasi kepentingan pelajar. Perlu disebutkan beberapa di antaranya ialah
mengembangkan paradigma pendidikan yang tercermin lewat upaya serius merumuskan Sistem
Perkaderan IPM (SPI); mendorong kebijakan yang ramah terhadap perkembangan kualitas pelajar.
Bagaimana carany a menciptakan kembali pencapaian-pencapaian gemilang IPM ? Caranya ialah
dengan memahami dan siap mengambil peran sekecil apapun. Berikut beberapa pemetaan kondisi yang
dialami oleh pelajar Kabupaten Gowa secara umum, yang harus disadari oleh IPM, dan
membuka kemungkinan strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh IPM. Informasi-infomasi di bawah
ini berfungsi secara praktis bagi perencanaan-perencaaan program terutama bagi struktur Pimpinan
Daerah IPM Kabupaten Gowa karena berkaitan dengan realitas di tingkat Kabupaten Gowa, dan menjadi isu di
tingkat nasional dan global.
 Sebagian Pimpinan IPM Khususnya di Kabupaten Gowa Belum Mengerti Tentang
Konstitusi IPM.
Banyaknya pimpinan yang hanya mengetahui IPM sebatas pengertian dan tujuannya saja
tanpa mengetahu konstitusi IPM yang mencakup tentang AD/ART dan pedoman administrasi.
Masih banyak pimpinan yang kemudian tidak mengetahui hal-hal mendasar yang dibahas di
AD/ART seperti apa itu pimpinan dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan masih
banyaknya pimpinan yang tidak tertib administrasi dalam setiap kegiatannya. Seperti, tidak
bagusnya sistem kesekretariatan, dan kebendaharaannya.
 Tidak Loyalnya Kader Terhadap Tugas dan Tanggung Jawabnya di IPM
Di tengah perkembangan Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Kabupaten Gowa saat ini ternyata
masih ada beberapa permasalahan mendasar yang dialami oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Kabupaten Gowa. Salah satu yang paling urgen adalah masalah loyalitas kader. Di mana kita
dapat melihat banyaknya kader yang masih tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan IPM dalam
tanggung jawabnya. Permasalahan selanjutnya mengenai loyalitas kader adalah, maraknya
fenomena pimpinan yang mundur dari tanggung jawabnya yang disebabkan oleh beberapa hal.
 Problematika Perkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Gowa
Bidang perkaderan adalah salah satu bidang yang paling penting dalam Ikatan Pelajar
Muhammadiyah, bahkan menurut anggaran rumah tangga mengatakan bahwa bidang perkaderan
adalah bidang waijb dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Besarnya fungsi bidang perkaderan di
IPM membuka kemungkinan besar adanya berbagai permasalahan yang akan di hadapi oleh
pimpinan. Adapun beberapa permasalaha mengenai perkaderan di Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Kabupaten Gowa adalah,
1. Fasilitator
a. Kurangnya kedisiplinan fasilitator dalam mengelola pengkaderan
b. Kurang maksimalnya koprs fasilitator dalam menjalankan tuganya
c. Kurangnya kesadaran teman-teman fasilitator terhadap tanggung jawab dan
kewajibannya.
2. SPI
a. Kurang mengertinya Pimpinan dan Fasilitator mengenai SPI (Sistem
Pengkaderan IPM)
b. Kurangnya budaya tertib administrasi dalam pengkaderan
3. Follow Up
a. Kurangnya tindak lanjut terhadap pengkaderan yang telah dilaksanakan.
b. Kurangnya koordinasi tim fasilitator degan pimpinan.
 Turunnya Semangat IPMawati Untuk Terus ber-Ikatan Pelajar Muhammadiyah
IPMawati adalah salah satu penggerak utama roda organisasi. Tentunya kehadiran dan
keaktifan dari IPMawati sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan-kegiatan di Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. IPMawati dituntut dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Namum dalam perjalanannya eksistensi IPMawati di Kabupaten Gowa mulai
mendapatkan berbagai hambatan dan persoalan. Setidaknya ada tiga permasalah utama yang
menjadi masalah bagi eksistensi IPMawati di Kabupaten Gowa saat ini. Permasalahan pertama
adalah maraknya IPMawati yang kemudian mulai terkena dengan virus baper yang kemudian turut
andil dalam penuruan eksistensi IPMawati dalam setiap kegiatan- kegiatan di Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Kab. Gowa.
Permasalah kedua yaitu adanya dikotomi-dikotomi di antara IPMawati yang kemudian
menjadi penghalang bagi IPMawati untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan di Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Permasalah ketiga adalah masih banyaknya IPMawatai yang masih belum
mengerti tentang hakikat dari IPMawati itu sendiri. Banyak IPMawati yang hanya mengetahui
bahwa IPMawati hanyalah kader putri di Ikatan Pelajar Muhammadiyah tanpa mengerti tentang
tugas dan kewajiban dari sosok IPMawati itu sendiri.
 Kurangnya Kajian-Kajian Ke Islaman dan Ke Ilmuan di IPM
Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang memiliki basis massa yang berpusat di pelajar utamanya
pelajar muslim membuat kajian-kajian tentang ke Islaman dan ke Ilmuan sangat dibutuhkan.
Namun pada kenyatanyaanya di IPM Kabupaten Gowa kajian-kajian tentang Ke Islaman dan Ke
Ilmuan sangat kurang. Permasalahan inipun yang kemudian membuat beberapa kader lari ke
organisasi lain untuk mendapatkan kajian-kajian tentang ke Islaman dan ke Ilmuan yang tidak
didapatkan di IPM.
 Tanggung Jawab Mengembangkan Cabang dan Ranting IPM Serta Optimalisasi Peran IPM
di Ranting Muhammadiyah
Ada asumsi bahwa pasca perubahan nama IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) ke IPM (Ikatan
Pelajar Muhammadiyah) 2008, IPM cenderung elitis. Mengapa ? Remaja yang lebih luas menjadi
pelajar yang identik dengan sekolah. Seakan-akan gerakan IPM mengalami kecenderungan
penyempitan ruang gerak atau yang biasa disebut sebagai lokus gerakan dan basis massa. Padahal
dalam AD.ART jelas dikatakan bahwa ranting tidak hanya sekolah tetapi pesantre juga desa. Namun,
kenyataannya IPM kini lebih terkesan menggarap sekolah. IPM kehilangan peran di ranting
Muhammadiyah. Memang persoalan basis massa kadang membingungka, namun urgensi perubahan
nama sejak tahun 2008 lalu kini harus dibuktikan apakah sejarah akan berpihak pada IPM untuk
meneguhkan jati diri gerakan ? labih-lebih ranting adalah ujung tombak gerakan IPM secara nasional.
Cabang dan ranting adalah tulang punggung dari IPM. Selama beberapa dasawarsa,
pembahasan mengenai Cabang dan Ranting IPM hanya ditekankan pada fungsinya sebagai basis
massa atau sebagai objek dari pengembangan program sentralistik. Posisi Cabang dan Ranting
dalam IPM jelas sebagai subjek, bukan semata objek yang pertama kali menerima dampak dari
kebijakan-kebijakan pimpinan di atasnya. Apalagi jika kebijakan-kebijakan tersebut sama sekali tak
menyentuh kebutuhan yang sebenarnya. Beberapa eksperimen pernah ditempuh untuk
menampakkan apresiasi terhadap keberadaan Cabang dan Ranting, meskipun tetap saja karena
kurangnya data maka program atau kebijakan yang dihasilkan tak menjangkau kebutuhan yang
sebenarnya.
Menjadi tanggung jawab setiap aktivis IPM baik di tingkat Ranting hingga Pusat untuk
mengapresiasi dayakreatif pelajar Muhammadiyah karena memberi manfaat bagi manusia dan
alam/lingkungan. Kreasi-kreasi pelajar Muhammadiyah tidak saja dalam bidang sains atau bidang
terapan, melainkan juga bidang sosial humaniora. Tak terhitung banyaknya jumlah inovasi sosial yang

