Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....... 2

I. PENDAHULUAN ……………………………………………………3
a. Latar Belakang ................................................................................3
b. Rumusan Masalah............................................................................4
c. Tujuan...............................................................................................4

2. PEMBAHASAN..………...………………………………………......5
a. Puskesmas......................................................................................... 5
b. Lokakarya Mini................................................................................. 9
c. Program Penanggulangan DBD dalam Lokakarya Mini..................19

3. PENUTUP……………………………………………........................24
a. Kesimpulan.....................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......25

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Lokakarya Mini
Puskesmas” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapat bantuan yang sangat
bermanfaat terhadap penyelesaian makalah ini. Pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kemudahan bagi penulis dalam
mengerjakan makalah ini.

2. Teman-teman sejawat FK Unsri,

3. Semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Amin.

Palembang, 8 Mei 2015

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang bisa dibilang


memprihatinkan karena penyebarannya dapat meluas apabila tidak diawasi dengan baik.
Demam Berdarah Dengue juga merupakan salah satu kasus penyakit yang terkadang dapat
menjadi kejadian luar biasa dari suatu daerah. Karena penyebaran yang tidak ditanggulangi
oleh masyarakat sekitar dan juga kurangnya pengawasan dari pusat kesehatan masyarakat
sekitar maupun dinas-dinas kesehatan terkait, hal ini pun dapat terjadi.

Sesuai dengan yang tersebut di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN – 2004)
bahwa Puskesmas merupakan unit pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun
fungsi Puskesmas ada tiga yaitu : sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan , sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program


kegiatannya, untuk itu perlu di dukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.

Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang


dikenal dengan Lokakarya Mini (Depkes RI, 2006).

3
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Lokakarya Mini Puskesmas ?

2. Apa tujuan diadakannya Lokakarya Mini Puskesmas?

3. Bagaimana ruang lingkup Lokakarya Mini Puskesmas?

4. Apa saja klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas?

5. Bagaimana tahapan Lokakarya Mini Puskesmas

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Lokakarya Mini Puskesmas

2. Mengetahui tujuan diadakannya Lokakarya Mini Puskesmas

3. Memahami ruang lingkup Lokakarya Mini Puskesmas

3. Mengetahui klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas.

4. Memahami tahapan serta alur Lokakarya Mini Puskesmas

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Puskesmas
A. Konsep Dasar Puskesmas

1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggung Jawab Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut
secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2. Visi Puskesmas

5
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama
yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.

3. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan

6
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan Puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

5. Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan


Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

7
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

8
2. Lokakarya Mini Puskesmas

A. Pengertian Lokakarya Mini Puskesmas

Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI, 2006).

B. Tujuan Lokakarya Mini Puskesmas


a. Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik lintas program
maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
b. Khusus
1) Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor.
2) Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
3) Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatn Puskesmas.
4) Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah.
5) Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.

C. Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :

1. Lintas program

Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan


masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas


Pembantu dan Bidan di Desa.

b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan


yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai


dengan perencanaan (RPK).

d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah yang
terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

9
2. Lintas sektor

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk :

a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan


mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi serta menyusun
upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes RI, 2006).

D. Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas

Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni lokakarya
mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.

1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas

Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana
kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan
kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan
berikutnya.

a. Tujuan

1) Tujuan umum : terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas.

2) Tujuan khusus

a) Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu

b) Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai kebijakan serta
program

c) Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu

d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah

e) Disusunnya rencana kerja bulan baru.

10
b. Tahapan kegiatan

Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:

1) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama

Lokakarya Mini bulanan yang pertama merupakan lokarya penggalangan Tim


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksana rencana kegiatan
puskesmas (RPK). Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan
wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas,
dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :

a) Masukan

(1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf
dan kewenangan Puskesmas

(2) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas

(3) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA)
Puskesmas.

b) Proses

(1) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah binaan

(2) Analisis beban kerja setiap petugas

(3) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.

(4) Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA).

c) Keluaran

(1) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA ) Puskesmas tahunan

(2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA

(3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

11
2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini
bulanan yang pertama.

Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas,
yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya
mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf puskesmas
dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya.

Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya
kesinambungan arah dan kegiatan hal-hal direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut :

a) Masukan

(1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu

(2) Informasi tentang hasil rapat dikabupaten/ kota

(3) Informasi tentang hasil rapat dikecamatan

(4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses

(1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.

(2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.

(3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah.

c) Keluaran

(1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.

(2) Rencana kerja bulan yang baru.

12
c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan

Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat
diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka selanjutnya untuk dapat
menyelenggarakannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengarah : Kepala Puskesmas

2) Peserta : seluruh petugas puskesmas termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan
di Desa

3) Waktu

Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal
bulan atau hari sabtu, minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya
dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam
10.00-15.00

Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan dengan
melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat
tercapai tujuan.

4) Acara

Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai
dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh
susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut :

a) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggalangan
Tim

(1) Pembukaan

(2) Dinamika kelompok

(3) Pengenalan program baru

(4) POA Puskesmas

(5) Analisa beban kerja petugas

13
(6) Pembagian tugas dan desa binaan

(7) Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

b) Lokakarya Mini Bulanan Rutin

(1) Pembukaan

(2) Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi

(3) Pengenalan program baru

(4) Inventarisasi kegiatan bulan lalu

(5) Analisa pemecahan masalah dan pemecahan

(6) Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang

(7) Pembagian tugas bulan yang akan datang

(8) Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

5) Tempat

Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat di selenggarakan di Puskesmas, apabila tidak


memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan
Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya mampu menampung semua peserta.

6) Persiapan

Sebelum pertemuan diadakan ,perlu persiapan yang meliputi :

a) Pemberitahuan hari,tanggal,dan jam

b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”

c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik

d) Rencana Kerja Harian bulan lalu

e) Membuat vistualisasi hasil pelaksanaan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan
per Desa, antara lain menggunakan KWS.

14
f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan

g) Materi Pelajaran dan alat peraga yang digunakan

h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya

2. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas

Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan lokakarya mini yang
diselenggarakan setiap tribulan.

a. Tujuan

1) Umum

Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil kegiatan
lintas sektoral dan tersusunya rencana kerja tribulan berikutnya.

2) Khusus :

a) Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan yang
dihadapi.

b) Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk tribuan yang


akan datang.

b. Tahapan kegiatan lokakarya mini tribulan lintas sektoral

Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :

1) Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama

Lokakarya mini Tribulan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan tim


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksananya
rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawaban dan pelaksana setiap


kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait, dengan

15
mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya. Pelaksanaan lokakarya mini
tribulan adalah sebagai berikut :

a) Masukan

(1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok

(2) Informasi tentang program lintas sektor

(3) Informasi tentang program kesehatan

(4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses

(1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor

(2) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor

(3) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor

c) Keluaran

(1) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan

(2) Rencana kegiatan masing-masing sektor.

2) Lokakarya Mini Tribulan Rutin

Sebagaimana lokakarya bulanan puskesmas maka lokakarya tribulan lintas sektoral


merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral yang telah
dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.

Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan.
Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut :

a) Masukan

(1) Lapran kegiatan pelaksanaan program kesehatan dari masingatan dan dukungan sektor
terkait

(2) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan


program kesehatan

16
(3) Pemberian informasi baru.

b) Proses

(1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan

(2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor

(3) Merumuskan cara penyelesaian masalah

(4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru

c) Keluaran

(1) Rencana kerja tribulan yang baru

(2) Kesepakatan

c. Penyelenggaraan Lokakarya Tribulan Lintas Sektoral

1) Persiapan

Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi :

a) Pendekatan kepada Camat

(1) Memimpin lokakarya dengan menjelaskan caranya

(2) Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan pembinaan

(3) Mempersiapkan tempat dan penyelenggaraan lokakarya

b) Puskesmas melaksanakan :

(1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh
sector,antara lain dalam bentuk PWS

(2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor

(3) Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang
berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan

17
(4) Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokarya.

(5) Pembuatan surat-surat undangan lokarya untuk ditandatangani camat.

2) Peserta

Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat, adapun pesera Lokarya Mini
Tribulanan adalah sebagai berikut:

a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b) Tim Penggerak PKK Kecamatan

c) Pukesmas di wilayah Kecamatan

d) Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait.

e) Lintas sektor di Kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN,


Sosial.

f) Lembaga /organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan,


BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan ( apabila sudah terbentuk)

3) Waktu

Lokarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama
tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun
waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat.

Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri
lokarya.lokarya ini diselenggarakan dalam waktu ± 4 jam. Secara umum jadwal acara lokarya
mini tribulanan adalah sebagai berikut :

a) Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama

i. Pembukaan
ii. Dinamika kelompok
iii. Kegiatan sektoral
iv. Inventarisai peran bantu sektor
v. Analisa hambatan dan masalah

18
vi. Pembagian peran dan tanggungjawab sektor
vii. Perumusan rencana kerja
viii. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

b) Lokakarya Mini Tribulanan rutin

i. Pembukaan
ii. Dinamika kelompok, manumbuhkan motivasi
iii. Kegiatan sektor terkait
iv. Masalah dan hambatan masing-masing sektor
v. Analisis masalah dan hambatan
vi. Upaya pemecahan masalah
vii. Rencana kerja tribulan mendatang
viii. Kesepakatan pembinaan
ix. Kesepakatan bersama
x. Penutup

4) Tempat

Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan atau
tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).

3. Program Penanggulangan DBD dalam Lokakarya Mini

Dalam Lokakarya Mini, KLB khususnya kasus DBD merupakan masalah yang dapat
dijadikan prioritas utama. Oleh karena itu dalam lokakarya mini bulanan awal Lokakarya
mini kepala Puskesmas dan seluruh staf merapatkan kegiatan-kegiatan atau apa yang dapat
dilakukan oleh tim dan staf puskesmas dalam menanggulangi kasus tersebut dengan
merencanakan atau membuat PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas) Beserta RUK (Rencana
Usulan Kegiatan) dan juga RPK.

19
PTP itu sendiri mengkaji tentang masalah-masalah (hal-hal yang terdapat kesenjangan
antara target dan pencapaian) serta membuat program kegiatan untuk menanggulangi
masalah-masalah tersebut khususnya masalah utama. Dalam menanggulangi DBD,
puskesmas dapat menyusun Program-program maupun kegiatan yang lebih ke arah
pengontrolan vektor (Vector Control) yaitu pengendalian jentik nyamuk dalam PTP itu
sendiri guna menanggulangi Kejadian Luar Biasa DBD.

A. Program Penanggulangan DBD


Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan tujuan pengendalian vektor (Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti) untuk penyakit DBD. Pemberantasan nyamuk aedes aegypti dapat
dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan jentiknya. Pengendalian vektor bertujuan untuk
menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan lagi bagi
kesehatan masyarakat. Untuk melakukan pengendalian vektor perlu diketahui data kuantitatif
vektor diantaranya indek vektor. Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah
dilakukan pemerintah, antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi.
Penyemprotan sebaiknya tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB
atau wabah. Upaya yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalah membasmi
jentik-jentiknya ini dengan cara sebagai berikut :

1. Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging


(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di
rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang
mati hanya nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul
nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat
adalah memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue.
Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup rapat –
rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging terbuka adalah
pada saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan jendeladibuka lebar – lebar.
Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging fokus adalah fogging
yang dilakukan dititik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah
sekitarnya. Dilakukan dua siklus dengan jarak seminggu, diikuti abatisasi.

2. PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:

20
 Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
 Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-lain.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti:
 Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali
 Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
 Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah
 Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti pelepah pisang atau
tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.

3. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G,


Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah
yang sulit air

Upaya penanggulangan DBD telah dilaksanakan sejak tahun 1968, namun diprogramkan
secara teratur sejak tahun 1974 dengan dibentuknya Subdit Arbovirosis di Departemen
Kesehatan. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan antara lain meliputi: 1) Pelatihan dokter, 2)
Pemberantasan vektor dan 3) Penyuluhan kepada masyarakat. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan upaya pemberantasan penyakit DBD pada tahun 2004 baik selama KLB
maupun sesudah KLB dan untuk tahun-tahun yang akan datang diperlukan adanya Juru
Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-
menerus serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD.

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).


Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-
jalur informasi yang ada:
 Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok
agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
 Penyuluhan perorangan:
1. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
2. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
3. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

21
B. Pelaksanaan Program Penanggulangan DBD

Setelah program kegiatan (RUK) dibuat pada Lokakarya Mini, maka kepala
puskesmas bersama tim yang terlibat dalam pelaksanaan Lokakarya Mini tersebut menyusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk melaksanakan program atau kegiatan yang sudah
dibuat dan disusun di PTP serta Rapat Lokakarya Mini tersebut. Pelaksanaan program
penanggulangan DBD tersebut dilakukan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang DBD dan pemantauan angka bebas jentik yang terdapat pada daerah puskesmas
tersebut. Cara dan sasaran pemantauan jentik yang perlu diperhatikan sesuai dengan
pedoman/standar pemeriksaan jentik, sesuai dengan Depkes RI, (2005), cara pemantauan
jentik berkala dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat umum untuk memeriksa tempat
penampungan air (TPA, non TPA) dan tempat penampungan air alamiah di dalam dan di luar
rumah/ bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada
keluarga/masyarakat, jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat
umum diminta untuk ikut melihat menyaksikan kemudian lanjutkan dengan PSN DBD.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992: “Upaya


pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan,
penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidiomologi,
penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.”

C. Monitoring dan Evaluasi Program Penanggulangan DBD


Setelah Program kegiatan selesai dilaksanakan maka tim Puskesmas mengadakan monitoring
dan juga evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut dengan tujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh dari program penanggulangan tersebut dalam memberantas penyebab Penyakit
DBD tersebut.
Monitoring :
1. Penilaian status kesehatan
2. Evaluasi intervensi (tindakan)
3. Penilaian secara terus menerus program pelayanan
4. Penilaian secara terus menerus pada program pelayanan kesehatan profesi kesehatan

Evaluasi meliputi evaluasi operasional kegiatan dan evaluasi epidemiologi setelah


penanggulangan KLB.Penilaian operasional kegiatan ditujukan untuk mengukur %
(jangkauan) pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan.Penilaian ini dilakukan
dengan melakukan kunjungan rumah penderita secara acak dan kunjungan ke wilayah yang

22
direncanakan untuk dilakukan pengasapan, larvasida dan penyuluhan.Pada saat kunjungan
itu, dilakukan wawancara untuk mengetahui apakah kegiatan pemberantasan vektor memang
sudah dilakukan.Tujuan evaluasi epidemiologi adalah mengetahui dampak upaya
penanggulangan terhadap jumlah penderita dan jumlah kematian akibat DBD. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan data kasus/kematian sebelum dan sesudah usaha
penanggulangan DBD. Data kemudian dibandingkan pula dengan bulan yang sama pada
tahun sebelumnya.

23
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama.


Dengan artian bahwa apabila disuatu daerah mengalami suatu kasus atau hal yang berkaitan
dengan kesehatan maka Puskesmas terlebih dahulu yang menangani atau mengevaluasi kasus
tersebut. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program
kegiatannya, untuk itu perlu di dukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.
Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang
dikenal dengan Lokakarya Mini.

Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan. Ruang lingkup lokakarya mini
meliputi dua hal pokok yaitu : lintas program dan lintas sektor. Lokakarya mini puskesmas
secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni lokakarya mini bulanan puskesmas dan
lokakarya mini tribulanan puskesmas. Menurut tahapan kegiatannya, lokakarya mini bulanan
puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu: lokakarya mini bulanan yang pertama
dan lokakaraya mini bulanan rutin. Sedangkan, lokakarya mini tribulanan dibagi menjadi dua
tahap juga yaitu : lokakarya mini tribulanan yang pertama dan lokakarya mini tribulanan
rutin.

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kasus yang dapat menjadi Kejadian
Luar Biasa yang terjadi di suatu daerah. Oleh karena itu Puskesmas sekitar harus dapat
menyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas serta merancang program kegiatan dalam
menanggulangi Kasus DBD. Adapun kegiatan yang dapat dibuat untuk menanggulangi kasus
DBD yaitu: 1) Fogging (Pengasapan), 2)Program 3M Plus, dan 3) Larvasidasi dengan
menggunakan bubuk Abate. Kemudian seluruh anggota yang terlibat dalam lokakarya mini
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program mereka tersebut untuk meninjau sejauh
mana keberhasilan program tersebut dalam menanggulangi DBD.

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta

Soeparmanto, Sri. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

25

Anda mungkin juga menyukai