SAP Hipertensi
SAP Hipertensi
HIPERTENSI
Sasaran :Bapak/Ibu, Saudara (i) Kelurahan Sungai Andai Jalan Daun Salam
dan Cengkeh RT. 69.
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Juli 2018
Jam : 15.00 - Selesai
Waktu : 30 menit
Pemateri : Kelompok IV
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Di
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada
orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Smeltzer,
2001).
Dari hasil pengkajian di dapatkan masyarakat daun salam m rata-rata
mempunyai tekanan darah 140/90 mmHg. Menurut pengakuan masyarakat
kelurahan sungai andai jalan daun salam & cengkeh RT.69, mereka belum
melakukan tindakan apapun untuk menangani hipertensinya.
Oleh karena latar belakang diatas maka penyusun menyusun satuan acara
penyuluhan mengenai hipertensi dengan tujuan supaya setalah dilakukan
pendidikan kesehatan mengenai hipertensi diharapkan masyarakat kelurahan
sungai andai jalan daun salam & cengkeh RT.69 dapat memahami tentang
penyakit darah tinggi, diit darah tinggi dan mampu melakukan perawatan diri
terhadap penyakit darah tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan masyarakat mampu:
a. Memahami pengertian hipertensi.
b. Memahami penyebab hipertensi
c. Mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Mengenali tanda dan gejala hipertensi.
e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi.
f. Mengetahui pengobatan hipertensi.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik atau Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang hipertensi.
2. Sasaran atau Target:
Bapak/Ibu, Saudara (i) Di Kelurahan Sungai Andai Jalan Daun Salam &
Cengkeh RT. 69.
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat Bantu Penyuluhan
a. Leaflet
b. Laptop
c. Proyektor
d. Pengeras Suara
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 14 Juli 2018
Waktu : 15.00 - Selesai
Tempat : TPA- Al-Qur’an
D. Setting Tempat
Keterangan :
= Observer = Audien
= Fasilitator = Penyaji
= Moderator = Proyektor
E. Pembagian Tugas
1. Moderator: Rofiq Perdana, S.Kep
Tugas:
a. Memulai dan menutup acara
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Membuat kontrak waktu dan bahasa
e. Menjaga kelancaran acara
f. Memimpin diskusi
2. Penyaji: Erna Susanti, S.Kep
Tugas:
a. Persepsi (menggali pengetahuan peserta tentang materi penyuluhan)
b. Menyajikan materi penyuluhan
c. Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
d. Menjawab pertanyaan peserta
3. Observer: Chandra Irawan, S.Kep
Tugas:
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
4. Fasilitator: Tria Ambar Waty, S.Kep, Noormila, S.Kep, Sonya Novelia,
S.Kep, Susi Nuralisa, S.Kep, Winda Yuliani, S.Kep, Muhammad
Zainuddin, S.Kep, Muh Sadir, S.Kep, dan M. Tegar Budiman, S.Kep
Tugas:
a. Memfasilitasi dan memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam
penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan peserta.
F. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Media
1. 5 Menit Pembukaan:
1. Salam perkenalan
2. Menjelaskan kontrak dan
tujuan pertemuan
2. 10 Menit Pelaksanaan:
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi Leaflet dan Proyektor
3. Klasifikasi hipertensi
4. Tanda dan gejala hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Pengobatan hipertensi
7. Membuka sesion pertanyaan
8. Diskusi dengan keluarga
3. 10 Menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali hal-hal
yang sudah dijelaskan
mengenai hipertensi
4. 5 Menit Penutup:
1. Menutup pertemuan dengan
menyimpulkan materi yang
sudah dibahas
2. Memberikan salam penutup
G. Kriteria Hasil:
1. Evaluasi Struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam acara penyuluhan
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan
b. Peserta berperan aktif selama penyuluhan
c. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
d. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan
e. Pelaksanaan acara penyuluhan sesuai dengan rencana
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam
melaksanakanimplementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang darah tinggi yang diterima oleh
audience dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir
ceramah.
H. Penutup:
Satuan acara penyuluhan ini disusun sebagai perencanaan penyuluhan
tentang hipertensi dengan tujuan mendapatkan persetujuan dan
pemberitahuan penyusunan kepada Preseptor Klinik dan Preseptor
Akademik.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130- 139 85- 89
Hipertensi ringan (stadium 1) 140- 159 90- 99
Hipertensi sedang (stadium 2) 160-179 100-109
Hipertensi berat (stadium 3) 180-209 110-119
Hipertensi sangat berat (stadium 4) ≥210 ≥120
Sumber: Triyanto (2014).
C. Penyebab
Berikut adalah beberapa faktor risiko hipertensi menurut Suiraoka (2012)
yaitu:
1. Faktor risiko yang dapat dikontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya
berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
a. Kegemukan (obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30
tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat
dibandingkan dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
mengalami obesitas. Meskipun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi
dengan berat badan normal (Sutanto, 2010).
b. Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya
cendrung mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan
darah, dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung.
Sehingga darah bisa dipompa dengan baik ke seluruh tubuh.
c. Konsumsi garam berlebih
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi
garam berlebih dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam
merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah
melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan
darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi
keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu, di
samping kemungkinan adanya faktor lain yang berpengaruh
(Sutanto, 2010).
e. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita
dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah rileks
maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres
maka terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara bertahap. Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara
pasti, namun pada binatang percobaan yang diberikan stres
memicu binatang tersebut menjadi hipertensi (Sutanto, 2010).
F. Pengobatan
Secara garis besar, terapi atau pengobatan hipertensi dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni pengobatan non-farmakologi dan pengobtan
farmakologi. Berikut penjelasan kedua cara pengobatan tersebut (Junaedi,
2013).
1. Pengobatan non-farmakologi
Menurut beberapa ahli, pengobatan cara ini sama penting dengan
pengobatan farmakologi dan bahkan akan menguntungkan terutama
bagi para penderita hipertensi ringan. Pada penderita hipertensi ringan,
pengobatan jenis ini kadang dapat mengendalikan atau mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan secara farmakologi tidak
diperlukan atau sekurangnya ditunda. Namun, pada kondisi ketika obat
anti hipertensi sangat diperlukan, maka pengobatan non-farmakologi
dapat dijadikan sebagai pelengkap sehingga efek pengobatan yang
lebih baik.
Pembatasan asupan garam dan natrium, serta upaya penurunan berat
badan merupakan langkah awal dalam pengobatan hipertensi. Di
Negara berkembang, konsumsi garam per hari sekitar 150-200 mmol,
dengan mengurangi garam menjadi sepertiganya atau konsumsi sekitar
90-100 mmol per hari telah dibuktikan cukup efektif dalam
menurunkan tekanan darah dan masih dapat diterima. Cara ini jarang
dipakai sebagai pengobatan tunggal. Namun, lebih sering digunakan
sebagai pelengkap dalam pengobatan farmakologi. Terapi non-
farmakologi lainnya adalah berolahraga secara teratur serta
menghindari faktor risiko lainnya, seperti merokok, minum-minuman
alkohol, stres, dan obesitas.
2. Pengobatan farmakologi
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dengan obat menjadi hal
yang utama. Sejarah pengobatan hipertensi belum lama, baru dimulai
sejak tahun 1950-an. Obat-obatan anti hipertensi yang sering
digunakan dalam pengobatan antara lain obat-obatan golongan
diuretic, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konversi
enzim angiotensin.