10
dilakukan oleh pelajar Muhammadiyah yang berdaya transformasi bagi Masyarakat.
 Proyeksi Kondisi IPM Gowa
Dalam perkembangan IPM Gowa saat ini dapat digambarkan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan tantangan/ancaman sebagai berikut:
Kekuatan IPM Gowa
1. Fondasi Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang disertai etos keilmuan,
merupakan kekuatan IPM.
2. Jaringan organisasi yang sudah tersebar di seluruh penjuru kabupaten Gowa, bahkan telah
sampai kepada pemerintah daerah.
3. Perkembangan amal usaha Muhammadiyah yang sangat besar secara kuantitatif juga
menjadi aset sumber daya, fasilitas, dan insfraktuktur yang sangat penting bagi IPM Gowa.
4. Luasnya wilayah geografis dan jumlah cabang, ranting, anggota dan kader yang relatif
banyak.
Kelemahan IPM Gowa
Di Samping kekuatan, IPM Gowa masih memiliki kelemahan yang harus terus dikoreksi,
diperbaiki, dan diperbaharui, di antaranya:
1. Kecenderungan kuat IPM sebagai gerakan aksi (amaliah), serba administratif, serba
kolektif kolegial, dan rutinitas-seremonial menjadikan gerakan keilmuan kurang
berkembang dengan baik, sehingga kader-kader IPM Gowa Kurang memberikan kontribusi
bagi pengembangan daerah.
2. Pertumbuhan organisasi IPM cenderung birokratis dan lamban dalam menghadapi
persoalan-persoalan pelajar yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam
menyikapi masalah-masalah sosial baru seperti siu-isu pelanggaran hak asasi manusia,
kemiskinan strutural, dampak buruk globalisasi, pengrusakan lingkungan, korupsi dan
masalah-masalah demoralisasi yang meluas dalam kehidupan pelajar.
3. Organisasi IPM yang demikian besar juga dinilai belum secara optimal menyentuh
persoalan-persoalan basis massa (pelajar) di cabang dan ranting. Terutama yang
mengalami marjinalisasi seperti anak jalanan, dan kaum dhu’afa (lemah) serta mustdh’afin
(tertindas) lainnya, sehingga menimbulkan kesan gerakan IPM ini hanya bergerak di
lingkungan atas dan perkotaan.
Peluang IPM Gowa
1. Keterbukaan masyarakat kabupaten Gowa yang semakin baik dan demokratis sebagai
kondisi objektif yang menguntungkan bagi IPM Gowa untuk terus mengembangkan
gerakannya secara lebih luas dalam berbagai bidang komunitas pelajar.
2. Era otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
mengatur rumah tangganya sendiri menjadi peluang bagi IPM Gowa untuk lebih berperan
dalam pengambilan keputusan publik, terutama berbicara atas kepentingan pelajar.

11
3. Ayahanda PD Muhammadiyah dan kakanda alumni IPM senatiasa memberikan peluang
bagi IPM Gowa untuk terus melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi pelajar di
kabupaten Gowa.
Tantangan/Ancaman IPM Gowa
1. Arus materialisme-hedonistik yang tengah melanda pelajar menjadi godaan sekaligus
tantangan yang besar bagi IPM Gowa untuk dapat tetap memegang teguh komitmennya
mejaga akhlak pelajar di kabupaten Gowa.
2. Kecenderungan-kecenderungan konflik sosial politik dan keagaaman, menjadi tantangan
bagi IPM Gowa dalam menawarkan gerakan pelajar yang membawa pada perdamaian
dan rahmat bagi pelajar.
3. Cengkeraman kapitalisme global yang berdampak pada pembangunan dan orientasi
kehidupan yang serba berlandaskan profit, eksploitasi, dan memuja materi serta
kesenangan duniawi dalam kehidupan masyarakat, sehingga berpengaruh pula terhadap
pola keikhlasan berorganisasi untuk berjuang.
4. Banyaknya aliran-aliran menyesatkan yang dapat merusak kepribadian dan akhlak pelajar
di kabupaten Gowa.

12
BAGIAN II
BEDAH TEMA MUSDA XXI
“MENGGERAKKAN DAYA KREATIF MENDORONG GENERASI BERKEMAJUAN”

Titik tolak perumusan konsep dasar Musda XXI IPM kabupaten Gowa terutama yang menyangkut
dengan materi musda, sebagian besar berangkat dari pemahaman atas tantangan dan kondisi yang telah
dijelaskan di BAB I. Oleh karena itu penting untuk memahami penjelasan-penjelasan BAB I sebagai
bagian dari pengetahuan utama yang menyusun dasar-dasar asumsi materi ini secara keseluruhan.
Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menjadi petunjuk
bagaimana dinamika gerakan ini terus hidup. Dinamika tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus
formal semacam keputusan Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap IPM dalam
merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah peran IPM dalam sejarah pembentukan
identitas pelajar Muslim Indonesia. Peran tersebut berkelindan dengan sejarah benturan ideologis
yang terjadi di arena kebudayaan populer. Gerakan Membaca, Gerakan Matikan TV, Gerakan Tolak UN,
Gerakan Anti-Kekerasan Tanpa Kekerasan, Gerakan Komunitas Kreatif, adalah beberapa polarisasi
eksperimentasi kebudayaan populer IPM.
Perkembangan gerakan pelajar di Indonesia sesungguhnya menerima cukup banyak tantangan (beberapa
di antaranya sudah dijelaskan pada bagian A). Distribusi bahan literasi, kasus-kasus kekerasan yang
dialami oleh pelajar, eksploitasi pelajar, kebijakan yang memicu kekerasan-kekerasan baru terhadap
pelajar, hingga rekonstruksi pop culture yang menyajikan kelaziman teror, intimidasi, dan kekerasan
pada pelajar. Sejak tahun 1945, bahan-bahan literasi tertumpuk di kota-kota besar Indonesia. Jumlah rata-
rata buku yang diterbitkan di Indonesia menurut data IKAPI hanya berjumlah 30.000. Hal ini berbeda dengan
Inggris yakni sebesar 184.000, dan Amerika yang mencapai 304.912 publikasi. Kasus-kasus korupsi juga
kerap menghantui pengadaan buku di Indonesia. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa pelajar tak bisa
lepas dari rantai kekerasan, baik yang dilakukan oleh sipil maupun simbolisasi dari impunitas negara.
Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM bagaimana pun akan merefleksikan arti penting keberadaannya.
Jika IPM tak mampu membangun dialektika terhadap tantangan-tantangan tersebut, bisa jadi IPM akan
kehilangan perannya menyusul sejumlah gerakan pelajar yang redup ditelan pragmatisme. Maka sangat
penting bagi IPM untuk mengolah daya-kreatif yang dimilikinya sebagai kekuatan penting dalam menyikapi
berbagai tantangan yang ada. IPM harus mampu menggerakkan daya-kreatif dan kekuatannya melalui
banyak strategi. Era IPM yang baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat
daya-kreatifnya. Pertama adalah kemampuan IPM untuk berkolaborasi dengan gerakan lain dan seluas-
luasnya dalam rangka memperkaya khazanah internal.
Daya-kreatif IPM sangat bergantung pada kemampuannya berkolaborasi. Kehadiran banyak komunitas
seharusnya direspon oleh IPM sebagai sumberdaya baru yang akan membantunya menemukan solusi
menghadapi berbagai tantangan. Kolaborasi IPM dengan komunitas-komunitas literasi misalnya akan
menjadi salah-satu terobosan berbagi peran antara IPM dan para penggerak eksperimen komunitas literasi.

