Anda di halaman 1dari 5

DINDING PRACETAK

Menurut Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010), Ada beberapa jenis
komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa
dipergunakan, salah satunya adalah Panel-panel dinding precast.

A. Pekerjaan Pabrikasi Precast


Sebelum proses pabrikasi, dibutuhkan shop drawing untuk detail type panel precast
yang akan di produksi lengkap dengan informasi tambahan sebagai berikut.
1. Penomoran type precast, dan lokasi panel precast sehubungan dengan layout dan
elevasi.
2. Dimensi panel precast, pusat gravitasi, berat dan volume beton
3. Gambar detail dari semua baja tulangan, koneksi antar panel, pengait untuk
pengangkatan panel beserta perkuatannya.
4. Penempatan plat embedded, opening dan recess
5. Jointing dan interfacing rincian antara unsur-unsur
6. Detail arsitektur dan penempatan panel precast
Proses pabrikasi atau pekerjaan Wall Precast ini dilakukan dengan pengecoran komponen
ditempat khusus work shop, lalu dibawa ke area pekerjaan untuk disusun atau instalasi
menjadi suatu struktur yang utuh (ereksi). Adapun proses atau tahapan pabrikasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Moulding/membuat cetakan
Pabrik beton pracetak biasanya telah memiliki workshop/bengkel khusus untuk membuat
dan maintenance cetakan, tempat merakit tulangan (barcatching) dan sambungan.
a. Cek seluruh moulding sesuai gambar rencana.
b. moulding dari kotoran dan debu agar mendapatkan hasil yang sempurna.
c. Dalam proses ini harus dipastikan lagi bahwa moulding terpasang dengan baik,
kuat dan benar.

2. Reinforcing
Perakitan tulangan yang telah dirakit dan ditempatkan kedalam cetakan yang sudah di
sesuaikan dengan ukuran actual di lapangan.
a. Cek seluruh pembesian sesuai dengan gambar rencana.
b. Dalam proses ini harus dipastikan lagi bahwa pembesian telah terpasang dengan
kuat dan benar.
c. Pastika bahwa pembesian telah sesuai dengan shop drawing / design yang telah
mendapat persetujuan ( Approval ) dan status Salinan Terkendali.
d. Pembuatan embedded dilakukan dengan cara pengelasan

3. Concreting Biasanya dipabrik tersedia concrete batching plant, yang memiliki kontrol
kualitas secara computer
a. Sebelum proses pengecoran dilakukan harus ada inspeksi dari Quality Control dan
Manajemen Konstruksi, sehingga benar-benar dapat disahkan untuk dilakukan
pengecoran.
b. Sebelum dilakukan penuangan beton harus diuji terlebih dahulu slump betonnya
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dan dilakukan pengambilan sample uji.
c. Proses ini dilakukan setiap 10 m3 sekali untuk mengetahui keakuratan dari
campuran beton.
d. Proses pengecoran langsung dari truk mixer dan menggunakan vibrator selama
proses pengecoran untuk mendapatkan pencampuran yang merata dan homogen

4. Compaction Proses ini memakai external vibrator dengan high-fruequency pada work
shop

5. Curing Steam curing, convensional of curing. Pada elemen-elemen beton yang besar
steam curing diberikan kedalam beton dengan cara diselubungi. Suhu 60-70 𝐶 selama 2-
3 jam.

6. Handling Pasca umur beton memenuhi, unit beton pracetak dipindahkan ke


storage/gudang, disusun secara vertikal dan diberi bantalan antar unit pracetak.
a.Kondisi lokasi untuk storage harus rata, padat, dan bersih.
b.Panel di stockyard harus dalam posisi berdiri.
c.Bagian bawah harus rata dan bersih.
d.Pada bagian bawah diganjal dengan karet atau balok kayu saat di storage.
e.Diberi penambahan bushing jika diperlukan, saat penyetokan.
B. Pengangkatan (Erection)
Berikut kegiatan dalam pengangkatan material beton pracetak atau Wall Façade precast
adalah sebagai berikut :
1. Pengangkatan Wall Façade precast dengan menggunakan tower crane yang dibantu alat
tambahan seperti spreader.
2. Alat bantu spreader dikaitkan pada demoulding (stripping) yang letaknya sudah
diperhitungkan agar Wall Façade precast tidak rusak maupun lentur pada saat diangkat.
3. Pengangkatan Wall Façade precast dari tempat penyimpanan perlu direncanakan dengan
sangat matang.

C. Pemasangan (Connection)
Pada proses pemasangan atau instalasi Wall Façade precast dilakukan minimal oleh 2-4
orang pekerja dengan bantuan alat Tower Crane
pengangkat material. Dalam pemasangan atau instalasi ini kegiatan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Modul Wall Façade precast yang dipasang harus sesuai dengan shop drawing
perencanaan arsitek perencana.
2. Pengangkatan modul precast dengan menggunakan tower crane sehingga dapat
memudahkan pekerjaan dinding precast di ketinggian tertentu.
3. Proses seting kelurusan pemasangan dinding precast dengan menggunakan alat bantu
theodolite, sehingga dapat mendapatkan hasil yang di harapkan.
4. Proses joint dinding precast dengan pelat lantai dilakukan dengan pemasangan baut,mur
dan pengelasan besi siku dengan plat penjepit baja antara beton konvesiona dan precast
, Setelah pengerjaan pengelasan selesai dilanjutkan dengan menutup pelat sambung
tersebut dengan adukan beton dengan tujuan melindungi pelat dari korosi.
5. Joint dinding precast dengan balok dilakukan dengan pemasangan baut dan mur dan
pengelasan besi siku dengan plat penjepit baja antara beton konvensional dan precast,
Setelah pengerjaan pengelasan selesai dilanjutkan dengan menutup pelat sambung
tersebut dengan adukan beton dengan tujuan melindungi pelat dari korosi.
6. Pemasangan wall façade dilapangan dengan menggunakan alat bantu tower crane dan
dilakukan sesuai dengan zona kerja yang telah di tentukan. Adapun untuk pemasangan
dinding precast area tower-C dapat
7. Jika terjadi deviasi antara elemen yang satu dengan elemen yang lain,maka perlu
dilakkuan penutupan celah dengan back up Rod dan sealant sehingga
8. Setelah menutup deviasi atau celah dinding precast dengan menggunakan back up road,
untuk tahap selanjutnya adalah melapisi sambungan precast dengan menggunakan
sealent agar terlihat rata dan rapih.

D. Hal Yang Harus Diperhatikan Setelah Pemasangan Precast


Adapun setelah proses pemasangan dinding precast sebaiknya dilakukan pengecekan ulang
kembali untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilapangan dan hal-hal yang perlu
diperhatikan setelah erection diantaranya :
1. Nad atau joint secara horinzontal dan vertical harus saling bertemu.
2. Nad atau joint tersebut harus selalu sama pada setiap tempat.
3. Semua conection harus dicek kembali setelah selesai pemasangannya.
4. Conection yang tidak di grout atau dicor harus di beri zink cromate.
5. Perubahan conection harus diketahui dan disetujui oleh kedua belah pihak.
6. Kerusakan yang terjadi (retak rambut dan gompal harus diperhatikan dan dilakukan
finishing).

Anda mungkin juga menyukai