Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

PENGELOLAAN PEMANDUAN WISATA RESORT


HANDELEUM DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
PROVINSI BANTEN

PUTTY PUSPITA

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul : Pengelolaan Pemanduan Wisata Resort
Handeleum di Taman Nasional Ujung Kulon
Provinsi Banten
Nama : Putty Puspita
NIM : J3B114042
Program Keahlian : Ekowisata

Menyetujui,

Wulandari Dwi Utari, S Hut, M Si


Pembimbing

Mengetahui,

Bedi Mulyana, S Hut, M Par, MoT


Koordinator Program Keahlian

Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapang dengan
judul “Pengelolaan Pemanduan Wisata Resort Handeleum di Taman
Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten”. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan laporan ini. Terimakasih penulis ucapkan untuk segenap pihak
Pengelola Pulau Handeleum dan pihak Taman Nasional Ujung Kulon yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu wulandari Dwi Utari, SHut, MSi yang
telah memberikan motivasi, nasihat, arahan, saran, ilmu pengetahuan dan
bimbingan selama proses penulisan laporan Praktik Kerja Lapang sehingga
menjadi sebuah karya ilmiah yang berkualitas dan dapat memberikan manfaat
untuk dibaca.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah
memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat
menuntaskan kegiatan dan penulisan laporan praktik kerja lapang. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen Program Keahlian Ekowisata
yang telah mengajarkan keterampilan dalam bidang ekowisata serta ilmu yang
bermanfaat untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh
asisten yang telah membantu penulis dan memberi ilmu yang bermanfaat kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kegiatan ini masih
banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak, sehingga penulis dapat menjadikan kritik dan saran tersebut sebagai bahan
evaluasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam penyusunan
laporan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar laporan Praktik Kerja
Lapang ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak
yang terkait. Penulis juga berharap semoga Laporan Praktik Kerja Lapang ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak, baik akademisi,
masyarakat luas serta dunia keilmuan khususnya bidang ekowisata.

Bogor, Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 2
II METODE PELAKSANAAN 3
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan 3
B. Alat dan Bahan Pelaksanaan 3
C. Jenis Data 3
D. Metode Pengambilan Data 4
1. Studi Literatur 4
2. Observasi 4
3. Partisipasif 4
4. Wawancara 4
E. Analisa Data 4
III KONDISI UMUM 5
A. Letak dan Luas 5
B. Sejarah 5
C. Kondisi Fisik 6
1. Topografi 6
2. Iklim dan Curah Hujan 6
4. Tanah dan Geologi 7
D. Kondisi Biotik 7
1. Flora 7
2. Fauna 8
E. Kondisi Masyarakat 10
F. Kebijakan dan Peraturan Perundangan 12
1. Struktur Organisasi 13
2. Tugas dan Tanggung Jawab 14
3. Visi, Misi dan Kebijakan Taman Nasional Ujung Kulon 17
G. Daya Tarik dan Obyek Wisata 17
H. Aksesbilitas 18
IV HASIL PELAKSANAAN 21
1. Tugas Pemandu 21
2. Jalur Wisata dan Materi Pemanduan 21
3. SOP (Standard Operating Procedure) Kegiatan Pemanduan 22
a. Standard Operating Procedure(SOP) Bagi Pemandu 22
b. Standard Operating Procedure(SOP) Bagi Peserta Pemanduan 23
4. Kegiatan Pemanduan Wisata 23
a. Sikap Pemandu 23
b. Bahasa 24
c. Jumlah Wisatawan yang Dipandu 24
5. Penilaian Pemandu Wisata 25
a. Karateristik 25
b. Penilaian Pemanduan Wisatawan 26
1. Motivasi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata 26
2. Persepsi TerHadap Kegiatan Pemanduan Wisata 27
3. Nilai Kepuasan Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata 28
V SIMPULAN DAN SARAN 31
A. Simpulan 31
B. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
13

DAFTAR TABEL

No Halaman
1 Alat dan bahan pelaksanaan Praktik Kerja Lapang 3
2 Jenis data pengelolaan pemanduan wisata 3
3 Lanjutan jenis data pengelolaan pemanduan wisata 4
4 Kecamatan dan Desa sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 10
5 Rute perjalanan menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 19
6 Karateristik Pengunjung terhadap kegiatan pemanduan 25

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1 Peta kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Ujung Kulon 11
2 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon 13
3 Kondisi kawasan dan aktivitas pengunjung di Sungai Cigenter 17
4 Padang pengembalaan di Resort Handeleum 18
5 Pantai Pasir Karang di pusat Pulau Handeleum 18
6 Petugas yang sedang memandu Pengunjung 22
7 Perahu canno yang biasa digunakan untuk mengunjungi 24
8 Motivasi sumber informasi pengunjung terhadap Resort Handeleum 26
9 Motivasi berkunjung ke Resort Handeleum 27
10 Persepsi pengunjung terhadap aktivitas di Sungai Cigenter 27
11 Persepsi pengunjung terhadap informasi yang di dapatkan setelah
mengikuti kegiatan pemanduan wisata 28
12 Nilai kepuasaan pengunjung terhadap kegiatan pemanduan wisata 29
1

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan kawasan taman
nasional yang berada di ujung Pulau Jawa. Taman Nasional Ujung Kulon
memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati dan
keseimbangan ekosistem. Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon
masuk dalam Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Berdasarkan SK Menhut No. 284/Kpts-II/1992 wilayah dari Taman Nasional
Ujung Kulon meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau
Peucang, Pulau Handeuleum, dan Gunung Honje (Balai Taman Nasional Ujung
Kulon 2005). Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan habitat satwa langka
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), disamping fungsi utamanya sebagai kawasan
pelestarian alam serta pusat penelitian dan perlindungan hewan, Taman Nasional
Ujung Kulon juga telah dikembangkan sebagai tujuan wisata.
Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat konservasi bagi Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus) sekaligus tempat tujuan wisata. Salah satu tempat wisata
yang sering dikunjungi oleh wisatawan di Taman Nasional Ujung Kulon yaitu
Resort Handeleum. Sebagai obyek wisata Resort Handeleum ini memberikan
pelayanan demi kepuasan para pengunjungnya. Salah satu pelayanan yang
diberikan oleh pihak pengelola Pulau Handeleum adalah pemanduan wisata.
Pemanduan wisata berisikan hal-hal yang dapat memandu pengunjung dalam
penjelajahan keseluruhan area tempat wisata dan pemberian informasi seputar
objek wisata. Pemanduan wisata dinilai penting karena menjadi referensi utama
bagi pengunjung dalam berwisata di tempat wisata. Orang yang memandu wisata
dikatakan pemandu wisata. Pemandu wisata seseorang yang membimbing dan
memberikan informasi tentang tempat dan objek wisata kepada para pengunjung
atau wisatawan. Pemandu wisata mempunyai peranan strategis yang didukung
oleh kemampuan komunikasi interpersonal dari seorang pemandu wisata dalam
proses pertukaran informasi secara tatap muka yang memungkinkan terjadinya
feedback langsung baik verbal maupun non verbal pada kegiatan kunjungan
wisata yang dilakukan secara individu dan kelompok.
Pengelolaan pemanduan wisata di Resort Handeleum yang merupakan
salah satu kawasan konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon juga
membutuhkan pengelolaan pemanduan wisata yang baik. Pengelolaan tersebut
dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata kawasan
konservasi.
B. Tujuan
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang mengenai Pengelolaan Pemanduan
Wisata Taman Nasional Ujung Kulon adalah :
1. Mengidentifikasi dan menguraikan pengelolaan pemanduan wisata yang ada di
Resort Handeleum.
2. Mengidentifikasi dan menguraikan tugas pemandu wisata di Resort
Handeleum.
2

3. Menguraikan materi yang disampaikan oleh pemandu wisata di Resort


Handeleum.
4. Mengidentifikasi dan menguraikan SOP (Standard Operating Procedure)
pemandu wisata di Resort Handeleum.
5. Mengidentifikasi penilaian motivasi, persepsi, dan tingkat kepuasaan
pengunjung terhadap kegiatan pemandu wisata di Resort Handeleum.
C. Manfaat
Kegiatan Praktik Kerja Lapang diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi penulis, pembaca dan pengelola. Praktik Kerja Lapang mengenai pengelolaan
pemanduan wisata di Taman Nasional Ujung Kulon memiliki manfaat:
1. Sebagai bahan evaluasi bagi pengelola Taman Nasional Ujung Kulon mengenai
pengelolaan pemanduan wisata.
2. Menambah pengetahuan wawasan dan pengelolaan pemanduan wisata di
Taman Nasional Ujung Kulon.
3. Meningkatkan softskill dan hardskill dalam pengelolaan pemanduan wisata di
Taman Nasional Ujung Kulon.
3

II METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) tentang Pengelolaan pemanduan
wisata dilaksanakan selama 60 hari efektif pada bulan Maret hingga bulan April
2017. Tempat atau lokasi pelaksanaan di Pulau Hadeleum Taman Nasional Ujung
Kulon, Provinsi Banten.
B. Alat dan Bahan Pelaksanaan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
merupakan media yang digunakan untuk membantu pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapang, alat bahan pelaksanaan yang digunakan antara lain; (tabel 1)

Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan Praktik Kerja Lapang


No Alat dan Bahan Pelaksaanaan Kegunaan
1 Alat
a. Alat Tulis Mencatat dan mengelola data saat di lapang
b. Kamera Digital Mengambil gambar / foto sebagai bukti
c. Daftar Pertanyaan Media untuk wawancara pengelola dan
masyarakat sekitar
d. Laptop Mengelola data menjadi laporan
e. Literatur Pelengkap olahan data
2. Bahan
a. Kondisi Umum Sebagai Obyek Praktik
b. Pemanduan wisata Sebagai Obyek Praktik

C. Jenis Data

Jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dengan observasi secara langsung dan wawancara.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur (Tabel 2) berupa
rincian jenis data dan metode pengambilan yang diambil.

Tabel 2 Jenis data pengelolaan pemanduan wisata


Data Kebutuhan Data Uraian Data Metode
1. Data Primer a. Kegiatan Mengetahui tugas pemandu, Studi literatur,
pengelolaan materi pemandu, SOP observasi,
pemandu wisata pemandu, penilaian pemandu partisipasif, dan
wawancara
b. Penilaian Mengetahui motivasi, persepsi Kuesioner dan
pemanduan dan tingkat kepuasan terhadap wawancara
kegiatan pemanduan wisata
2. Data a. Kondisi a. Letak dan luas kawasan Studi literatur,
Sekunder umum observasi,
kawasan partisipasif, dan
b. Sejarah kawasan wawancara

c. Kondisi fisik Studi literatur,


 Iklim observasi,
 Hidrologi partisipasif, dan
 Topografi wawancara
4

Tabel 3 Lanjutan jenis data pengelolaan pemanduan wisata


d. Kondisi biotik
 Flora
 Fauna
e. Aksesbilitas
f. Potensi Wisata

D. Metode Pengambilan Data


1. Studi Literatur
Pengumpulan data melalui studi literatur merupakan kegiatan penelusuran
data sekunder berupa arsip ataupun informasi dengan teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, laporan-
laporan dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang
ditemui, baik yang berisi data maupun landasan teori.
2. Observasi
Pengumpulan data atau informasi dengan mengamati langsung maupun
tidak langsung objek yang diidentifikasi untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya. Metode ini dilakukan pada saat partisipasi langsung bersama pihak
pengelola dalam kegiatan pengelolaan. Data yang diambil yaitu berupa data
primer serta pengambilan gambar untuk dokumentasi.
3. Partisipasif
Pengambilan data dengan metode partisipasif digunakan untuk
memperoleh pemahaman serta wawasan mengenai pengelolaan masyarakat di
lokasi praktek berdasarkan sudut pandang pengelola. Partisipasi bertujuan agar
pelaksanaan Praktik Kerja Lapang turut aktif dalam kegiatan pengelolaan.
4. Wawancara
Pengambilan data dengan wawancara diperoleh dengan cara menanyakan
secara langsung kepada pihak yang terkait mengenai informasi lebih jauh tentang
hal-hal yang ditemui saat pelaksanaan praktik.
E. Analisa Data
Analisis data merupakan pengelolaan data yang telah didapat di lapangan.
Data yang didapat di lapang dikelompokan secara terurut. Kemudian setelah data
diurutkan data tersebut dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif yaitu
analisis data secara aktual (langsung). Pembagian analisis data terbagi menjadi
dua macam data, yaitu data primer, dan data sekunder. Data primer yaitu data
pemanduan wisata mencangkup tugas pemandu, SOP pemandu, cara pemanduan,
yang menggunakan metode wawancara, dan partisipatif.
Data sekunder mencangkup data kondisi umum kawasan wisata, seperti
letak luas kawasan, sejarah kawasan, kondisi fisik maupun biotik dan, kondisi
masyarakat sekitar pengambilan data ini menggunakan metode studi literatur,
observasi dan wawancara.
5

III KONDISI UMUM

A. Letak dan Luas


Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara administratif terletak di
Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32” -
105º37’37” BT dan 06º30’43” - 06º52’17” LS. Berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan
Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam
Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 ha dan Penunjukan
perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 ha yang terletak di Kabupaten Daerah
Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional
dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon adalah 122.956 ha. Penataan zonasi kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon berdasarkan Keputusan Dirjen PHPA No.172/Kpts/Dj-VI/1991 tanggal 7
November 1991, terbagi menjadi 6 zona pengelolaan yaitu zona rimba 77.295 ha,
zona inti 37.150 ha, zona pemanfaatan tradisional 1.810 ha, zona pemanfaatan
intensif 1.096 ha, zona rehabilitasi 3.200 Ha dan zona penyangga 23.850 ha.

B. Sejarah
Pada tanggal 16 November 1921, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 60, yang menetapkan bahwa Semenanjung Ujung Kulon
dan Pulau Panaitan sebagai Kawasan Suaka Alam. Surat Keputusan dari
Pemerintah Hindia Belenda ini dikeluarkan berdasarkan rekomendasi dari The
Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, yaitu sebuah perhimpunan
yang bergerak dalam usaha perlindungan alam. 16 tahun kemudian, melalui Surat
Keputusan Nomor 17, yang dikeluarkan pada tanggal 24 Juni 1937, Besluit Van
Der Gouverneu –General Van Nederlandch–Indie, mengubah status Kawasan
Suaka Alam Ujung Kulon menjadi Kawasan Suaka Margasatwa. Surat Keputusan
tersebut juga menambahkan wilayah Pulau Peucang dan Pulau Panaitan dalam
Kawasan Suaka Margasatwa.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 17 April 1958, status sebagai
Kawasan Suaka Margasatwa diubah kembali menjadi Kawasan Suaka Alam
melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 48/Um/1958. Surat
Keputusan tersebut Kawasan Suaka Alam diperluas dengan menambahkan
wilayah perairan dengan radius 500 m dari batas air surut terendah. Luas tersebut
ditambah lagi dengan memasukkan kawasan Gunung Honje seluas 10.000 ha pada
tanggal 16 Maret 1967, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
16/Kpts/Um/3/1967, dan Kawasan Suaka Alam ditetapkan sebagai Cagar Alam
Ujung Kulon. Pada tanggal 11 Januari 1979 luas Cagar Alam Ujung Kulon
kemudian ditambah lagi dengan memasukkan kawasan Gunung Honje Utara
seluas 9.498 ha malalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
39/Kpts/Um/1979. Setahun kemudian, tanggal 2 Februari 1980, Menteri Pertanian
Republik Indonesia mengesahkan tata batas di Cagar Alam Gunung Honje. Berita
acara tata batas di tanda tangani pada tanggal 26 Maret 1980.
6

Status sebagai Taman Nasional Ujung Kulon baru ditetapkan pada 26


Februari 1992 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
: 284/Kpts-II/1992. Luas Taman Nasional ini ditetapkan 122.956 ha, yang terdiri
dari 78.619 ha wilayah daratan dan 44.337 ha wilayah perairan.
Tahun 1995 dilaksanakan rekonstruksi batas Taman Nasional Ujung Kulon
wilayah Gunung Honje oleh Badan Planologi Kehutanan yang bekerjasama
dengan Pemerintah New Zealand dengan pemasangan satu unit Rambu suar, dan
lima unit pelampung sebagai batas perairan laut. Tanggal 23 September 1999
Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia mengeluarkan SK Nomor
: 758/Kpts-II/1999 tentang penetapan Kawasan Perairan Taman Nasional Ujung
Kulon seluas 44.337 ha sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan. Tahun 2004
dilakukan rekonstruksi batas Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Gunung
Honje oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa –
Madura.
C. Kondisi Fisik
1. Topografi
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara umum merupakan dataran
rendah dan sebagian dataran tinggi. Bagian timur didominasi oleh deretan
Pegunungan Honje (620 mdpl). Bagian barat dipisahkan oleh dataran rendah
tanah genting Semenanjung Ujung Kulon yang merupakan daratan utama Taman
Nasional Ujung Kulon. Semenanjung ini memiliki topografi datar di pantai utara
dan barat, bergunung dan berbukit di sekitar Gunung Telanca (480 mdpl) dan
pantai barat daya. Dataran rendahnya berupa rawa-rawa yang ditumbuhi bakau
dan pantainya terdiri dari formasi dataran rendah pesisir dan batu karang.
Sementara Pulau Panaitan memiliki topografi datar sampai berbukit dan
bergunung dengan puncak tertinggi Gunung Raksa (320 mdpl) serta memiliki
pantai datar berpasir dengan terumbu karang yang indah. Topografi di sekitar
kawasan Taman Nasional Ujung Kulon umumnya datar sampai bergelombang,
dengan ketinggian 0-150 mdpl.
2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah Taman Nasional Ujung Kulon beriklim laut tropika yang khusus
dan menurut Schmidt Ferguson termasuk tipe curah hujan B, dengan curah hujan
tahunan rata-rata 3.249 mm. Temperatur udara berkisar 25º - 30ºC dan
kelembaban 80 - 90%. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober -April bersamaan
dengan bertiupnya angin barat laut, dimana curah hujan mencapai lebih dari 200
mm/bulan. Curah hujan pada bulan Desember dan Januari mencapai lebih dari
400 mm. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei-September saat angin
bertiup dari arah timur dengan curah hujan normalnya mencapai lebih dari 100
mm/bulan. Iklim di sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki iklim
laut tropika dan tipe B, dengan temperatur 25º - 30ºC, kelembaban udara 80 - 90%
dan curah hujan 100 - 400 mm/bulan.
3. Hidrologi
Pola aliran sungai yang terdapat di Semenanjung Ujung Kulon berbeda-
beda, yakni pada daerah berbukit di bagian barat banyak sungai kecil dengan arus
yang pada umumnya deras. Air yang mengalir di wilayah ini tidak pernah kering
7

sepanjang tahun dan bersumber dari Sungai Payung dan Gunung Cikuya. Air dari
Sungai Cikuya dan Sungai Ciujung Kulon mengalir ke arah utara. Bagian selatan
terdapat Sungai Cibunar dengan sumber air dari Gunung Ayung dan Gunung
Gelanca. Aliran air sungai ini mengalir ke arah selatan. Bagian timur terdapat
Sungai Cigenter, Sungai Cikarang, Sungai Citadahan, Sungai Cibandawoh dan
Sungai Cikeusik yang pada umumnya mengalir ke arah utara. Aliran sungai-
sungai ini pada umumnya tidak baik sehingga menimbulkan areal berawa-rawa
musiman.
Bagian utara Sungai Nyawaan, Nyiur, Jamang dan Citelang terbentuk
daerah rawa air tawar yang luas. Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum tidak
dijumpai adanya sungai, tetapi pada musim hujan bagian barat dan timur laut
Pulau Peucang terjadi rawa air tawar. Pulau Panaitan terdapat Sungai Cilentah
yang mengalir ke arah timur, Sungai Cijangkah yang mengalir ke arah utara, dan
Sungai Ciharashas yang mengalir ke selatan ke Teluk Kasuari.
4. Tanah dan Geologi
Berdasarkan sejarah geologisnya, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
termasuk dalam Pegunungan Tersier Muda yang menutupi strata pra-tersier dari
Dangkalan Sunda pada Zaman Tersier. Selama masa Pleistosen deretan
Pegunungan Honje diperkirakan telah membentuk ujung selatan dari deretan
Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera yang kemudian terpisah setelah
terlipatnya Kubah Selat Sunda. Bagian tengah dan timur Semenanjung Ujung
Kulon terdiri atas formasi kapur miosen, yang tertutupi oleh endapan alluvial di
bagian utara dan endapan pasir di bagian selatan. Bagian barat, yang merupakan
deretan Gunung Payung, formasi batuannya terbentuk dari endapan batuan miosen
di bagian timur. Bagian tengah, batuannya lebih tua serta tertutup oleh endapan
vulkanis dan tufa laut; sedangkan timur karakteristik batuannya tertutup kapur dan
liat (Marl). Pulau Panaitan mempunyai pola lipatan dan formasi batuan yang sama
dengan Gunung Payung. Bagian barat, terutama barat laut, ditemukan bahan-
bahan vulkanis termasuk breksi, tufa dan kuarsit yang terbentuk pada Zaman
Holosen.
Tanah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon khususnya Semenanjung
Ujung Kulon telah mengalami lodifikasi lokal yang ekstensif seiring dengan
terjadinya endapan gunung berapi selama letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 (Hommel, 1987). Bahan induk tanah di Taman Nasional Ujung Kulon
berasal dari batuan vulkanik seperti batuan lava merah, marl, tuff, batuan pasir
dan konglomerat. Jenis tanah yang paling luas penyebarannya adalah jenis tanah
kompleks grumusol, regosol dan mediteran. Selain jenis tanah tersebut, ditemukan
pula jenis tanah regosol abu-abu berpasir di daerah pantai, podsolik kekuningan
dan coklat dan latosol di daerah gunung honje. Sifat tanah di wilayah Gunung
Honje ini pada umumnya asam dengan tingkat kesuburan yang rendah.
D. Kondisi Biotik
1. Flora
Hutan rawa air tawar terdapat di beberapa bagian pantai Semenanjung
Ujung Kulon, terutama di sekitar Tanjung Alang-Alang, Nyiur, Nyawaan, Jamang
dan Sungai Cihandeuleum. Air menggenangi daerah ini selama musim hujan dan
mengering selama musim kemarau. Daerah hutan rawa air tawar ini dicirikan oleh
8

adanya Lembang (Thypa angustifolia) dan Gulma (Cyperus spp) serta yang paling
umum adalah Teki-tekian (Cyperus pilosus). Sedangkan Lampeni (Ardisia
humilis) biasanya terdapat dalam tegakan murni yang membatasi hutan rawa.
Hutan hujan tropika dataran rendah menutup sebagian besar Semenanjung
Ujung Kulon, Peucang, Panaitan dan Honje. Namun demikian kemungkinan
Hanya 40-50% Honje yang masih tertutup hutan primer. Hutan hujan tropika
terbaik terdapat di Peucang dan sebagian kecil sekitar Gunung Raksa, Panaitan.
Hutan Panaitan ini terdapat Langkap (Arenga obtusifolia) yang dijumpai sebagai
tegakan murni. Jenis Langkap ini meluas terutama di derah sebelah barat laut,
timur laut, dan tenggara Semenanjung Ujung Kulon. Jenis palma lainnya adalah
Nibung (Oncosperma tigillaria), Aren (Arenga pinnata), Sayar (Caryota mitis)
dan Salak (Salacca edulis). Sela-sela tegakan palma seringkali terdapat jenis-jenis
Bungur (Lagerstroemia flos-reginae), Kicalung (Diospyros macrophylla),
Laban (Vitex pubescens), Hanja (Anthocep halus chinensis), dan Putat
(Planchonia valida) dengan pohon yang tinggi dan membentuk tajuk rapat.
Payung terdapat hutan primer yang relatif lebat, yang didominasi oleh jenis Segel
(Dillenia excelsa), Sigeng (Pentace polyantha).
Daerah tertentu yang relatif terbuka dengan sedikit pohon-pohon besar,
tertutup oleh tumbuhan sekunder dari famili Zingiberaceae seperti Honje
(Nicolaia sp.), Cente (Lantana camara) yang tumbuhan sangat lebat bersama-
sama rotan. Peucang terdapat hutan hujan tropika yang cukup bagus dengan
pohon-pohon besar yang mencapai ketinggian 35-40 m. Pohon-pohon dibawahnya
jarang mencapai ketinggian 20-30 m. Terdapat perbedaan dalam komposisi hutan
di daerah yang lebih rendah di sebelah selatan dengan dengan di daerah yang lebih
tinggi di sebelah utara. Jenis Bayur (Pterospermum javanicum), Pencilik (Ficus
spp) terdapat pada daerah rendah, sedang Kayu Setumpul (Hydnocarpus
heterophylla) terdapat pada daerah yang lebih tinggi. Jenis-jenis pohon dominan
di Pulau Peucang adalah Nggacip (Eugenia spp.,) Bungur (Lagersroemia
speciosa), Inai Kecil (Rinorea lanceolata), Pacar Cina (Aglaia humilis), dan
Merbau (Intsia bijuga ).
Lereng Gunung Honje yang lebih pada daerah yang belum terganggu oleh
perambahan hutan terdapat jenis, Kihujan (Engelhardia serrata). Jenis tumbuhan
bawahnya adalah bermacam-macam palma, dengan jenis yang paling umum
adalah Langkap dan Rotan. Lereng yang lebih tinggi di sebelah timur didominasi
oleh jenis Janitri (Palaeocarpus sphaerius), Cangkudu Badak (Podocarpus
neriifolia), Palahlar (Dipterocarpus haseltii) dan Kipela (Aphana misxis).
2. Fauna
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terdapat berbagai jenis satwaliar,
baik yang bersifat endemik, langka maupun yang telah dilindungi oleh undang-
undang. Jenis satwaliar endemik dan dilindungi yang terdapat di kawasan ini
antara lain; Badak Jawa (Rhinoceros sundaicus), Owa Jawa (Hylobates moloch),
Surili (Presbytis commata) dan Anjing Hutan (Cuon alpinus javanicus).
Beberapa jenis satwa liar dilindungi lainnya yang terdapat di Taman
Nasional Ujung Kulon antara lain; Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus
timorensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Trangulus javanicus), Macan
Tutul (Panthera pardus melas), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), landak
(Hystrix bracyura), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Binturung (Arctictis
9

binturong), Berang-Berang (Lutrogale perspicillata), Trenggiling (Manis


javanicus), Walangkopo (Cynocephalus variegatus), dan Jelarang (Ratufa
bicolor). Jenis-jenis primata yang dapat dijumpai selain Surili dan Owa Jawa
adalah Lutung (Trachypithecus cristatus), Kukang (Nycticebus coucang) dan
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Monyet Ekor Panjang merupakan
spesies primata yang memiliki populasi terbanyak dengan penyebaran yang cukup
luas.
Berdasarkan penyebaran dan ukuran populasinya, banteng memiliki
ukuran populasi besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Jenis ini hanya
terdapat di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, tetapi tidak ditemukan
di Pulau Panaitan. Rusa Timor (Cervus timorensis) memiliki populasi yang cukup
banyak di Pulau Peucang dan di Pulau Panaitan cenderung meningkat, tetapi
penyebaran jenis ini di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje hanya
mencakup wilayah yang sangat terbatas. Babi Hutan (Sus scrofa), Muncak
(Muntiacus muntjak) dan Kancil Hutan (Trangulus javanicus) relatif umum
terdapat di seluruh kawasan, tetapi Anjing Hutan (Cuon alpinus javanicus) dan
Macan Tutul (Panthera pardus melas) hanya ditemukan di Semenanjung Ujung
Kulon dan Gunung Honje.
Jenis-jenis mamalia, reptilia serta amphibia, kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon juga memiliki kekayaan jenis burung yang cukup tinggi. Taman
Nasional Ujung Kulon diperkirakan terdapat sebanyak 270 jenis burung baik yang
bersifat menetap maupun bermigrasi. Jenis-jenis burung yang dapat ditemukan
antara lain Camar (Stercorarius longicaudus), Dara Laut (Sterna albifrons),
Cikalang Kecil (Fregata ariel), Angsa Batu Coklat (Sula leocogaster), Dara Laut
Tiram (Sterna nilotica) dan Petrel Badai Coklat (Oceanites oceanicus). Burung
migran yang dapat ditemukan di wilayah ini antara lain: Cerek Besar (Pluvialis
squatarola), Trulek (Vanellus indicus), Trinil (Tringa brevipes), Kuntul (Egretta
eulophotes) dan Bangau (Leptoptilos javanicus).
Tipe habitat hutan pantai dapat ditemukan jenis-jenis burung pemakan
buah, biji, nektar, serangga dan bahan pemakan ikan. Beberapa jenis burung
tersebut antara lain: Pergam Hijau (Ducula aenea), Punai Gading (Treron
vernans), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Elang Ular (Circaetus
gallicus), Elang Laut Perut Putih (Haliaetus leucogaster), Elang Ikan Kepala
Kelabu (IchthyopHaga ichthyaetus) dan Elang Tiram (Pandion Haliaeetus). Jenis
burung hutan payau/rawa dapat ditemukan jenis-jenis dari famili, Ardeidae dan
Anhingidae seperti Kuntul Karang (Eggreta Sacra), Cangak Abu-Abu (Ardea
cinerea), Cangak merah (Ardea purpurea) dan Pecuk (Phalacrocorax
sulcirostris), terutama di daerah Nyiur.
Hutan hujan tropika, yang merupakan bagian terluas dari kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon, memiliki keanekaragaman burung yang sangat tinggi.
Jenis burung yang menghuni hutan hujan tropika dapat dibedakan berdasarkan
strata tajuk pohon. Tajuk paling atas dihuni jenis burung Rangkong Badak
(Buceros rhinoceros), Julang Emas (Aceros undulatus), Kangkareng Dada Putih
(Anthracoceros albirostris), Kepodang (Oriolus chinensis) dan lain-lain. Tajuk
menengah dihuni oleh jenis burung Kuricang dan berbagai jenis burung Pelatuk
(Picus spp.), Paok (Pitta spp.) dan lain-lain. Habitat yang terbuka seperti padang
rumput ataupun semak belukar dapat dijumpai jenis burung Merak Hijau
(Pavo muticus), Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Burung Puyuh (Arborophila
10

orientalis), Burung Pipit (Amandava amandava) dan Burung Walet


(Collocalia spp.).
E. Kondisi Masyarakat
Masyarakat setempat, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
dimanfaatkan sebagai: sumber pemenuhan kebutuhan hidup secara subsisten
seperti kayu bakar, bambu dan protein nabati, sumber penambahan pendapatan
melalui penjualan hasil dari sumberdaya alam yang dikumpulkan. Masyarakat
lokal yang tinggal di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon pada umumnya
termasuk ke dalam dua kecamatan, yakni Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu. Dibawah ini (Tabel 3) merupakan daftar kecamatan beserta desa
sekitar kawasan Taman Nasional ujung kulon.

Tabel 4 Kecamatan dan Desa sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Kecamatan sekitar Taman Nasional Ujung Wilayah desa
Kulon
Kecamatan Sumur Ujungjaya,
Tamanjaya,
Cigorondong,
Tunggal Jaya,
Kertamukti,
Kertajaya ,
Sumberjaya.
Kecamatan Cimanggu Tangkilsari,
Cimanggu,
Waringin
Kurung,
Ciburial,
Padasuka,
Mangkualam,
Tugu,
Kramat Jaya,
Cijalarang,
Batu Hideung,
Cibadak,
Rancapinang.

Sebagian besar masyarakat (90%) yang tinggal di desa-desa sekitar


kawasan taman nasional memeluk agama Islam. Bahasa Sunda merupakan bahasa
sehari-hari mereka. Sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon berkembang
penduduk dari suku Sunda sebagai mayoritas. Etnis Bugis, Madura, Jawa Tegal,
Etnis Jawa pada umumnya bermata pencaharian ganda yaitu sebagai petani dan
nelayan, mereka umumnya tinggal pada desa-desa sepanjang pantai barat Gunung
Honje.
Gambar 1 Peta kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Ujung Kulon
Sumber : Balai Taman Nasional Ujung Kulon
11
12

F. Kebijakan dan Peraturan Perundangan


Kebijakan dan peraturan perundangan pengelolaan Taman Nasional Ujung
Kulon berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Konservasi
sumberdaya alam Hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kegiatan
tersebut meliputi kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian
alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam) dengan
tetap menjaga kelestarian kawasan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
liar dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam berupa usaha
sarana pariwisata dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya untuk meningkatkan gejala keunikan dan keindahan
alam yang terdapat dalam zona pemanfaatan taman nasional. Jenis usaha
pariwisata alam berupa usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata
tirta, angkutan wisata, cinderamata, sarana wisata budaya. Usaha pariwisata
dilaksanakan dengan persyaratan luas kawasan yang dimanfaatkan untuk
pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas
zona pemanfaatan taman nasional, bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya
setempat dan tidak merubah bentang alam. Keputusan Menteri Kehutanan nomor
167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di
Kawasan Pelestarian Alam. Sarana dan Prasarana tersebut dibangun di zona
pemanfaatan taman nasional dengan dibebani ijin pengusahaan pariwisata alam.
Areal izin pengusahaan pariwisata alam yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan sarana dan prasarana maksimum 10%.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1991 tentang
Kehutanan. Asas dan tujuan penyenggaraan kehutanan yaitu asas manfaat dan
lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.
Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan
dan berkelanjutan dengan:
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional.
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi; fungsi konservasi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial,
budaya, dan ekonomi yang seimbang, dan lestari.
3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
4. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan
keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan berwawasan
lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi
serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal.
5. Menjamin distribusi dan manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
6. Konvensi UNESCO mengenai Warisan atau Pusaka Dunia. Taman Nasional
Ujung Kulon disahkan sebagai Warisan Alam Dunia oleh UNESCO nomor
SC/Eco/5867.2.409 karena memiliki fenomena alam yang sangat istimewa
dengan keindahan dan nilai estetika yang luar biasa dan memiliki habitat
13

alami yang sangat penting untuk konservasi keanekaragaman hayati secara in-
situ.
1. Struktur Organisasi
Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Ujung Kulon ditentukan
berdasarkan keputusan Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Nomor
95/Kpts/BTNUK-12/2003.

BALAI TAMAN NASIONAL


UJUNG KULON
NLKXZKLXN

SUB BAGIAN
TATA USAHA
SEKSI SEKSI
SEKSI
PENGELOLAA PENGELOLAA
PENGELOLAA
N TAMAN N TAMAN Urusan Umum,
N TAMAN
NASIONAL NASIONAL Perlengkapan
NASIONAL
WILAYAH I WILAYAH II dan Rumah
WILAYAH III
P. PANAITAN HANDEULEUM Tangga
SUMUR

Urusan
Staf Seksi Staf Seksi Staf Seksi Kepegawaian

Resort Legon Resort Legon Resort


Kadam Pakis Tamanjaya Urusan
Keuangan

Resort Legon Resort Resort


Bajo Kalejetan Katapang
Urusan
Resort Karang Program dan
Ranjang Resort Kopi Anggaran

Resort P. Resort Padali


Handeuleum Urusan
Data,Evaluasi
& Pelaporan
Resort P. Resort
Peucang Cibadak

Urusan
Resort Resort Kerjasama dan
Citelang Rancapinang Kehumasan

Resort Cibunar
Urusan
KELOMPOK JABATAN Perlindungan
FUNGSIONAL TERTENTU dan
: Pengendalian
Kebakaran
1. Pengendali Ekosistem Hutan
Hutan
2. Polisi Kehutanan/Satgas
Ket : POLHUT Urusan
---------- : Garis Perintah Pengawetan,
3. Penyuluh Kehutanan
:- - - - - : Garis Pemanfaatan &
4. Pengelola Pengadaan pelayanan
Koordinasi Barang dan Jawa

Gambar 2 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon


Sumber : Balai Taman Nasional Ujung Kulon
14

2. Tugas dan Tanggung Jawab


Balai Taman Nasional Ujung Kulon merupakan sebuah unit pelaksana
teknis dari Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan Republik Indonesia. Pengelolaannya mengacu pada 3 prinsip
konservasi yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, serta pemanfaatan
yang lestari. Taman Nasional dipimpin oleh seorang Kepala Balai dalam
menjalankan manajemen pengelolaan.
a. Kepala Balai
Kepala balai memiliki tugas untuk melaksanakan, memimpin, memberi
petunjuk, mengatur kawasan dalam melaksanakan pelayanan informasi dan
bimbingan teknis pengembangan Taman Nasional Ujung Kulon, perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan Taman Nasional Ujung Kulon beserta
ekosistemnya, pengawasan hutan dan lingkungan, konservasi jenis sumberdaya
alam hayati dan bina wisata alam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tanggung jawab Kepala Balai yaitu terlaksananya tugas dan fungsi Balai Taman
Nasional Ujung Kulon, terjalinnya kerjasama dan koordinasi dengan instansi lain
berkaitan dengan tugas dan fungsi Taman Nasional. Wewenang Kepala Balai
yaitu menilai tugas bawahan dan menegur bawahan yang melanggar disiplin.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Tugas dan misi jabatan Kepala Sub Bagian Tata Usaha yaitu memberi tugas,
memberi bimbingan dan arahan serta mengoreksi, mengawasi dan menilai tugas
bawahan dalam kaitannya dengan kegiatan ketatausahaan sesuai dengan misi dan
fungsi organisasi. Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari urusan kepegawaian, urusan
keuangan, urusan umum, urusan evaluasi, perencanaan dan program, urusan data,
laporan dan statistik, urusan pemangkuan, perlindungan dan penanggulangan
kebakaran hutan, urusan promosi, pemanfaatan dan kerjasama pengelolaan
kawasan dan urusan angkutan darat dan laut.
Urusan kepegawaian mempunyai tugas mengkaji dan mengelola data mutasi
dan pengembangan kepegawaian di lingkungan Balai Taman Nasional Ujung
Kulon dengan merekapitulasi dan mentabulasi sesuai dengan jenis
pemasalahannya sebagai data dan bahan menyeleksi, menentukan dan menetapkan
pengelola dan pengurusan pegawai. Urusan kepegawaian terbagi menjadi tiga
bagian yaitu penata usaha kepegawaian, penyaji data mutasi dan formasi
kepegawaian, dan memproses kesejahteraan dan pengembangan pegawai. Penata
usaha kepegawaian mempuyai tugas penyelenggaraan kegiatan tata usaha
kepegawaian dengan mencatat data dan informasi, mengumpulkan, menghimpun
dan menyimpan berkas-berkas kepegawaian, penyaji data mutasi dan formasi
kepegawaian mempunyai tugas menyiapkan bahan konsep daftar urut
kepangkatan, usul pengangkatan, kenaikan pangkat, gaji berkala dan keputusan
pegawai sesuai dengan keputusan yang berlaku. Memproses kesejahteraan dan
pengembangan pegawai mempunyai tugas menyiapkan dan menyusun bahan
konsep pengembangan dan kesejahteraan pegawai, pendidikan, pelatihan, izin
belajar, ujian dinas, skrining pegawai, prajabatan, daftar penilaian pekerjaan, izin
cuti, hadir, dan lembur, permintaan kartu pegawai, suami, istri, taspen, dan akses.
15

Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan pengurusan bidang


keuangan yang meliputi penerimaan, pengeluaran, pertanggungjawaban,
perbendaharaan serta gaji pegawai. Pemegang buku mempunyai tugas menelaah
hasil analisis data yang berkaitan dengan pembukuan anggaran rutin dan
pembangunan lingkup Balai Taman Nasional Ujung Kulon sebagai dasar
pelaksanaan kerja. Bendahara mempunyai tugas menerima, menyimpan,
membayarkan, mengeluarkan, atau menyerahkan uang. Pembuat daftar gaji
mempunyai tugas membuat konsep dan menyimpan daftar gaji pegawai serta
membayarkan dan meyusun surat pertanggung jawaban sebagai bahan laporan ke
kantor perbendaharaan dan kas negara sesuai petunjuk atasan.
Urusan umum mempunyai tugas pengurusan tata usaha rumah tangga dan
perlengkapan, mencatat surat masuk dan keluar, mendistribusikan serta mengetik
konsep surat dan nota dinas. Urusan evaluasi, perencanaan dan program
mempunyai tugas menyusun, menganalisa dan mengevaluasi data sebagai baHan
menyusun rencana program dan proyek pembangunan Balai Taman Nasional
Ujung Kulon sesuai dengan pedoman dan standar yang ada atas dasar petunjuk
atasan. Urusan data, laporan dan statistik mempunyai tugas menyajikan data dan
laporan berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dan laporan yang
masuk sebagai bahan evaluasi, penyusunan penataan kawasan, penyusunan
program Taman Nasional Ujung Kulon dan laporan bagi atasan.
Urusan pemangkuan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan
mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah serta menelaah dengan cara
mencatat, merekapitulasi, dan menghimpun data terhadap gangguan kawasan,
flora, dan fauna hasil operasi gabungan dan penanganan kasus gangguan
kebakaran hutan serta berbagai hal yang berkaitan dengan bahan pemangkuan,
perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan sebagai masukan bagi atasan.
Urusan promosi, pemanfaatan dan kerjasama pengelolaan kawasan
mempunyai tugas menelaah dengan cara mempelajari dan meneliti kelengkapi
surat izin bagi peneliti domestik atau asing, pembuatan film atau video,
rekapitulasi data pengunjung, potensi kawasan, kader konservasi promosi,
kegiatan wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan, perizinan, dan
permasalahan kawasan serta kerjasama dalam pengelolaan kawasan sebagai
pertimbangan dalam proses penyelesaian kegiatan pemanfaatan. Urusan angkutan
darat dan laut mempunyai tugas dan bertanggungjawab terhadap kelayakan
berbagai alat transportasi baik darat dan laut di Balai Taman Nasional Ujung
Kulon.
c. Kepala Seksi Konservasi
Tugas dan misi jabatan Kepala Seksi yaitu membagi tugas, membimbing,
memberi petunjuk kepada bawahan, menyusun konsep surat yang bersifat khusus
dan rahasia, melaksanakan penyusunan program pemangkuan, perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan kawasan taman nasional beserta ekosistemnya serta
informasi dan promosi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab
Kepala Seksi yaitu melakukan pembinaan dan pengembangan keterampilan
prestasi bawahan, objektifitas penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan,
kelancaran pelaksanaan tugas seksi konservasi. Wewenang Kepala Seksi
Konservasi yaitu menyetujui dan menolak konsep bawahan, meminta dan
memberi informasi, mengajukan saran dan permasalaan kepada atasan.
16

d. Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok Jabatan Fungsional dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kelompok
Jabatan Fungsional Jagawana, Kelompok Jabatan Fungsional Teknisi Kehutanan,
Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan. Setiap Kelompok Jabatan
Fungsional tersebut memiliki tugas dan misi kepada Kepala Balai. Kelompok
Jabatan Fungsional Jagawana mempunyai tugas dan misi jabatan untuk
mengamankan kawasan taman nasional dengan upaya pereventif, refresif, dan
proaktif dengan melaksanakan patroli, pengawasan dan pemeriksaan pengunjung
dan masyarakat sekitar taman nasional. Kelompok Jabatan Fungsional Jagawana
bertanggung jawab kepada Kepala Balai Taman Nasional. Kelompok Jabatan
Fungsional Teknisi Kehutanan mempunyai tugas dan misi jabatan untuk
melaksanakan kegiatan identifikasi, inventarisasi kawasan, penataan zonasi
kawasan dan pembinaan habitat. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh
Kehutanan mempunyai tugas memberikan penyuluhan terhadap masyarakat
sekitar taman nasional dengan cara anjang sana, temu wicara, kunjungan
kelompok tani, sekolah, majelis Ta’lim dengan tujuan agar masyarakat sekitar
kawasan hutan sadar akan kepentingan konservasi sumberdaya alam Hayati dan
ekosistemnya sebagai sistem penyangga kehidupan.
e. Resort Wisata
Resort wisata mempunyai tugas melaksanakan tugas wisata, sesuai dengan
potensi dan fasilitas yang tersedia, melayani pengunjung, mengatur penggunaan
kamar (penginapan), dan menarik sewa penginapan serta fasilitas lain sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rincian tugas
Resort Wisata yaitu sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pengelolaan wisata.
2. Menyiapkan penggunaan ruang atau kamar untuk keperluan
pengunjung.
3. Mengurus dan mengatur serta membersihkan ruang/kamar agar selalu
bersih dan siap digunakan.
4. Membantu dan atau bersama-sama dengan Kepala Resort setempat
melaksanakan pengamanan kawasan.
5. Mengurus penerimaan pengunjung baik yang datang maupun yang
pulang dengan mengisi buku yang sudah disediakan.
6. Memungut karcis masuk, sewa kamar, dan sewa penggunaan fasilitas
lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Melakukan pencacatan/pembukuan hasil pungutan serta menyetorkan
pungutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Mengajukan permohonan bahan atau peralatan yang diperlukan dalam
rangka pengelolaan wisata.
9. Melaporkan apabila ada kerusakan bangunan atau peralatan kepada
Kepala Balai agar kondisinya tetap baik dan siap pakai.
10. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan
11. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan.
17

3. Visi, Misi dan Kebijakan Taman Nasional Ujung Kulon


Visi dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2015-2025 adalah “
Taman Nasional Ujung Kulon menjadi center of excellence konservasi Badak
Jawa di Dunia”. Misi dari Taman Nasional Ujung Kulon adalah sebagai berikut :
1. Memantapkan kelembangaan Taman Nasional Ujung Kulon.
2. Memantapkan penataan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
3. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon.
4. Mengembangkan program konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus),.
5. Meningkatkan kelestarian flora, fauna, dan ekosistem Taman Nasional Ujung
Kulon.
6. Memanfaatkan Sumberdaya Alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
7. Meningkatkan fungsi Taman Nasional Ujung Kulon bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, penelitian, dan pendidikan.
G. Daya Tarik dan Obyek Wisata
Resort Handeleum yang merupakan salah satu obyek wisata yang
disinggahi oleh wisatawan Taman Nasional Ujung Kulon. Pulau Handeleum
terdiri dari delapan gugusan pulau. Tapi tidak semua pulau bisa dijadikan tempat
persinggahan pengunjung karena hanya satu pulau yang terdapat kehidupan dan
dijadikan sebagai Kantor Resort Pulau Handeleum yaitu berada di pulau keempat
Handeleum.
Obyek wisata yang disediakan di Resort Handeleum yaitu cannoing di
Sungai Cigenter. Sungai Cigenter ini tidak berada di Pulau Handeleum melainkan
berada di Pulau Semenanjung Kulon. Sebelumnya Sungai Cigenter ini adalah
wilayah zona inti yang tidak boleh dijadikan sebagai tempat wisata. Namun pada
tahun 2001 Sungai Cigenter dibuka sebagai obyek wisata cannoing.
Daya tarik dari Sungai Cigenter yaitu sepanjang sungai dapat dinikmati
keindahan dari Sungai Cigenter. Sepanjang sungai ini ditumbuhi oleh pohon
nipah. Pohon nipah yang merupakan sejenis dengan pohon palem paleman. Jika
ditelusuri semakin ke dalam Sungai Cigenter terdapat pohon yang mempunyai
tajuk lebar sehingga menutupi jalur sungai sehingga pengunjung yang melakukan
aktivitas cannoing akan dapat merasakan wildlife.

(a) Sungai Cigenter yang (b) Pengunjung yang menikmati


dikelilingi pohon nipah cannoing di Sungai Cigenter

Gambar 3 Kondisi kawasan dan aktivitas pengunjung di Sungai Cigenter


18

Sungai Cigenter sebagai daya tarik Resort Handeuleum memiliki padang


pengembalaan untuk banteng. Walaupun padang pengembalaan banteng di Resort
Handeleum tak seluas padang pengembalaan di Cidaon tapi tetap ada banteng
yang datang ke padang pengembalaan di Resort Handeleum. Padang
pengembalaan ini berada di Pulau Semenanjung Kulon bersebelahan dengan
Sungai Cigenter.

Gambar 4 Padang pengembalaan di Resort Handeleum

Sebagai obyek wisata di Taman Nasional Ujung Kulon Resort Handeleum


sendiri memiliki pantai pasir karang. Pantai ini berada belakang di Pulau
Handelueum. Pantai ini mempunyai daya tarik pada sore hari melihat mataHari
terbenam. Kemudian tak hanya itu dari pantai ini terlihat semua jejeran Pulau-
Pulau Handeleum saling berdekatan dan pulau yang ditumbuhi oleh pohon bakau.

