Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Klorofil-a merupakan pigmen penting yang diperlukan fitoplankton dalam melakukan


proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam rantai kehidupan
di laut, sehingga keberadaannya sangat penting sebagai dasar kehidupan di laut. Konsentrasi
klorofil di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya produktifitas primer disuatu
perairan. Salah satu indikator kesuburan perairan adalah ketersediaan klorofil-a di perairan.
Tingkat kesuburan suatu perairan pesisir dapat dinilai dari karakteristik biologi maupun kimia
terutama dari ketersediaan zat hara esensial. Faktor biologis yang mempengaruhi tingkat
kesuburan suatu perairan adalah klorofil-a. Klorofil-a merupakan pigmen yang mampu
melakukan fotosintesis dan terdapat di seluruh organisme fitoplankton (Sanusi, 2004).
Kandungan klorofil-a pada fitoplankton dalam air sampel (laut dan tawar)
menggambarkan jumlah fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a merupakan pigmen
yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta semua organisme autotrof dan merupakan
pigmen yang terlibat langsung (pigmen aktif) dalam proses fotosintesis, jumlah klorofil-a
pada setiap individu fitoplankton tergantung pada jenis fitoplankton. Oleh karena itu
komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a di perairan
(Arifin, 2009).
Sedimentasi merupakan proses penumpukan sedimen dan semua peristiwa yang
terjadi selama pembentukan partikel (oleh pelapukan, erosi atau produksi biogenik), melalui
transportasi sedimen ke deposisi akhir dari partikel sedimen. Menunjukan bahwa endapan
sedimen disusun dari berbagai campuran partikel material yang berasal dari sumber yang
berbeda-beda. Sedimentasi sangat mempengaruhi kondisi perairan (Rivardi,2008).
Populasi sedimen yaitu kerikil (gravel), pasir (sand) dan lumpur (mud) yang terdiri
dari lanau (silt) dan lempung (clay). Ukuran partikel sedimen dapat menggambarkan
perbedaan jenis, ketahanan partikel terhadap erosi dan abrasi, proses transportasi dan
pengendapan. Secara umum partikel berukuran kasar diendapkan pada lokasi yang tidak jauh
dari sumbernya, sebaliknya semakin halus partikel, semakin jauh diendapkan dari sumbernya
(Friedman, 1978).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kelimpahan kadar klorofil-a dan
sebaran ukuran sedimen pada perairan laut Anoi Itam, Kota Sabang.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat yang diperoleh adalah mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran dan
perhitungan berat sedimen. Mahasiswa mampu melakukuan mekanisme penyaringan dengan
baik. Mahasiswa mampu mengetahu produktifitas primer disuatu perairan melalui analisa
klorofil. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kelimpahan kadar klorofil-a
dan sebaran ukuran sedimen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Klorofil mempunyai rumus kimia C55H72O5N4Mg dengan atom Mg sebagai pusatnya.
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di
laut. Sebaran tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi
oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan
mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat
dan sislikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan
penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Nurdin, 1997).
Klorofil-a termasuk ke dalam zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan
berperan dalam proses perubahan energy cahaya menjadi energy kimia terimpan. Proses ini
dikenal dengan fotosintesis. Kandungan klorofil di perairan berkaitan erat denagn kelimpahan
fitoplankton, konsentrasi klorofil-a berhubungan dengan tinggi rendahnya unsur hara dan
kelimpahan komunitas fitoplankton, tetapi tidak selamanya peningkatan jumlah fitoplankton
sejalan dengan besarnya kandungan klorofil-a.Faktor yang mempengaruhi konsentrasi
klorofil-a pada masing-masing stasiun adalah pola sebaran arus. Arus sangat berpengaruh
terhadap sebaran klorofil-a pada suatu perairan, sehingga sebaran klorofil-a pada masing-
masing stasiun tergantung kepada pola pergerakan arus (Nybakken, 2000).
Sedimen didefinisikan sebagai material-material yang berasal dari perombakan batuan
yang lebih tua atau material yang berasal dari proses weathering batuan dan ditransportasikan
oleh air, udara dan es, atau material yang diendapkan oleh proses-proses yang terjadi secara
alami seperti precitipasi secara kimia atau sekresi oleh organisme, kemudian membentuk
suatu lapisan pada permukaan bumi (Rifardi, 2008).
Menurut Setiawan et al. (2011) sedimen dicirikan atau dikarakterisasi menurut sifat-
sifat alami yang dimilikinya, yaitu misalnya : ukuran butir (grain size), densitas, kecepatan
jatuh, komposisi, porositas, bentuk dan sebagainya. Dalam studi angkutan sedimen, ukuran
butir merupakan karakter sedimen yang sangat penting karena dipakai untuk
mempresentasikan resistensinya terhadapa agen pengangkutya. Ukuran butir sedimen
diwakili oleh diameternya yang biasanya disimbolkan sebagai d. Satuan yang lazim
digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (μm).
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum lapangan kali ini dilaksanakan di Perairan Anoi Itam, Kota Sabang pada
tanggal 14 April 2018 pukul 08.00 s/d 18.00 WIB dan proses identifikasi dilaksanakan pada
tanggal 10 Mei 2018 di Laboratorium Kimia Laut Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Darussalam.

Gambar 1. Peta lokasi praktikum

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2Alatdan Bahan

No. Alat dan Bahan Jumlah Fungsi


1 Plastik 1/4 kg 1 set membungkus sampel
2 Plastk ½ kg 1 set membungkus sampel
3 Botol sampel 72 unit menyimpan sampe air
4 Ice box 4 unit menyimpan sampel
Kertas saring
5 Whattman GF/C 42 80 lembar menampung hasil klorofil
µm
6 Nampan 170 unit meletakan sampel
7 Erlenmeyer 6 unit membantu proses analisis klorofil
8 Pipa paralon 50 cm 8 unit mengambil sampel sedimen
9 Ayakan bertingkat 1 set memisahkan ukuran sedimen
10 Linggis 3 unit mengangkat pipa paralon
11 Label name 3 set memberi nama pada sampel
12 Gelas ukur 6 unit mengukur volume air
13 Corong 6 unit tempat meletakkan kertas saring
14 GPS 1 unit menentukan posisi stasiun
15 Pelampung 6 unit digunakan untuk keadaan darurat
16 Spatula 3 unit mengaduk sedimen saat dipanaskan
17 Hot Plate 1 unit membantu pemanasan sedimen
18 Aluminium foil Secukupnya membungkus sampel
19 Spidol Secukupnya menuliskan nama sampel pada label name
20 Alat tulis 1 unit mencatat data praktikum
21 Karet gelang Secukupnya mengikat plastik sampel yang digunakan
melarutkan klorofil yang ada di kertas
22 Aseton 10 mL
saring
23 Aquadest 100 mL kalibrasi
pengidentifikasian klorofil, nitrat, fosfat
24 Sampel air laut 7200 mL
dan plankton
25 Sampel sedimen 24 sampel pengidentifikasian ukur
melapisi ayakan betingkat agar tidak
26 WD-04 2 botol
berkarat
27 Es batu Secukupnya mendinginkan sampel air laut
28 Plastik hitam 1 set membungkus sampel
Spektrofotometri
mengukur biomassa klorofil-a, nitrat dan
29 UV VIS Shimadzu 1 unit
fosfat
1201
Sentrifuge Hettich
30 1 unit mmengendapkan kertas saring
Universal
menghancurkan klorofil yang ada di kertas
31 Penggurus porselen 2 unit
saring
Vacuum pump
32 1 unit menyaring sampel klorofil
Rocker

3.3 MSDS
NO Nama TD TL Bm Warna Wujud Sifat Bahaya Penanganan
Bahan (°c) (°c) (g/mol)
1. Aquadest 100 0 18,01 Benin Liquid Aman Tidak Tidak ada
g Bahaya penanganan
2. Aseton 56 -95 58,08 Benin Liquid Iritasi Iritasi Apabila
g bila terkena
terkena mata bilas
kulit, dengan air
mata, mengalir
terhirup minimal 15
dan menit. Bila
tertelan. terkena
kulit cuci
dengan
sabun dan
air mengalir
lalu olesi
salap
emolien.
Apabila
terhirup
bawa ke
udara segar,
jika sulit
bernafas
beri oksigen
dan
kendurkan
pakaian.
Bila tertelan
jangan
dimuntahka
n kecuali
ada arahan
tim medis.
3.3 Penentuan Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum merupakan kawasan konservasi yang teletak di Perairan Anoi Itam,
Kota Sabang, Aceh. Penentuan stasiun berdasarkan metode purposive sampling yang dibagi
menjadi 3 stasiun pengukuran kelimpahan klorofil-a pada air dan pengukuran sebaran butir
sedimen. Pada setiap stasiun terdiri dari 3 sub stasiun, dengan jarak antar sub stasiun 50 m.
Kode dari stasiun 1 adalah AI1, stasiun 2 adalah AI2, stasiun 3 adalah AI3. Untuk kode sub
stasiun, tiap-tiap plotnya dibedakan dengan huruf A, B, dan C karena terdapat tiga plot untuk
pengambilan sampel pada tiap stasiunnya.

3.4 Cara Kerja


1. Pengukuran Kelimpahan Klorofil-a
Diambil botol sampel. Ditentukan stasiun berdasarkan arah mata angin.
Disetiap satu arah mata angin terdapat tiga plot dengan arah horizontal yang jarak
antar plotnya adalah 100 m dan pada setiap satu plot terdapat tiga stasiun secara
vertikal yaitu permukaan, kolom dan dasar. Dicelupkan botol sampel di tiap- tiap
stasiun kedalam air laut hingga penuh. Diangkat botol sampel ke permukaan sambil
ditutup dengan plastik hitam. Disediakan Erlenmeyer,gelas ukur,corong,kertas
saring,dan sampel. Diletakan kertas saring diatas corong,kemudian diletakkan corong
di dalam erelnmeyer. Dituang sedikit demi sedikit sampel air laut kedalam corong
yang dilapisi kertas saring. Ditunggu hingga air menetes ,begitu seterusnya hingga
sampel air laut terisi 500ml. Lalu kertas saring tersebut dibalut aluminium foil.
Dimasukkan kedalam kulkas seharian/24 jam,dengan suhu 4o c. Selanjutnya dianalisis
dengan alat Spektroskopi UV-Vis.
2. Pengukuran Sebaran Sedimen

Stasiun pengambilan sampel sedimen menggunakan pipa paralon dengan


diameter 10 cm. Pengambilan sampel sedimen menggunakan pipa paralon dilakukan pada
3 titik dengan 3 lapisan berbeda-beda kedalamannya. Lapisan pertama pipa paralon
dimasukkan kedalam 5 cm sampel yang akan diambil, kemudian sampel sedimen
dimasukkan kedalam plastik sampel, lapisan kedua 5 cm pada tempat yang sama , dan
lapisan ketiga dengan kedalaman 10 cm pada titik yang sama. Kemudian sampel sedimen
dari hasil praktikum disimpan di dalam coolbox untuk dianalisis lebih lanjut.
Sampel yang telah disimpan kemudian dikeringkan dengan menggunakan alat hot
plate. Setelah sampel kering ditimbang beratnya . Sampel yang telah diketahui beratnya di
ayak dengan menggunakan ayakan bertingkat dengan jumlah tingkatan 7 tingkat, dimana
tingkat pertama berukuran 2,00 mm, hingga tingkat ke 7 yang berukuran 0,38 mm,
dengan cara disiram menggunakan air agar semua sedimen tersaring pada setiap tingkat
hingga selesai. Sampel dikeringkan kembali, setelah dikeringkan ditimbang berat
keringnya perlapisan dan dicatat hasil yang didapatkan untuk mengetahui ukuran butiran
sedimen.

3.5 Analisa Data


Analisis data klorofil-a

𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) =
𝑉𝑥𝑑

Keterangan:

Va = Volume aseton (10 ml)


V = Volume sampel air yang di saring (ml)
D = Diameter cuvet (1 mm)
Ca = (11,6 x E665) – (1,31 x E645) – (0,14 x E630)
E = Absorbansi pada panjang gelombang yang berbeda (yang dikoreksi dengan panjang
gelombang 750 nm).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Analisis Klorofil A

Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Analisis Klorofil A

750 K 665 K 645 K 630 Ca Ca*Va/v*d


0,047 0,009 0,056 0,011 0,058 0,014 0,061 0,08803 1,7606
0,068 0,007 0,075 0,012 0,08 0,017 0,085 0,0631 1,262
0,184 -0,004 0,18 -0,004 0,18 -0,003 0,181 -0,04074 -0,8148
0,096 0,015 0,111 0,022 0,118 0,027 0,123 0,1414 2,828
0,07 0,014 0,084 0,02 0,09 0,023 0,093 0,13298 2,6596
0,37 0,022 0,392 0,027 0,397 0,036 0,406 0,21479 4,2958

B. Analisis Sedimen

4.1.2 Persent (%) berat sedimen plot 1 berdasarkan ukuran fraksi

Tabel 4.1.2.1 Persent Berat Sedimen Stasiun 1

Plot 2 mm 1 mm 500 μm 250 μm 125 μm 63 μm 38 μm


1 10,38766 20,51256 45,63882 22,60101 0,798526 0,0546001 0,006825
2 11,32458 28,85758 47,46149 10,39599 1,896325 0,0569253 0,007116
3 9,426642 32,91477 0,011846 53,46502 4,08399 0,0977314 0

Tabel 4.1.2.2 Persent Berat Sedimen Stasiun 2

Plot 2 mm 1 mm 500 μm 250 μm 125 μm 63 μm 38 μm


1 3,699313 20,447474 0,024695 73,09725 2,563343 0,158048 0,009878
2 3,366956 27,262395 64,75825 3,684235 0,767154 0,146801 0,014207
3 1,331646 16,284044 79,25102 1,352736 1,750422 0,030128 0

Tabel 4.1.2.3 Persent Berat Sedimen Stasiun 3

Plot 2 mm 1 mm 500 μm 250 μm 125 μm 63 μm


38 μm
1 0,643636 1,454545 55,39636 39,63636 2,585455 0,283636 0
2 1,305006 3,328543 59,00105 35,27401 1,068086 0,023304 0
3 1,828397 4,795002 68,41111 24,00649 0,871818 0,087182 0
Tabel 4.1.3 Tabel Nilai Rata – Rata Sedimen
Nilai Rata-rata (%)
Jenis Sedimen Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Kerikil 10,38 2,799 1,259
Pasir Sangat Kasar 27,428 21,331 3,193
Pasir Kasar 31,037 48,011 60,936
Pasir Sedang 28,821 26,045 32,972
Pasir Halus 2,26 1,694 1,508
Pasir Sangat Halus 0,07 0,112 0,131
Lumpur 0,005 0,008 0

Gambar 1 Diagram SephardStasiun 1

Gambar 2 Diagram SephardStasiun 2 Gambar 3 Diagram Sephardstasiun 3


4.2 Pembahasan

A. Klorofil-a

Klorofil-a merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan produktivitas


primer di laut.Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan
kedalaman perairan. Intensitas cahaya matahari, nutrien dan arus merupakan parameter-
parameter fisik kimia yang mengatur dan mempengaruhi sebaran klorofil-a di suatu perairan.
Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang plaing penting bagi organisme yang ada
di perairan. Ada tiga macam klorofil yang dikenal hingga saat ini yang dimiliki fitoplankton
yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d, disamping itu ada beberapa jenis pigmen
fotosintesis yang lain seperti karoten dan xontofil dari pigmen tersebut klorofil-a merupakan
pigmen yang paling umum yang terdapat dalam fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi
fitoplankton sering dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al, 1984 dalam
Tadjudda, 2005).
Sebaran konsentarsi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya
suplai nutrient yang berasal dari daratan melalui limpasan dari daratan dan limpasan air
sungai dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai karena tidak adanya suplai
nutrient dari daratan secara lasngung. Meskipun demikian beberapa tempat masih ditemukan
konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi meskipun jauh dari darata. Keadaan tersebut
disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan yang
memmungkinkan terangkutnya sejumlah nutrient dari tempat lain dan terangkutnya nutrient
dari lapisan dalam ke permukaan seperti yang terjadi pada daerah up-welling (Hatta, 2002).
Penelitian Damar (2003) di perairan teluk Jakarta juga menunjukkan konsentrasi klorofil-a di
perairan pantai lebih tinggi dibandingkan dengan perairan laut. Hal ini disebabkan oleh
daerah muara umumnya mendapat masukan nutrien yang lebih tinggi dari daratan yang dapat
dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang (Wenno, 2007).
Konsentrasi klorofil-a diAnoi Itam, Sabang menunjukkan nilai yang bervariasi yaitu
berkisar antara -0,8148 μg/l – 4,2958μg/l. Konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada
stasiun 2 pada permukaan dengan nilai 4,2958 μg/l. Hal ini disebabkan tingginya kecerahan
pada permukaan yang dapat meningkatkan laju fotosintesis pada fitoplankton sedangkan
konsentrasi klorofil-a terendah terdapat pada stasiun 2 pada kolom perairan dengan nilai -
0,8148μg/l.Rendahnya kandungan klorofil-a pada stasiun 2 di kolom diikuti dengan
rendahnya penetrasi cahayadengan seiring menurunnya kedalaman, ketersediaan unsur hara,
komposisi jenis dan perbedaan kandungan jenis pigmen pada setiap jenis fitoplankton
menyebabkan jumlah cahaya matahari yang diabsorbsi oleh setiap spesies plankton akan
berbeda juga. Hal ini sesuai yang dikemukanan Nybakken (2000), bahwa konsentrasi
klorofil-a berhubungan dengan tinggi rendahnya unsur hara dan kelimpahan komunitas
fitoplankton, tetapi tidak selamanya peningkatan jumlah fitoplankton sejalan dengan besarnya
kandungan klorofil-a.Dalam perairan zat-zat organik utama yang diperlukan fitoplankton
sekaligus mempengaruhi kandungan klorofil-a untuk pertumbuhan dan perkembangan adalah
nitrogen (sebagai nitrat) dan fosfor (sebagai fosfat).Faktor lain yang mempengaruhi
konsentrasi klorofil-a pada masing-masing stasiun adalah pola sebaran arus. Arus sangat
berpengaruh terhadap sebaran klorofil-a pada suatu perairan, sehingga sebaran klorofil-a pada
masing-masing stasiun tergantung kepada pola pergerakan arus.

B. Sedimen

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai,
danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau
habis, batuan diendapkan didaerah aliran air.
Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkanoleh arus sungai, gelombang, arus
pasang surut,angin, dan penambangan pasir di sekitar pantai. Sedimen yang berasal dari erosi
sungai, tebing pantai, dasar laut kemungkinan akan diangkut ke lepas pantai rip current.
Sedimen dari lepas pantai ke garis pantai diangkut oleh arus gelombang masstransport dan
arus sejajar pantai longshore currentsedangkan ke arah pesisir diangkut oleh angin.(Komar,
1998).
Nomenklatur ukuran butir sedimendiklasifikasikan menurut diagram segitiga Folk
(1980). Diagram segitiga dibagi menjadi dua kelas, kelas pertama untuk sedimen yang
mengandung kerikil (Gravel) yaitu berdasarkan proporsi persentase kerikil terhadap
perbandingan (ratio) lumpur (Mud)-pasir (Sand). Kelas ke dua untuk sedimen tanpa kerikil
yaitu proporsi persentase pasir terhadap perbandingan lanau (Silt)-lempung/ Clay (Gambar
2).
Analisis besar butir dilakukan untuk mengetahui jenis sedimen sedangkan hasil
analisis yang diplot pada peta sebaran sedimen adalah untuk mengetahui sebarannya di pantai
dan permukaan dasar laut. Dari sebaran tekstur sedimen yang ada dapat diketahui hubungan
antaradinamika arus dan transport butiran klastik. Metode yang digunakan dalam analisis
besar butiruntuk fraksi kasar adalah metode ayakan, dalam hal ini butiran dibagi atas interval-
interval kelas yang dibatasi oleh besarnya lubang ayakan (Lewis, 1984). Ukuran ayakan yang
dinyatakan dalam unsur mesh, digunakan mulai dari ukuran –2 phi (4 mm, kerikil) hingga 4
phi (0,063 mm, lanau) dari skala Wentworth. Sedangkan untuk fraksi (5-9phi) metode yang
digunakan adalah pipet.
Syahrul Purnawan, dkk. (2011) menggunakan teknik analisis penyaringan dengan
metode ayak basah yang menggunakan saringan sedimen bertingkat dengan diameter
berbeda-beda (4,75 mm, 1,7 mm, 250 µm, 850 µm, 150 µm). Beberapa ahli hidraulika
menggunakan klasifikasi ukuran butiran menurut AGU (American GeophysicalUnion)
Lewis. (1984) memberikan contoh data analisis besar butir yang telah diplot pada
kurva probabilitas pada daerah muka yang merupakandaerah yang komplek, terdiri dari
traksi, saltasi dan suspensi. Di kisaran pasir kasar dan kerikil mengikat hukum impact dari
segi pengendapan atau cara erosi (gaya untuk mengangkat). Untuk pengendapan butiran
lebih halus, yang diperlukan adalah arus yang kecepatannya rendah dan hukum stokes
berlaku.
Tabel 4.2.1 Klasifikasi ukuran butiran menurut American Geophysical Union
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Klorofil-a merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan produktivitas


primer di laut. Konsentrasi klorofil-a di Anoi Itam, Sabang menunjukkan nilai yang
bervariasi yaitu berkisar antara -0,8148 μg/l – 4,2958μg/l. Konsentrasi klorofil-a
berhubungan dengan tinggi rendahnya unsur hara dan kelimpahan komunitas fitoplankton.
Klorofil-a merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan produktivitas primer
di laut. Sebaran klorofil-a di suatu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari,
nutrien dan arus merupakan parameter-parameter fisik kimia.
Tipe sedimen di Stasiun 1 adalah dominan Pasir Kasar dengan berat 300,3 gr di
Stasiun 2 Pasir sedang dengan berat 211,2 gr, di Stasiun 3 dominan pasirSedang dengan
persentase berat 335.64 gr.menngunakan teknik analisis penyaringan dengan metode ayak
basah yang menggunakan saringan sedimen bertingkat dengan diameter berbeda-beda (4,75
mm, 1,7 mm, 250 µm, 850 µm, 150 µm). Pada perairan Anoi Itam pasing yang cendrung
kasar dan berbatu di sebabkan perairan yang memiliki ombak dan arus yang cukup deras dan
bervariasi.
5.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan pada praktikum ini adalah agar asisten menjelaskan
terlebih dahulu mekanisme pembuatan laporan dan membimbing pembuatan laporan ini
dengan baik. Asisten juga harus melihat seluruh praktikan dan membedakan nilai untuk
mahasiswa yang peduli dengan yang tidak peduli.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin,R.2008. Sebaran Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil a) Seta


Keterkaitannya dengan Kesuburan Perairan Estuari sungai Brantas. Jawa Timur :
IPB.

Friedman,R. 1989. Kind Of Sediment Particle. New York : Graw Hill Book Company.

Hatta, M. 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis Dengan Kondisi Ocanografi di
Perairan Utara Irian Jay. Bogor: IPB.

Komar,P.D. 1998. Beach Prosesses Andsedimentation. New Jersey : Printice Hall.

Lewis,D.W. 1984. Partical Sedimenology. New Zealand : Universitas of Canterbury.

Nurdin,H. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Padang : Universitas Andalas.

Nybakken, J.W. 2000. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia Utama.

Purnawan, Syahrul., Setiawan, Ichsan.,Marwantim, 2012. Studi sebaransedimen berdasarkan


ukuran butir diperairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar. Provinsi Aceh,
Jurnal Depik Vol 1 Nomor 1, Hal 31-36.

Rifardi. 2008. Ukuran Butir Sedimen Perairan Pantai Dumai Selat Rupat Bagian Timur
Sumatrera. Jurnal Ilmu Lingkungan.

Sanusi,H. 2004. Karekteristi Kimia Dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim
Barat Dan Timur. Bogor : IPB.

Setiawan, D., Riniatsih, I., Yudiati, E. 2011. Kajian Hubungan Fosfat Air dan Fosfat Sedimen
Terhadap Pertumbuhan Lamun Thalassia Hemprichii di Perairan Teluk Awur dan
Pulau Panjang Jepara. Journal Of Marine Research 2 (2), 39 – 44.

Wenno.2007. Biodiversitas Organisme Planktonik dalam Kaitannya dengan Kualitas Perairan


dan Sirkulasi Massa Air di Selat Makassar. Jakarta : LIPI.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis data klorofil-a

750 K 665 K 645 K 630


0,047 0,009 0,056 0,011 0,058 0,014 0,061
0,068 0,007 0,075 0,012 0,08 0,017 0,085
0,184 -0,004 0,18 -0,004 0,18 -0,003 0,181
0,096 0,015 0,111 0,022 0,118 0,027 0,123
0,07 0,014 0,084 0,02 0,09 0,023 0,093
0,37 0,022 0,392 0,027 0,397 0,036 0,406

A. AIK18B1b
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x0,009)-(1,31x0,011)-(0,14x0,014)
𝑉𝑥𝑑
0,08803𝑥10
= Ca=0,0017606
500𝑥1
= 0,0017606

B. AIK18B1a
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x0,007)-(1,31x0,012)-(0,14x0,017)
𝑉𝑥𝑑

0,0631𝑥10
= Ca= 0,001262
500𝑥1
= 0,001262

C. AIK18B2b
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x(-0,004))-(1,31x(-0,004))-(0,14x(-0,003))
𝑉𝑥𝑑
−0,04074𝑥10
= Ca= -0,001262
500𝑥1

= -0,0008148

D. AIK18B3a
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x0,015)-(1,31x0,022)-(0,14x0,027)
𝑉𝑥𝑑
0,1414𝑥10
= Ca= 0,002828
500𝑥1
= 0,002828

E. AIK18B3b
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x0,014)-(1,31x0,02)-(0,14x0,023)
𝑉𝑥𝑑
0,13298𝑥10
= Ca= 0,0026596
500𝑥1
= 0,0026596
F. AIK18B2a
𝐶𝑎𝑥𝑉𝑎
Klorofil (mg/l) = Ca=(11,6x0,022)-(1,31x0,027)-(0,14x0,036)
𝑉𝑥𝑑

0,21479𝑥10
= Ca= 0,0042958
500𝑥1

= 0,0042958

Lampiran 2 Tabel Total Berat Sedimen per Stasiun

Stasiun 1

Ukuran
Plot Berat Total
3,8 mm 6,3 mm 12,5 mm 25 mm 50mm 100mm 200mm
1 302,6 0,02 0,16 2,34 66,23 133,74 60,11 30,44
2 284,55 0,02 0,16 5,33 29,22 133,4 81,11 31,83
3 341,8 0 0,33 13,79 180,53 0,04 111,14 31,83

Stasiun 2

Ukuran
Plot Berat Total
3,8 mm 6,3 mm 12,5 mm 25 mm 50 mm 100 mm 200 mm
1 225,48 0,02 0,32 5,19 148 0,05 41,4 7,49
2 21,48 0,03 0,31 1,62 7,78 136,75 57,57 7,11
3 386,84 0 0,1 5,81 4,49 263,05 54,05 4,42

Stasiun 3

Ukuran
Plot Berat Total
3,8 mm 6,3 mm 12,5 mm 25 mm 50mm 100mm 200mm
1 291,42 0 0,78 7,11 109 152,34 4 1,77
2 268,62 0 0,06 2,75 90,82 151,91 8,57 3,36
3 446,9 0 0,36 3,6 99,13 282,49 19,8 7,55
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai