Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA BERMAIN

“ULAR TANGGA”
DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

Disusun Oleh:
1. Herlina Arumsari
2. Ika Febrianti
3. Indah Rahayu
4. Inka Vita Nur V
5. Ita Santi Rahmawati
6. Kholis Rahmawati

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2016/2017
SATUAN ACARA BERMAIN “ULAR TANGGA”
DI RUANG MELATI RSUD KKARANGANYAR

Pokok pembahasan : Terapi bermain pada anak usia prasekolah


Sub pokok pembahasan : Bermain ular tangga
Tanggal : 29 Juli 2017
Tempat : Ruang bermain di ruang Melati RSUD Karanganyar
Sasaran : Anak usia prasekolah usia 5-7 tahun
Waktu : 60 menit
Deskripsi waktu :
Persiapan : 10 menit
Perkenalan : 5 menit
Permainan : 20 menit
Menyimak : 5 menit
Tanya jawab : 10 menit
Terminasi : 10 menit

A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-
anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat. Melalui media bermain anak belajar
berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, obyek, waktu, ruang dan orang.
Dalam keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit, bermain tetap diperlukan untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan. Dengan bermain anak dapat mengekspresikan
pikiran, perasaan dan fantasi. Disamping itu anak dapat tetap mengembangkan kreatifitasnya
serta agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan
aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan kreativitas
dan kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap stress karena
penyakit dan dirawat di rumah sakit. Serta dapat meningkatkan optimistis pada dirinya
untuk sembuh agar pengobatan dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Setelah bermain anak diharapkan:
1) Mengetahui respon verbal, psikomotor dan emosional anak usia 5-7 tahun
2) Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan
3) Distraksi dan relaksasi dari penyakit yang diderita
4) Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain
C. Kriteria
1. Anak usia prasekolah 5-7 tahun
2. Anak dalam kondisi baik/cukup
3. Anak dapat/boleh berjalan
D. Metode
Metode/cara yang digunakan adalah dengan berkolompok untuk memainkannya, tetapi
untuk mencapai hasil permainan dilakukan secara individu. Sejumlah anak prasekolah
dikumpulkan dalam satu permainan ular tangga yang terdiri minimal 5 orang. Dan di
dalam permainan ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk
perlombaan.
E. Media dan Alat
1. Tikar
2. Ular tangga
F. Pengorganisasian
1. Leader:
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutup kegiatan.
2. Co Leader:
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
3. Fasilitator:
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam
terapi bermain.
4. Observer:
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain, mengobservasi dan mencatat jalannya
terapi bermain.
G. Evaluasi
1. Anak dapat mengikuti aturan permainan ular tangga.
2. Anak dapat mengembangkan hubungan sosial, komunikasi, dan belajar sabar dan
saling menghargai.
3. Anak bersemangat dalam mengikuti permainan.
4. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainan (relaksasi dan distraksi).
5. Anak dapat berinteraksi dengan anak lain dan perawat.
DAFTAR HADIR PESERTA/KELUARGA
“TERAPI BERMAIN”
DI RUANG 7B DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

NO. Nama Tanda Tangan


EVALUASI HASIL TERAPI BERMAIN PADA ANAK PRASEKOLAH
DI RUANG 7B RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

1. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
2. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
3. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
4. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
5. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
6. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai
ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan
hidup (Nuryanti, 2007).

Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain
akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak,
kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di
lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia
dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih
cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba
bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang
lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui
model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari
individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri
anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah
dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. MANFAAT BERMAIN

Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:


1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-
organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
D. MACAM - MACAM BERMAIN

1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
E. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat


mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang
dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.
F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.


2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
H. PETUNJUK PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN (PRA-SEKOLAH)

1. Dari aspek fisik


Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan
motorik anak, baik kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk
motorik kasar, anak sudah bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki,
bahkan memanjat. Sedangkan untuk motorik halus, anak sudah bisa menjimpit benda-
benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke atas seharusnya anak sudah mampu
memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang dewasa pada umumnya.
Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar ini bukan berarti anak juga
wajib bisa menulis
2. Dari aspek sosial
Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman
sebayanya. Peran peer group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini
masih soliter alias asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun
ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan social
3. Dari aspek kognisi
Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam
bahasa awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang
hanya dari deskripsi, nama atau suaranya.
4. Dari aspek bahasa
Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya
pun meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan,
3-4 tahun "Aku mau makan pisang manis."
Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika
menjawab pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa
4-6 tahun memilih kata yang lebih santun.

5. Dari aspek kepribadian


Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi
sebanyak dan sejauh mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan
tertentu yang membatasi eksplorasinya.
I. KARAKTERISTIK BERMAIN USIA 3-5 TAHUN (PRASEKOLAH)
1) Cross motor and fine motors
2) Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3) Sangat energik dan imaginative
4) Mulai terbentuk perkembangan moral
5) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6) Assosiative play
7) Dramatic play
8) Skill play
9) Laki-laki aktif bermain di luar
10) Perempuan didalam rumah
Alat permainan yang cocok untuk anak usia 3-5 tahun:

1. Peralatan rumah tangga


2. Sepeda roda Tiga
3. Papan tulis/kapur
4. Lilin,boneka,kertas
5. Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
J. TUJUAN TERAPI BERMAIN KETIKA ANAK HOSPITALISASI
Tujuan kegiatan :
a. Memberi informasi.
b. Memicu normalisasi.
c. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
d. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
a. Mendesain tanda selamat dating.
b. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak
c. Memicu orang tua membawa foto dan mainan
d. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
e. Proaktif melakukan permainan.

K. PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Menurut Thompson ED. (1992) prinsip bermain di rumah sakit adalah :


1) Kelompok umur yang sama
2) Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur yang
sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangan anak.
3) Pertimbangan keamanan dan infeksi silang
4) Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi silang dapat
dihindari
5) Tidak banyak energi serta permainan singkat
6) Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain
sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang tidak menguras
tenaga energi yang besar
7) Waktu bermain perlu melibatkan orang tua
8) Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang tua
dengan anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan penyakit dapat segera
diketahui secara dini.
Mengetahui, Kelompok Mahasiswa
Pembimbing Praktek,

(………………………….) (…….…………………..)
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai