MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Isu yang terjadi dalam kasus ini adalah:
Sistemik Isu
Isu sistemik itu bisa jadi dari akar budaya dari pemimpin sebelumnya yang
menghalalkan adanya penyelewengan dana. Turut tutup matanya pemerintah di era itu atas
kasus ini, serta lemahnya pengawasan dari pihak pajak juga menjadi salah satu isu sistemik
di dalam kasus ini. Sebagai contoh, pada 11 Agustus 1989, Presiden mengeluarkan KepRes
no 42 tahun 1989 yang berisi kerja sama Pertamina dan perusahaan swasta yang
mengalami devisit, kalau penyelewengan dana itu seolah sesuatu yang wajar bagi jajaran
Korporat Isu
Dalam kasus ini, korporat isu yang paling menonjol adalah tentang kurangnya audit
yang jelas dan penilaian nilai asli proyek dalam Pertamina kala itu. Hal inilah yang menjadi
salah satu pintu untuk terbukanya sikap tidak etis, korupsi misalnya. Hal lain adalah tentang
tidak adanya dana CSR dalam anggaran perusahaan, padahal jelas bahwa proyek ini
Individual Isu
Erry dari Foster Wheeler yang diduga menerima komisi sebanyak 4% dari proyek
yang dilaksanakan dalam kasus tersebut. Erry pun mengajak Sigit Hardjojudanto dalam
bertindak, yang walaupun Sigit dalam rapat dengan komisi VIII DPR 15 Maret 2001
Kasus Proyek Kilang minyak Export oriented (Exxor) I di Balongan, Jawa Barat dengan
tersangka seorang pengusaha Erry Putra Oudang, ini sangatlah tidak etis. Pembangunan kilang
minyak ini menghabiskan biaya sebesar US$1.4M. Menyimpang dari dana yang seharusnya.
Kerugian negara disebabkan proyek ini tahun 1995-1996 sebesar 82.6 M, 1996-1997 sebesar 476
M, 1997-1998 sebesar 1.3 Triliun. Kasus kilang Balongan merupakan benchmark-nya praktek
KKN di Pertamina. Negara dirugikan hingga US$ 700 dalam kasus mark-up atau
penggelembungan nilai dalam pembangunan kilang minyak bernama Exor I tersebut. Untuk
meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral yaitu
korupsi. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat
dan negara.
Dari sudut pandang utilitarianisme, kasus ini sangatlah tidak etis karena merugikan banyak
pihak, yakni masyarakat dan negara, dan hanya menguntungkan beberapa pihak, yakni pelau dan
orang yang terlibat dalam kasus tersebut. Dari sudut pandang justice, kasus ini tidak etis. Jika
dilihat dari justice kompensasi, bahwa proyek kilang ini menimbulkan banyak hal negatif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar, yakni adanya bau gas yang menyengat, dan juga menyebabkan
beberapa penyakit untuk masyarakat sekitar. Sedangkan di sisi lain, tidak adanya CSR atau
Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini antara lain adalah Soeharto sendiri, selaku
presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia kala itu, yang “menghalalkan” segala bentuk KKN
serta membuat keputusan yang melanggar peraturan perundang-undangan. Lalu Erry (keponakan
Soeharto) yang diajak Bing Cintamani sebagai mitra local Foster Wheeler, Sigit Hardjojudanto,
Beberapa solusi yang baik, yang dapat ditawarkan dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut:
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pihak-pihak yang akan melakukan penyelewangan dana. Hal ini pun
dapat mengantisipasi timbulnya isu sistemik, korporasi dan individu dalam kasus yang
serupa.
mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait. Jika pelaku
sudah diberikan pelatihan, motivasi atau kegiatan sejenisnya yang membuat pelaku mampu
menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan
korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun