Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS MODUL 3

LESI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT


“Angular Cheilitis”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Oral Diagnosa

Oleh
ARI SASDA DEWI
15100707360804107

Pembimbing : drg. Abu Bakar, M.Med.Ed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”Angular

Cheilitis” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik

modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Abu Bakar, M.Med Ed selaku

dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak

lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, 14 Februari 2016

Ari Sasda Dewi


LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

1. Nama : Yoga Triatmaja

2. No. Rekam Medis : 022921

3. Umur : 7 Tahun

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Alamat : Lapai

6. Pekerjaan : Siswa

7. Agama : Islam

Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan

Sabtu, Angular Cheilitis 1. Anamnesa Ari Sasda Dewi

13-02-2016 2. Pemeriksaan klinis (15-107)

3. Pemberian resep

Padang, 13 Februari 2016

Pembimbing

(drg. Abu Bakar, M.Med.Ed)


MODUL 3
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Laporan Kasus Angular Cheilitis guna melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3.

Padang, 14 Februari 2016

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Abu Bakar, M.Med Ed)


Abstrak

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut
yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke
kulit. Tujuan dari case report ini adalah untuk mengetahui angular cheilitis dan
perawatannya. Seorang ibu datang dengan anaknya dengan keluhan terdapat luka
pada kedua sudut bibir dan terasa perih. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien
didiagnosa dengan angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi.
Perawatan untuk kasus ini adalah pemberian nystatin krim dan vitamin serta edukasi
pada Ibu untuk mengontrol pola makan anaknya, ibu harus memastikan bahwa anak-
anak mereka mendapat nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya.
Kata kunci: Angular cheilitis, defisiensi nutrisi

Abstract

Angular cheilitis or perleche is an inflammatory reaction in the angle of lip


which often begins with lapses mucocutaneous and continues to the skin. The purpose
of this case report is to determine the angular cheilitis and therapy . A mother came
with her daughter complaints of wounds on both angle of the lips and sore. Based on
the examination patients diagnosed with angular cheilitis caused by a nutritional
deficiency. The treatment for these cases is nystatin cream and vitamins and
education on the mother to control her daughter diet, she should make sure that their
children get enough nutrients from the food they consume.
Keywords: Angular cheilitis, nutritional deficiencies
PENDAHULUAN

Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh

manusia. Namun demikian, rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang

karena merupakan pintu masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan

pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal (Purba, 2011).

Penyakit gigi dan mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan mukosa

berkeratin, dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan, dapat terasa nyeri atau

tidak nyeri, dapat merupakan kelainan warna, kelainan bersifat jinak atau ganas

(Purba, 2011). Penyakit mulut dapat menyerang segala usia termasuk pada anak.

Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami anak-anak ialah

angular cheilitis yang disebabkan kurangnya nutrisi selama masa pertumbuhan

(Scully et all, 2010).

Masalah gizi masyarakat masih memerlukan perhatian. Hal ini diketahui dari

masih tingginya status gizi kurang pada anak. WHO memperkirakan bahwa anak-

anak yang kekurangan gizi sejumlah 181,9 juta (32%) di Negara yang sedang

berkembang (Atmarita, 2006). Di Indonesia penelitian mengenai angular cheilitis

yang ada hubungannya dengan status gizi anak pernah dilakukan oleh Ilerly, dkk

yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi seorang anak dengan

kejadian angular chelitis (Ilery, ____).

Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi

nutrisi. Kekurangan vitamin B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6

(pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi dapat

menyebabkan seorang anak mengalami angular cheilitis (Lubis, 2006).


LAPORAN KASUS

Seorang ibu datang dengan anak laki-lakinya berusia 7 tahun ke RSGM

Baiturrahmah dengan keluhan luka pada kedua sudut bibir dan terasa perih. Luka di

sudut bibir sudah terjadi sejak 1 minggu yang lalu, sakit saat dibawa makan dan

berbicara. Luka tersebut belum pernah diobati. Ibu pasien mengatakan bahwa

anaknya sering mengalami keadaan seperti ini dan anak lebih senang mengkonsumsi

jajanan seperti coklat dan permen serta tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Ibu

membantah anaknya memiliki alergi terhadap obat-obat tertentu dan tidak memiliki

riwayat penyakit sistemik. Ibu ingin anaknya diobati.

Pemeriksaan ekstra oral terdapat ulser pada kedua sudut bibir pasien, wajah

simetris dan terlihat pucat. Sklera mata pucat. Lymphnode submandibular tidak teraba

dan tidak sakit. Pasien tidak menderita kelainan TMJ. Suhu tubuh pasien teraba

afebris. Pemeriksaan status gizi anak berdasarkan BMI (Body Mass Index)

menunjukkan nilai BMI anak adalah 16 yang berarti status gizi anak adalah kurang

kalori protein tingkat tiga.

Pemeriksaan intra oral mukosa mulut pasien normal. Terdapat banyak gigi

yang mengalami karies dan tidak dirawat sehingga menunjukkan anak memiliki oral

hygiene yang kurang baik.


Gambar 1. Angular Cheilitis

Gambar 2. Pemeriksaan sklera

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pasien didiagnosa dengan

angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi karena terlihat dari hasil

pemeriksaan anak memiliki nilai BMI 16 yang berarti status gizi anak adalah kurang

kalori protein serta sklera dan wajah anak terlihat pucat mengindikasikan anak

mengalami anemia. Namun penulis tidak dapat menyebutkan jenis defisiensi nutrisi

spesifik yang dialami oleh pasien karena tidak melakukan pemeriksaan darah.

Perawatan yang diberikan kepada pasien ini adalah pemberian nystatin krim yang

dioleskan pada kedua sudut bibir anak dua kali sehari untuk mengatasi angular

cheilitis.
Pemberian vitamin untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya

tahan tubuh anak selain itu penjelasan kepada Ibu pasien bahwa kondisi yang dialami

oleh anaknya ini tidak berbahaya. Ibu disarankan untuk mengontrol makanan yang

dikonsumsi oleh anaknya, Ibu memastikan bahwa anak mendapat gizi yang cukup

dari makanan yang dikonsumsinya karena kondisi yang dialami oleh anaknya ini

disebabkan oleh defisiensi nutrisi. Anak dianjurkan untuk lebih banyak

mengkonsumsi sayur-sayuran serta kacang-kacangan untuk memperbaiki status

gizinya karena makanan tersebut kaya akan mineral serta vitamin yang sangat penting

untuk masa pertumbuhan dan imunitas anak. Ibu juga harus mengurangi konsumsi

makanan ringan anak karena apabila anak lebih banyak makan jajanan ringan maka

anak akan sulit untuk diajak makan makanan bergizi.

DISKUSI

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut

yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke

kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristikan dengan kemerahan yang menyebar,

bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya

berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan

nyeri (Dowl, 2010).

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat

tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak

berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang

dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan
inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat

mulut dibuka (Muray et al, 2008).

Gambar 3 Angular Cheilitis

(Sumber: Barbara Herb. Angular Cheilitis natural care(intenet).Available

from:http://www.barbaraherb.com/ac.html.Accessed 25 dec 2010)

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang

cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular

cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia

tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak-

anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia

yang paling sering ialah decade 4,5, dan 6 (Dowl, 2010).

Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma

perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika

penderita dengan penyakit sistemik seperti diabetes melitus, defisiensi nutrsi dan

infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari

hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya (Dowl, 2010).


Angular cheilitis disebabkan oleh defisiensi nutrisi yaitu kekurangan zat besi

dan beberapa jenis vitamin ( B12, B2, B3, B6). Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan

turunnya sistem imun anak sehingga menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri dan

virus (Deritana, 2007).

Pasien pada kasus merupakan pasien anak dimana kejadian angular cheilitis

umum terjadi. Pasien memiliki nilai BMI 16 yang berarti status gizi anak adalah

kurang kalori protein. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan darah sehingga

tidak diketahui secara pasti jenis defisiensi spesifik yang dialami oleh anak. Menurut

Data dari WHO dan Dapertemen Kesehatan, Indonesia merupakan salah satu Negara

yang kekurangan gizi pada anak-anak (Lubis, 2006).

Angka kecukupan gizi (AKG) yang tidak dapat terpenuhi dapat menyebabkan

terjadinya keadaan kurang gizi yang disebabkan oelh rendahnya konsumsi energy dan

protein dalam makanan sehari- hari atau disebut dengan kekurangan energy protein

yang pertama sekali dikenal pada tahun 1920 dan paling sering terjadi di negara yang

sedang berkembang. Anak – anak dengan kekurangan energy protein di negara

manapun menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan anak (Lubis,

2006).

Pemeriksaaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang

keadaan gizi pasien. Dokter gigi dapat menjadi orang pertama yang menemukan

tanda klinis dari kekurangan gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi

juga kesehatan secara umum dan fungsi mental. Oleh karena itu, dokter gigi hanya

mengenal manifestasi mulut dari kekurangan gizi (Lubis, 2006).


Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi besi

bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan

kelateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fisur yang tajam,

vertical dari tepi vermillon bibir dari area kulit yang berdekatan (Lubis, 2006).

Manifestasi mulut kekurangan gizi dapat berupa angular cheilitis. Angular

cheilitis karena kekurangan gizi sering dijumpai pada anak- anak yang masih muda

pada dekade pertama dan kedua kehidupan. Terdapat perdebatan tentang penyebab

angular cheilitis dan banyak faktor yang diduga tentang patogenitas dari keadaan ini,

termasuk kekurangan gizi dan infeksi. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan

vitamin B2, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat, dan bioti.

Kekurangan vitamin B kompleks lebih sering daripada hanya bitamin B individual

(Lubis, 2006).

Defisiensi zat besi dan vitamin B komplek merupakan 25% penyebeb angular

cheilitis. Kekurangan zat besi kronis dapat menyebabkan koilonychia, glositis, dan

angular cheilitis. Mekanisme angular cheilitis pada pasien ini belum dijelaskan

secara penuh, tetapi kekurangan zat besi dapat menurunkan imunitas seluler, sehingga

meningkatkan candidiasis mucocutaneous. Kekurangan riboflavin (vitamin B2)

sering disertai dengan defisiensi vitamin B kompleks campuran karena perannya

dalam metabolisme vitamin B6 dan triptofan, yang yang kemudian dikonversi

menjadi niacin (vitamin B3). Umumnya, defisiensi riboflavin akan muncul sebagai

kemerahan pada membran mukosa, angular cheilitis, dan glositis berwarna magenta.

Dapat juga muncul sebagai sindrom oculo-oro-genital, yang ditandai dengan

perubahan berikut: perleche atau cheilosis, glositis berwarna magenta, keratitis


interstisial, dan lesi skrotum dan vulva. Defisiensi piridoksin (vitamin B6)

menyebabkan cheilosis, glositis, dan dermatitis seboroik di sekitar mulut, mata, dan

hidung. Hal ini sering terjadi pada pecandu alkohol dan dapat terjadi pada pasien

yang mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin B6, yang

meliputi cycloserine, isoniazid, hydralazine hidroklorida, kontrasepsi oral, D-

penisilamin, dan levodopa. Penurunan tingkat vitamin B12 (cyanocobalamin)

membuat pasien rentan terhadap perkembangan angular cheilitis. Ini biasanya

berhubungan dengan gizi buruk, alkoholisme, dan anemia pernisiosa. Penyebab

lainnya reseksi ileum terminal atau penyakit Crohn, pascagastrektomi, pankreatitis

kronis, diet vegan yang ketat, dan infeksi dengan Diphyllobothrium latum (Kelly et

all, 2011).

Orang tua mempunyai peranan besar dalam mengatur pola makan anak.

Mereka harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapat gizi yang cukup dari

makanan yang dikonsumsinya. Orang tua harus menanamkan kepada anak tentang

betapa pentingnya pola makan yang sehat bagi tubuh manusia. Makanan apa saja

yang harus dikonsumsi anak dan yang tidak boleh dikonsumsi harus ditanamkan

sejak dini kepada anak agar ketika di sekolah atau bermain, anak tidak mengkonsumsi

jajanan yang tidak sehat.