13
Melalui etos kolaborasi, IPM justru akan semakin memperkuat gerakannya sekaligus memperkuat berbagai
inisiasi-inisiasi eksternal lainnya. IPM tidak mungkin menafikan perkembangan terbaru dari perubahan
konstelasi yang sangat cepat akibat dari perkembangan teknologi.
IPM sebagai gerakan tak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi berbagai pemutakhiran tantangan. IPM
harus mampu membuka kembali wajah barunya dalam merespon berbagai perkembangan. IPM harus
menghidupkan kembali spirit kolaborasi dalam berbagai aspek. Meksipun begitu sebagaimana yang telah
dicatat di atas, kerja-kerja kolaboratif IPM harus meningkat menjadi mitra kolaborasi yang setara. Hal
ini untuk menghindarkan model kolaborasi yang selama ini diperankan oleh IPM misalnya dengan
Negara yang selalu saja timpang. IPM memiliki kualitas-kualitas yang seharusnya menjadi kebanggaan
aktivisnya; kekuatan massa aktif yang besar, dinamika yang terus dirawat dalam setiap muktamar, gerakan
pelajar dengan kordinasi yang kolektif-setara.
Kualitas-kualitas itu harusnya menjadi identitas penting IPM ketika berhadap dengan mitra kolaborasi
semacam Negara. Kualitas itu juga menjadi peluang IPM dalam memperkuat berbagai gerakan-gerakan
berbasis komunitas yang diinisiasi oleh masyarakat sipil.
Kata kunci selanjutnya bagi IPM dalam menggerakan daya-kreatifnya adalah berbagi (sharing).
Etos berbagi merupakan kunci bagi IPM untuk menemukan kembali kesegaran cara-cara IPM
berpartisipasi dalam transformasi sosial. Era baru yang tengah dihadapi oleh IPM adalah era distribusi
informasi. Era sharing ditandai dengan munculnya ruang-ruang publik baru baik digital maupun non-
digital. Perubahan ruang-ruang publik baru ini juga diikuti oleh perebutan arah diskursus. Maka etos
sharing akan menjaga IPM dari kecenderungan yang sangat laten terjadi dalam perebutan arah
diskursus yakni sikap pasif. Jika IPM tak mampu mengambil bagian dari perebutan arah diskursus,
dengan mudah dapat ditenggelamkan. IPM akan jadi kehilangan daya-kreatifnya.
Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri yang selalu kontekstual
dengan semangat zaman. KH. Ahmad Dahlan menjadi contoh generasi muda yang berhasil
mengejawantahkan etos kolaborasi dan etos berbagi yang sangat kuat bagi kemanusiaan. KH. Ahmad Dahlan
tak segan-segan berkolaborasi dengan gerakan lainnya semacam Syarikat Dagang Islam (berdiri tahun
1905, kemudian berubah nama menjadi Syarikat Islam pada tahun 1906) atau Budi Utomo (berdiri tahun
1908). Begitu juga yang terjadi ketika KH. Ahmad Dahlan membangun komunikasi dengan Jam‟iatul Khair
yang baru berdiri pada tahun 1919, lebih muda dari Muhammadiyah yang didirikan bersama para muridnya.
Etos kolaborasi dan berbagi yang dirawat oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan salah-satu topik yang
seringkali kurang diapresiasi sebagai salah-satu faktor daya-tahan dan daya-kreatif Muhammadiyah sejak
tahun 1912. Catatan penting dari contoh kerja kolaborasi dan berbagi KH. Ahmad Dahlan terletak pada orientasi
kemanusiaan yang dibangunnya, bukan sekedar pada siapa mitranya. Bagi KH. Ahmad Dahlan, tujuan
transformatif merupakan tujuan utamanya memperkuat Muhammadiyah dengan berkolaborasi dengan
berbagai gerakan lain.

14
Daya-Kreatif
Istilah “kreatif” berarti bentuk aktivitas, tindakan, atau strategi, dalam mengatasi hambatan dan
tantangan secara inovatif. Istilah kreatif juga mengacu pada proses menciptakan suatu hal baru
berdasarkan inspirasi atau imajinasi. Individu atau kelompok yang mampu menjadikan tindakan-tindakan
keseharian dan memberi dampak bagi perubahan penting dapat dikategorikan sebagai kreatif.
Makna diksi “kreatif” yang digunakan terletak pada dua pertimbangan. Pertama, diksi ini bisa
dipahami oleh banyak kalangan dengan definisi yang sekalipun berbeda secara prinsipil tetapi punya
potensi untuk membuka cara baru memahami keadaan. Kata “kreatif” sendiri bisa berubah posisi dan
dipertukarkan dengan berbagai istilah (baik sepadan atau tidak) untuk kepentingan dan peruntukan yang
dengan kadar tertentu bisa saja sama. Diksi kreatif memainkan peran penting dalam ungkapan apresiatif.
Sewaktu menggunakan kata “kreatif” pertama kali, ada pertimbangan bahwa kata ini dapat
digunakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan kreatif. Pada satu sisi ada semangat untuk
mengapresiasi segala sesuatu dengan bumbu sifat “kreatif”, dan itu peluang baik untuk dipergunakan.
Daya-kreatif berarti dorongan dalam menciptakan kemungkinan-kemungkinan alternatif dari suatu wujud
yang tampak terbatas, terhambat, atau tidak mungkin. Daya-kreatif pada umumnya muncul karena
kepemimpinan, peran, strategi, kebijakan, kesempatan, atau situasi yang mendorong penciptaan inovatif.
Menurut Bernard Rose dalam bukunya Breakthrough Thinking for Nonprofit Organizations (2002)
menjelaskan bahwa daya-kreatif adalah proses mengungkap dan mengolah realitas menjadi menarik yang
berguna bagi manusia dan alam. Daya-kreatif yang diasah akan menjadi keterampilan penting bagi
individu atau pun organisasi. Rose juga menjelaskan bahwa daya-kreatif merupakan faktor
pendorong kerja maksimal setiap organisasi non-profit.
IPM adalah organisasi non-profit yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri mau pun
komunitas pelajar tentu saja membutuhkan pengetahuan dalam mengelola daya-kreatif sehingga
membantu organisasi mencapai visinya. Daya-kreatif juga telah menjadi jawaban mengapa IPM mampu
bertahan konsisten sebagai organisasi sejak tahun 1961. Dalam IPM, daya-kreatif anggota sangat diapresiasi
dan telah menginspirasi. Daya-kreatif yang diapresiasi terbukti mendorong replikasi yang bermakna bagi
setiap anggota dan struktur yang tercermin dalam kebijakan-kebijakannya. Daya-kreatif memungkinkan IPM
mengembangkan eksistensinya karena selalu merespon perubahan zaman dengan pemahaman yang matang
dan visioner.
Generasi Berkemajuan
Generasi berkemajuan menurut Muhammadiyah, merujuk pada kelompok, atau komunitas yang
“mendorong pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran” (amar ma’ruf dan nahy munkar). Bercermin
dari KH. Ahmad Dahlan, generasi berkemajuan merupakan kelompok, atau komunitas yang mampu berpikir
mendalam atas kondisi realitas, potensi mengubahnya, dan cara memanfaatkan kekuatan yang tersedia.
KH. Ahmad Dahlan memiliki visi mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tertindas di bawah
hegemoni suprastruktur baik yang dijalankan oleh kolonial maupun feodalisme para priyayi. Dengan demikian
berpikir kritis-analitis melalui telaah literasi yang mendalam akan menjadi landasan penting generasi
berkemajuan.

15
Arti penting menjadi generasi berkemajuan bagi aktivis IPM terletak pada lima hal. Pertama, sebagai
proses pemurnian tauhid, yang juga berarti purifikasi motif segala tindakan transformasi sosial sebagai
bentuk pengabdian terhadap Allah Swt. Kedua, sebagai proses pembelajaran kembali nilai-nilai al-Qur‟an dan
hadits yang mendorong inisiasi kreatif bagi ummat dalam rangka rahmatan lil alamin. Ketiga,
pelembagaan inisiasi-inisiasi kreatif dalam rangka merawat keberlanjutan transformasi sosial
sehingga mudah direplikasi. Keempat, berorientasi pada pembaruan-pembaruan yang mampu mendukung
kebermanfaatan yang bermakna. Kelima, bersikap kolaboratif dengan berbagai pihak sebagai kehendak
murni mendorong kemajuan kehidupan.

16
BAGIAN III
KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG 2014-2024
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH KABUPATEN GOWA

Program IPM bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat kegiatan yang praktis. Program
IPM ialah perwujudan dari misi utama IPM yaitu “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu,
berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun visi ideal (tujuan utama),
misi ideal (misi utama), dan agenda aksi IPM Gowa diwujudkan melalui program sebagai berikut.

A. VISI IDEAL IPM


Terwujudnya pelajar Muslim yang Berkemajuan

B. MISI IDEAL IPM

1. Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra‟ dan keilmuan
3. Memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan apresiatif terhadap minat, bakat
dan potensi pelajar.

C. LANDASAN YURIDIS

Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan kegiatannya


senantiasa berpijak pada:
1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
2. Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah dalam kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan.
3. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan.

D. PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM

Program IPM dirumuskan dan dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan perwujudan dari iman dan
tauhid kepada Allah;
2. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan
dari fungsi rahmatan lil alamin;
3. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan
pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam, yaitu dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti yang

17
luas;
4. Prinsip Kemaslahatan; maksudnya program IPM hendaknya memperhatikan kemaslahatan umum;
5. Prinsip Keilmuan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara rasional dengan
memperhatian dan memanfaatkan secara ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan;
6. Prinsip Kekaderan; maksudnya program IPM selalu dijiwai nilai-nilai kekaderan. Semua yang
dilakukan IPM dalam rangka proses kaderisasi yang bersifat pemberdayaan anggota;
7. Prinsip Kemandirian; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara mandiri
dengan untuk membentuk kemandirian pelajar.
8. Prinsip Kreativitas; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan
pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan secara kreatif;
9. Prinsip Kemanusiaan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan tidak secara
ekslusif. Artinya orientasi program IPM selalu diarahkan untuk kemanusiaan, tanpa memandang
suku, agama, ras, dan budaya.

E. TUJUAN PROGRAM JANGKA PANJANG (VISI IPM 2024)

Program IPM Gowa Jangka Panjang adalah suatu tahapan pencapaian tujuan IPM Gowa itu sendiri. Secara
spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang sebagai Visi IPM Gowa 2024 adalah: “Membumikan
Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan Menjadikan IPM sebagai Rumah Minat dan Bakat Pelajar
Indonesia disertai Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Komponen Masyarakat Islam yang Sebenar-
Benarnya ”, yang ditandai dengan:
1. Tebentuknya sistem gerakan IPM Gowa sebagai gerakan pelajar yang unggul di bandingkan gerakan-
gerakan pelajar lain dalam melaksanakan misi dakwah dan pencerdasan yang ditunjukkan dengan sistem
gerakan yang maju, profesional, modern yang dilandasi nilai keikhlasan dan komitmen
penggerakknya, disertai dengan pemahaman ideologi, paradigma, dan visi gerakan IPM Gowa yang
didalam individu-individu teraktualisasi nilai-nilai publik dan sosial dalam ruang organisasi.
2. Terbentuknya sistem manajemen organisasi dan kepemimpinan kolektif-kolegial yang efektif,
produktif, dinamis sehingga mampu menghadirkan keteladanan, memproyeksikan masa depan
(berkemajuan) untuk perubahan dengan memobilisasi seluruh potensi pelajar Indonesia untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkualitas dengan meningkatnya
kehidupan keagamaan, moralitas, keilmuan, dan etos kerja kemanusiaan.
3. Terbentukknya model dan pola jaringan pada level komunitas, keummatan, kebangsaan dan cita-cita
menuju peradaban global dengan mendorong berkembangnya fungsi-fungsi kekuatan sosial
dan pemerintahan yang menjamin terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang maju, adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat di bawah naungan ridha Allah SWT (baldatun tayyibatun wa
rabbun ghafur).

18
4. Terbentukknya sumberdaya sebagai wahana melahirkan generasi Islami yang berkemajuan (sumberdaya
manusia) ditandai dengan sistem kaderisasi yang berkelanjutan dan anggota organisasi sebagai
subyek gerakan serta transformasi kader di berbagai lini kehidupan, juga tersedianya modal bagi
berjalannya roda organisasi yang berorintasi sosial (sumberdaya finansial), serta membangun tatanan
infrastruktur seperti sistem informasi,komunikasi dan karya yang memadai untuk keberlangsungan IPM
Gowa.
5. Terbentuknya kesadaran bahwa IPM Gowa dalam melakukan aksi dan pelayanan ialah sebagai
wahana dakwah di dunia pelajar, baik lewat karya kreatif, program dan kegiatan unggul yang
sesuai dengan kebutuhan pelajar Indonesia. Sehingga nilai-nilai ajaran Islam dan tumbuhnya
kesadaran sebagai warga dunia yang lebih luas akan keutamaan kehidupan Islami, yang menjamin
terciptanya tatanan kehidupan (pergaulan) yang utama di segala bidang kehidupan sebagai wujud
kehadiran Islam yang bersisifat rahmatan lil’’alamin.

F. TAHAPAN KEBIJAKAN PROGRAM

Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah gerak Persyarikatan yang
dilaksanakan secara bertahap melalui program dua (2) tahunan selama sepuluh (10) tahun. Tahapan-
tahapan program jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut.

1. MUSDA XX (2014-2016): diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan,
ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan sistem perkaderan sebagai pendukung
terwujudnya “Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan, sehingga IPM
memiliki sumberdaya yang siap menjadi aktor dan subyek gerakan.
2. MUSDA XXI (2016-2018): diarahkan kepada IPM sebagai gerakan ilmu sebagai manifestasi
Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul di kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan
habitus iqra’ di dunia pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat
utama yang berperadaban.
3. MUSDA XXII (2018-2020): diarahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi
kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi
sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global.
4. MUSDA XXIII (2020-2022): diarahkan transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) dan
terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM yang maju, profesional, dan modern;
berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan ilmu, serta peningkatan dan pengembangan peran
strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.

19
5. MUSDA XXIV (2022-2024): diarahkan perjuangan pembentukan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal
terwujudnya tujuan Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat
utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban utama.

G. SASARAN KEBIJAKAN IPM


Sasaran kebijakan IPM diarahkan pada dua, sasaran personal dan sasaran institusional. Berikut ini
penjelasannya.
1. Sasaran Personal. Diarahkan pada terwujudnya tradisi kesadaran kritis-progresif dalam berfikir dan
bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan IPM.
2. Sasaran Institusional. Diarahkan pada terciptanya struktur kelembagaan yang kuat dan fungsional
melalui pengembangan ranting serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dalam mendukung
gerakan Ikatan menuju gerakan ilmu yang berparadigma pelajar berkemajuan.

H. HIRARKI KEBIJAKAN

1. PD IPM
a. Motor penggerak IPM secara daerah.
b. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di
atasnya.
c. Selalu berkoordinasi dengan PW IPM dan konsolidasi dengan PC IPM atau PR IPM di tingkat
daerahnya.
2. PC IPM
a. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di
atasnya.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang langsung tertuju dan bermanfaat pada sekolah dan kalangan
pelajar.
c. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM dan konsolidasi dengan PR IPM di tingkat daerahnya.

3. PR IPM
a. Melaksanakan kebijakan-kebijakan kongkrit yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan
musywarah di atasnya.
b. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM atau PC IPM-nya.

20
I. INDEKS PROGRESIVITAS GERAKAN IPM
Indeks Progresivitas Gerakan (IGP) IPM Gowa merupakan satu metode yang digunakan oleh IPM Gowa
untuk mengukur keberhasilan sebuah organisasi dalam satu periode tertentu. Di sini, IPM Gowa telah
merumuskan empat ranah yang menjadi tolok ukur keberhasilan gerakan IPM Gowa dalam setiap satu
periodenya di berbagai jenjang struktur, baik dari Ranting hingga Pusat. Keempat ranah itu adalah
ranah kepemimpinan, ranah kaderisasi, ranah program kerja, dan ranah produk setiap ranah memiliki
indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari setiap ranah tersebut. Berikut ini penjelasannya:

No Ranah Indokator
1. Visi tentang IPM yang ideal
2. Mampu membangun kesadaran kolektif
3. Mampu menghasilkan wacana-wacana gerakan
1. Kepemimpinan
4. Mampu menggerakkan aktor dan struktur
5. Mampu mengartikulasikan kepentingan basis gerakan
6. Mampu membangun jaringan eksternal
1. Pelaksanaan Taruna Melati atau kegiatan kaderisasi pendukung
lainnya yang sesuai dengan SPI
2. Ada kegiatan Follow Up kaderisasi
2. Kaderisasi
3. Pendampingan yang berkelanjutan
4. Munculnya komunitas-komunitas hasil perkaderan sebagai
basis gerakan
1. Adanya program-program di setiap bidang sebagai bentuk
gerakan

3. Program Kerja 2. Adanya Follow Up dari program


3. Adanya komunitas-komunitas pascapelaksanaan program
4. Ada kegiatan rutin di masing-masing bidang
1. Setiap bidang menghasilkan produk dalam bentuk artefak-
artefak, seperti: buku, majalah, buletin, website, kaos, sticker,
4. Produk
dll
2. Distribusi artefak baik di internal IPM maupun ke eksternal

21
BAGIAN IV
ALUR LOGIKA MATERI MUSDA XXI
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH KABUPATEN GOWA

A. Alur Logika
Alur logika materi musda XXI IPM Gowa disusun berdasarkan pada tahapan kebijakan program IPM
sebagaimana yang termaktub di dalam Tanfidz Muktamar IPM XX tahun 2016. Tahapan kebijakan
program IPM tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Daya-Kreatif

Gerakan Ilmu

Pendampingan A

Apresiasi

3.
DESIGN
What should
be
the ideal
Gerakan literasi

sebagai pendekatan

Alur materi Musda XXI IPM Gowa disusun menggunakan siklus Appreciative Inquiry (AI). Definisi
“that inquires into, identifies, and further develops the best of what is in an organization in order to create a
better future” (Coghlan, Preskill, Catsambas, 2003). AI adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari,
menganalisis, dan membuat perencanaan pengembangan organisasi berdasarkan pada kekuatan apa saja
yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi organisasi. AI memanfaatkan best practice atau keberhasilan-
keberhasilan yang selama ini dicapai oleh organisasi, kemudian mengembangkannya sebagai kekuatan
yang akan mendorong perubahan lebih baik di masa ini dan di masa yang akan datang.

22
Bagan alur materi Musda XXI IPM Gowa terdiri atas lima siklus; Discovery, Dream, Design,
Delivery. Alur logika materi Musda XXI IPM Gowa dibuat untuk memfasilitasi diskursus bagi periode
kepemimpinan IPM Gowa 2016-2018. Alur logika materi Musda XXI IPM Gowa dengan demikian tidak
saja menyangkut dengan kepentingan Musda, melainkan juga berkaitan dengan keseluruhan
rancangan besar arah kebijakan IPM Gowa selama 2016-2018. Segala yang tergambar pada bagan
alur logika materi merupakan dasar dari pembahasan materi secara keseluruhan. Cara membaca alur logika
materi adalah sebagai berikut:

 Discovery (kekuatan yang ditemukan dalam IPM Gowa): Kekuatan atau faktor mendasar yang
menggerakkan aktivitas IPM adalah daya-kreatif. Daya-kreatif dimaknai sebagai kesempatan yang
diberikan IPM bagi setiap anggotanya untuk menjadikan IPM sebagai tempat pembelajaran sekaligus
sebagai tempat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermakna. Daya-kreatif juga
menjadi ciri utama dari faktor yang menggerakkan banyak organisasi atau komunitas berbasis
pelajar secara umum, tidak saja IPM. Organisasi atau komunitas mana pun yang ingin mempertahankan
eksistensinya memerlukan pengapresasian daya-kreatif yang dimilikinya, terutama yang bermanfaat
bagi banyak orang.
 Dream (mimpi apa yang dibangun oleh IPM Gowa untuk periode 2016-2018?): berdasarkan pada
tahapan kebijakan, mimpi utama IPM Gowa pada periode 2016-2018 adalah terwujudnya IPM Gowa
sebagai gerakan ilmu. Daya-kreatif sebagai kekuatan IPM Gowa harus digunakan untuk mewujudkan
mimpi IPM Gowa sebagai gerakan ilmu.
 Design (apa yang harus dirancang oleh IPM Gowa?): tujuan IPM Gowa menjadi gerakan ilmu dirancang
melalui sejumlah program dan kebijakan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Program
yang dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan program literasi, program peduli lingkungan,
program yang berkaitan langsung dengan kebutuhan Ipmawati (peka gender), dan penguatan
media informasi (dibutuhkan bidang yang khusus mengelola media informasi IPM Gowa).
 Destiny (strategi apa yang harus digunakan IPM Gowa): strategi yang dibutuhkan IPM Gowa untuk
mewujudkan visi sebagai gerakan ilmu, setidaknya membutuhkan tiga strategi. Pertama adalah
memperkuat gerakan literasi dan sosio-entrepreneurship, serta menggunakan AI sebagai metode
pengembangan organisasi (struktur dan wujud program).
 Delivery: IPM Gowa harus mendampingi proses untuk mewujudkan visi gerakan ilmu melalui program-
program yang telah dirancang dan sedang digerakkan. Setiap jenjang kepemimpinan IPM Gowa
wajib mendampingi perkembangan struktur kepemimpinannya (internal) mau pun struktur kepemimpinan
di bawahnya (PD > PC > PR).

B. Dasar-Dasar Sistem Gerakan IPM Gowa

Sistem Gerakan IPM berkaitan dengan nilai-nilai yang mendasari seluruh program dan aktivitas IPM.
Sistem Gerakan IPM dirumuskan sebagai acuan utama yang mendasar untuk IPM sebagai gerakan
dakwah dan gerakan amar ma’ruf nahyi munkar. Sistem Gerakan IPM dilandaskan pada Al-Qur‟an dan

23
As-Sunnah. Secara spesifik, dasar nilai dari Sistem Gerakan IPM adalah surat Al-Qolam ayat 1. Sistem
Gerakan IPM juga dapat dimaknai sebagai “kesadaran mendasar” yang dimiliki oleh setiap aktivis IPM.
Sistem Gerakan IPM sebagai kesadaran mendasar mengambil inspirasi dari surat Al-Qolam ayat 1,
sehingga bisa disebut sebagai kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn.

Al-Qolam/

Ideologi Paradigma Gerakan

Tertib belajar,Tertib
ibadah, Tertib
Organisasi

Pencerdasan,
Tiga Paradigma pemberdayaan, dan
IPM pembebasan

Penyadaran,
pemberdayaan, dan
pembelaan

Pelajar
Berkemajuan

Diri Sendiri

Implikasi Praktis Sosial

Lingkungan

Dengan demikian gerakan ilmu memiliki cakupan; yakni gerakan ilmu sebagai proses transformasi
diri menjadi dekat dengan Allah Swt. Gerakan ilmu juga sebagai proses menimba pengetahuan yang
berguna bagi diri sendiri, orang lain, dan bagi alam semesta (ilmu pengetahuan sebagai cara mengerem
kerusakan alam). Oleh karena itu dalam IPM muncul empat narasi besar gerakan IPM: Gerakan Tiga T;

24
Gerakan Kritis-Transformatif (GKT); Gerakan Pelajar Kreatif (GPK); dan Gerakan Pelajar Berkemajuan
(GPB). Empat narasi besar gerakan IPM itu bersumber dari inspirasi surat Al-Qolam ayat 1.
Gerakan ilmu mendapat prioritas utama karena basis IPM berasal dari komunitas pelajar. IPM
memaknai gerakan ilmu sebagai proses mengejawantahkan pemikiran-pemikiran yang memungkinkan
masyarakat terberdayakan sehingga membuat kehidupan sosial semakin dinamis dan transformatif. Oleh
karena itu gerakan ilmu selalu bersamaan dengan dua jenis gerakan aksi dan gerakan transformatif.
Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan aksi sehingga
memungkinkan proses transformatif terjadi.

C. Aktualisasi Sistem Gerakan IPM Gowa


Aktualisasi Sistem Gerakan IPM Gowa adalah sejumlah nilai-nilai yang dipegang oleh IPM Gowa dalam
menyusun sistem gerakan, baik untuk program kerja organisasi maupun untuk program kerja bidang.
Aktualisasi nilai dibagi ke dalam tiga aspek; individu, organisasi, dan sosial, yakni sebagai berikut:

Nilai Individu Nilai Berorganisasi Nilai Sosial


1. Keunggulan
1. Good Gonernance 2. Amar ma’ruf
2. Tersistem 3. Nahyi munkar
1. Kemurnian Aqidah
3. Kolektif-kolegial 4. Orientasi misi
2. Ketaatan beribadah
4. Musyawarah 5. Amal shalih
3. Istiqamah
5. Menggembirakan (tabsyir) 6. Kemashlahatan umum
4. Keikhlasan
6. Shidiq 7. Ekoliterasi
5. Berjiwa gerakan
7. Amanah 8. Pro-dhuafa
6. Suka beramal
8. Fathonah 9. Keandalan
7. Bermsyarakat
9. Disiplin 10. Keterpaduan
8. Keteladanan
10. Komitmen 11. Kesinambungan
9. Moderat
11. Ukhuwah 12. Pencerahan
10. Tajdid
12. Visioner 13. Demokrasi
11. Ekoliterasi
13. Dinamis 14. Transparansi
14. Ekoliterasi 15. Toleransi
16. Anti-kekerasan

25
BAGIAN V
PROGRAM KERJA
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH GOWA PERIODE 2016-2018

A. Dasar Program Kerja


Sistem Gerakan IPM adalah seperangkat nilai spesifik yang melandasi segala aktivitas IPM, baik dalam
manajemen organisasi, landasan program, atau aktvitias IPM. Sistem Gerakan IPM berarti apa saja
yang menjadi kriteria keberhasilan gerakan IPM baik itu yang melingkupi pendekatan struktural (struktur
kepemimpinan) atau pun pendekatan kultural (komunitas). Terdapat enam Sistem Gerakan IPM; keilmuan,
kekaderan, keberpihakan, pemberdayaan, keislaman, kemanusiaan, dan keorganisasian.

Keilmuan

Keberpihakan

Pemberdayaan
Capaian Umum
Keislaman

Kemanusiaan

Keorganisasian

1. Keilmuan, maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi harus dilandasi oleh prinsip keilmuan
yang dicirikan sebagai berikut:
Rasional/logis
 Berbasis kebutuhan pelajar
 Berbasis riset
 Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang terjadi. Keilmuan juga
berarti segala program dan aktivitas IPM harus karena tujuan keilmuan yakni sebagai sarana
mempelajari ilmu dan pengetahuan.
2. Kekaderan, maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi oleh nilai-nilai kekaderan. Semua
yang dilakukan IPM dalam proses berorganisasi selalu bersifat pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi:
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman ideologi.
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman
paradigma.
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman
gerakan.

26
3. Keberpihakan, maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus jelas letak
keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki tanggungjawab untuk membawa aspirasi
pelajar dan mengadvokasinya. Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral
terhadap keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan adalah salah-satu
kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM. Dalam banyak kasus IPM harus mampu
berpihak pada mengadvokasi kepentingan kelompok pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar
perempuan, pelajar putus sekolah, pelajar dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian
capaian umum keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan keberpihakan yang
semakin dibutuhkan.
4. Pemberdayaan, Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak IPM senantiasa
ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan anggotanya. Pemberdayaan berarti proses
pengembangan kapasitas, kemampuan, kreatifitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan
yang digunakan oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses pemberdayaan dalam IPM
bertujuan sebagai cara membentuk integritas, kemandirian, kecakapan, dan keterampilan yang
dibutuhakn dalam kehidupan sehari-hari.
5. Keislaman, IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman; tauhid. Keislaman
sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM dalam menjalankan organisasi harus
menyadari posisinya sebagai sayap dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab
memformulasikan model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi pelajar
dan remaja pada umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan inovasi dakwah bagi mad‟u muda.
6. Kemanusiaan, Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam pengembangan organisasi
harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM
bertanggungjawab untuk menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali. IPM tidak
hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi secara menyeluruh.
7. Keorganisasian, Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem. Landasan semua
program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus
mampu mengayomi dan mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan maksimal di IPM,
dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat ditempuhnya. IPM adalah organisasi, maka sudah
sewajarnya dijalankan berdasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan IPM harus
didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan dengan melibatkan kesepakatan semua
pihak.

27
B. Lima Aspek Pengembangan Program Kerja
Sistem Gerakan IPM adalah bentuk konkret penerapan sistem gerakan. Capaian bidang berbasis program
ditentukan melalui lima aspek pengembangan program kerja:
 Visi: visi adalah tujuan yang sifatnya adiluhung, berjangka panjang, dan menunjukkan
kedalaman nilai.
 Sistem Gerakan: Sistem Gerakan berkaitan dengan alur internalisasi dan
eksternalisasi nilai organisasi. Internalisasi nilai berarti nilai apa saja yang diharapkan menjadi
pegangan bersama antara setiap anggota organisasi. Jika berkaitan dengan bidang-bidang,
berarti nilai semacam apakah yang diharapkan oleh bidang yang bersangkutan menjadi
pegagan dan komitmen bersama. Sedangkan eksternalisasi nilai berarti nilai apa sajakah
yang diharapkan mampu menjadi tujuan organisasi atau secara spesifik setiap bidang yang ada
di IPM. Sistem gerakan disusun dengan berpedoman pada nilai-nilai yang tertuang dalam
Aktualisasi Sistem Gerakan IPM (BAB IV, Sub-Bab C).
 Organisasi dan Kepemimpinan: organisasi dan kepemimpinan berarti hal apa saja yang
dibutuhkan atau harus disediakan oleh organisasi dan kepemimpinan dalam memfasilitasi
perjalanan organisasi menuju terwujudnya visi.
 Jaringan: jaringan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh bidang atau organisasi
dalam memfasilitasi tercapainya visi yang berkaitan dengan kemitraan. Misalnya untuk
mencapai visi gerakan Iqro‟ maka perlu ditentukan bagaimana, dengan siapa, IPM harus
membangun jejaring.
 Sumber daya: sumber daya adalah hal apa saja yang dapat dicapai oleh kerja
organisasi atau bidang berkaitan dengan peningkatan kapasitas anggota dan sasaran
program. Sumber daya juga berarti dukungan apa yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang
agar visinya tercapai (dukungan finansial atau infrastruktur).
 Aksi: aksi adalah wujud konkret dari strategi perencanaan visi. Aksi juga berarti garis besar
dari apa yang dapat dilakukan agar visi tercapai.

28
BAGIAN VI
AGENDA AKSI
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH KABUPATEN GOWA

Agenda aksi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi visi IPM yang bersifat langsung,
nasional, dan kelanjutan dari diskursus yang dibangun pra-Muktamar (forum TMU, forum Konpiwil, dan
Pleno). Agenda aksi dirancang sebagai strategi umum dalam upaya mendorong daya-kreatif sehingga
mampu mewujudkan visi IPM sebagai gerakan ilmu. Skema agenda aksi bergantung pada strategi penguatan
struktur, sekaligus strategi kultural berupa pengembangan komunitas. Struktur akan menjadi faktor
penting dalam merancang dan mengimplementasikan agenda aksi. Sedangkan komunitas akan berperan
sebagai strategi kreatif yang membantu struktur memaksimalkan implementasi agenda aksi.

Sekolah Fasilitator

Komunitas Literasi

Gegerakan Membumikan AD/ART

Komunitas Pendampingan IPMawati

Agenda Aksi
Komunitas Pendampingan Teman Sebaya

Komunitas Dakwah Generasi Z

Komunitas Media dan Teknologi

Komunitas Olahraga

A. Gerakan Jihad Literasi


1. Pendahuluan
Gerakan Jihad Literasi adalah gerakan yang dibentuk untuk membumikan tradisi literasi.
Gerakan ini dibentuk sebagai manifestasi gerakan ilmu yang menjadi paradigma pelajar berkemajuan.
Kemunculannya didasari oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Rendahnya tradisi literasi
di kalangan masyarakat menjadi sebab ketertinggalan masyarakat Indonesia.
2. Konsep Dasar
Membumikan tradisi literasi sebagai manifestasi gerakan ilmu Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

29
3. Tujuan
a. Mengenalkan dan membudayakan tradisi literasi dalam ikatan
b. Mewujudkan tradisi baca tulis di kalangan pelajar
c. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan pojok-pojok baca di kelas dan kantor IPM
b. Pembentukan komunitas „Sahabat Buku‟
c. Penyelenggaraan perpustakaan keliling
d. Diskusi buku dan arisan buku
e. Pelatihan jurnalistik
f. Sosialisasi gerakan jihad literasi
5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran
Pelajar, remaja, dan pimpinan IPM di berbagai jenjang tingkatan
7. Penutup
Meningkatnya tradisi literasi menjadi prasyarat peningkatan kualitas kehidupan. Jihad literasi oleh
karenanya harus dilandasi semangan pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan masyarakat.

B. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya


1. Pendahuluan
Gerakan Pendampingan Teman Sebaya adalah gerakan advokasi yang diselenggarakan oleh pelajar
untuk memperoleh hak-haknya. Gerakan ini dilatarbelakangi atas maraknya tindakan yang merugikan
dan merenggut hak-hak pelajar di sekolah dan lingkungan sekitar. Pendampingan yang
dilakukan oleh teman sebaya dan berada di lingkungan sama dirasa lebih efektif dibandingkan
upaya advokasi yang dilakukan oleh pihak luar yang belum mengerti konteks latar kondisinya.
2. Konsep Dasar
Pembelaan hak-hak pelajar yang dimulai dari individu dan jejaring pertemanan
3. Tujuan
a. Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar
b. Mengupayakan regulasi yang berpihak kepada pelajar
c. Membentuk budaya kritis
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan kelompok advokasi teman sebaya di sekolah
b. Pelatihan advokasi
c. Seminar dan diskusi pemetaan isu
d. Pembuatan modul atau buku panduan advokasi
e. Kampanye advokasi
5. Penyelenggara
30 IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran
Pelajar dan remaja
7. Penutup
Gerakan membela teman sebaya diharapkan dapat membentuk kesadaran kritis di kalangan
pelajar sehingga mampu memperjuangkan hak-haknya secara mandiri.

C. Sekolah Fasilitator
1. Pendahuluan
Kurangnya kesadaran dari teman-teman fasilitator dalam menjalankan kewajibannya merupakan salah satu
permasalahan yang paling mendasar dalam lingkup Ikatan pelajar Muhammadiyah Kabupaten Gowa.
Sekolah fasilitator ini diharapkan dapat memberikan andil dalam pembentukan karakter yang lebih baik lagi
bagi teman-teman fasilitator Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Gowa.
2. Konsep Dasar
Meningkatkan kesadaran Fasilitator dalam mengemban dan menjalankan tugas dan kewajibannya.
3. Tujuan
a. Mengupgrade kemampuan-kemampuan dari fasilitator
b. Memperbaiki Korps Fasilitator Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Gowa
4. Bentuk Aksi
a. Bedah SPI
b. Bedah Materi Pengkaderan
c. Silabi Foll Up
5. Penyelenggara
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
6. Sasaran
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
7. Penutup
Mewujudkan generasi fasilitator yang cerdas dan sadar terhadap kewajiban dan tugasnya sebagai
fasilitator.

31
BAGIAN VII
REKOMENDASI-REKOMENDASI

1. Rekomendasi Untuk PD IPM Gowa


a. Merekomendasikan kepada PD IPM Gowa untuk mengoptimalkan peran IPM di Cabang
Muhammadiyah.
b. Merekomendasikan kepada PD IPM Gowa untuk mensosialisasikan Tanfidz Muktamar XX di
Samarinda kepada seluruh Pimpinan Cabang dan Ranting se Kabupaten Gowa.
c. Mendesak kepada PD IPM Gowa untuk lebih serius terhadap proses pengaktifan cabang yang
vakum dan kurang aktif, serta menginstruksikan kepada seluruh pimpinan cabang se-kab. Gowa
yang telah habis periode kepemimpinannya untuk segera melaksanakan Musyawarah Cabang
(MUSCAB).
d. Mendesak kepada PD IPM Gowa untuk mengintensifkan pendampingan dan menggairahkan
kembali pimpinan cabang yang kurang aktif.
e. Mendesak kepada PD IPM Gowa untuk memperbaiki database anggota, pimpinan, cabang dan
ranting yang ada di kab. Gowa.
f. Mendesak kepada PD IPM Gowa agar merespon segala bentuk permasalahan remaja dan
meningkatkan kerjasama dengan organisasi kepelajaran lainnya dalam memperjuangkan hak-
hak pelajar yang ada di kab. Gowa.
g. Mendesak kepada PD IPM Gowa untuk mensosialisasikan IPM ke sekolah-sekolah umum.
h. Merekomendasikan kepada PD IPM Gowa untuk mengembangkan ranting teladan.
i. Mendesak kepada PD IPM Gowa untuk mengoptimalkan keberadaan Korp Fasilitator.
2. Rekomendasi Untuk PD Muhammadiyah Gowa
a. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa untuk lebih serius terhadap proses
pengaktifan pimpinan cabang Muhammadiyah yang vakum dan kurang aktif.
b. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa agar memaksimalkan fungsi dan peran
Amal Usaha Muhammadiyah (AMM) dan gedung pusat Muhammadiyah (PUSDAM) Gowa
sebagai wahana dakwah, pendidikan dan pelayanan sosial.
c. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa untuk menginstruksikan kepada Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) untuk memberikan dukungan pada kegiatan-
kegiatan IPM utamanya di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
d. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa untuk menginstruksikan kepada Majelis
Dikdasmen agar selektif dalam menerima kepala sekolah dan guru serta mengutamakan dari
kalangan kader Muhammadiyah.
e. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa untuk menginstruksikan kepada Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) menerbitkan surat instruksi kepada sekolah-
sekolah Muhammadiyah untuk menggunakan seragam batik IPM Sekolah Dasar, Sekolah

32
Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas pada salah satu hari sekolah.
f. Merekomendasikan kepada PD Muhammadiyah Gowa untuk menginstruksikan kepada sekolah-
sekolah Muhammadiyah agar memberikan beasiswa kepada kader IPM yang berprestasi.
3. Rekomendasi Untuk Pemerintah Kabupaten Gowa
a. Merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Gowa untuk memberikan ruang yang seluas-
luasnya bagi para remaja dan pelajar dalam mengembangkan potensi dengan membuat agenda-
agenda yang sifatnya pro-pelajar.
b. Merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Gowa untuk mendukung segala bentuk
kegiatan yang dilakukan oleh IPM dan OKP lainnya. Khususnya dalam penyediaan anggaran dan
pemanfaatan fasilitas milik Pemda.
c. Merekomendasikan kepada pemerintah Kabupaten Gowa untuk melakukan perlindungan hukum
terhadap pelajar yang mendapatkan diskriminasi dan kekerasan yang menghambat tugasnya
untuk belajar.

33
BAGIAN VIII
PENUTUP

IPM dalam beberapa tahun belakangan ini semakin kuat dalam dua hal. Pertama adalah gerakan literasi,
sebagai proses pematangan IPM dalam menjaga spirit Iqro‟. Kedua adalah keberhasilan IPM dalam
gerakan sosio-entrepreneurship dalam kategori organisasi. Dua hal ini tentu saja menjadi catatan penting
bagi IPM, tidak saja bagi beberapa wilayah yang telah dengan kerja keras melakukan inovasi-inovasi penting.
Lebih daripada itu, semuanya adalah hasil dari kerja keras kolaborasi semua pihak.
IPM Kabupaten Gowa sudah saatnya melakukan perbaikan-perbaikan untuk memperbaiki sistem gerak roda
organisasi. Pada masa yang ini IPM Gowa OKP berbasis pelajar dengan massa terbesar di kab. Gowa dituntut
untuk terus memperlihatkan kontribusinya, terutama dalam isu-isu strategis yang berkembang saat ini seperti
isu ekologi (lingkungan hidup). Pelajar memegang peranan penting dalam mengontrol atau mengerem
kerusakan alam. Isu ini sama sekali tidak berhubungan dengan program-program lembaga funding
dunia, tetapi menjadi kewajiban setiap aktivis IPM Gowa karena dengan jelas merupakan salah-satu amanah
penting Islam Berkemajuan. Muhammadiyah periode 2005-2015 berhasil menggugat UU No. 7 tahun 2004
tentang Sumberdaya Air serta merevisi UU Nomor 22 tahum 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
menjadi UU Migas. Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam Berkemajuan.
Pelajar IPM Gowa pada masa ini harus memiliki kesadaran ekologis (ekoliterasi) yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa IPM teliti dalam melihat akar persoalan yang dalam. Semoga hal ini dapat dilanjutkan terus.
Demikian, materi Musda XXI PD IPM Gowa disusun atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu
diucapkan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah senantiasa membantu kita dalam
menggerakkan IPM.

34
Lampiran 2:
DAFTAR PERSONIL
PD IPM KABUPATEN GOWA 2014-2016

No Nama Amanah Alamat No. Kontak


1. Ihsan Islami Syam Ketua Umum Panciro, Bajeng 081354925242
2. Ansurlawarlin Kabid Organisasi Mannuruki, Makassar 085240067799
3. Muh. Akbar Kabid Perkaderan Samata, Somba Opu 082349534112
4. Alimuddin Kabid KDI Bissoloro, Bungaya 082347008010
5. Nurfadhilah Bahar Kabid PIP Bontoramba, Somba Opu 085242696698
6. Abd. Rahman Hamzah Kabid ASBO Majannang, Bajeng 085239850906
7. Abd. Malik Fakir Kabid Advokasi Pakkatto, Bontomarannu 085200438583
8. St. Suhaerah Kabid IPMawati Malino, Tinggi Moncong 082293838086
9. Ikbal SH. Kabid KWU Timbuseng, Pattallassang 085298944311
10. Alfisyahar Ahmad Sekretaris Umum Tanabangka, Bajeng Barat 085395535336
11. Muh. Mirsad Sekbid Organisasi Nusa Indah, Pallangga 085264050936
12. Islamiyah Sekbid Perkaderan Moncobalang, Barombong 082293835300
13. Munawir Muzakkir Sekbid KDI Timbuseng, Pattallassang 082349748491
14. Seniwati S. Sekbid PIP Sokkolia, Bontomarannu 089674043586
15. Nur Fajar Sekbid ASBO Ritaya, Bajeng 082394720805
16. Hajar Azwad Sekbid Advokasi Bontoboddia, Bajeng 085240279000
17. Nurwahidah Sekbid IPMawati Timbuseng, Pattallassang 085242612861
18. Wahdania Makmur Sekbid KWU Makassar 085656647710
19. Nurfathanah Taslim Bendahara Umum Jenetallasa, Pallangga 082344146302
20. Muh. Mudrikah Hamsa Angbid Organisasi Samata, Somba Opu 085299586826
21. Khairul Azmi Angbid Organisasi Bontoboddia, Bajeng 085395072612
22. Zulfikar Angbid Perkaderan Tanabangka, Bajeng Barat 085343550247
23. Munawwarah Angbid Perkaderan Biringala, Barombong 082393111066
24. Amirullah Angbid KDI Gentungang, Bajeng Barat 085289994399
25. Nur Faidah Angbid KDI Kacci-Kacci, Bontonompo 085255587119
26. St. Maryam Ramadhani Angbid PIP Panggentungang, Somba Opu 08981657390
27. Muh. Arham S. Angbid ASBO Likuboddong, Bonsel 082386144566
28. Nursyamsi Adam Angbid ASBO Sawagi, Pattallassang 082344675171
29. Muthiah Musa Abdi Angbid Advokasi Biring Balang, Pallangga 082363227338
30. Rajmawati Angbid Advokasi Malino, Tinggi Moncong 082348660314
31. Almujahidah Angbid IPMawati Pajalau, Pallangga 085241673626
32. Marham Sari Zainuddin Angbid IPMawati Pallangga 085756056070
33. Sastrawati Hz. Angbid KWU Taeng, Pallangga 085656695032

