Satuan Acara Bermain
Satuan Acara Bermain
“ULAR TANGGA”
DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR
Disusun Oleh:
1. Herlina Arumsari
2. Ika Febrianti
3. Indah Rahayu
4. Inka Vita Nur V
5. Ita Santi Rahmawati
6. Kholis Rahmawati
A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-
anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat. Melalui media bermain anak belajar
berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, obyek, waktu, ruang dan orang.
Dalam keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit, bermain tetap diperlukan untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan. Dengan bermain anak dapat mengekspresikan
pikiran, perasaan dan fantasi. Disamping itu anak dapat tetap mengembangkan kreatifitasnya
serta agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan
aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan kreativitas
dan kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap stress karena
penyakit dan dirawat di rumah sakit. Serta dapat meningkatkan optimistis pada dirinya
untuk sembuh agar pengobatan dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Setelah bermain anak diharapkan:
1) Mengetahui respon verbal, psikomotor dan emosional anak usia 5-7 tahun
2) Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan
3) Distraksi dan relaksasi dari penyakit yang diderita
4) Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain
C. Kriteria
1. Anak usia prasekolah 5-7 tahun
2. Anak dalam kondisi baik/cukup
3. Anak dapat/boleh berjalan
D. Metode
Metode/cara yang digunakan adalah dengan berkolompok untuk memainkannya, tetapi
untuk mencapai hasil permainan dilakukan secara individu. Sejumlah anak prasekolah
dikumpulkan dalam satu permainan ular tangga yang terdiri minimal 5 orang. Dan di
dalam permainan ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk
perlombaan.
E. Media dan Alat
1. Tikar
2. Ular tangga
F. Pengorganisasian
1. Leader:
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan
menutup kegiatan.
2. Co Leader:
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam
terapi bermain.
3. Fasilitator:
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam
terapi bermain.
4. Observer:
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain, mengobservasi dan mencatat jalannya
terapi bermain.
G. Evaluasi
1. Anak dapat mengikuti aturan permainan ular tangga.
2. Anak dapat mengembangkan hubungan sosial, komunikasi, dan belajar sabar dan
saling menghargai.
3. Anak bersemangat dalam mengikuti permainan.
4. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainan (relaksasi dan distraksi).
5. Anak dapat berinteraksi dengan anak lain dan perawat.
DAFTAR HADIR PESERTA/KELUARGA
“TERAPI BERMAIN”
DI RUANG 7B DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
1. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
2. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
3. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
4. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
5. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
6. Nama anak :
Usia :
Respon anak :
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai
ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan
hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain
akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak,
kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di
lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia
dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
B. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih
cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba
bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang
lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui
model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari
individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri
anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah
dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. MANFAAT BERMAIN
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
E. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
(………………………….) (…….…………………..)
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC