Semester I 2015/2016
Pengelolaan Sampah TL‐3104 Pendahuluan
Aplikasi Landfilling pada Sistem
Pengelolaan Sampah
Selasa‐Rabu, 24‐25 November 2014
(Kelas‐01)
Disampaikan oleh:
Dr. I Made Wahyu Widyarsana, ST. MT.
TPA longsor !
1
PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bencana Landfill di Dunia Kualitas dan Tingkat Pelayanan baru mencapai ± 54,24%, (BPS, Susenas 2006),
masih di bawah target RPJMN (75 % pada 2009) dan MDGs (70 % pada 2015)
Sumber: PerMen PU No. 03/PRT/M/2013
2
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
o Penyingkiran limbah ke dalam tanah (land disposal) o Metode tersebut dikembangkan dari aplikasi praktis
merupakan cara yang paling sering dijumpai dalam dalam peyelesaian masalah sampah yang dikenal
pengelolaan limbah. Cara penyingkiran limbah ke dalam sebagai open dumping.
tanah dengan pengurugan atau penimbunan dikenal
sebagai landfilling, yang diterapkan mula-mula pada
sampah kota. o Open dumping tidak mengikuti tata cara yang
sistematis serta tidak memperhatikan dampak pada
o Cara ini dikenal sejak awal tahun 1900-an, dengan lingkungan/kesehatan.
nama yang dikenal sebagai sanitary landfill, karena
aplikasinya memperhatikan aspek sanitasi lingkungan.
o Metode sanitary landfill kemudian berkembang
o Definisi yang sederhana tentang sanitary landfill dengan memperhatikan juga aspek pencemaran
adalah: lingkungan lainnya, serta percepatan degradasi dan
Metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan sebagainya, sehingga terminologi sanitary landfill
menyebarkan sampah secara lapis-perlapis pada sebetulnya sudah kurang relevan untuk digunakan.
sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian
dilakukan pemadatan dengan alat berat, dan pada
akhir hari operasi, urugan sampah tersebut
kemudian ditutup dengan tanah penutup.
3
PERKEMBANGAN LANDFILL PERKEMBANGAN LANDFILL
Perkembangan landfilling mulai dari awal keberadaannya sebagai
sarana penanganan sampah kota:
Mengisi lembah
Pada awalnya landfilling sampah dilaksanakan pada lahan
yang tidak produktif, misalnya bekas pertambangan,
mengisi cekungan-cekungan. Landfilling dengan
Cara ini dikenal dengan metode pit atau canyon atau
quarry. Dengan demikian terjadi reklamasi lahan, sehingga mengupas site
lahan tersebut menjadi baik kembali.
Mengupas site
Dengan terbatasnya site yang sesuai , maka dilakukan
pengupasan site sampai kedalaman tertentu.
Dikenal sebagai metode slope (ramp). Perlu diperhatikan:
tinggi muka air tanah Landfilling mengisi lembah/
struktur batuan / tanah keras cekungan
peralatan pengupasan / penggalian yang dimiliki.
Landfilling
dengan menimbun
Pengupasan serta menimbun sampah ke atas
Dilihat dari bagaimana sampah ditangani sebelum Pemotongan sampah terlebih dahulu:
diurug, maka dikenal beberapa jenis aplikasi ini, Sampah dipotong dengan mesin pemotong 50-80 mm
yaitu: sehingga menjadi lebih homogen, lebih padat (0,8 –
1,0 ton/m3), dapat ditimbun lebih tebal (> 1,5 M)
1. Pemotongan sampah terlebih dahulu Dapat digunakan sebagai pengomposan (aerobik) in-
situ dengan ketingian sel-sel 50 cm, sehingga
2. Pemadatan sampah dengan baling memungkinkan proses aerobik yang menghasilkan
3. Landfill tradisional panas sehingga dapat menghindari lalat
4. Landfill dengan kompaksi Binatang pengerat (tikus dsb) berkurang karena
rongga dalam timbunan berkurang / dihilangkan, dan
timbunan lebih padat
Bila tidak ada masalah bau, maka tidak perlu tanah
penutup
Degradasi (pembusukan) lebih cepat sehingga
stabilitas
4
JENIS LANDFILL JENIS LANDFILL
Landfill tradisional:
Cara yang dikenal di Indonesia sebagai sanitary
landfill
Sampah diletakkan lapis perlapis (0,5-0,6m) sampai
ketinggian 1,2 - 1,5 m
Urugan sampah membentuk sel-sel dan membutuhkan
ketelitian operasi alat berat agar teratur
Kepadatan sampah dicapai dengan alat berat biasa
(dozer atau loader) dan mencapai 0,6 - 0,8 ton/m3
Membutuhkan penutupan harian 10 - 30 cm, paling
tidak dalam 48 jam
Kondisi di lapisan (lift) teratas bersifat aerob
(ada oksigen), sedang bagian bawah anaerob (tidak
ada oksigen) sehingga dihasilkan gas metan
Bagian-bagian sampah yang besar diletakkan di
bawah agar tidak terjadi rongga
Pembuatan sel-sel sampah
5
JENIS LANDFILL JENIS LANDFILL
Metode parit (trench):
Metode Area: Site yang ada digali, sampah ditebarkan dalam
Dapat diterapkan pada site yang relatif datar, galian, dipadatkan dan ditutup harian
Sampah membentuk sel-sel sampah yang saling Digunakan bila airtanah cukup rendah sehingga zone
dibatasi oleh tanah penutup non-aerasi di bawah landfill cukup tinggi (≥ 1,5 m)
Digunakan untuk daerah datar atau sedikit
Setelah pengurugan akan membentuk slope
bergelombang
Penyebaran dan pemadatan sampah berlawanan dengan Operasi selanjutnya seperti metode area
kemiringan
Metode pit/canyon/quarry:
Metode slope/ram: Memanfaatkan cekungan tanah yang ada (misalnya
Sebagian tanah digali
bekas tambang)
Pengurugan sampah dimulai dari dasar
Sampah kemudian diurug pada tanah
Penyebaran dan pemadatan sampah seperti metode area
Tanah penutup diambil dari tanah galian
Kenyataan di lapangan, cara tersebut dapat
Setelah lapisan pertama selesai, operasi berkembang lebih jauh sesuai dengan kondisi yang
berikutnya seperti metode area ada.
1. Landfill anaerobik
2. Landfill aerobik
MENGISI (MENGURUG)
LEMBAH 3. Landfill semi-aerobik
(metoda pit/ canyon)
Landfill anaerobik:
Landfill yang banyak dikenal saat ini,
khususnya di Indonesia. Timbunan sampah
dilakukan lapis perlapis tanpa memperhatikan
ketersediaan oksigen di dalam timbunan.
Kondisi anaerob menghasilkan gas metan (gas
bakar). Dihasilkan pula uap-uap asam-asam
organik, dan H2S yang menyebabkan jenis
landfill ini berbau bila tidak ditutup tanah.
Karena kondisinya anaerob, stabilitas sampah
tidak cepat tercapai, dan dihasilkan lindi
(leachate) dengan konsentrasi tinggi
Perkembangan berikunya berkembang improved Perkembangan landfill :
sanitary landfill. improved sanitary landfill
6
JENIS LANDFILL JENIS LANDFILL
Landfill aerobik:
Mengupayakan agar timbunan sampah tetap mendapat
oksigen. Dengan demikian proses pembusukan lebih
cepat, seperti halnya pengomposan biasa.
Leachate yang dihasilkan relatif lebih baik
dibanding landfill anaerob. Juga bau akan banyak
berkurang. Disamping itu, tidak dibutuhkan penutup
tanah harian.
Pencapaian kondisi aerobik dapat dilakukan dengan
pendekatan:
Lapisan sampah dibiarkan beberapa hari berkontak dengan
oksigen, sebelum diatasnya dilapis sampah lain. Bila perlu
dilakukan pembalikan pada lapisan sampah tersebut.
Dibutuhkan area yang luas.Cara lain adalah memasukkan Perkembangan landfill: aerobic landfill
udara ke dalam timbunan secara sistematis, sehingga proses
pembusukan berjalan secara aerob.
Landfill semi-aerobik:
Hindari leachate tergenang dalam timbunan, dengan
drainase leachate dan ventilasi gasbio yang baik
Tanah penutup tidak terlalu kedap
7
JENIS LANDFILL From Open Dumping
JENIS LANDFILL
to very sophisticated landfill
8
APLIKASI LANDFILL APLIKASI LANDFILL
Pengembangan landfill mencakup berbagai langkah aktivitas, baik Fase-1
yang bersifat teknis, maupun yang sifatnya non-teknis, seperti
kesesuaian dengan regulasi terkait. Perencanaan yang Penentuan site merupakan fase tahapan studi kelayakan, yang
mengutamakan kehati-hatian oleh pengelola atau calon pengelola terdiri dari langkah-1 sampai langkah-6, yaitu :
sangat penting dikedepankan. Di samping permasalahan sosial dan
lingkungan yang selalu menyertai aplikasi landfill, pengembangan Langkah-1 : estimasi volume landfill yang dibutuhkan
landfill membutuhkan investasi dana untuk periode waktu yang cukup Langkah-2 : investigasi dan pemilihan calon site
lama.
