Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SENAM KAKI DIABETIK DAN TERAPI RELAKSASI PROGRESIF


PADA LANSIA
DI PSTW ILOMATA KOTA GORONTALO

OLEH
KELOMPOK B

KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III


FERI SUSANTO ENGAHU FELIKS K. MANGILE MELGIFIA
RATIH SETIAWATI ABADI DJAINAL SULAEMAN ADE R.A. PAHRUN
DEWI RIANTI ALI MOHAMMAD FAUZAN A. SUMARNI S. MOHI
FIQIH NURMAZIA HEMU SYAHRUDDIN LAHUO APRISKA N. PULUALA

KELOMPOK IV KELOMPOK V KELOMPOK VI


SITI NURMAYA THALIB HASRIANI FAJRIA LENA MOHA
WAHYUDIN NANDAALVIANI V.S. NURHIKMAH S. LAMUKA
FITRAHANDAYANI I. PANI SRI ANDY A. ABDUL NURHAYATI A. T
SRY DESY ARSYAD REFLIN MAHMUD INDRAWATI M. TAHA

KELOMPOK VII KELOMPOK VIII KELOMPOK IX


INDRIYANI DJAINA KEVIN E. TOLOLIU FEMY MULUOYO
MEY A. ZAKARIA ASTRIANINGSIH ARSAD MURNIATY NAKI
VIVIE SANTA E. H. NUSA YUSNAN LAMBOU GEHART
SYIFAH SURYANI DWI A. PRATIWI LIA PRISILIA JUSUF
VERAWATI WANTOGIA

PROFESI NERS ANGKATAN VII


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
PROFESI NERS ANGKATAN VII
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)


PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : Senam kaki diabetik dan Terapi Relaksasi Progresif


Sasaran : Lansia di PSTW Ilomata Kota Gorontalo
Tempat : Aula PSTW Ilomata Kota Gorontalo
Hari / Tanggal : Rabu, 31 Januari 2018
Pukul : 07.00 s/d 08.30 WITA
A. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang senam kaki diabetik dan terapi relaksasi
progresif diharapkan lansia mampu mengaplikasikan senam kaki diabetik dan terapi
relaksasi progresif.
B. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang senam kaki diabetik dan terapi relaksasi
progresif, diharapkan lansia mampu :
1. Senam kaki diabetes
a. Menjelaskan tentang pengertian diabetes melitus
b. Menjelaskan tentang pengertian senam kaki diabetik
c. Menjelaskan tentang tujuan senam kaki diabetik
d. Menjelaskan patofisiologi senam kaki diabetik
e. Mengaplikasikan senam kaki diabetik dalam kehidupan sehari-hari
2. Terapi Relaksasi Progresif
a. Menjelaskan tentang pengertian terapi relaksasi progresif
b. Menjelaskan tentang tujuan terapi relaksasi progresif
c. Menjelaskan patofisiologi terapi relaksasi progresif
d. Mengaplikasikan terapi relaksasi progresif dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi
1. Pokok Bahasan :
a. Senam kaki diabetik (Materi Terlampir)
b. Terapi Relaksasi Progresif (Materi Terlampir)
2. Sub Pokok Bahasan :
a. Senam kaki diabetik
1) Pengertian diabetes melitus
2) Pengertian senam kaki diabetik
3) Tujuan senam kaki diabetik
4) Langkah-langkah senam kaki diabetik
b. Terapi Relaksasi Progresif
1) Pengertian terapi relaksasi progresif
2) Tujuan terapi relaksasi progresif
3) Patofisiologi terapi relaksasi progresif
4) Langkah-langkah terapi relaksasi progresif
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. Media / Alat
1. Leaflet
2. LCD
3. Laptop
4. Speaker
5. Koran
6. Kursi
7. Alat cek gula darah
8. Tensimeter
F. Kegiatan Pembelajaran

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN PJ


1. Pembukaan 5 Menit Pada saat ini terapis melakukan : Moderator
1. Memberi salam terapeutik : salam mulai (Syahruddi
dari terapis n Lahuo)
2. Memperkenalkan nama dan panggilan
terapis.
3. Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan
lansia saat ini
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Kontrak waktu
6. Menjelaskan aturan :
a. Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok harus minta
ijin kepada terapis
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap lansia mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
d. Jika peserta merasa kurang jelas
dengan penjelaskan leader, dapat
menanyakan kepada leader dengan
menunjuk tangan terlebih dahulu.
e. Peserta hadir di tempat 5 menit
sebelum kegiatan berlangsung.
2. Isi 75 Menit 1. Memberi penjelasan dan simulasi yang Pemateri
diberikan oleh mahasiswa (Melgifia
2. Melakukan senam kaki diabetik dan Reflin
bersama-sama dengan mahasiswa Mahmud)
dengan menggunakan musik
3. Melakukan terapi relaksasi progresif
bersama-sama dengan mahasiswa
dengan menggunakan musik
3. Penutupan 10 Menit 1. Evaluasi Moderator
a. Menanyakan perasaan lansia setelah (Syahruddi
mengikuti kegiatan. n Lahuo)
b. Memberikan pujian atar keberhasilan
lansia.
c. Menanyakan apabila ada pertanyaan
dari lansia, jika tidak ada maka
moderator yang akan memberikan
pertanyaan pada lansia
2. Rencana tindak lanjut
a. Terapis meminta lansia dan petugas
untuk mengulang hal yang telah
dipelajari secara mandiri
b. Memasukan dalam jadwal kegiatan
harian panti
3. Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan
mengingatkan kepada lansia untuk
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
di PSTW Ilomata

G. Pengorganisasian
1. Pemateri : Melgifia (Senam Kaki Diabetik)
Reflin Mahmud (Terapi Relaksasi Progresif)
2. Pembawa Acara : Murniaty Naki
3. Moderator : Syahruddin Lahuo
4. Fasilitator : Seluruh Mahasiswa Profesi Ners UNG
5. Observer : Indrawati M. Taha, Feliks K. Mangile, Kevin E. Tololiu
6. Notulen : Hasriani Fajria
7. Dokumentasi : Verawati Wantogia, Dwi A. Pratiwi
8. Time kiper : Ade R.A. Pahrun
9. Konsumsi : Astrianingsih Arsad, Siti Nurmaya Thalib
10. Operator : Sumarni S. Mohi, Arfan Karim
11. Instruktur : Gehart, Lena Moha, Feri S. Engahu, Ratih S. Abadi

Setting Tempat
Keterangan :

: Audience

: Pemateri : Notulen : Operator

: Pembawa Acara : Time Kiper : Instruktur

: Moderator : Observer : Dokumentasi

: Fasilitator : Konsumsi : Pemeriksaan Kesehatan

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
Universitas Negeri Gorontalo dan bekerjasama Petugas PSTW Ilomata Kota
Gorontalo
c. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri.
c. Jumlah peserta minimal ½ atau sebagian dari seluruh total lansia di PSTW
Ilomata Kota Gorontalo.
Materi
SENAM KAKI DIABETES

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Melitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin (Wijaya dan Putri, 2013).
Diabetes Mellitus terjadi akibat sel-sel beta pankreas gagal untuk memproduksi
insulin yang cukup pada DM tipe 1, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif pada DM tipe 2 (Setianto, 2011).
Seseorang di katakan menderita Diabetes Melitus apabila ada gejala poliuri (banyak
kencing), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) dan jika Glukosa darah
sewaktu >200mg/dL, Glukosa darah puasa >140 mg/dL, dan Glukosa darah 2 jam sesudah
mengkonsumsi 75 gr kabohidrat (2 jam post-pradial/PP >200mg/dl (Wijaya dan Putri,
2013).
B. Pengertian Senam Kaki Diabetik
Senam kaki adalah latihan menggerakan lutut, kaki, telapak kaki, dan jari-jari kaki
yang ditujukan kepada penderita diabetes mellitus (Subekti, 2009).
Senam kaki merupakan salah satu senam aerobic yang variasi gerakan-gerakannya
pada daerah kaki memenuhi kriteria continous, rhythmical, interval, progresif dan
endurance sehingga setiap tahapan gerakan harus dilakukan (Dewi, Sumarni dan Sundari,
2012).
C. Tujuan Senam Kaki Diabetik
Tujuan senam kaki menurut Subekti (2009) yaitu :
1. Membantu melancarkan sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kaki
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
Senam kaki diabetik mampu meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif
sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Senam kaki
diabetik merupakan cara yang tepat untuk melancarkan sirkulasi terutama ke daerah kaki,
memperkuat otot-otot kecil kaki, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki yang dapat
meningkatkan potensi luka diabetik di kaki, meningkatkan produksi insulin yang dipakai
dalam transport glukosa ke sel sehingga membantu menurunkan glukosa dalam darah
(Dewi, Sumarni dan Sundari, 2012).
Dalam gerakan senam kaki juga terdapat peregangan kaki (stretching).
Stretching kaki dianggap efektif melancarkan sirkulasi darah ke daerah kaki,
meningkatkan kerja insulin dan melebarkan pembuluh darah yang diakui berperan serta
meningkatkan tekanan sistolik pada kaki (Witari, Triyani dan Dewi, 2015).
D. Patofisiologi Senam Kaki Diabetik
Berdasarkan hasil penelitian Graceistin Ruben (2016) didapatkan hasil bahwa kadar
gula darah seluruh responden sebelum melakukan senam kaki adalah ≥200 mg/dl dan
setelah dilakukan senam kaki diabetes didapatkan mayoritas kadar gula darah responden
150-199 mg/dl berjumlah 42 responden (75%) dan kadar gula darah ≥ 200 mg/dl
berjumlah 14 responden (25%). Hal ini menggambarkan bahwa ke-42 responden yang
melakukan senam kaki dengan baik dan benar secara teratur relatif memiliki nilai kadar
gula darah <200 mg/dl. Nilai kadar gula darah yang lebih rendah atau turun ini
menggambarkan terjadinya perbaikan nilai kadar gula darah setelah melakukan senam
kaki. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yudono (2012) bahwa pada saat
latihan (senam) kebutuhan energi meningkat sehingga otot menjadi lebih aktif dan terjadi
peningkatan pemakaian glukosa sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Matius E. Herwanto tahun 2016 yang menyatakan
bahwa latihan fisik tubuh akan membutuhkan energi dengan kata lain dikenal sebagai ATP
oleh karena itu latihan fisik sangat berpengaruh terhadap gula darah, karena hampir
seluruh aktivitas di dalam tubuh membutuhkan energi dan energi yang dibutuhkan tersebut