77
Lampiran 3:
DATABASE ORGANISASI
PC IPM SE-KABUPATEN GOWA

Periode Personil Inti


PC IPM
No (Muscab Daftar PR IPM
(Pusat Kegiatan) Ketum Sekum Bendum
Terakhir)
1. Allu 2015-2017 Ridwan Jufri Muh. Yusril Anita 1. Katinting
(Desa Tanrara, (09 Agustus Afriansyah Mulyana 2. Kaluarrang
Bontonompo 2015) Putri 3. Kampung Daeng
Selatan) 4. Salajangki
5. Campagaya
6. Allu
7. MTs Muh Kaluarrang
8. MTs Muh ajawaya
9. MA Muh Cambajawaya
2. Barembeng 2015-2017 Zainuddin Muh. Ilham Ulfa Akhriani 1. Barembeng
(Desa (28 Juni Syah 2. Anassappu
Bontobiraeng 2015) 3. Bulogading
Selatan, 4. Kacci-Kacci
Bontonompo) 5. Taipale’leng
6. MTs Muh Takwa
3. Bontomarannu 2014-2016 Nur Indah Abd. Malik Irma
1. Sokkolia
(Desa Sokkolia, (November Umra Mujaddidah
2. Borongloe
Bontomarannu) 2014)
3. Bontomanai
4. MTsN Balang-Balang
2016-2018
5. Nirannuang
(28
6. SMA Muh
Desember
Bontomarannu
2014)
4. Bontonompo 2015-2017 Wahyudin Nur Darmawati 1. Likuboddong
(Desa Sengka, (09 Agustus Khaerunnisa 2. Tamajannang
Bontonompo 2015) 3. Biring Balang
Selatan) 4. Passallanngang
5. MTs Muh Likuboddong
5. Borimatangkasa 2015-2017 Muh. Ikbal Muh. Hazwar Reski 1. Ritaya
(Desa Bone, (30 Agustus H. Hamid Amaliah 2. Tanabangka
Bajeng) 2015) 3. Baji Pa’mai
4. Tamala’lang
5. Paranga
6. Bontotannga
7. Punaga
8. Ripanngainta
9. Bone

6. Bungaya 2015-2017 Reski Ismail Yuliana FS. 1. SMP Darul Fallah


(Desa Bissoloro, (29 Maret Juliwarma Bissoloro
Bungaya) 2015) Saris 2. MA Darul Fallah
Bissoloro
3. Bissoloro
4. Sapaya
5. MTs Guppi Rannaloe
6. MA Guppi Rannaloe
7. Gentungang 2016-2018 Muh. Nur Fandi Anggara Syahriani 1. Romang Lompoa

78
(Desa (15 Alamsyah 2. Talakauwe
Gentungang, Desember 3. Kampung Pade’de
Bajeng Barat) 2012) 4. Gentungang
5. Mattontong Dare
8. Lempangang 2015-2017 Hajar Azwad Kamaluddin Almujahidah 1. Panciro
(Desa Panciro, (31 Jan – 01 2. MTs Muh Lempangang
Bajeng) Feb 2015) 3. SMA Muh
Lempangang
4. Bontoboddia
5. Tanetea
6. Pajalau
7. Boka
8. Bontopajja
9. Parangma’lengu
10. Bontocinde
11. Pattinngalloang
9. Limbung 2015-2017 Iswandy Nurfathanah Ridha 1. SMP Muh Limbung
(Kel. Limbung, (26 April Fadli Taslim Wahdana 2. SMA Muh Limbung
Bajeng) 2015) 3. MTs Muh Limbung
4. MA Muh Limbung
5. MTs Muh Pammase
6. SMPN 1 Bajeng
7. Pammase
8. Limbung
9. Coring
10. Jatia
11. Timpoppo
12. Kutulu
13. Mata Allo
10. Maccini Baji 2016-2018 Ical Dwi Abrianto Rismawati 1. Pappakabaji
(Desa (23 Putra 2. Bontomaero
Pannyangkalang, Desember 3. Partemas
Bajeng) 2016) 4. Borong Untia
5. Parang Berua
6. Pannyangkalang
7. Ciniayo
8. MTs Ponpes Sulhas
9. MA Ponpes Sulhas
10. Maradekaya
11. Paraikatte
12. Pabbentengang
11. Malino 2015-2017 Ayu Lestari Al-Fandi Sri Leni 1. MTs Muh Malino
(Kel. Malino, (07-08 2. SMA Muh Malino
Tinggi Moncong) Februari 3. Lembang Panai
2015) 4. Bontolerung
5. Parang Bugisi
6. Pattapang
7. Malino
8. Panngajiang
9. Buluba’lea
10. Batulapisi
11. Kampung Baru
12. Patte’ne
13. Endang
12. Mandalle 2016-2018 Nasrul Khaer Abd Karim Magfirah 1. Tamattia
(Desa Mandalle, (25 Juni 2. Mattoanging
Bajeng Barat) 2016) 3. Balla Tabbua
4. Passimbungang
5. Manjalling
6. Pannujuang
7. MTs Muh Mandalle
13. Manuju 2016-2018 Munawar Firman Syahriati 1. MA Uminda
(Desa (16 Tanakaraeng
Tanakaraeng, Desember 2. MTs Uminda
Manuju) 2016) Tanakaraeng
3. SMPN 5 Manuju
14. Moncobalang 2015-2017 Arby Junaedi Munawarah 1. Karampuang
(Desa (18-19 Zulfidiyah 2. Bontokarampuang
Moncobalang, Februari 3. Moncobalang
Barombong) 2015) 4. Tompo Balang
5. Biringala
6. Ballapangka
7. Malakaya
8. Bontomanai
15. Pallangga 2015-2017 Asman Muh.Nur St. Nurul 1. Pekang Labbu
(Desa (10 Juli Kurniawan Alamsyah Sakinah 2. Biring Kaloro
Julukanaya, 2016) Asfar 3. Allattappampang
Pallangga) 4. Borong Bilalang
5. Tallang-Tallang
6. Taeng
7. Sileo
8. Biring Balang
9. MTs Muh Julubori
16. Pao Tombolo 2015-2017 Anugrah Nurjannah Nurul Fitrih 1. MA Muh Datarang
(Kel. Tamaona, (19-20 Rahmat Jamaluddin 2. MTs Muh Datarang
Tombolopao) Februari 3. MA Muh Balassuka
2015) 4. MTs Muh Balassuka
5. Datarang
6. Mappadang
7. Pa’barung
8. Buki
9. Balassuka
10. Tanetea
11. Parang Bobbo
12. MTs Muh Matteko
13. MA Matteko
17. Parangloe 2015-2017 Budianto Haerul Nur Indah 1. SMA HW
(Desa (14 Juni Apriyanti Belapunranga
Belapunranga, 2015) 2. Kasimburang
Parangloe) 3. Alur C
4. Bontosunggu
5. Belabori
18. Parigi 2016-2018 Muh. Saing Handayani Andriani 1. MTs Muh
(Desa Bilanrengi, (22 Juli Tonrokombang
Parigi) 2016) 2. Manimbahoi
3. Tonrokombang
19. Pattallassang 2016-2018 Syahrul Ahmad Ayhu Andira 1. Timbuseng
(Desa (21 Mei Arisandi Hidayat 2. Teamate
Timbuseng, 2016) 3. SMPN 2 Pattallassang
Pattallassang) 4. Borong Palala

80
5. Tassilli
6. SMKN 1 Pattallassang
7. Paccellekang
8. SMPN 3 Pattallassang
20. Sungguminasa 2015-2017 Risaldi Nur Usman Sri Wahyuni 1. SMA Muh
(Kel. (19 April Anggraeni Sungguminasa
Sungguminasa, 2015) 2. MTs ‘Aisyiyah
Somba Opu) Sungguminasa
3. SMP ‘Aisyiyah
Sungguminasa
4. MA ‘Aisyiyah
Sungguminasa
5. SMP ‘Aisyiyah
Paccinongang
21. Tompo Bulu - - - - 1. MA Darut Tarbiyah
(Kel. Cikoro, Cikoro
Tompo Bulu) 2. SMP Darut Tarbiyah
Cikoro
3. MTs Muh Lembang
Bu’ne
4. MA Muh Lembang
Bu’ne
5. Malakaji
6. Lembang Bu’ne
7. Salekowa
Total: 21 PC dan 165 PR

Anda mungkin juga menyukai