Mikropropagasi
Mikropropagasi
A. Pengertian Mikropropagasi
Mikropogasi merupakan perbanyakan dari galur tanaman yang terpilih melalui teknik kultur
jaringan.
B. Macam-Macam Mikropropagasi
1) Produksi tanaman dari tunas-tunas aksilar
Produksi tanaman dengan merangsang terbentuknya tunas-tunas aksilar merupakan teknik
mikropropagasi yang paling umum dilakukan. Ada 2 (dua) metode produksi tunas aksilar
yang dilakukan yaitu: kultur pucuk (shoot culture atau shoot-tip culture) dan kultur mata
tunas (satu mata tunas: single-node culture; lebih dari satu mata tunas: multiple-node
culture). Kedua teknik kultur ini berdasarkan pada prinsip perangsangan terbentuknya atau
munculnya tunas-tunas samping dengan cara mematahkan dominasi apikal dari meristem
apikal.
Menurut Torrey (1966 dalam Dodds dan Roberts, 1983) membuat hipotesis bahwa
organogenesis dari kalus diinisiasi dengan pembentukan kluster sel-sel meristem
(meristemoid) mampu merespon pada faktor-faktor dalam jaringan untuk memproduksi
primordium. Inisiasi pembentukan akar, tunas dan embrioid juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal alamiah.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rhizogenesis termasuk auksin, karbohidrat,
pencahayaan, dan fotoperiode. Pada beberapa kultur jaringan auksin memacu
pembentukan akar, sedangkan adanya auksin eksogen dapat menghambatnya dan
rhizogenesis dapat distimulasi oleh anti-auksin.
Keberhasilan pembentukan tunas adventif secara langsung ini sangat tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan serta sangat dipengaruhi oleh spesies
atau varietas tanaman asal eskplan tersebut. Pada tanaman yang responsif, hampir semua
bagian tanaman (daun, akar, batang, meristem, dll.) dapat dirangsang membentuk organ
adventif, namun pada tanaman lainnya tunas adventif ini hanya dapat terbentuk pada
bagian-bagian tanaman tertentu saja seperti umbi lapis, embryo atau kecambah.
Seperti halnya teknik mikropropagasi lainnya, tunas adventif secara langsung ini terbentuk
melalui serangkaian tahap mulai inisiasi (Tahap 1). Setelah eksplan berada pada kondisi
aseptis dan tunas mulai tumbuh, eksplan dapat langsung disubkulturkan ke media
perbanyakan (atau media yang sama dengan inisiasi: tergantung varietas) untuk
memperbanyak tunas-tunas adventif dari mata tunas adventif yang telah terbentuk pada
tahap sebelumnya.
Tunas-tunas tersebut selanjutnya dipisahkan, diakarkan dan diaklimatisasi untuk
memproduksi tanaman lengkap dan utuh yang dapat tumbuh dalam keadaan alamiah.
Teknik ini telah banyak digunakan secara komersial untuk perbanyakan tanaman-tanaman
hortikultura khususnya tanaman-tanaman hias. Contoh tanaman hias yang diperbanyak
dengan teknik ini adalah tanaman-tanaman keluarga Gesneriaceae, seperti Achimenes,
Saitpaulia, Sinningia dan Streptocarpus. Pada tanaman-tanaman tersebut, tunas langsung
terbentuk dari eksplan daun tanpa pembentukan kalus terlebih dahulu.
Bulblet dan Plantlet pada Kultur Invitro Lili dari Potongan Umbi Krek Lili
Pembentukan Tuber Kentang Mikro yang Diperoleh dari Kultur Pucuk Umur 10 minggu
Setelah Inisiasi, skala bar = 10 mm (Sumber: Trigiano & Gray, 2000)
C. Teknik Mikropropagasi
Propagasi klonal in vitro dikenal dengan istilah mikropropagasi. Kata klon digunakan
pertama kali oleh Webber untuk tanaman budidaya yang dihasilkan dari propagasi
vegetatif. Jadi propagasi klonal adalah multiplikasi dari individu gen identik melalui
reproduksi aseksual sedangkan klon itu sendiri adalah satu populasi tanaman derivat
(turunan) dari satu individu tunggal yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual.
Seiring dengan perkembangan pemahaman dan kemajuan kultur jaringan maka dewasa ini
teknik-teknik kultur jaringan telah digunakan untuk berbagai tujuan termasuk industri bibit
tanaman. Teknik perbanyakan mikro (mikropropagasi) telah lama digunakan dan
merupakan salah satu contoh menarik dan klasik dari penerapan teknik kultur jaringan.
Teknik ini dilakukan dengan cara menanam eksplan berupa pucuk beserta jaringan
meristemnya yang dikenal sebagai teknik kultur pucuk (Shoot tip culture) atau menanam
tunas lateral dengan satu atau lebih buku (single node and multiple node culture). Teknik
terakhir juga dikenal dengan istilah in-vitro layering.
Perbanyakan mikro secara umum dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan bagian
tanaman dalam media aseptis kemudian memperbanyak bagian tanaman tersebut
sehingga dihasilkan tanaman sempurna dalam jumlah banyak. Tujuan utamanya adalah
memproduksi tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang singkat.
Teknik ini juga dikenal dengan upaya clonning untuk memproduksi klon tanaman dari
jaringan vegetatif. Oleh karena itu tanaman yang dihasilkan melalui upaya clonning ini
adalah identik atau serupa dengan induknya.
D. Manfaat Teknik Mikropropagasi.
Teknik perbanyakan in-vitro ini dilakukan dalam industri bibit karena teknik ini memiliki
manfaat , antara lain:
1. Dapat digunakan untuk memproduksi bibit dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif
singkat. Salah satu keunggulan mikropropagasi adalah perbanyakan organ tanaman yang
dihasilkannya. Penggunaan hormon pertumbuhan sintetis memungkinkan perbanyakan
eksplan dalam jumlah banyak dan waktu singkat. Perbanyakan di dalam wadah kecil
memungkinkan dilakukan perbanyakan cepat ini. Dewasa ini telah dilakukan automatisasi
dalam mikropropagasi menggunakan mesin pembuat media dan sterilisasi media,
pemotongan dan sterilisasi ekspan yang dikendalikan dengan komputer sehingga dapat
dilakukan perbanyakan secara lebih cepat dan lebih efisien.
2. Dapat menghasilkan bibit dengan ukuran seragam. Produksi klon secara in vitro dapat
dikontrol lebih mudah dbandingkan produksinya dilapangan karena perbanyakan dilakukan
dalam wadah kecil. Oleh karena itu bisa dihasilkan klon dengan ukuran yang seragam
dalam saat yang bersamaan. Penanaman bibit yang seragam mempermudah pemeliharaan
tanaman di lapangan dan panen dapat dilakukan secara serempak.
3. Tidak membutuhkan eksplan dalam jumlah banyak sehingga menghindari kerusakan
tanaman induk. Sebaliknya stek, cangkok, penyambungan/penempelan yang intensif dari
satu pohon induk dapat mengganggu pertumbuhan tanaman induk bahkan dapat
merusaknya.
4. Dapat digunakan untuk perbanyakan cepat tanaman langka, tanaman dengan nilai
ekonomis tinggi, atau varietas unggul hasil pemuliaan tanaman.
5. Dapat digunakan untuk memproduksi dan memperbanyak tanaman yang bebas virus
melalui teknik kultur meristem.
Penyakit virus menyebabkan banyak kerugian dan kehilangan produksi tanaman pertanian.
Seringkali infeksi virus tidak menyebabkan gejala awal yang dapat dilihat, namun akan
nampak mengurangi vigor atau penampilan tanaman dan menurunkan kualitas maupun
kuantitas hasil. Dewasa ini belum ada cara pengendalian dan pemberantasannya yang
efektif. Hal ini menjadi masalah bagi tanaman hortikultura yang diperbanyak secara
vegetatif misalnya kentang dan jeruk karena virus akan terbawa oleh keturunanannya.
Isolasi dan penaman jaringan yang bebas virus (meristem) secara in vitro telah berhasil
memproduksi klon kentang dan jeruk bebas virus.
Selain manfaatnya tersebut, perbanyakan dengan teknik kultur jaringan ini juga memiliki
kelemahan antara lain agar usaha ini berhasil diperlukan ketrampilan khusus, fasilitas
pendukung produksi yang khusus, mungkin diperlukan metode-metode khusus untuk
mengoptimalkan produksi masing-masing varietas tanaman dan spesies dan karena
metode yang dewasa ini tersedia membutuhkan banyak tenaga kerja maka biaya
produksinya umumnya tinggi.
Selain hal tersebut dapat terjadi variasi tanaman yang dihasilkan dari perbanyakan secara
in-vitro sehingga tanaman yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Variasi ini dikenal
dengan istilah “variasi somaklonal” karena variasi muncul pada klon yang dihasilkan dari
organ-organ somatik (vegetatif). Hal ini dapat terjadi karena tanaman terus menerus dan
dalam waktu lama ditanam dan diperbanyak dalam media yang mengandung hormon
pertumbuhan tertentu.
Variasi ini juga timbul bilamana eksplan ditanam dalam media yang memungkinkan
terbentuknya kalus. Pembelahan sel yang sangat cepat pada kalus dapat mengakibatkan
perubahan genetis sel-sel kalus akibat penyimpangan informasi genetis yang diterima oleh
masing-masing sel kalus tersebut.
Variasi somaklonal ini dapat dikurangi dengan cara:
a. Membatasi jumlah sub-kultur dan perbanyaknnya,
b. Menanam dalam medium tanpa hormon pertumbuhan untuk satu atau dua periode sub
kultur dan
c. Jika memungkinkan menghindari perbanyakan melalui kultur kalus. Namun pada
beberapa jenis tanaman, terutama tanaman yang tidak bisa diperbanyak dengan stek dan
sulit dirangsang pembentukan tunas-tunas adventifnya maka kultur kalus yang
diregenerasikan melalui organogenesis dan embryogenesis merupakan alternatif
perbanyakan yang memungkinkan. Apabila variasi somaklonal tidak dapat dihindari, perlu
dilakukan pengujian sifat-sifat tanaman yang diregenerasikan sebelum klon dijual secara
komersial.
Manfaat Mikropropagasi Dalam Pemuliaan Tanaman
Teknik mikropropagasi dalam pemuliaan tanaman pada umumnya digunakan antara lain:
Untuk menghasilkan tanaman bebas penyakit (nematoda, mycoplasma, viroid, virus, jamur
dll.).
Menghasilkan kultivar baru atau tanaman superior, hybrid baru, seleksi dan klon local,
genotip elit.
Menghasilkan galur tetua jantan steril.
Menghasilkan induksi mutan secara spontan
Membuat variasi genetik.