Laporan Praktik Tugas Lapang - Putty Puspita - J3B114042
Laporan Praktik Tugas Lapang - Putty Puspita - J3B114042
PUTTY PUSPITA
Menyetujui,
Mengetahui,
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapang dengan
judul “Pengelolaan Pemanduan Wisata Resort Handeleum di Taman
Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten”. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan laporan ini. Terimakasih penulis ucapkan untuk segenap pihak
Pengelola Pulau Handeleum dan pihak Taman Nasional Ujung Kulon yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu wulandari Dwi Utari, SHut, MSi yang
telah memberikan motivasi, nasihat, arahan, saran, ilmu pengetahuan dan
bimbingan selama proses penulisan laporan Praktik Kerja Lapang sehingga
menjadi sebuah karya ilmiah yang berkualitas dan dapat memberikan manfaat
untuk dibaca.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah
memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat
menuntaskan kegiatan dan penulisan laporan praktik kerja lapang. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen Program Keahlian Ekowisata
yang telah mengajarkan keterampilan dalam bidang ekowisata serta ilmu yang
bermanfaat untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh
asisten yang telah membantu penulis dan memberi ilmu yang bermanfaat kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kegiatan ini masih
banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak, sehingga penulis dapat menjadikan kritik dan saran tersebut sebagai bahan
evaluasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam penyusunan
laporan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar laporan Praktik Kerja
Lapang ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak
yang terkait. Penulis juga berharap semoga Laporan Praktik Kerja Lapang ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak, baik akademisi,
masyarakat luas serta dunia keilmuan khususnya bidang ekowisata.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 2
II METODE PELAKSANAAN 3
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan 3
B. Alat dan Bahan Pelaksanaan 3
C. Jenis Data 3
D. Metode Pengambilan Data 4
1. Studi Literatur 4
2. Observasi 4
3. Partisipasif 4
4. Wawancara 4
E. Analisa Data 4
III KONDISI UMUM 5
A. Letak dan Luas 5
B. Sejarah 5
C. Kondisi Fisik 6
1. Topografi 6
2. Iklim dan Curah Hujan 6
4. Tanah dan Geologi 7
D. Kondisi Biotik 7
1. Flora 7
2. Fauna 8
E. Kondisi Masyarakat 10
F. Kebijakan dan Peraturan Perundangan 12
1. Struktur Organisasi 13
2. Tugas dan Tanggung Jawab 14
3. Visi, Misi dan Kebijakan Taman Nasional Ujung Kulon 17
G. Daya Tarik dan Obyek Wisata 17
H. Aksesbilitas 18
IV HASIL PELAKSANAAN 21
1. Tugas Pemandu 21
2. Jalur Wisata dan Materi Pemanduan 21
3. SOP (Standard Operating Procedure) Kegiatan Pemanduan 22
a. Standard Operating Procedure(SOP) Bagi Pemandu 22
b. Standard Operating Procedure(SOP) Bagi Peserta Pemanduan 23
4. Kegiatan Pemanduan Wisata 23
a. Sikap Pemandu 23
b. Bahasa 24
c. Jumlah Wisatawan yang Dipandu 24
5. Penilaian Pemandu Wisata 25
a. Karateristik 25
b. Penilaian Pemanduan Wisatawan 26
1. Motivasi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata 26
2. Persepsi TerHadap Kegiatan Pemanduan Wisata 27
3. Nilai Kepuasan Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata 28
V SIMPULAN DAN SARAN 31
A. Simpulan 31
B. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
13
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Alat dan bahan pelaksanaan Praktik Kerja Lapang 3
2 Jenis data pengelolaan pemanduan wisata 3
3 Lanjutan jenis data pengelolaan pemanduan wisata 4
4 Kecamatan dan Desa sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 10
5 Rute perjalanan menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 19
6 Karateristik Pengunjung terhadap kegiatan pemanduan 25
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Peta kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Ujung Kulon 11
2 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon 13
3 Kondisi kawasan dan aktivitas pengunjung di Sungai Cigenter 17
4 Padang pengembalaan di Resort Handeleum 18
5 Pantai Pasir Karang di pusat Pulau Handeleum 18
6 Petugas yang sedang memandu Pengunjung 22
7 Perahu canno yang biasa digunakan untuk mengunjungi 24
8 Motivasi sumber informasi pengunjung terhadap Resort Handeleum 26
9 Motivasi berkunjung ke Resort Handeleum 27
10 Persepsi pengunjung terhadap aktivitas di Sungai Cigenter 27
11 Persepsi pengunjung terhadap informasi yang di dapatkan setelah
mengikuti kegiatan pemanduan wisata 28
12 Nilai kepuasaan pengunjung terhadap kegiatan pemanduan wisata 29
1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan kawasan taman
nasional yang berada di ujung Pulau Jawa. Taman Nasional Ujung Kulon
memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati dan
keseimbangan ekosistem. Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon
masuk dalam Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Berdasarkan SK Menhut No. 284/Kpts-II/1992 wilayah dari Taman Nasional
Ujung Kulon meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau
Peucang, Pulau Handeuleum, dan Gunung Honje (Balai Taman Nasional Ujung
Kulon 2005). Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan habitat satwa langka
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), disamping fungsi utamanya sebagai kawasan
pelestarian alam serta pusat penelitian dan perlindungan hewan, Taman Nasional
Ujung Kulon juga telah dikembangkan sebagai tujuan wisata.
Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat konservasi bagi Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus) sekaligus tempat tujuan wisata. Salah satu tempat wisata
yang sering dikunjungi oleh wisatawan di Taman Nasional Ujung Kulon yaitu
Resort Handeleum. Sebagai obyek wisata Resort Handeleum ini memberikan
pelayanan demi kepuasan para pengunjungnya. Salah satu pelayanan yang
diberikan oleh pihak pengelola Pulau Handeleum adalah pemanduan wisata.
Pemanduan wisata berisikan hal-hal yang dapat memandu pengunjung dalam
penjelajahan keseluruhan area tempat wisata dan pemberian informasi seputar
objek wisata. Pemanduan wisata dinilai penting karena menjadi referensi utama
bagi pengunjung dalam berwisata di tempat wisata. Orang yang memandu wisata
dikatakan pemandu wisata. Pemandu wisata seseorang yang membimbing dan
memberikan informasi tentang tempat dan objek wisata kepada para pengunjung
atau wisatawan. Pemandu wisata mempunyai peranan strategis yang didukung
oleh kemampuan komunikasi interpersonal dari seorang pemandu wisata dalam
proses pertukaran informasi secara tatap muka yang memungkinkan terjadinya
feedback langsung baik verbal maupun non verbal pada kegiatan kunjungan
wisata yang dilakukan secara individu dan kelompok.
Pengelolaan pemanduan wisata di Resort Handeleum yang merupakan
salah satu kawasan konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon juga
membutuhkan pengelolaan pemanduan wisata yang baik. Pengelolaan tersebut
dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata kawasan
konservasi.
B. Tujuan
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang mengenai Pengelolaan Pemanduan
Wisata Taman Nasional Ujung Kulon adalah :
1. Mengidentifikasi dan menguraikan pengelolaan pemanduan wisata yang ada di
Resort Handeleum.
2. Mengidentifikasi dan menguraikan tugas pemandu wisata di Resort
Handeleum.
2
II METODE PELAKSANAAN
C. Jenis Data
Jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dengan observasi secara langsung dan wawancara.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur (Tabel 2) berupa
rincian jenis data dan metode pengambilan yang diambil.
B. Sejarah
Pada tanggal 16 November 1921, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 60, yang menetapkan bahwa Semenanjung Ujung Kulon
dan Pulau Panaitan sebagai Kawasan Suaka Alam. Surat Keputusan dari
Pemerintah Hindia Belenda ini dikeluarkan berdasarkan rekomendasi dari The
Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, yaitu sebuah perhimpunan
yang bergerak dalam usaha perlindungan alam. 16 tahun kemudian, melalui Surat
Keputusan Nomor 17, yang dikeluarkan pada tanggal 24 Juni 1937, Besluit Van
Der Gouverneu –General Van Nederlandch–Indie, mengubah status Kawasan
Suaka Alam Ujung Kulon menjadi Kawasan Suaka Margasatwa. Surat Keputusan
tersebut juga menambahkan wilayah Pulau Peucang dan Pulau Panaitan dalam
Kawasan Suaka Margasatwa.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 17 April 1958, status sebagai
Kawasan Suaka Margasatwa diubah kembali menjadi Kawasan Suaka Alam
melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 48/Um/1958. Surat
Keputusan tersebut Kawasan Suaka Alam diperluas dengan menambahkan
wilayah perairan dengan radius 500 m dari batas air surut terendah. Luas tersebut
ditambah lagi dengan memasukkan kawasan Gunung Honje seluas 10.000 ha pada
tanggal 16 Maret 1967, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
16/Kpts/Um/3/1967, dan Kawasan Suaka Alam ditetapkan sebagai Cagar Alam
Ujung Kulon. Pada tanggal 11 Januari 1979 luas Cagar Alam Ujung Kulon
kemudian ditambah lagi dengan memasukkan kawasan Gunung Honje Utara
seluas 9.498 ha malalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
39/Kpts/Um/1979. Setahun kemudian, tanggal 2 Februari 1980, Menteri Pertanian
Republik Indonesia mengesahkan tata batas di Cagar Alam Gunung Honje. Berita
acara tata batas di tanda tangani pada tanggal 26 Maret 1980.
6
sepanjang tahun dan bersumber dari Sungai Payung dan Gunung Cikuya. Air dari
Sungai Cikuya dan Sungai Ciujung Kulon mengalir ke arah utara. Bagian selatan
terdapat Sungai Cibunar dengan sumber air dari Gunung Ayung dan Gunung
Gelanca. Aliran air sungai ini mengalir ke arah selatan. Bagian timur terdapat
Sungai Cigenter, Sungai Cikarang, Sungai Citadahan, Sungai Cibandawoh dan
Sungai Cikeusik yang pada umumnya mengalir ke arah utara. Aliran sungai-
sungai ini pada umumnya tidak baik sehingga menimbulkan areal berawa-rawa
musiman.
Bagian utara Sungai Nyawaan, Nyiur, Jamang dan Citelang terbentuk
daerah rawa air tawar yang luas. Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum tidak
dijumpai adanya sungai, tetapi pada musim hujan bagian barat dan timur laut
Pulau Peucang terjadi rawa air tawar. Pulau Panaitan terdapat Sungai Cilentah
yang mengalir ke arah timur, Sungai Cijangkah yang mengalir ke arah utara, dan
Sungai Ciharashas yang mengalir ke selatan ke Teluk Kasuari.
4. Tanah dan Geologi
Berdasarkan sejarah geologisnya, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
termasuk dalam Pegunungan Tersier Muda yang menutupi strata pra-tersier dari
Dangkalan Sunda pada Zaman Tersier. Selama masa Pleistosen deretan
Pegunungan Honje diperkirakan telah membentuk ujung selatan dari deretan
Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera yang kemudian terpisah setelah
terlipatnya Kubah Selat Sunda. Bagian tengah dan timur Semenanjung Ujung
Kulon terdiri atas formasi kapur miosen, yang tertutupi oleh endapan alluvial di
bagian utara dan endapan pasir di bagian selatan. Bagian barat, yang merupakan
deretan Gunung Payung, formasi batuannya terbentuk dari endapan batuan miosen
di bagian timur. Bagian tengah, batuannya lebih tua serta tertutup oleh endapan
vulkanis dan tufa laut; sedangkan timur karakteristik batuannya tertutup kapur dan
liat (Marl). Pulau Panaitan mempunyai pola lipatan dan formasi batuan yang sama
dengan Gunung Payung. Bagian barat, terutama barat laut, ditemukan bahan-
bahan vulkanis termasuk breksi, tufa dan kuarsit yang terbentuk pada Zaman
Holosen.
Tanah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon khususnya Semenanjung
Ujung Kulon telah mengalami lodifikasi lokal yang ekstensif seiring dengan
terjadinya endapan gunung berapi selama letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 (Hommel, 1987). Bahan induk tanah di Taman Nasional Ujung Kulon
berasal dari batuan vulkanik seperti batuan lava merah, marl, tuff, batuan pasir
dan konglomerat. Jenis tanah yang paling luas penyebarannya adalah jenis tanah
kompleks grumusol, regosol dan mediteran. Selain jenis tanah tersebut, ditemukan
pula jenis tanah regosol abu-abu berpasir di daerah pantai, podsolik kekuningan
dan coklat dan latosol di daerah gunung honje. Sifat tanah di wilayah Gunung
Honje ini pada umumnya asam dengan tingkat kesuburan yang rendah.
D. Kondisi Biotik
1. Flora
Hutan rawa air tawar terdapat di beberapa bagian pantai Semenanjung
Ujung Kulon, terutama di sekitar Tanjung Alang-Alang, Nyiur, Nyawaan, Jamang
dan Sungai Cihandeuleum. Air menggenangi daerah ini selama musim hujan dan
mengering selama musim kemarau. Daerah hutan rawa air tawar ini dicirikan oleh
8
adanya Lembang (Thypa angustifolia) dan Gulma (Cyperus spp) serta yang paling
umum adalah Teki-tekian (Cyperus pilosus). Sedangkan Lampeni (Ardisia
humilis) biasanya terdapat dalam tegakan murni yang membatasi hutan rawa.
Hutan hujan tropika dataran rendah menutup sebagian besar Semenanjung
Ujung Kulon, Peucang, Panaitan dan Honje. Namun demikian kemungkinan
Hanya 40-50% Honje yang masih tertutup hutan primer. Hutan hujan tropika
terbaik terdapat di Peucang dan sebagian kecil sekitar Gunung Raksa, Panaitan.
Hutan Panaitan ini terdapat Langkap (Arenga obtusifolia) yang dijumpai sebagai
tegakan murni. Jenis Langkap ini meluas terutama di derah sebelah barat laut,
timur laut, dan tenggara Semenanjung Ujung Kulon. Jenis palma lainnya adalah
Nibung (Oncosperma tigillaria), Aren (Arenga pinnata), Sayar (Caryota mitis)
dan Salak (Salacca edulis). Sela-sela tegakan palma seringkali terdapat jenis-jenis
Bungur (Lagerstroemia flos-reginae), Kicalung (Diospyros macrophylla),
Laban (Vitex pubescens), Hanja (Anthocep halus chinensis), dan Putat
(Planchonia valida) dengan pohon yang tinggi dan membentuk tajuk rapat.
Payung terdapat hutan primer yang relatif lebat, yang didominasi oleh jenis Segel
(Dillenia excelsa), Sigeng (Pentace polyantha).
Daerah tertentu yang relatif terbuka dengan sedikit pohon-pohon besar,
tertutup oleh tumbuhan sekunder dari famili Zingiberaceae seperti Honje
(Nicolaia sp.), Cente (Lantana camara) yang tumbuhan sangat lebat bersama-
sama rotan. Peucang terdapat hutan hujan tropika yang cukup bagus dengan
pohon-pohon besar yang mencapai ketinggian 35-40 m. Pohon-pohon dibawahnya
jarang mencapai ketinggian 20-30 m. Terdapat perbedaan dalam komposisi hutan
di daerah yang lebih rendah di sebelah selatan dengan dengan di daerah yang lebih
tinggi di sebelah utara. Jenis Bayur (Pterospermum javanicum), Pencilik (Ficus
spp) terdapat pada daerah rendah, sedang Kayu Setumpul (Hydnocarpus
heterophylla) terdapat pada daerah yang lebih tinggi. Jenis-jenis pohon dominan
di Pulau Peucang adalah Nggacip (Eugenia spp.,) Bungur (Lagersroemia
speciosa), Inai Kecil (Rinorea lanceolata), Pacar Cina (Aglaia humilis), dan
Merbau (Intsia bijuga ).
Lereng Gunung Honje yang lebih pada daerah yang belum terganggu oleh
perambahan hutan terdapat jenis, Kihujan (Engelhardia serrata). Jenis tumbuhan
bawahnya adalah bermacam-macam palma, dengan jenis yang paling umum
adalah Langkap dan Rotan. Lereng yang lebih tinggi di sebelah timur didominasi
oleh jenis Janitri (Palaeocarpus sphaerius), Cangkudu Badak (Podocarpus
neriifolia), Palahlar (Dipterocarpus haseltii) dan Kipela (Aphana misxis).
2. Fauna
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terdapat berbagai jenis satwaliar,
baik yang bersifat endemik, langka maupun yang telah dilindungi oleh undang-
undang. Jenis satwaliar endemik dan dilindungi yang terdapat di kawasan ini
antara lain; Badak Jawa (Rhinoceros sundaicus), Owa Jawa (Hylobates moloch),
Surili (Presbytis commata) dan Anjing Hutan (Cuon alpinus javanicus).
