________________________________________________________________
PEKERJAAN :
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
STANDAR UMUM YANG BERLAKU
PASAL 2
MEREK-MEREK DAGANG
Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka Penyedia Jasa diharuskan untuk dapat
menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Konsultan MK.
PASAL 3
DATA UMUM LAPANGAN KERJA
PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Management Konstruksi (MK).
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan
kepada Konsultan Management Konstruksi (MK) dan dalam jangka waktu yang
cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan
pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Jika saat Penyedia Jasa tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan
Management Konstruksi (MK). bermaksud untuk memberikan petunjuk-
petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh
Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Penyedia Jasa.
Pelaksanaan Pekerjaan dilaksanakan di lokasi pabrik atau workshop.
PASAL 6
PEKERJAAN MEUBELAIR
6.1. Ketentuan
Semua pekerjaan kayu, busa, jok kursi, cermin, finishing harus
dilaksanakan di pabrik yang memenuhi standard dan dikerjakan
menggunakan mesin, pekerjaan pekerjaan kecil-kecilan serta penyetelan
boleh dilakukan di lapangan.
6.4.2. Kelembaban
a. Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu yang didalam dan
pekerjaan kayu halus adalah tidak melebihi 12% dan untuk pekerjaan
kayu kasar harus kurang dari 20% (diuji dengan wood moisture tester).
Pengetesan kelembaban kayu dilakukan di Pabrik atau Workshop,
sebelum Meubelair di kirim ke lapangan.
b. Kelembaban tersebut ditentukan untuk kayu yang dikirim ke tempat
pekerjaan dan harus konstan sampai bangunan selesai.
6.4.3. Ukuran
Semua ukuran di dalam gambar ialah ukuran jadi (finish), yaitu ukuran kayu
setelah selesai dikerjakan dan terpasang. Kayu kasar diketam, dibor,
dikerjakan dengan mesin menurut ukuran-ukuran dan bentuk-bentuk yang
tertera dalam gambar dan hasil pengukuran/marking lapangan.
SLB yang dipakai harus mempunyai kualitas yang baik, tidak retak,
ataupun delaminasi pada sambungan, serta memiliki kadar air kayu
maksimal 12%.
c. Bahan Kayu Lapis (plywood)
Plywood yang dipakai tidak bergelombang, tidak delaminasi dan
pecah. Ketebalan plywood yang digunakan disesuaikan dengan
gambar rencana.
6.5.1. Semua kayu harus diawetkan dan dikeringkan. Pengawetan kayu bisa
mengunakan proses celup ataupun vaccum. Untuk pengeringan kayu
dimasukkan ke dalam kamar pengeringan (kiln drying) sampai kadar air
tidak melebihi 12%. (dibuktikan dengan MC tester)
6.5.2.1. Pemilahan
Sebelum kayu masuk dalam proses produksi, kayu dipilah terlebih
dahulu dari semua cacat-cacat kayu yang ada (mata mati, pecah,
busuk, dll) hal ini dilakukan agar mendapatkan produk yang berkualitas.
6.5.2.2. Persiapan.
Setelah melalui proses pemilahan, kayu gergajian diproses dengan
moulding (mesin planner multi spindel minimal 4 spindel) untuk
meratakan permukaan ke empat sisi, sekaligus menyikukan dan
membentuk profil sesuai gambar rencana.
Untuk pembentukan papan Solid Laminated Board (SLB), digunakan
mesin press papan / mesin clamping yang memadai serta dapat diatur
tekanannya. Pada prosesnya penempelan menggunakan lem PVAC
dan hardener (grade B4) yang tahan dengan kelembaban serta
percikan air, sehingga mendapatkan hasil yang berkualitas.
6.5.2.3. Konstruksi pada meubelair untuk pekerjaan kayu halus harus
sedemikian rupa, sehingga susut dibagian mana saja dan ke arah
manapun tidak akan mengurangi dan mempengaruhi kekuatan dan
bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi, juga tidak menyebabkan
rusaknya bahan-bahan yang bersentuhan.
6.5.2.4. Pekerjaan-pekerjaan konstruksi meubelair seperti: membuat pen,
membuat lubang dengan memakai mesin-mesin yang memadai
sehingga mendapatkan hasil yang konsisten dan presisi.
6.5.2.5. Pekerjaan kayu halus tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan kecuali
jika akan dipasang. Bahan untuk pekerjaan kayu halus yang harus
dibuat tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan, sebelum selesai sama
sekali, juga belum boleh disetel-setel jika bangunan belum siap untuk
menerima pemasangan pekerjaan kayu tersebut.
6.5.2.6. Bilamana terjadi bahwa pekerjaan kayu tersebut mengkerut atau
bengkok, atau kelihatan ada cacat-cacat tersebut harus
dibongkar/diganti, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang terganggu
akibat pembongkaran tersebut harus diperbaiki atas biaya penyedia
jasa.
6.6.2. Fabrikasi
a. Cermin.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan
pada gambar
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di
lapangan, lapisan perak tidak tergores.
dihaluskan dengan kertas amplas No. 180 searah dengan serat kayu
sampai halus dan bersih.
c. Tahap Pewarnaan
Untuk mendapatkan warna sesuai yang diinginkan gunakan dengan
dengan melapisi permukaan dengan Wood Stain dengan
menggunakan alat semprot, perlakuan tersebut dapat diulang
sehingga dapat mencapai hasil warna yang diinginkan.
d. Sanding Sealer
Lapisi permukaan yang telah melalui proses No. 2 bila menghendaki
warna natural, atau setelah proses No. 3 dengan Sanding Sealer,
secara merata, tunggu hingga betul-betul kering, setelah itu lakukan
penghalusan secara ambang dengan kertas amplas No. 360.
e. Tahap Akhir :
Lapisi permukaan dengan top coat sesuai jenis NC atau UV yang
diinginkan, seperti gloss, semi-gloss, ataupun dof. Perlakuan tersebut
diatas dapat diulang 2-3 kali agar mendapat hasil sesuai yang
diharapkan.
f. Tahap Pengeringan:
Dalam proses pengecatan baik sanding sealer maupun top coat
dibutuhkan oven sehingga pengeringan cat bisa maksimal dan
merata.
Jahitan harus dipastikan bahwa kualitas jahitan kuat dan tidak mudah rusak
bila dicuci / dibersihkan.