Diagnosa banding dari angular cheilitis adalah herpes labialis. Herpes labialis

merupakan infeksi pada bibir, mulut, atau gusi yang disebabkan oleh virus herpes

simplex tipe I. Manifestasi klinis herpes labialis tergantung pada imunitas host. Pada

infeksi primer, gejala timbul dalam 3-7 hari setelah pajanan. Gejala prodormal seperti

limfadenopati, malaise, anoreksia, demam, nyeri terlokalisir, dan rasa terbakar yang
sering terjadi sebelum lesi mukokutan. 1-2 hari setelah gejala prodormal, muncul

vesikel dengan dasar eritema. Vesikel dapat bersatu menjadi lesi lebih besar dengan

tepi tidak teratur. Vesikel kemudian menjadi pustule, erosi dan krusta. Lesi sembuh

dalam 1 minggu (David dan Ddrore, 2003).

Infeksi primer berbeda dengan infeksi rekuren. Pada infeksi rekuran ukuran

vesikel lebih kecil dan berkelompok. Rasa gatal dan terbakar mengawali

pembentukan vesikel kecil dan berkelompok dengan dasar eritem selama 1-2 jam.

Lesi tersebut akan berubah menjadi pustul dan krusta sebelum mengalami

penyembuhan dalam 7-10 hari tanpa terbentuk skar. Lesi timbul menyebabkan nyeri

menetap dalam beberapa hari, terjadi lebih sering di sekitar mulut. Walaupun vesikel

biasanya terbentuk dalam susunan irregular, bvesikel dapat tersusun membentuk garis

atau distribusi zosterform. Lesi herpetic rekuran secara umum berbentuk vesikel atau

ulkus namun kadang dalam tampilan tidak khas seperti folikulitis (Kennedy dan

Burd, 2010).

KESIMPULAN

Pada kasus pasien didiagnosis mengalami angular cheilitis karena ditemukan

ulcer dengan tepi eritema pada kedua sudut bibir anak. Angular cheilitis disebabkan

karena pasien mengalami defisiensi nutrisi yang ditunjukkan melalui nilai BMI anak

yaitu 16 (Kurang Kalori Protein tingkat III) dan sklera mata yang pucat. Terapi yang

diberikan pada pasien adalah pemberian nystatin krim dan vitamin serta edukasi pada

Ibu untuk mengontrol pola makan anaknya, ibu harus memastikan bahwa anak-anak

mereka mendapat nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya.


Keberhasilan perawatan angular cheilitis pada pasien ini tergantung dari kemampuan

orang tua dalam mengontrol konsumsi makanan bergizi pada anaknya.


DAFTAR PUSTAKA

Atmarita S. 2006. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.


Gramedia.
David, B dan Drore, E. 2003.Valacyclovir for Prevention of Recurrent Herpes
Labialis: 2 double-blind, placebo-controlled studie. Community Dent Epidemol
No.71.
Deritana N, Kombong A. 2007. Gizi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan.
J.WATCH Jayawijaya.
Dowl W. 2010. Effect of Angular Cheilitis on Children and Teenagers (internet).
http://www.EzineArticles/childandac.html. Diakses 13 februari 2016
Ilery, dkk. ______. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Angular Cheilitis Pada
Anak-Anak Di Lokasi Pembuangan Akhir Sumompo Kota Manado. Jurnal.
Kelly,KP, MD,Robert, MD,Stephen. Helms, MD. 2011. Angular Cheilitis, Part 2:
Nutritional, Systemic, and Drug-Related Causes and Treatment. Cutis Vol 88.
Kennedy, CTC dan Burd, DAR. 2010. Virus Infection. Rook’s Textbook of
Dermatology 8th ed. Newyork. Oxford.
Lubis S. 2006. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada anak
umur 6-12 tahun di enam panti asuhan Kota madya Medan. Dentika J Dent.
Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. 2008. The Prevention of Oral disease 4th ed.
Newyork. oxford University Press.
Purba TE. 2011. Latar belakang rongga mulut (internet). http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/30455/5/Chapter%20I.pdf. Diakses 13 Februari 2016
Scully C, De Almeida OP, Bagan J, Dioz PD, Taylor AM. Oral Medicine and
Pathology at a Glance. UK: Willey-Blackwell, 2010; p.37

Anda mungkin juga menyukai