Beberapa jenis satwa liar dilindungi lainnya yang terdapat di Taman
Nasional Ujung Kulon antara lain; Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus
timorensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Trangulus javanicus), Macan
Tutul (Panthera pardus melas), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), landak
(Hystrix bracyura), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Binturung (Arctictis
9
Tabel 4 Kecamatan dan Desa sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Kecamatan sekitar Taman Nasional Ujung Wilayah desa
Kulon
Kecamatan Sumur Ujungjaya,
Tamanjaya,
Cigorondong,
Tunggal Jaya,
Kertamukti,
Kertajaya ,
Sumberjaya.
Kecamatan Cimanggu Tangkilsari,
Cimanggu,
Waringin
Kurung,
Ciburial,
Padasuka,
Mangkualam,
Tugu,
Kramat Jaya,
Cijalarang,
Batu Hideung,
Cibadak,
Rancapinang.
alami yang sangat penting untuk konservasi keanekaragaman hayati secara in-
situ.
1. Struktur Organisasi
Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Ujung Kulon ditentukan
berdasarkan keputusan Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Nomor
95/Kpts/BTNUK-12/2003.
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SEKSI SEKSI
SEKSI
PENGELOLAA PENGELOLAA
PENGELOLAA
N TAMAN N TAMAN Urusan Umum,
N TAMAN
NASIONAL NASIONAL Perlengkapan
NASIONAL
WILAYAH I WILAYAH II dan Rumah
WILAYAH III
P. PANAITAN HANDEULEUM Tangga
SUMUR
Urusan
Staf Seksi Staf Seksi Staf Seksi Kepegawaian
Urusan
Resort Resort Kerjasama dan
Citelang Rancapinang Kehumasan
Resort Cibunar
Urusan
KELOMPOK JABATAN Perlindungan
FUNGSIONAL TERTENTU dan
: Pengendalian
Kebakaran
1. Pengendali Ekosistem Hutan
Hutan
2. Polisi Kehutanan/Satgas
Ket : POLHUT Urusan
---------- : Garis Perintah Pengawetan,
3. Penyuluh Kehutanan
:- - - - - : Garis Pemanfaatan &
4. Pengelola Pengadaan pelayanan
Koordinasi Barang dan Jawa
(a) Melihat sunset di Pantai Pasir (b) Pantai Pasir Karang di pusat
Karang Pulau Handeleum
Gambar 5 Pantai Pasir Karang di pusat Pulau Handeleum
dan pengunjung dapat melihat sunset di Pantai Pasir Karang
H. Aksesibilitas
IV HASIL PELAKSANAAN
pengunjung seperti selalu tersenyum dan selalu mengingatkan agar selalu berhati-
hati. Sikap pemandu ini tidak memandang usia baik pengunjungnya seorang anak-
anak maupun dewasa.
2. Bahasa
Saat kegiatan pemanduan, biasanya ranger menggunakan bahasa semi baku
dan terlihat bahasa yang digunakan disesuaikan dengan wisatawan yang
berkunjung. Apabila wisatawannya adalah seorang anak-anak biasanya ranger
akan memberikan sebuah penjelasan secara singkat mengenai daya tarik yang ada
di Sungai Cigenter. Misal nipah pohon yang sejenis palem paleman. Berbeda
dengan wisatawan yang dewasa biasanya ranger akan terlihat kurang aktif selama
kegiatan pemanduan berlansung. Kemudian seorang ranger akan lebih memberi
informasi kepada pengunjung hanya seperlunya saja dengan bahasa yang semi
baku.
Apabila wisatawan mancanegara yang sedang berlibur dan memiliki
keinginan untuk melihat sungai cegenter. Biasanya pengunjung itu sudah
memakai tourguide dari travel yang digunakan oleh pengunjung mancanegara
tersebut sehingga, ranger hanya sebatas menemani kegiatan pemanduan. Tetapi
jika turis mancanegara tersebut tidak memakai sebuah jasa travel melainkan
hanya secara profesional biasanya petugas lainnya akan menugaskan orang yang
berbakat berbahasa asing hanya dalam kejadian ini jarang ditemukan.
3. Jumlah Wisatawan yang Dipandu
Handeleum ini memiliki persentase 85%. Untuk jumlah kunjungan kedua kali
mayoritas merupakan guru sekolah alam yang pernah kembali ke Resort
Handeleum. Jumlah pengeluaran responden memiliki range sekitar Rp 750.000,00
- Rp 850.000,00.
2. Penilaian Pemanduan Wisatawan
Penilaian pemanduan wisata digunakan untuk mengetahui motivasi dan
persepsi pengunjung selama mengikuti kegiatan di Resort Handeleum dengan
penyebaran kuesioner kepada 30 pengunjung. Penilaian pengunjung ini didapat
setelah pengunjung mengikuti kegiatan pemanduan wisata di Resort Handeleum.
a. Motivasi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata
Pengujung yang datang ke Resort Handeleum mendapatkan infomasi dari
beberapa sumber. Beberapa sumber informasi yang didapat oleh pengunjung
mengenai Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon melalui beberapa
media. Adapun media yang dipakai pengunjung untuk memperoleh informasi dari
Resort Handeleum seperti ditunjukan pada Gambar 8.
Keluarga 2.9
Teman 3.1
1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 8 Motivasi sumber informasi pengunjung terhadap Resort Handeleum
Sumber informasi mengenai Resort Handeleum yang memiliki penilaian
tinggi yaitu dari media sosial memiliki penilaian sebesar 6,1. Berdasarkan dari
wawancara media sosial berpengaruh terhadap responden mengunjungi ke Resort
Handeleum. Media sosial ini seperti instagram sehingga merupakan pendorong
bagi pengunjung untuk ke Resort Handeleum. Kemudian penilaian motivasi
terendah yaitu 2,9 (Gambar 8). Hal ini dikarenakan menurut responden informasi
yan diberikan oleh keluarga kurang menarik dan spesifik mengenai Resort
Handeleum.
Pengunjung yang pergi ke Resort Handeleum mempunyai tujuan untuk
kunjungannya. Motivasi pengunjung untuk mengunjungi ke Resort Handeleum
Taman Nasional Ujung Kulon tidak semuanya sama. Adapun beberapa motivasi
pengunjung Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon seperti ditunjukan
pada Gambar 9.
27
spiritual 3.2
penelitian 3.2
wisata 6
1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 9 Motivasi berkunjung ke Resort Handeleum
Motivasi responden berkunjung ke Resort Handeleum yang memiliki
penilaian tertinggi berwisata. Menurut pengunjung yang berkunjung ke Resort
Handeleum adalah untuk berwisata, melepas penat dan refreshing. Hal ini
berkaitan dengan karateristik pekerjaan yang didominasi oleh pelajar/mahasiswa
yang banyak melakukan kegiatan pendidikan. Kemudian penilaian terendah yaitu
penilaian spritual dan penelitian (3,2), hal ini dikarenakan kurangnya responden
yang tertarik terhadap motivasi spritual dan melakukan penelitian di Resort
Handeleum.
b. Persepsi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata
Pengunjung yang pergi ke Resort Handeleum mempunyai persepsi untuk
kunjungannya. Persepsi pengunjung untuk mengunjungi ke Resort Handeleum
Taman Nasional Ujung Kulon tidak semuanya sama. Adapun beberapa persepsi
pengunjung Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
mengobrol 3.9
Mendapatkan informasi flora 2.8
Mendapatkan informasi fauna 2.8
Berfoto 5.8
Cannoing 6.6
1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 10 Persepsi pengunjung terhadap aktivitas di Sungai Cigenter
1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 11 Persepsi pengunjung terhadap informasi yang di dapatkan setelah
mengikuti kegiatan pemanduan wisata
Sikap 3.7
SOP 2.5
Suara 2.7
1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak puas 3 = Kurang puas 4 = Biasa saja
5 = Agak puas 6 = puas 7 = Sangat puas
Gambar 12 Nilai kepuasaan pengunjung terhadap kegiatan pemanduan wisata
A. Simpulan
1. Pengelolaan pemanduan di Resort Handeleum petugas sebagai pendamping
untuk menemani wisatawan untuk ke obyek wisata. Walaupun sebagai
pemdamping petugas Resort Handeleum juga melakukan suatu kegiatan
pemanduan bagi pengunjung.
B. Saran
1. Pengelolaan pemanduan masih kurangnya sumberdaya manusia untuk sebagai
pemandu wisata di Resort Handeleum. Sehingga diharapkan adanya
penambahan sumberdaya manusia di bidang pemanduan. Kemudian adanya
sebuah pelatihan khusus pemanduan. Sehingga menghasilkan sumberdaya
manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arta Dana EKI, MaHadewi Eka PN, Dewi Kusuma LGL. 2016. Persepsi
Wisatawan Mancanegara TerHadap Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata
di Desa Wisata Pinge Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Jurnal
IPTA. Vol. 4 Nomor 1.