berasal dari gula dalam darah yang dapat di peroleh dari asupan makanan sehari-hari.
Kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah
yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen,
bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma
darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen
jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob
berkembang biak. Senam kaki menjadikan tubuh menjadi rileks dan melancarkan
peredaran darah. Peredaran darah yang lancar akibat digerakkan, menstimulasi darah
mengantar oksigen dan gizi lebih banyak ke sel-sel tubuh, selain itu membantu membawa
racun lebih banyak untuk dikeluarkan. (Natalia dkk, 2012). Menurut Wibisono (2009)
bahwa dengan melakukan senam kaki terjadi pergerakan tungkai yang mengakibatkan
menegangnya otot tungkai dan menekan vena di sekitar otot tersebut. Hal in akan
mendorong darah ke arah jantung dan tekanan vena akan menurun, mekanisme ini akan
juga dikenal dengan pompa vena. Mekanisme ini akan membantu melancarkan peredaran
darah pada bagian kaki, memperbaiki sirkulasi darah, sehingga mempengaruhi nilai ABI.
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive
salah satunya adalah dengan pemeriksaan ankle brachial index. Nilai ABI pada pasien
ABI > 1.0 dan apabila < 0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh karena itu skrening
yang tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur ABI. Hubungan ABI dan keparahan
ulkus diuji dengan analisis koefisien koreksi Spearman dan mendapatkan nilai P = 0,008
yang menunjukkan makin rendah nilai ABI maka nilai keparahan ulkus semakin besar
(Kristiani, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian Aria Wahyuni (2016) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan senam kaki diabetik dapat meningkatkan ABI pada pasien DM tipe 2.
Berdasarkan hasil uji eksperimen terhadap 10 orang sampel yang memenuhi kriteria yaitu
pasien DM tipe 2 tanpa penyakit penyerta. Rata-rata ABI sebelum dilakukan senam kaki
diabetik adalah 0.62 dan rata-rata ABI setelah dilakukan senam kaki diabetik adalah 0.93.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan nilai ABI yang signifikan antara
sebelum dan setelah dilakukan senam kaki diabetik (p value = 0,005).
E. Indikasi dan Kontraindikasi Senam Kaki Diabetik
Indikasi dan kontraindikasi senam kaki diabetik menurut Subekti (2009) yaitu :
1. Indikasi
a. Senam kaki dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus
dengan tipe 1 maupun 2.
b. Senam kaki diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus
sebagai tindakan pencegahan dini.
2. Kontraindikasi
a. Klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnnea atau
nyeri dada
b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
F. Langkah-langkah Senam Kaki Diabetes
Berikut langkah-langkah senam kaki diabetik menurut Subekti (2009) yaitu :
Rekomendasi : Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat
(60-70 maksimum heart rate), durasi 30-60 menit, dengan
frekuensi 3-5 kali per minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-
turut tidak melakukan senam
Persiapan : 1. Klien dalam posisi rileks
2. Memakai celana yang tidak ketat (longgar)
3. Tidak terdapat keluhan nyeri pada kaki yang dapat mengganggu
proses latihan
4. Dilakukan sesuai tahapan
Prosedur :
1. Dengan tumit yang diletakkan di lantai, gerakan jari-jari kaki ke atas dan
kebawah, ulangi sebanyak 2 set x 10 repetisi.

2. Angkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu dengan tumit, lakukan
gerakan memutar keluar dengan pergerakan pada telapak kaki sebanyak 2 set x
10 repetisi, lakukan gerakan bergantian pada kaki yang satunya.
3. Angkat kaki sejajar, gerakan kaki ke depan dan kebelakang sebanyak 2 set x 10
repitisi.

4. Angkat kaki sejajar gerakan telapak kaki ke depan dan ke belakang sebanyak 2
set x 10 repetisi.

5. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat. Lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari
angka 0 hingga 10 dilakukan secara bergantian.

6. Letakkan selembar koran dilantai.


Kemudian bentuk kertas koran
tersebut menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki.
7. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.

8. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran
tersebut. Sebagian koran di sobek - sobek menjadi kecil - kecil dengan kedua
kaki.

9. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki


lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi. Lalu bungkus
semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk
bola.
TERAPI RELAKSASI PROGRESIF

A. Pengertian Terapi Relaksasi Progresif


Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot,
dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013).
Teknik relaksasi progresif adalah suatu gerakan menegangkan dan melepaskan
secara berurutan 10 kelompok otot tubuh, dimulai dari kelompok otot paha dan kaki,
pergelangan tangan, lengan bawah, lengan atas perut, dada, punggung, bahu, leher, dan
wajah. Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Kusyati, 2010).
B. Tujuan Terapi Relaksasi Progresif
Tujuan terapi relaksasi progresif menurut Gunarsa (2007) yaitu :
1. Berkurangnya ketegangan otot
2. Berkurangnya perasaan bergelora secara kefaalan
3. Berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang bergelora
4. Berkurangnya kekhawatiran
5. Mengurangi masala-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi,
sakit kepala, insomnia
6. Mengurangi tingkat kecemasan
7. Mengurangi kelelahan aktifitas mental dan atau latihan fisik
Relaksasi progresif dapat memberikan beberapa dampak positif bagi masusia di
antaranya adalah menurunkan stress, seperti yang kita ketahui stres merupakan salah
satu penyebap terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi, dengan menurunkan tingkat
stress seseorang, itu artinya mencegah penyebap teradinya hipertensi berkelanjutan.
Relaksasi progresif dapat menurunkan nyeri punggung yang dirasakan oleh penderita
hipertensi dengan cara merilekskan otot punggung pada responden. Relaksasi progresif
dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan penderita hipertensi sehingga penderita
dapat mengurangi tingkat kecemasan dengan perasaan rileks. Relaksasi progresif dapat
menurunkan tekanan darah dengan melatih beberapa otot termasuk otot jantung yang
berfungsi sebagai pemompa darah keseluruh tubuh, dapat menurunkan kerja jantung dan
merilekskan otot-otot yang tegang termasuk pembuluh darah yang mengalami
penyempitan. Teknik relaksasi progresif juga dapat mengatasi masalah tidur mengatasai
mual dan muntah melemaskan otot-otot tubuh yang tegang meningkatkan kesegaran
dan daya tahan tubuh mencegah kekambuhan penyakit yang disebapkan oleh stress
(Kusyati, 2010).
C. Patofisiologi Terapi Relaksasi Progresif
Relaksasi progresif juga mampu menurunkan tingkat stress pada lansia. Manajemen
stres dengan teknik relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu juga, ketika
otot-otot sudah dirilekskan maka akan menormalkan kembali fungsi-fungsi organ tubuh.
Setelah seseorang melakukan relaksasi dapat membantu tubuhnya menjadi rileks, dengan
demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik (Safira dan Saputra, 2009).
Relaksasi otot progresif ini digunakan untuk melawan rasa cemas, stres, atau tegang.
Dengan menegangkan dan melemaskan beberapa kelompok otot dan membedakan sensasi
tegang dan rileks, seseorang bisa menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rileks
(Soewondo, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Safitri dan Agustin (2015) bahwa relaksasi progresif
mampu mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan santai.
Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang
diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur awal. Terapi relaksasi progresif yang
dikombinasikan dengan teknik pernapasan, memungkinkan abdomen terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut mampu memberikan pijatan
pada jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatan-
sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke
seluruh tubuh. Peningkatan oksigen dan nutrisi dalam otak akan merangsang peningkatan
sekresi serotonin sehingga tubuh menjadi tenang dan lebih mudah tidur. Selain itu, kondisi
tubuh yang rileks dapat memicu bekerjanya otak untuk menghasilkan endogenous
morphin yang merupakan suatu zat penenang yang cara bekerjanya seperti efek morphin.
Tingkat stress pun mampu maningkatkan tekanan darah. Stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut
dan rasa bersalah), dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepas hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat (Saputri, 2010). Dengan adanya terapi relaksasi progresif maka akan
menurunkan stress pada lansia sehingga tekanan darah pun kembali normal.
D. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Relaksasi Progresif
Indikasi dan kontraindikasi terapi relaksasi progresif menurut Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) yaitu :
1. Indikasi
a. Lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia)
b. Lansia yang sering mengalami stress
c. Lansia yang mengalami kecemasan
d. Lansia yang mengalami depresi
2. Kontraindikasi
a. Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
b. Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
E. Langkah-langkah Terapi Relaksasi Progresif
Berikut langkah-langkah terapi relaksasi progresif menurut Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) :
Rekomendasi : Terapi relaksasi progresif dilakukan dengan durasi 30-45 menit,
dengan frekuensi 1 kali per hari.
Persiapan : 1. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan
mata tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut
atau dengan posisi duduk dikursi dengan kepala ditopang,
hindari posisi berdiri
2. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan
sepatu
3. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang
sifatnya mengikat ketat.
4. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat
melukai diri sendiri.
Prosedur :
1. Melatih Otot Tangan
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan selama 10 detik
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama
20-50 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang
dialami.
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

2. Melatih Otot Tangan Bagian Belakang


Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-
50 detik.

3. Melatih Otot Biseps (Otot Besar Pada Bagian Atas Pangkal Lengan)
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang. Lakukan selama 10 detik
c. Lepaskan dan rileks selama 20-50 detik
4. Melatih Otot Bahu Supaya Mengendur
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga
menyantuh kedua telinga. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan
rileks selama 20-50 detik.
b. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher.

