Epidural Hematoma
Epidural Hematoma
KELOMPOK 7
Jakarta
4 April 2010
A .Permasalahan
Kasus : Seorang anak laki-laki bernama Amir usia 10 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat sebuah
rumah sakit karena mengalami kecelakaan lalu lintas, pingsan dari 10 menit, tidak ingat kejadian yang
mengenai dirinya. Tidak berapa lama setelah di ruang gawat darurat, pasien mengalami kejang-kejang
selama 1 menit, setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan midriasis
pupil kanan dan hemiparesis tungkai kiri.
B .Tujuan
Mahasiswa mampu membahas kasus dari berbagai aspek terkait dengan keluhan pasien, dimulai dari :
C .Metode Kerja
Anamnesis lengkap(1)
Identitas pasien
Nama : Amir
Usia : 10 tahun
Data yang terdapat dalam kasus ini harus ditambahkan lagi dengan keterangan lainnya untuk
memudahkan diagnosa penyakit, antara lain : tanggal datang ke rumah sakit, tempat dan tanggal lahir,
tujuannya adalah untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinik anak tersebut normal sesuai
usianya ; nama orangtua, untuk memudahkan memberikan informasi yang terkait dengan pasien serta
tindakan yang akan dilakukan ; alamat, diperlukan apabila pasien sedang dalam keadaan gawat atau
membutuhkan keluarganya, untuk mengontrol pasien yang harus kembali dalam pengobatan, daerah
tempat tinggal bisa menjadi epidemiologis penyakit ; umur, pendidikan, dan pekerjaan orangtua, untuk
menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam
anamnesis, serta untuk pemeriksaan penunjang dan penentuan tata laksana pasien selanjutnya ; agama
dan suku bangsa, untuk memantapkan identitas, melihat kesehatan seseorang yang menyangkut dengan
budaya atau adat.
Riwayat penyakit sekarang(1)
Anamnesis yang terperinci mengenai trauma perlu dilakukan sehingga dapat mengetahui
Keluhan utama yang dihadapi pasien adalah Amir mengalami kecelakaan yang
menyebabkannya pingsan kurang dari 10 menit dan mengalami amnesia retrograde (tidak mengingat hal
Hal pertama yang perlu kita tanya, lihat, dan amati adalah memeriksa keadaan atau kesadaran
anak, apakah anak menangis, gelisah, sadar, diam saja. Lalu kita tanyakan kepada yang membawa
pasien atau anak ini ke rumah sakit tentang apa yang telah terjadi kepada anak ini, kemudian jika karena
kecelakaan kapan kejadiannya terjadi serta yang utama adalah mengetahui waktu tepat kejadian
berlangsung. Kita lihat apakah anak pingsan, ada muntah atau tidak, dan ada kejang atau tidak. Jika
terdapat muntah pada anak atau pasien maka kita lihat apakah muntahnya menyemprot, jika muntah
yang keluar berupa darah atau makanan maka kemungkinan terdapat trauma pada saluran cerna berupa
perdarahan lambung atau trauma pada dada. Jika ada darah pada muntah maka kita lihat warnanya
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui atau mendapat perkiraan tentang
lokasi dan luas kerusakan yang terjadi. Trauma langsung lebih sering menyebabkan fraktur dan
hematoma. Adanya lucid interval menyatakan adanya gaya biomekanik yang kurang berarti, dan apabila
timbul perburukan beberapa waktu kemudian mungkin disebabkan oleh kerusakan sekunder berupa
pembengkakan otak difus atau hematoma intrakranial. Sebagian besar pada anak memperlihatkan
adanya gangguan kesadaran sebentar yang sering disertai kejang fokal kemudian timbul kegelisahan,
mengantuk, dan muntah-muntah. Oleh karena itu ada beberapa hal yang penting untuk diobservasi
adalah:
Keadaan umum(2)
dilihat kesan sakit, tingkat kesadaran, warna kulit, postur tubuh, cara berjalan, cara duduk dan
berbaring, cara bicara, sikapnya, dan penampilannya. Kehilangan kesadaran pada pasien ini
disebabkan oleh hematoma yang meluas menyebabkan tertekannya bebrapa lobus otak ke arah
bawah dan dalam . Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus (unkus dan sebagian dari
gyrus hypokampus) mengalami herniasi di bawah tepi tentorium . Keadaan ini menyebabkan
timbulnya tanda-tanda neurologic. Tekanan herniasi unkus pada sirkulasi arteria ke formasio
Tanda vital(2)
Pemeriksaan tanda vital berupa suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan pernafasan. Hiperventilasi
dan nadi yang cepat sering ditemukan pada anak yang gelisah. Meskipun anak terlihat pucat, tetapi bila
tekanan darah normal maka prognosis lebih baik. Apabila terdapat hipotensi maka harus dipikirkan
adanya perdarahan abdominal (misalnya ruptura hati atau limpa), terutama setelah kecelakaan
kendaraan. Apabila terdapat tekanan darah yang meningkat disertai bradikardia dan timbulnya
pernapasan yang tidak teratur menandakan adanya tekanan intrakranial. Nadi yang cepat disertai
hipotensi dan pernapasan yang irregular mungkin disebabkan oleh gangguan fungsi batang otak pada
fraktur oksipital. Jika keadaan ini terjadi maka dapat menimbulkan edema paru yang hebat.
Kepala (2)
Perhatikan adanya luka, hematom, fraktur impresi, ubun-ubun yang tegang dan membenjol dan
ukuran lingakaran kepala. Jika terdapat nyeri atau kekakuan kepala pada leher harus dipikirkan adanya
Mata (2)
Perhatikan besar dan reaksi pupil. Pada perdarahan subarakhnoid atau subdural sering terlihat
gambaran flame-shapped atau subhialoid pada perdarahan retina. Pada kasus ini terdapat midriasis pupil
dan hal ini disebabkan oleh adanya tekanan pada sirkulasi arteria yang mengenai nucleus saraf cranial 3
(oculomotorius)(3). Vena pada retina yang melebar dan tidak berdenyut merupakan gejala dini edema
pupil.
Telinga dan hidung perlu diperiksa terhadap adanya perdarahan dan bocornya cairan
serebrospinal. Jika terjadi perdarahan telinga disertai dengan ekimosis di daerah mastoid mungkin akibat
Diperiksa terhadap kemungkinan perdarahan intra-abdominal. Pada dada dan perut perlu dilihat
terhadap tanda-tanda jejas atau memar. Pada anggota gerak kita periksa juga otot-ototnya. Refleks
pattelanya seperti apa, apakah ada kenaikkan, penurunan, atau normal. Apabila ada kenaikan reflex
patella maka kemungkinan ada lesi upper motor neuron. Pada kasus ini didapati tanda yaitu hemiparesis
tungkai kiri dan hal ini disebabkan ada lesi di traktus corticospinalis yang menjalar turun dari corticoneuron
di lobus frontal ke motor neuron di Medulla spinalis dan bertanggung jawab terhadap pergerakan otot
Selain itu perlu juga memeriksakan jantungnya, bagaimana bunyi jantung satu dan dua, apakah
terdengar dengan jelas atau tidak, adanya bising atau murmur. Suara napas perlu diperhatikan
kenormalannya. Perhatikan anak atau pasien sakit atau tidak saat menarik napas. Dan yang paling perlu
diperhatikan adalah jika adanya cedera pada leher maka hal yang perlu kita lakukan adalah fiksasi pada
leher.
Pemeriksaan neurologis(2)
Pada pemeriksaan neurologis derajat kesadaran merupakan indikator beratnya kerusakan pada
otak. Derajat kesadaran harus dinyatakan dalam bentuk respons verbal dan kemampuan mengikuti
perintah. Pada anak dengan gangguan kesadaran dipergunakan skala Glasgow pediatrik dan pada anak
Tingkat kesadaran : secara sederhana tingkat kesadaran dibagi menjadi kesadaran yang normal
(kompos mentis), somnolen, sopor, koma-ringan dan koma. Maka, melalui pemeriksaan mental,
kita dapat menetapkan pasien tersebut termasuk ke dalam tingkat kesadaran yang mana, pada
kasus ini pasien kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh adanya tekanan pada formatio
retikularis.
Gambaran umum : penampilan, perilaku dan aktivitas psikomotor , dan sikap terhadap pemeriksa
Atensi (pemusatan perhatian) : merupakan kemampuan untuk memfokuskan (memusatkan)
dan tulang-punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat defisit pada sistem berbahasa,
penilaian faktor kognitif seperti memori verbal, interpretasi pepatah dan berhitung lisan menjadi
menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan mengacu kepada
pengalaman lampau. Dapat dibagi menjadi memori segera, jangka pendek, dan jangka panjang.
Pengetahuan umum
Berhitung
Abstraksi
Pengenalan objek
Praksia
Respons emosional
Pengendalian impuls
Pertimbangan dan tilikan
Bentuk dan isi pikiran
Suasana perasaan (mood) dan afek
potensi cedera intrakranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi
dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah
temporoparieta, tetapi pada kasus ini terdapat di daerah fronto-parietal. Densitas darah yang
homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis
posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat
menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang
Hematoma subdural
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara duramater dan araknoid. Secara
klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan hematoma epidural yang berkembang
lambat. Bisa disebabkan oleh trauma hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh
parenkim otak mengenai tulang sehingga merusak a. kortikalis. Biasanya disertai dengan
perdarahan jaringan otak. Gambaran CT-Scan hematoma subdural, tampak penumpukan cairan
Otak yang mengalami cedera sangat sensitif terhadap deviasi dalam lingkungan fisiologiknya.
Bahkan episode hipotensi, hipoksia atau peningkatan ICP yang hanya terjadi dalam waktu singkat dapat
sangat membahayakan otak tersebut. Penanganan awal pada penderita cedera neurologik ditujukan pada
(1)
pengamanan jalan napas serta ventilasi dan oksigenasi yang memadai.
Tindakan yang dilakukan pada kondisi darurat seperti melakukan dekompresi yaitu pengurangan atau
penghentian pendarahan bila terjadi pendarahan, dengan melakukan elevasi kepala sebesar 30˚ dari
tempat tidur setelah tidak adanya cedera di spinal (posisi trandelainberg terbalik) untuk mengurangi
tekanan intracranial. Selain itu dapat juga ditangani dengan kraniotomi adalah suatu tindakan membuka
tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Selanjutnya dapat
dilakukan penanganan dengan obat-obatan diantaranya pemberian Manitol 20% dengan dosis 1-3 mg/kg
berat badan per hari, Deksametason , Trihidroksi metil amilum metana untuk menurunkan tekanan intra
cranial dan Fenitoin untuk mencegah luka sekunder akibat kejang serta tindakan operatif lain yang
diperlukan jika keadaan pasien memburuk. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila terjadi hal sebagai
berikut :
Prognosis
Prognosis Hematoma Epidural menjadi baik apabila cepat ditangani. Pada kasus ini prognosisnya
Ad vitam : ad bonam
Ad sanasionam : ad bonam
Secara umum, kasus cedera otak tergantung pula pada tingkat kesadaran korban ketika di bawa
ke rumah sakit. Jika skor GCS 3-4 maka prognosis 85% meninggal tapi jika skor GCS 12 ke atas maka
Pasien disarankan untuk menjalani rawat inap jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
Kehilangan kesadaran, defisit neurologis, perubahan status mental, dan sakit kepala berat menunjukkan
tanda-tanda dehidrasi, pendarahan, gangguan pernapasan, fraktur tengkorak, muntah, dan hematom.
Hasil laboratorium
5. Arterial blood pH < 7.30 or > 7.55 (identified within the last 48 hours)
Tanda vital
9. Suhu : > 3 tahun - 17 tahun > 104° F (40° C) dengan WBC > 16,000µ/L
10. Denyut nadi: beats per menit(bpm) : > 3 tahun – 12 tahun < 60 or > 160 bpm
11. Pernapasan : > 3tahun - 12 tahun < 15 or > 40/menit
12. Tekanan darah:Systolic (mmHg)Diastolic (mmHg) > 6 tahun - 12 tahun < 80 or > 130 < 50 or > 90
Pada kasus trauma kepala, terkadang gejala-gejala seperti kejang, muntah, dll. tidak tampak
segera setelah terjadi trauma. Terkadang gejala tersebut tampak setelah beberapa menit atau bahkan
sampai berhari-hari. Periode ini dikenal sebagai LUCID INTERVAL. Untuk pasien yang tempat tinggalnya
jauh dari puskesmas, disarankan untuk menjalani rawat inap. Sedangkan untuk pasien yang tempat
tinggalnya dekat dengan puskesmas, dapat diijinkan pulang dengan catatan pasien harus diobservasi
penuh, dan jika mulai menunjukan gejala-gejala diatas, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit.
Informed consent
1. Jelaskan kepada pihak keluarga hal-hal yang diderita pasien dan rencana tindakan yang akan
dilakukan. Harus dijelaskan pula garis besar teknik operasi yang dapat dimengerti oleh awam.
2. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila tidak dilakukan operasi atau operasi
terlambat dikerjakan.
3. Jelaskan komplikasi-komplikasi dan efek samping yang mungkin terjadi berikut dengan
probabilitas terjadinya.
4. Hal-hal tersebut dijelaskan oleh dokter yang menangani langsung pasien tersebut, misalnya oleh
dokter bedah saraf yang akan mengoperasi. Di samping itu dokter anaestesi juga harus
menjelaskan teknik pembiusan serta persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi.
6. Demikian pula dokter operator dan dokter anaestesi setelah memberikan penjelasan juga harus
9. Semua rangkaian informed consent harus memakai bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarganya.
Pembahasan (8)
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi
karena fraktur tulang tengkorak. Otak ditutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga
dikelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang disebut dura. Fungsinya untuk
melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika
seseorang mendapat benturan yang hebat di kepala, kemungkinan akan terbentuk suatu lubang,
pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang
mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi
dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural
hematom.
Kesimpulan
Amir,laki-laki berusia 10 tahun yang mengalami kecelakaan diikuti dengan pingsan selama kurang dari 10
menit disertai dengan midriasi pupil dan hemiparesis tungkai kiri setelah dilakukan pemeriksaan radiologi
Daftar Pustaka
1. Matondang SC, Wahidiyat I, Sastroasmoro S,Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : PT.Sagung
Seto,2000.1-34.
2. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. p. 449-50
3. Price, SA. Wilson, LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC;2005;p.1157-74
4. Asramamedikafkunhas. Epidural hematoma. [update, 2009 April]. Available from:
2010.
5. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak. Editor: Wahab AS, 15 th
3, 2010.
7. Bedah umum wordpress. Trepanasi-kraniotomi pada epidural hematoma. [update, 2009 April 01].