1. Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk
terkait,dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar
umum.
2. Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada.
3. Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
4. Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat.
5. Klasifikasi. Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar.
6. Pisah Batas. Pisah batas piutang sudah benar.
7. Nilai Realisasi. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Hak. Klien memiliki hak atas piutang usaha.
Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan
pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal :
Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan
prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada
piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun
laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi
dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang
usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
o Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum.
o Piutang usaha yang dicatat memang ada.
o Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
o Piutang usaha sudah akurat.
o Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar.
o Pisah batas piutang sudah benar.
o Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
o Klien memiliki hak atas piutang usaha.
o Penyajian dan pengungkapan piutang usaha.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS 67
(AU 330) menyediakan tiga pengeculian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
Jenis Konfirmasi
1. Konfirmasi positif. Komunikasi dengan debitor yang meminta pihak yang menerima
untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan padapermintaan
konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong. Jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan
jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau
melengkapi informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur. Jenis konfirmasi positif lainnya di mana setiap faktur akan
dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif. Ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika
debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Jika keputusan untuk megkonfirmasi
piutang usaha dibuat sebelum akhir tahun, biasanya auditor akan membuat sebuah skedul di
muka yang merekonsiliasi saldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutang usaha
pada tanggal neraca.
Keputusan Sampling
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha
berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
Menyelenggarakan Pengendalian
Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih, auditor harus menyelenggarakan pengendalian
atas konfirmasi itu hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu dengan
menyiapkan konfirmasi, memasukkannya ke dalam amplop, atau menempelkan perangko di
amplop, auditor harus mengawasinya dengan ketat.
Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggap
sebagai bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan, SAS 67 mensyaratkan
prosedur tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan. Jika
sebanyak 3 konfirmasi yang dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yang dikembalikan,
maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif. Tujuan dari prosedur alternatif
adalah untuk menentukan dengan cara selain konfirmasi apakah piutang yang tidak
dikonfirmasi itu memang ada dan telah dinyatakan dengan benar pada tanggal konfirmasi.
Penerimaan Kas Selanjutnya. Bukti penerimaan kas selanjutnya pada taggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau
mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
Salian Faktur Penjualan. Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan
aktual dan tanggal penagihan aktual.
Dokumen Pengiriman. Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-
benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas.
Analisis Perbedaan
Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukan
prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji
klien harus dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten
dengan tingkat risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah
saji yang terjadi itu tidak konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus
merevisi penilaian itu dan mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor
perusahaan publik juga harus mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian
internal terhadap pelaporan keuangan.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. (Auditing and Assurance
Services) terj.