5. Melemaskan Otot-Otot Wajah (Seperti Otot Dahi, Mata, Rahang, dan Mulut).
a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
dan kulitnya keriput. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks
selama 20-50 detik.

b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata. Lakukan selama 10 detik, kemudian
lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.
6. Mengendurkan Ketegangan yang dialami oleh Otot Rahang
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks
selama 20-50 detik.

7. Mengendurkan Otot-Otot Sekitar Mulut


Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama
20-50 detik.

8. Merileksikan Otot Leher Bagian Depan Maupun Belakang


a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
d. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

9. Melatih Otot Leher Begian Depan


a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
c. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

10. Melatih Otot Punggung


a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b. Punggung dilengkungkan.
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks
selama 20-50 detik.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.
11. Melemaskan Otot Dada
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
b. Ditahan selama 10 detik, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas dan rileks selama 20-50 detik.
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.

12. Melatih Otot Perut


a. Tarik dengan kuat perut kedalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas dan rileks selama 20-50 detik
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

13. Melatih Otot-Otot Kaki (Seperti Paha Dan Betis)


a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas dan rileks selama 20-50
detik
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, P., Sumarni, T., dan Sundari, R. I. 2012. Jurnal STikes Harapan
Bunda. Pengaruh Senam Diabetes Mellitus dengan Nilai Abi (Ankle Brachial Index)
pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Padamara Purbalingga. 5(1):1-6

Gunarsa, S.D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Herwanto, M.E. 2016. Jurnal e-Biomedik (eBm). Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap
Kadar Gula Darah pada Pria Dewasa. 4(1):1-6.

Kristiani, A.L., Sumangkut, R.M., Limpeleh, H.P. 2015. Hubungan Ankle Brachial Index
dengan Keparahan Ulkus pada Penderita Kaki Diabetik. Jurnal Biomedik.

Kusyati, E. 2010. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta:


EGC

Natalia, N., Hasneli, Y., dan Novayelinda, R. 2012. Jom Unri. Efektifitas senam kaki
diabetik dengan tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien
diabetes melitus 2. 4(1): 1–9

Purwanto, B. 2013. Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ruben. G. 2016. eJournal Keperawatan. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap


Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Enemawira. 4(1):1-5.

Safira, T. dan Saputra, N.E. 2009. Manajemen emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Safitri, W. dan Agustin, W.R. 2015. Jurnal KesMaDaSka. Pengaruh Terapi Relaksasi
Progresif terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia di Panti Wreda
Dharma Bakti Kasih Surakarta. 6(1)-1-7.

Saputri, D.E. 2010. Tesis. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Penduduk di
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.

Setianto B., Firdaus I., 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Departemen Jantung dan
Pembuluh Darah RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita FK UI. Bogor. Ghalia
Indonesia

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Soewondo, S. 2009. Panduan dan instruksi latihan relaksasi progresif. Depok : Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi.
Subekti, I. 2009. Buku Standar Operasional Prosedur Terapi Modalitas/Tindakan
Keperawatan Keluarga, Gerontik & Komunitas. Malang : Poltekkes Malang

Sudirman. 2009. Senam Kaki Diabetes. Yogyakarta: A. Plus Book

Wahyuni, A. 2016. Jurnal Ipteks Terapan. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan
Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. 9(2):1-10.

Wibisono. 2009. Senam Khusus untuk Penderita Diabetes. Yogyakarta: Nuha Medika

Wijaya dan Putri, 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Witari, N. M., Triyani, I. G. A. P., dan Dewi, N. L. P. T. 2015. Jurnal KMB, Maternitas,
Anak Dan Kritis. Pengaruh Latihan Peregangan Kaki (Stretching) Terhadap
capillary refille time ekstremitas bawah pasien DM tipe 2. 2(1):89–95

Yudono, P.T. 2012. Pengaruh Terapi Senam Kaki terhadap Penurunan Glukosa Darah
pada Lansia dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Bayumas.

Anda mungkin juga menyukai