Langkah-3 : penentuan regulasi yang terkait
Elemen biaya yang harus menjadi pertimbangan adalah: Langkah-4 : penilaian opsi landfill sebagai sumber enersi dan
Penentuan site, desain, analisis dampak lingkungan dan tahap recoveri bahan
konstruksi, paling tidak dibutuhkan waktu 2 tahun
Langkah-5 : pertimbangan penggunaan site pasca operasi
Operasi, monitoring, dan administrasi : sesuai umur landfill
Aktivitas penutupan : 1 sampai 2 tahun Langkah-6 : penentuan kecocokan site
Monitoring dan pemeliharaan pasca-operasi : tergantung
regulasi yang berlaku di sebuah negara.
Di Indonesia belum ada pengaturan untuk landfill sampah kota,
tetapi paling tidak diperlukan monitoring selama 5 tahun. Untuk
landfill limbah B3, regulasi di Indonesia mensyaratkan 30 tahun
Kegiatan remediasi : perlu dilakukan untuk menyehatkan
kembali site atau air tanah yang tercemar.
Terdapat beberapa langkah yang dibutuhkan, yang dapat
dikelompokkan menjadi 4 fase.
9
APLIKASI LANDFILL APLIKASI LANDFILL
Untuk memperpanjang umur pemakaian TPA, maka salah Proses pendaur-ulangan pada tingkat sumber memiliki
satu solusi adalah pengolahan dan daur-ulang sampah tingkat keberhasilan yang relatif rendah. Sehingga masih
sebelum diurug, melalui reduksi volume sampah yang akan banyak dijumpai bahan/material bernilai guna yang masih
diurug, misalnya: terangkut bersama sampah ke TPA. Kegiatan
− Pendaurulangan sampah (3R). pendaurulangan yang efektif justru banyak terdapat pada
− Pembuatan kompos (Composting) lahan TPA.
− Insinerasi.
Pelakunya adalah para lapak dan pemulung yang
mengkonsentrasikan kegiatan di TPA. Di sisi lain,
Proses daur ulang berupa pemanfaatan kembali bahan-
keberadaan para pemulung seringkali menimbulkan
bahan yang ada pada sampah biasanya dilaksanakan oleh masalah terhadap pengelolaan sampah di TPA karena
pemulung. kegiatan pemulung memang belum diatur, sehingga
keberadaannya dapat mengganggu operasional lahan TPA.
Bila dibandingkan dengan TPS, pemulungan sampah di TPA
di beberapa kota di Indonesia rata-rata memiliki
persentase yang lebih besar, yaitu kira-kira 5% dari
sampah yang tiba di TPA.
59
10
APLIKASI LANDFILL DESAIN LAPISAN KEDAP PADA TPA
Lapisan: HDPE Geomembrane
9,4 m
@IMW Files_2014 61
Fasilitas operasional
Pemilihan alat berat pertimbangkan kegiatan pemrosesan akhir :
Bulldozer, Whell/truck loader, Excavator/backhoe
Sumber: PerMen PU No. 03/PRT/M/2013
11
APLIKASI LANDFILL APLIKASI LANDFILL
Perbedaan LUT dan LUS (2)
No Parameter Lahan Urug Terkendali Lahan Urug Saniter Perbedaan LUT dan LUS (3)
10 Pengolah lindi Kolam-kolam stabilisasi Pengolahan biologis, bila perlu No Parameter Lahan Urug Terkendali Lahan Urug Saniter
+ pengolahan kimia & land B Pengoperasian lahan urug
treatment
1 Alat berat Dozer, loader, Dozer, loader dan
11 Sumur pantau Minimum 1 hulu & 1 hilir Minimum 1 hulu, 2 hilir & 1
dianjurkan+excavator excavator
sesuai arah aliran air unit di luar lokasi sesuai arah
2 Transportasi lokal Dianjurkan Diharuskan
tanah aliran air tanah
3 Cadangan bahan bakar Diharuskan Diharuskan
12 Ventilasi gas Minimum dengan kerikil Sistem vertikal dgn beronjong
4 Cadangan insektisida Diharuskan Diharuskan
horisontal – vertikal kerikil & pipa, karpet kerikil
5 Pelataran unloading & Diharuskan Diharuskan
tiap 5 m lapisan, dihubungkan
manuver
dengan perpipaan recovery gas
6 Jalan operasi utama Diharuskan Diharuskan
13 Sarana Lab Analisa Air - Dianjurkan
7 Jalan operasi dalam area Diharuskan Diharuskan
14 Jalur hijau penyangga Diharuskan Diharuskan
8 Jembatan timbang Diharuskan Diharuskan
15 Tanah penutup rutin Minimum setiap 7 hari Setiap hari
9 Ruang registrasi Diharuskan, min. manual Diharuskan, digital
16 Sistem penutup antara Bila tidak digunakan > 1 Bila tidak digunakan > 1 bulan &
D Petugas TPA
bulan tiap capai tinggi lapisan 5 m
1 Kepala TPA Diharuskan, pddk min. D3 Diharuskan, pddk min. D3
17 Sistem penutup final Min. tanah kedap 20 cm Sistem terpadu dgn lapisan teknik / berpengalaman teknik / berpengalaman
+ sub-drainase air kedap, sub-drainase air permu
2 Petugas registrasi Dianjurkan Diharuskan
permukaan + top-soil kaan, pelindung, karpet
3 Pengawas operasi Diharuskan, min. rangkap Diharuskan
penang-kap gas, bila perlu +
Ka. TPA
geosinte-tis, akhiri top-soil
4 Supir alat berat Diharuskan Diharuskan
min. 60 cm
5 Teknisi Diharuskan Diharuskan
18 Pengendali vektor & bau Diharuskan Diharuskan
6 Satpam Diharuskan Diharuskan
12
APLIKASI LANDFILL
Municipal solid waste APLIKASI LANDFILL
MBT
Shreddering
Landfill dianggap sumber utama gas rumah kaca dari
Refuse derived fuel kegiatan pengelolaan limbah. Dengan adanya isu ini, maka
> 80 mm
Sieving 80 mm Fe
25 - 35 % negara-negara maju sangat membatasi kadar organik limbah
Hu= 11 – 12,500 MJ/Mg
yang boleh masuk ke landfill:
< 80 mm
Fe Ferrous metals
Sejalan dengan negara Eropa, maka Jepang sangat
2-4%
13
PEMILIHAN LOKASI LANDFILL PEMILIHAN LOKASI LANDFILL
Tahapan dalam proses pemilihan lokasi landrilling adalah
menentukan satu atau dua lokasi terbaik dari calon lokasi
Pemilihan Lokasi TPA
SNI 03-3241-1994 : Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
yang dianggap potensial.
Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan a. Sesuai tata ruang kota & wilayah
daerah. b. Geologi layak : sedimen berbutir sangat halus
c. Hidrogeologi : jarak ke lapisan akuifer ≥ 4 m & ke badan
Jenis tanah kedap air.
air ≥ 100 m
Daerah yang tidak produktif untuk pertanian. d. jarak ke lapangan terbang ≥ 1500 m (baling2) ≥ 3000 m
Dapat dipakai minimal untuk 5 - 10 tahun. (jet)
Tidak membahayakan/mencemarkan sumber air. e. Curah hujan kecil, kec. angin rendah, tidak ke
Jarak dari daerah pusat pelayanan ± 10 km. permukiman;
f. jarak dari permukiman ≥ 1 km;
Daerah yang bebas banjir.
g. Topografi : lahan kemiringan alami > 20%
h. tidak di daerah produktif & kawasan lindung/cagar alam;
i. Kemudahan operasi & penerimaan masyarakat
14
PEMILIHAN LOKASI LANDFILL PEMILIHAN LOKASI LANDFILL
Pemilihan Lokasi TPA Penilaian berdasarkan Metode Le Grand digunakan untuk
menilai suatu calon lokasi, khususnya ditinjau dari sudut
Sumber: Buku Saku Pedoman Pengoperasian TPA, Kementerian PU, 2013
hidrogeologi. Terdapat 10 langkah dalam penilaian tersebut,
yaitu:
Langkah 1: menentukan jarak horizontal antara lokasi dengan sumber air minum.
Langkah 2: menentukan jarak vertikal (kedalaman) muka air tanah terhadap dasar
lahan urug.
Langkah 3: menentukan kemiringan hidrolis air tanah dan arah alirannya.
Langkah 4: menetukan potensi pencemaran dan kemampuan sorpsi.
Langkah 5: catatan tentang keakuratan data.
Langkah 6: catatan tentang kondisi sekitar.
Langkah 7: penentuan deskripsi hidrogeologi calon lokasi berdasarkan langkah 1
sampai 6
Langkah 8: penentuan kaitan jenis limbah dengan media tanah di bawah site.
Langkah 9: penentuan Protection of Aquifer Rating (PAR) berdasarkan langkah 7 dan
langkah 8
Langkah 10: iterasi ulang bila terjadi perbaikan site dengan masukan teknologi
15
SISTEM PENGELOLAAN LINDI SISTEM PENGELOLAAN LINDI
Gambar berikut merupakan skema umum dalam
memprediksi timbulan lindi. Beberapa perangkat lunak
tersedia di pasar untuk mempermudah perhitungan
tersebut.
95 96
96
16
SISTEM PENGELOLAAN LINDI SISTEM PENGELOLAAN LINDI
97 98
99 100
Sumber: I Made Wahyu, 2013 Sumber: I Made Wahyu, 2013
17
SISTEM PENGELOLAAN GAS SISTEM PENGELOLAAN GAS
Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik Sebelum dimanfaatkan, gas bio harus melalui proses pemurnian agar
mengakibatkan produksi gas. Gas bio adalah gas yang dihasilkan dari proses didapatkan hasil yang memuaskan. Proses pemurnian ini mempunyai
penguraian materi organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob. sasaran untuk menghilangkan uap air dalam gas, dan memisahkan gas-gas
yang tidak diinginkan. Selain memiliki nilai ekonomis untuk menghemat
Gas-gas yang dihasilkan dari proses penguraian antara lain gas metan (CH4), pemakaian bahan bakar utama, pemanfaatan gas bio pada insinerator dari
karbondioksida (CO2), uap air (H2O), gas nitrogen (N2), dan lain-lain. penelitian yang ada ternyata dapat juga mengurangi potensi terjadinya
pencemaran udara pada proses insinerasi.
Dalam perencanaan suatu landfill, pembentukan gas perlu diperhatikan. Metan
merupakan gas yang eksplosif, dapat meledak jika terkonsentrasi hingga 5 Aplikasi penangkapan gas bio dari suatu landfill bersasaran ganda, yaitu
sampai 15% di udara. Karbondioksida dapat menjadi penyebab peningkatan untuk mengontrol emisi gas-gas yang terbuang dan untuk memanfaatkan
mineral pada air tanah serta membentuk asam karbonik. biogas yang dihasilkan. Sistem penangkapan gas bio terdiri atas 3
(tiga)jenis, yaitu: sistem horizontal, sistem vertikal, dan sistem gabungan
Untuk menghilangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan maka perlu horizontal dan vertikal.
pengelolaan gas bio yang dihasilkan oleh landfill. Gas bio ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pembantu. Produksi gas metan dapat diperkirakan secara
stoichiometri.
Sumber: I Made Wahyu, 2010
18
SISTEM PENGELOLAAN GAS SISTEM PENGELOLAAN GAS
Efek Pencemaran Global Kontribusi terhadap
Emissi emisi gas rumah
kaca
300 kg CO2
300 kg CO2 fossil
equivalent
incineration
Illustrasi Pengurugan Sel per Sel
(sumber gambar : draft pedoman OP bidang persampahan, 2009)
19
PENGOPERASIAN LANDFILL DI TPA PENGOPERASIAN LANDFILL DI TPA
Pengurugan pada Bidang Kerja Pembagian Area Efektif Pengurugan
Lapisan Penutup Antara Selain fungsi‐fungsi seperti lapisan harian di atas, lapisan antara ini mempunyai
(Intermediate Cover) fungsi lain yaitu : sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses
dekomposisi sampah yang memungkinkan pencegahan kebakaran; dan
pelintasan kendaraan di atasnya.
Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm ‐ 50 cm dalam keadaan padat.
Lapisan ini dilakukan setelah tiga lapis sel harian. Lapisan antara ini dapat
dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.
Lapisan Penutup Akhir Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi. Ketebalan
(Final Cover) minimum yang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat. Tanah penutup
akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan penutup.
20
PENGOPERASIAN LANDFILL DI TPA
Pengurugan pada Bidang Kerja
122
Kepadatan sampah pada bak sampah di rumah adalah tidak sama dengan
Keuntungan lain yang diperoleh dengan pengupasan dasar adalah
kepadatan sampah di gerobak (yang kadangkala diperpadat dengan
tersedianya slope dasar dengan besar dan arah kemiringan yang diinginkan,
penginjakan oleh petugas).
sehingga memudahkan pengelolaan lindi. Konsekuensinya, pengupasan
yang kurang sistematis akan mengubah rancangan dari dasar landfill Selanjutnya, kepadatan pada alat transportasi akan ditentukan oleh jenis
sehingga dapat menimbulkan masalah dalam mengalirkan lindi. Ketinggian truk dan mekanisme pemadatannya.
maksimum timbunan sampah akan menentukan lanskap akhir dari landfill
tersebut kelak. Demikian pula kepadatan di urugan akan ditentukan oleh aplikasi alat berat
serta jenisnya. Secara teoritis, kepadatan sampah di suatu tempat akan
Tentunya diinginkan sebuah landfill yang bila telah ditutup akan menyatu tergantung pada ketinggian sampah tersebut. Dengan demikian estimasi
dengan lingkungannya serta sesuai dengan fungsinya. Di samping itu. kebutuhan site landfilling yang langsung dihitung dari timbulan di sumber
ketinggian maksimum juga hendaknya mempertimbangkan kemampuan akan menghasilkan prakiraan yang berlebihan bila landfill tersebut
operasi penimbunan sampah serta kestabilan dari timbunan tersebut. dioperasikan secara lapis per lapis dan dipadatkan dengan alat berat.
Grading final dari sebuah landfill tidak ditentukan secara sembarang, namun
Secara praktis kepadatan di urugan dapat dihitung berdasarkan angka 0,60-
hendaknya dirancang dari awal disesuaikan dengan kondisi lanskap
0,65 ton/m3. Sedang kepadatan sampah di truk pengangkut sekitar 0,30-
sekitarnya atau kegunaan lahan tersebut setelah pasca operasi.
0,35 ton/m3.
21
PENGOPERASIAN LANDFILL DI TPA PENGOPERASIAN LANDFILL DI TPA
Ketersediaan tanah penutup memegang peranan sangat penting agar Penelitian di pilot skala kecil di TPA Bogor menghasilkan angka sekitar 15-
landfilling tersebut dapat beroperasi secara baik. 20 %. Angka ini akan mengecil lagi pada lahan urug terkendali yang
mengaplikasikan tanah penutup tidak setiap hari.
Biasanya sebuah landfill yang dirancang secara baik akhimya menjadi open
dumping akibat masalah tanah penutup yang tidak diterapkan karena Penanganan sampah yang baik di area penimbunan akan meningkatkan
berbagai alasan. masa layan lahan. Pembagian lahan menjadi beberapa area kerja akan
memudahkan dalam pengelolaan lahan secara keseluruhan, di samping
Pengamatan di landfill TPA Sukamiskin pada tahun pertama aplikasi lahan- dapat mendata jumlah dan jenis sampah yang masuk ke dalam area kerja
urug saniter dengan tanah penutup harian menghasilkan rasio tanah tersebut. Peranan pengurugan, penyebaran, dan pemadatan sampah secara
penutup antara 19-31 % dari volume sampah yang masuk (untuk kapasitas lapis per lapis akan menambah kepadatan sampah dibandingkan bila
operasi 500-1000 m3 per hari). dilakukan sekaligus sampai ketinggian tertentu. Di samping itu, aplikasi
timbunan sampah semacam itu akan memungkinkan berlangsungnya fase
aerobik yang lebih lama, sehingga akan mempercepat stabilitas sampah.
Tambah tinggi kapasitas operasi, tambah kecil rasio tersebut. Angka
tersebut masih terlalu tinggi mengingat di sektor inilah biaya operasi sebuah
TPA banyak terserap. Penelitian pada timbunan sampah setinggi 2,0 meter yang ditutup tanah
penutup setebal 20 cm terungkap bahwa timbunan tersebut akan tetap
memungkinkan fase aerobik yang ditandai dengan panas timbunan di
sekitar 500oC. Konsep timbunan aerobik tersebut sebetulnya dapat pula
dikembangkan lebih jauh misalnya dengan mengatur agar suatu timbunan
sampah dibiarkan sampai sekitar 10-15 hari sebelum di atasnya ditimbun
sampah baru.
Lahan TPA setelah pengoperasian akan berupa suatu areal kosong yang
cukup luas. Keberadaan area ini dapat difungsikan menjadi berbagai macam
kegunaan, diantaranya area rekreasi, taman, lahan penghijauan, lahan
pertanian atau perkebunan, fasilitas komersial.
Sumber: Enri Damanhuri, 2008
22
PEMANTAUAN DAN PEMANFAATAN LAHAN PEMANTAUAN DAN PEMANFAATAN LAHAN
PASCA OPERASI PASCA OPERASI
Sumber: I Made Wahyu W., 2013
Kegiatan umum yang dilaksanakan di sebuah TPA adalah pengurugan atau Banyak dijumpai bahwa sebuah TPA hanya dioperasikan oleh seorang sopir
penimbunan sampah di lahan yang tersedia. bulldozer, atau hanya mengandalkan sopir truk sampah dalam menuang
sampahnya. Tidak terdapat rencana pengelolaan lahan yang baik dan
Untuk mendapatkan lokasi TPA yang cocok dari sudut biaya dan teknis sistematis agar TPA tersebut bisa berfungsi dengan baik dan tidak
memang terasa makin sulit, namun aplikasi pengurugan sampah ke dalam mengganggu Iingkungan. Alasan yang biasa terdengar adalah karena
tanah tersebut agaknya akan tetap merupakan pilihan bagi kota-kota di tingginya biaya dari sebuah TPA yang baik. Kontrol terhadap aplikasi inipun
Indonesia pada masa mendatang. Di samping alasan bahwa landfilling masih sangat lemah. Tidak jarang dijumpai, bahwa sebuah TPA sampah
adalah relatif mudah, luwes, dan murah, maka alasan lainnya adalah bahwa kota menerima buangan industri, atau bahkan dari jenis limbah B-3 yang
cara ini dianggap tuntas dalam menangani sampah. berkatagori infectious misalnya dari rumah sakit, yang tentunya akan dapat
mendatangkan dampak yang tidak diinginkan.
23
TPA Sampah Kota di Indonesia TPA Sampah Kota di Indonesia
Salah satu kegiatan yang dianggap berpotensi dalam upaya tersebut adalah
bila gas metan yang dihasilkan di sebuah TPA tidak dibiarkan terlepas tanpa
kontrol ke udara bebas.
Dengan perbaikan TPA dan pemasangan sistem penangkap gas, maka gas
bio yang dihasilkan akan dapat diarahkan untuk dimanfaatkan, atau paling
tidak melalui pembakaran sehingga terkonversi menjadi CO2. Gas CH4
dikenal mempunyai potensi gas rumah kaca 21 kali dibandingkan CO2.
Banyaknya CH4 yang dapat dikonversi menjadi CO2 inilah yang di ‘hargai’
dengan harga tertentu oleh negara pembeli. Tentu saja, proses ini
membutuhkan sebuah mekanisme verifikasi yang panjang untuk sampai
pada kesepakatan perdagangan CO2 tersebut.
Secara finansial, bila ‘perdagangan’ emisi gas rumah kaca ini akhirnya
disepakati oleh pembeli, maka untuk setiap ton ekivalen CO2 tersebut akan
mendapatkan kompensasi, yang menurut perhitungan akan dapat menutup
biaya operasional TPA tersebut, disamping adanya keuntungan bagi
investor/operator yang melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
kaidah bisnis komersial biasa.
TPA Sampah
Pendahuluan Kota di Indonesia
Permasalahan Sampah TPA Sampah Kota di Indonesia
Potret TPA
di Indonesia
TPA LEUWIGAJAH
24
Teknologi
Pemrosesan Akhir
References
o UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah
o PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
o Damanhuri, E. Padmi, T, Diktat Kuliah Pengelolaan
Sampah, 2010
o Tchobanoglous,”Solid Waste Management” John Wiley &
Sons
o Diseminasi Permen PU 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
o Diseminasidan sosialisasi Keteknikan Bidang PLP:
Persampahan, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU
o Bimbingan Teknis Balai Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi,
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU, 2014
o Dokumentasi Pribadi I Made Wahyu Widyarsana.
25