(a) Melihat sunset di Pantai Pasir (b) Pantai Pasir Karang di pusat
Karang Pulau Handeleum
Gambar 5 Pantai Pasir Karang di pusat Pulau Handeleum
dan pengunjung dapat melihat sunset di Pantai Pasir Karang
H. Aksesibilitas

Resort Handeleum yang terletak di dalam Kawasan Taman Nasional


Ujung Kulon dapat ditempuh dengan kapal dari dermaga Taman Jaya sekitar 1,5
jam, alternatif lainnya dapat dari dermaga Sumur sama seperti dari dermaga
Taman Jaya transportasi yang digunakan yaitu kapal ditempuh sekitar 1,5 jam (90
menit) perjalanan. Sedangkan untuk menuju ke dermaga Sumur diperlukan waktu
3 jam (180 menit) dari Kota Serang, dan 7 jam (420 menit) menuju ke dermaga
Taman Jaya apabila menggunakan transportasi umum dapat menggunakan mobil
elf (mini bus). Jalan menuju kedua dermaga ini kurang baik, karena sepanjang
jalan menuju dermaga Sumur, ataupun Taman Jaya jalan yang rusak membuat
perjalanan terasa lama.
19

Tabel 5 Rute perjalanan menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon


Jalur Trasportasi Rute Waktu Tempuh Jarak
Darat Jakarta-Serang-Pandeglang- 6-7 jam 225 km
Labuan-Sumur-Tamanjaya
Jakarta-Cilegon-Anyer-Carita- 7-8 jam 244 km
Labuan-Sumur-Tamanjaya
Labuan-Sumur 3-4 jam 73 km
Sumur-Tamanjaya 1 jam 40 km
Labuan-Padali 1,5 jam 61 km
Laut Padali-Cibadak 1 jam 12 km
Labuan-Pulau Peucang 4-5 jam 77 km
Labuan-Pulau Handeuleum 3,5-4 jam 63 km
Labuan-Tamanjaya 3,5-4 jam 62 km
Sumur-Pulau Peucang 2.5-3 jam 56 km
Sumur-Pulau Handeuleum 1,5-2 jam 48 km

Apabila menggunakan jalur laut dari Labuan lansung ke Pulau Handeleum


dapat menggunakan perahu. Pelabuhan di Labuan banyak kapal-kapal wisata
yang menawarkan paket/ trip ke Pulau Handeleum. Biasanya tarif yang
ditawarkan mulai dari harga Rp 5.000.000- Rp 6.500.000/hari untuk kapal
standrat, sedangkan kapal seperti kapal semi fery akan lebih mahal harganya.
Harga tersebut berbeda apabila menggunakan jalur laut dari dermaga Sumur
biasanya tarif harga sewa kapal relatif murah sekitar RP 3.500.000- Rp
4.500.000/malam. Tarif tersebut sama apabila menggunakan kapal keberangkatan
di dermaga Taman Jaya.
21

IV HASIL PELAKSANAAN

Pulau Handeleum sebagai salah satu obyek wisata di Taman Nasional


Ujung Kulon. Pulau Handeleum ini memiliki daya tarik yaitu Sungai Cigenter.
Sebagai tempat yang mempunyai daya tarik terdapat sebuah pengelolaan
pemanduan wisata di Pulau Handeleum. Pengelolaan pemanduan di Pulau
Handeleum ini berbeda dengan pemanduan wisata lainnya. Pemanduan wisata di
pulau ini memiliki petugas pemandu 4 orang. Setiap petugas di Pulau Handeleum
ini memiliki double jobdesk (pekerjaan rangkap) sebagai seorang yang bekerja di
bidang kehutanan dan juga sebagai pemandu wisata adapula yang hanya bekerja
sebagai pekerja harian lepas. Saat kegiatan pemanduan, petugas yang ada di Pulau
Handeleum ini melakuskan pemanduan wisata sebagai ranger (penjaga) untuk
pengunjung, namun tidak dipungkiri bahwa ranger ini harus memberi informasi
kepada wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengenai daya tarik yang ada
di obyek wisata Pulau Handeleum.
Saat kegiatan pemanduan sedang berlangsung pemandu wisata memiliki
materi yang disampaikan kepada pengunjung mengenai obyek wisata. Sebagai
pemandu wisata juga memiliki SOP (Standard Operating Procedure) yang
merupakan bagian dalam pengelolaan pemanduan yang ditentukan dan ditetapkan
oleh pihak Taman Nasional Ujung Kulon sebagai aturan dalam pemanduan
wisata.
A. Tugas Pemandu
Pemandu wisata adalah orang yang bertugas memberi penjelasan dan
bimbingan kepada wisatawan, serta melayani atau membantu apa yang menjadi
kebutuhan wisatawan kemudian, memberi penjelasan yang bermakna, mudah
dipahami, dan menarik pengunjung untuk membuat sesuatu yang sempit dan
dangkal menjadi sesuatu yang luas dan mendalam (Bahriyah 2013). Pengertian
seorang pemandu wisata ini berbeda dengan pemandu wisata di Pulau
Handeleum.
Pemandu wisata di Pulau Handeleum walaupun memiliki double jobdesk
namun, dalam pekerjaan di bidang pemanduan sehingga kegiatan pemanduan
wisata di Pulau Handeleum hanya sebagai pendamping saja untuk menemani
wisatawan untuk ke obyek wisata. Pemandu yang umumnya mempunyai tugas
utama yaitu memberi informasi mengenai obyek wisata yang ada di Pulau
Handeleum ini akan tetapi hanya sebagai pendamping wisatawan dan menjaga
wisatawan menuju obyek wisata Pulau Handeleum. Sebagai seorang pemandu
(ranger) juga akan memberikan sebuah penjelasan dan bimbingan selama dalam
pemanduan dilakukan.
B. Jalur Wisata dan Materi Pemanduan
Pemanduan wisata yang ada di Resort Handeleum ini berdasarkan jalur
obyek yang ada di Pulau Handeleum seperti obyek wisata cannoing Cigenter.
Jalur pemanduan ke Cigenter cukup mudah dilalui. Jalur yang digunakan yaitu
melalui jalur laut menuju ke Sungai Cigenter.
Untuk menuju ke obyek wisata ini pengunjung harus membeli tiket masuk
seharga Rp 5000,-/orang untuk hari weekdays, dan Rp 7.500,- /orang untuk
22

weekend. Sedangkan WNA seharga Rp 150.000,-/ orang. Harga - harga tersebut


diluar dengan petugas dan perahu canno yang akan digunakan untuk cannoing.
Harga sewa petugas dan perahu canno pengunjung harus mengeluarkan uang
Rp50.000,-. Menuju ke obyek wisata Cigenter pengunjung harus memakai perahu
titing (sejenis speedboat) terlebih dahulu kemudian baru mengggunakan perahu
canno untuk melintasi Sungai Cigenter.
Sungai Cigenter ini memiliki panjang 12 km dan kedalaman mencapai 6 m.
Sehingga biasanya pengunjung hanya sampai setengah perjalanan. Sepanjang
Sungai Cigenter ini dikelilingi oleh pohon nipah. Kemudian obyek wisata
Cigenter ini mempunyai daya tarik yaitu melihat satwa-satwa seperti ular yang
melingkar di pohon nipah, juga berbagai jenis burung. Burung yang biasa
ditemukan di jalur ini seperti Burung Bondol Peking (Lonchura punctulata),
Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Kangkareng Dada Putih (Anthracoceros
albirostris). Bila beruntung pengunjung juga akan menemukan satwa reptil seperti
Buaya dan satwa mamalia seperti Tupai di Sungai Cigenter. Ujung dari Sungai
Cigenter ini terdapat obyek seperti air terjun kecil. Kemudian di dekat aliran
Sungai Cigenter ini terdapat mata air, sehingga aliran mata air ini mengalir
menuju ke Sungai Cigenter. Pengunjung yang ke Sungai Cigenter ini dapat
menikmati suasana alam liar dengan cannoing.

Gambar 6 Petugas yang sedang memandu Pengunjung


Pemberian materi tentang Sungai Cigenter saat pemanduan di Resort
Handeleum ini tidak seperti di tempat wisata lainnya. Kegiatan pemanduan di
Pulau Handeleum lebih mengarah kepada untuk mengantarkan pengunjung saja
dibandingkan melakukan kegiatan pemanduan untuk menyampaikan suatu
informasi atau pesan terkait dengan obyek wisata tersebut. Hal tersebut tidak
selalu seperti itu, terkadang sebagai ranger yang menemani seorang pengunjung
akan ada sebuah interaksi ranger seperti menjelaskan kepada wisatawan mengenai
obyek dan daya tarik di Sungai Cigenter di Resort Handeleum.
C. SOP (Standard Operating Procedure) Kegiatan Pemanduan
1. Standard Operating Procedure(SOP) Bagi Pemandu
Terdapat beberapa Standard Operating Procedure (SOP) bagi pemandu
atau ranger di Resort Handeleum. Mulai dari kondisi fisik dimana seorang
pemandu harus berpakaian sopan. Kemudian pemandu harus membawa alat
pengaman berupa golok, dimana alat tersebut berfungsi membantu pemandu
sebagai alat perlindungan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan. Alat dayung
harus digunakan saat melakukan cannoing.
23

Peraturan tentang pakaian bagi pemandu Resort Handeleum pakaian yang


digunakan pemandu biasanya memakai kaos lapang kemudian memakai celana
lapang atau celana jeans. Pakaian yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pemanduan tidak ada aturan secara tersurat melainkan Hanya tersirat dengan
menggunakan pakaian yang terlihat sopan dan rapih.
Penyampaian pemandu di Resort Handeleum masih kurang komunikatif.
Kegiatan pemanduan berlansung seorang pemandu atau ranger hanya diam
menemani saja dan hanya pengunjung yang aktif bertanya kepada ranger.
Beberapa contoh pertanyaan yang umum ditanyakan yaitu “jenis hewan apa saja
yang terdapat di Sungai Cigenter?, Seberapa panjang Sungai Cigenter?”. Sehingga
ranger hanya menjawab pertanyaan seorang wisatawan walaupun tidak
sepenuhnya seperti itu, ada pula ranger yang memberi informasi mengenai
kawasan tersebut. Bahkan apabila pengunjung dalam melakukan hal-hal
sembrono selama kegiatan pemanduan berlansung. ranger pun mengambil
tindakan dengan bersikap tegas. Seperti mengulangi peraturan yang tidak boleh
dilakukan oleh pengunjung pada saat dilakukannya kegiatan pemanduan.
2. Standard Operating Procedure (SOP) Bagi Peserta Pemanduan
Resort Handeleum tidak memiliki peraturan yang ketat bagi peserta
pemanduan yang berkunjung. Berikut SOP yang diberikan bagi peserta yaitu ,
peserta yang datang tidak boleh membuang sampah sembarangan dan harus
membawa sampahnya kembali ke tempat asalnya, tidak boleh asal mengambil
barang yang ada di daerah Pulau Handeleum ataupun peserta tidak boleh merusak
objek yang ada di Pulau Handeleum harus mematuhi peraturan yang di tempat
wisata ini berupa dilarang berbicara terlalu keras karena ditakutkan akan
mengganggu satwa yang ada di Sungai Cigenter serta memberi makan satwa liar
baik di pulau ini seperti memberi makan monyet, dan rusa maupun saat di Sungai
Cigenter. Kemudian Peserta pun tidak boleh kabur ataupun keluar dari kegiatan
pemanduan. Jika peserta ingin pergi ke toilet peserta izin kepada pemandu.
D. Kegiatan Pemanduan Wisata
Kegiatan pemanduan di Sungai Cigenter memiliki sebuah peraturan mengenai
proses pemanduan. Standarnya, proses pemanduan di Sungai Cigenter ini
memiliki standrat waktu antara 45 menit - 1 jam (60 menit). Waktu tersebut
mencakup satu obyek wisata yang terdapat di pulau tersebut. Terkadang terdapat
perbedaan waktu antara wisatawann lokal dan mancanegara. Biasanya wisata
mancanegara akan lebih lama saat bercannoing yaitu sekitar 1 hingga 2 jam.
1. Sikap Pemandu
Kegiatan pemanduan sikap pemandu kurang aktif ini dikarenakan
pemandu juga sambil melakukan kegiatan cannoing yaitu mendayung cano.
Pemandu kurang berinisiatif untuk menjelaskan objek wisata yang ada di Pulau
Handeleum. Pemandu akan menjelaskan objek wisata tersebut, jika pengunjung
yang menanyakan terlebih dahulu kepada pemandu. Pengunjung bersikap aktif
dengan sering mengajukan pertanyaan kepada pemandu.
Pemandu hanya menemani pengunjung melihat objek wisata dan jika ada
pertanyaan, pemandu akan menjelaskan mengenai objek wisata tersebut. Pemandu
meskipun memiliki sikap kurang aktif, namun tetap bersikap ramah terhadap
24

pengunjung seperti selalu tersenyum dan selalu mengingatkan agar selalu berhati-
hati. Sikap pemandu ini tidak memandang usia baik pengunjungnya seorang anak-
anak maupun dewasa.
2. Bahasa
Saat kegiatan pemanduan, biasanya ranger menggunakan bahasa semi baku
dan terlihat bahasa yang digunakan disesuaikan dengan wisatawan yang
berkunjung. Apabila wisatawannya adalah seorang anak-anak biasanya ranger
akan memberikan sebuah penjelasan secara singkat mengenai daya tarik yang ada
di Sungai Cigenter. Misal nipah pohon yang sejenis palem paleman. Berbeda
dengan wisatawan yang dewasa biasanya ranger akan terlihat kurang aktif selama
kegiatan pemanduan berlansung. Kemudian seorang ranger akan lebih memberi
informasi kepada pengunjung hanya seperlunya saja dengan bahasa yang semi
baku.
Apabila wisatawan mancanegara yang sedang berlibur dan memiliki
keinginan untuk melihat sungai cegenter. Biasanya pengunjung itu sudah
memakai tourguide dari travel yang digunakan oleh pengunjung mancanegara
tersebut sehingga, ranger hanya sebatas menemani kegiatan pemanduan. Tetapi
jika turis mancanegara tersebut tidak memakai sebuah jasa travel melainkan
hanya secara profesional biasanya petugas lainnya akan menugaskan orang yang
berbakat berbahasa asing hanya dalam kejadian ini jarang ditemukan.
3. Jumlah Wisatawan yang Dipandu

Pengunjung yang biasa dipandu tergantung dengan berapa orang peserta.


Dalam kegiatan wisata canooing seperti misal canoing ke Sunagi Cigenter tidak
bisa semua sekaligus melakukan kegiatan cannoing melainkan harus dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil apabila pengunjung merupakan kelompok
besar. Perahu cano yang berukuran besar Hanya dapat menampung 6-7 orang.
Orang-orang tersebut sudah termasuk dengan petugas yang mendayung dan
memandu. Sehingga untuk melakukan kegiatan ini adanya keterbatasan fasilitas.
Perahu cano yang ada disana terdapat hanya 5 saja dan ada 30 dayung. Kemudian
kurangnya peralatan lifejacket untuk menjaga keselamatan para pengunjung yang
melakukan kegiatan cannnoing.

Gambar 7 Perahu canno yang biasa digunakan untuk mengunjungi


ke Sungai Cigenter
25

E. Penilaian Pemandu Wisata


Kepuasan pengunjung merupakan hasil interaksi antara pengalaman dan
ekspektasi pengunjung sebelum dan sesudah suatu produk atau layanan. Sebelum
pengunjung datang ke Pulau Handeleum pada umumnya pengunjung sudah
mempunyai sebuah pengharapan yang nantinya ingin mereka capai ketika berada
Pulau Handeleum. Persepsi masyarakat atas hasil pelayanan pemanduan yang
diberikan oleh pihak pengelola.
1. Karateristik

Setiap pengunjung yang datang ke Sungai Cigenter memiliki karakteristik


yang berbeda-beda. Penyebaran kuisioner dilakukan di Pulau Handeleum setelah
adanya kegiatan pemanduan wisata Sungai Cigenter. Penyebaran kuesioner ini
sebanyak 30 responden.
Tabel 6 Karateristik Pengunjung terhadap kegiatan pemanduan
di Resort Handeleum
Persentase
Karakteristik Jumlah
(%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 11 37
Perempuan 19 63
Usia 25-30 tahun 20 67
31-35 tahun 8 27
>35 tahun 2 6
Status Pernikahan Belum Menikah 21 72
Menikah 9 28
Pendidikan terakhir SMA 22 71
Sarjana (S1) 8 29
Pekerjaan Wiraswasta 2 7
Pelajar/maHasiswa 20 67
Guru 4 13
Karyawan 4 13
Pendapatan Rp 500.000 - Rp1.000.000 22 48
Rp 1.000.000 - Rp2.000.000 4 43
>Rp 2.000.000,00 4 9
Jenis Kunjungan Rombongan Tour 30 100
Jumlah Kunjungan Sekali 26 85
2x 4 15
Jumlah pengeluaran wisata Rp 750.000,00-
30 100
Rp 850.000,00

Karakteristik pengunjung yang mendominasi yaitu perempuan (63%).


Umur yang paling dominan berusia 25-30 tahun (67%). Hal ini disebabkan karena
obyek wisata alam yang banyak dimiinati sehinnga pengunjug yang masih berusia
muda pergi untuk ke Resort Handeleum untuk menikmati wisata alam. Hasil
persentase usia yang paling dominan 25-30 tahun mempengaruhi status
pernikahan dan pendidikan yaitu belum menikah kemudian status pendidikan
terakhir yang rata-rata SMA. Status pendidikan terakhir pun terkait dengan
pekerjaan. Status pendidikan terakhir pekerjaan yang dominan pun umumnya
masih seorang pelajar/ mahasiswa. Pendapatan juga terkait dengan pekerjaan.
Pendapatan yang paling dominan yaitu Rp 500.000,00 - Rp 1.000.000,00 dengan
persentase 48%.Jenis kunjungan pengunjung di Resort Handeleum ini semuanya
merupakan rombongan tour. Jumlah kunjungan yang pertama kali ke Resort
26

Handeleum ini memiliki persentase 85%. Untuk jumlah kunjungan kedua kali
mayoritas merupakan guru sekolah alam yang pernah kembali ke Resort
Handeleum. Jumlah pengeluaran responden memiliki range sekitar Rp 750.000,00
- Rp 850.000,00.
2. Penilaian Pemanduan Wisatawan
Penilaian pemanduan wisata digunakan untuk mengetahui motivasi dan
persepsi pengunjung selama mengikuti kegiatan di Resort Handeleum dengan
penyebaran kuesioner kepada 30 pengunjung. Penilaian pengunjung ini didapat
setelah pengunjung mengikuti kegiatan pemanduan wisata di Resort Handeleum.
a. Motivasi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata
Pengujung yang datang ke Resort Handeleum mendapatkan infomasi dari
beberapa sumber. Beberapa sumber informasi yang didapat oleh pengunjung
mengenai Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon melalui beberapa
media. Adapun media yang dipakai pengunjung untuk memperoleh informasi dari
Resort Handeleum seperti ditunjukan pada Gambar 8.

media sosial 6.1

Media cetak 4.4

Media elektronik 4.4

Keluarga 2.9

Teman 3.1

1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 8 Motivasi sumber informasi pengunjung terhadap Resort Handeleum
Sumber informasi mengenai Resort Handeleum yang memiliki penilaian
tinggi yaitu dari media sosial memiliki penilaian sebesar 6,1. Berdasarkan dari
wawancara media sosial berpengaruh terhadap responden mengunjungi ke Resort
Handeleum. Media sosial ini seperti instagram sehingga merupakan pendorong
bagi pengunjung untuk ke Resort Handeleum. Kemudian penilaian motivasi
terendah yaitu 2,9 (Gambar 8). Hal ini dikarenakan menurut responden informasi
yan diberikan oleh keluarga kurang menarik dan spesifik mengenai Resort
Handeleum.
Pengunjung yang pergi ke Resort Handeleum mempunyai tujuan untuk
kunjungannya. Motivasi pengunjung untuk mengunjungi ke Resort Handeleum
Taman Nasional Ujung Kulon tidak semuanya sama. Adapun beberapa motivasi
pengunjung Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon seperti ditunjukan
pada Gambar 9.
27

spiritual 3.2

menambah wawasan 5.8

penelitian 3.2

wisata 6

1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 9 Motivasi berkunjung ke Resort Handeleum
Motivasi responden berkunjung ke Resort Handeleum yang memiliki
penilaian tertinggi berwisata. Menurut pengunjung yang berkunjung ke Resort
Handeleum adalah untuk berwisata, melepas penat dan refreshing. Hal ini
berkaitan dengan karateristik pekerjaan yang didominasi oleh pelajar/mahasiswa
yang banyak melakukan kegiatan pendidikan. Kemudian penilaian terendah yaitu
penilaian spritual dan penelitian (3,2), hal ini dikarenakan kurangnya responden
yang tertarik terhadap motivasi spritual dan melakukan penelitian di Resort
Handeleum.
b. Persepsi Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata
Pengunjung yang pergi ke Resort Handeleum mempunyai persepsi untuk
kunjungannya. Persepsi pengunjung untuk mengunjungi ke Resort Handeleum
Taman Nasional Ujung Kulon tidak semuanya sama. Adapun beberapa persepsi
pengunjung Resort Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

mengobrol 3.9
Mendapatkan informasi flora 2.8
Mendapatkan informasi fauna 2.8
Berfoto 5.8
Cannoing 6.6

1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 10 Persepsi pengunjung terhadap aktivitas di Sungai Cigenter

Pada gambar diatas (gambar 9) yang memiliki penilaian tertinggi yaitu


aktivitas cannoing (6,6). Berdasarkan Hasil wawancara responden yang
mengunjungi ke Resort Handeleum keinginan untuk beraktivitas cannoingi sangat
tinggi yang berkaitan dengan obyek wisata cannoing di Sungai Cigenter.
Kemudian aktivitas berfoto memiliki penilaian (5,8) agak setuju karena menurut
pengunjung saat melakukan aktivitas berfoto di Sungai Cigenter memiliki khas
28

tersendiri. Sehingga pengunjung menyukai berfoto di obyek Sungai Cigenter.


Penilaian yang terendah yaitu mendapatkan informasi flora sebesar 2,8 dan
mendapatkan fauna sebesar 2,8 karena menurut pengunjung selama beraktivitas
berlangsung jarang pengunjung mendapatkan informasi mengenai informasi baik
flora dan fauna yang secara spesifik di Sungai Cigenter.
Pada gambar merupakan penilaian persepsi responden terhadap informasi
yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan pemanduan di Resort Handeleum.
Penilaian persepsi responden terhadap informasi yang didapatkan setelah
mengikuti kegiatan pemanduan wisata di Resort Handeleum yang miliki penilaian
tertinggi yaitu informasi Sungai Cigenter. Menurut pengunjung informasi yang
didapatkan mengenai Sungai Cigenter ini hanya informasi secara umum dan
kurang detail sehingga pengunjung kurang terapresiasi terHadap penjelasan dari
ranger sendiri. Penilaian informasi fauna, informasi flora dan informasi terHadap
kawasan konservasi memiliki penilaian (2,9) yaitu kurang setuju. Hal ini juga
terkait dengan materi yang diberikan oleh ranger yang berprofesi sekaligus
sebagai pemandu wisata masih kurang ditunjukan kepada pengunjung.

Informasi Sungai Cigenter 3.4

Informasi fauna 2.9

informasi flora 2.9

Kawasan konservasi 2.9

1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Biasa saja
5 = Agak setuju 6 = setuju 7 = Sangat setuju
Gambar 11 Persepsi pengunjung terhadap informasi yang di dapatkan setelah
mengikuti kegiatan pemanduan wisata

Sehingga secara keseluruhan masih minimnya informasi yang diberikan


oleh pemandu wisata sehingga menurut responden setelah mengikuti kegiatan
pemanduan di Resort Handeleum kurang mendapatkan informasi yang diterima.
c. Nilai Kepuasan Terhadap Kegiatan Pemanduan Wisata
Penilaian kepuasaan Pengunjung terhadap kegiatan pemanduan wisata di
Resort Handeleum. Pengunjung yang pergi ke Resort Handeleum mempunyai
penilaian masing- masing yang didapatkan oleh pengunjung terhadap
kunjungannya. Nilai kepusaan pengunjung ke Resort Handeleum Taman
Nasional Ujung Kulon tidak semuanya sama. Penilaian kepuasaan pengungunjung
terkait terhadap pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang diberikan antara lain
penyampaian informasi, sikap pemandu, SOP pemandu, Suara pemandu pada
penyampaian informasi, dan penggunaan bahasa yang di gunakaan pemandu saat
kegiatan pemanduan berlansung.
29

Tingkat kepuasaan pengunjung ini akan menggambarakan seberapa puas


pengunjung terhadap pelayanan pemanduan wisata yang di berikan di Resort
Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon. Adapun penilaian pengunjung pada
gambar (gambar 12).

Penyampaian informasi 3.3

Sikap 3.7

SOP 2.5

Suara 2.7

Gaya bahasa 2.9

1 2 3 4 5 6 7
1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak puas 3 = Kurang puas 4 = Biasa saja
5 = Agak puas 6 = puas 7 = Sangat puas
Gambar 12 Nilai kepuasaan pengunjung terhadap kegiatan pemanduan wisata

Pada gambar diatas (Gambar 12) menunjukan penilaian responden


terhadap tingkat kepuasaan selama mengikuti kegiatan pemanduan wisata di
Resort Handeleum. Penilaian diatas mempunyai penilaian rata-rata 3. Hal ini
karenakan pengunjung kurang puas terhadap pelayanan pemanduan di Resort
Handeleum. Pengunjung mengeluhkan dari segi penyampaian informasi yang
memiliki penilaian 3,3. Yaitu kurang puas. Karena penyampaian informasi yang
diberikan oleh pemandu kurang menarik, serta kurang detail. Seperti penyampaian
informasi satwa Sungai Cigenter yang biasa ditemukan apa saja. Pemandu Hanya
menjelaskan hanya secara garis besar saja sehingga pengunjung masih kurang
puas. Penilaian sikap pemandu menurut penilaian pengunjung yaitu 3,7 kurang
puas.
Berdasarkan pengalaman pengunjung sikap pemandu disaat kegiatan
pemanduan kurang terlihat sikap ketegasannya. Menurut pengunjung pemandu
lebih bersikap diam dan kurang aktif saat pemberian materi. Penilaian SOP
(Standard operating procesdure) suara, dan gaya bahasa, bagi pemandu
mendapatkan nilai 2,5, 2,7, dan 2,9. Berdasarkan penilaian bebeberapa
pengunjung, seperti pengunjung berdasakan sesuai rombongan pengunjung
remaja- dewasa pemandu memakai pakaian yang kurang rapi seperti hanya baju
kaos dan celana jeans sehingga menurut pandangan dari pengunjung pemandu
mempunya standrard operating procesdure yang masih kurang.
Penilaian suara pemandu wisata menurut rombongan tersebut suara
pemandu yang meyampaikan informasi terlalu pelan menyebabkan pengunjung
tidak mendengarkan. Kemudian gaya bahasasa yang dipakai oleh pemandu masih
kurang formal menurut penilaian pengunjung rombongan. Berdasarkan
pengalaman pengunjung, pemnadu saat menerangkan terkadang memakai istilah
istilah bahasa sunda. Sehingga pengunjung sukar untuk mengerti apa yang
disampaikan oleh pemandu. Berbeda lagi dengan versi pengunjung rombongan
sekolah alam. Berdasarkan wawancara kepada pengunjung dari guru-guru sekolah
30

alam saat melakukan kegiatan pemanduan. Pemandu menyampaikan informasi


sudah cukup jelas dan bahasa yang digunakan oleh pemandu pun sudah detail bagi
penjelasan untuk sebatas anak-anak sekolah. SOP (standrard operating
procesdure) yang digunakan juga telah memenuhi standrat seperti berpakaian
rapi. Memakai kemeja. Sehingga penilaian bagi guru-guru sekolah alam sudah
cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan pada saat pemanduan.
31

V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Pengelolaan pemanduan di Resort Handeleum petugas sebagai pendamping
untuk menemani wisatawan untuk ke obyek wisata. Walaupun sebagai
pemdamping petugas Resort Handeleum juga melakukan suatu kegiatan
pemanduan bagi pengunjung.

2. Jalur pemanduan di Resort Handeleum yaitu Sungai Cigenter. menuju ke


obyek wisata ini pengunjung harus membeli tiket masuk seharga Rp 5000,-
/orang untuk Hari weekdays, dan Rp 7.500,- /orang untuk weekend. Sedangkan
WNA seharga Rp 150.000,-/ orang. Harga-harga tersebut diluar dengan
petugas dan perahu canno yang akan digunakan untuk cannoing. Harga sewa
petugas dan perahu canno pengunjung harus mengeluarkan uang Rp50.000,-.

3. SOP (Standard Operating Procedure) Pakaian yang digunakan untuk


melakukan kegiatan pemanduan tidak ada aturan secara tersurat melainkan
hanya tersirat dengan menggunakan pakaian yang terlihat sopan dan rapih.
SOP bagi peserta yang datang tidak boleh membuang sampah sembarangan,
tidak boleh asal mengambil barang yang ada di daerah Pulau Handeleum
ataupun peserta tidak boleh merusak objek yang ada di Pulau Handeleum dan
harus mematuhi peraturan yang di tempat wisata.

4. Kegiatan pemanduan wisata kegiatan pemanduan sikap pemandu kurang aktif


ini dikarenakan pemandu juga sambil melakukan kegiatan cannoing yaitu
mendayung canno. Pemandu kurang berinisiatif untuk menjelaskan objek
wisata yang ada di Pulau Handeleum. Saat kegiatan pemanduan, biasanya
ranger menggunakan bahasa semi baku, dan terlihat bahasa yang digunakan
disesuaikan dengan wisatawan yang berkunjung.

5. Pengunjung yang biasa dipandu tergantung dengan berapa orang peserta.


apabila pengunjung merupakan kelompok besar. Perahu cano yang berukuran
besar hanya dapat menampung 6 - 7 orang.

6. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap pemanduan wisata di Resort


Handeleum menunjukkan hasil bahwa rata – rata nilai kepuasan pengunjung
adalah tiga atau kurang puas. Penilaian tersebut disebabkan oleh beberapa
pengunjung yang belum merasa puas dengan kegiatan pemanduan di Resort
Handeleum.
32

B. Saran
1. Pengelolaan pemanduan masih kurangnya sumberdaya manusia untuk sebagai
pemandu wisata di Resort Handeleum. Sehingga diharapkan adanya
penambahan sumberdaya manusia di bidang pemanduan. Kemudian adanya
sebuah pelatihan khusus pemanduan. Sehingga menghasilkan sumberdaya
manusia yang berkualitas.

2. Adanya perhatian khusus mengenai peraturan Standard Operating Procesdure


bagi pemandu itu sendiri seperti adanya perturan tertulis mengenai pakaian saat
kegiatan pemanduan. Maupun Standard Operating Procesdure bagi
pengunjung seperti papan peringatan agar membawa kembali sampahnya.

3. Penambahan lifejacket untuk peserta pemanduan wisata di Resort Handeleum,


serta papan peringatan untuk disekitar kawassan obyek wisata Sungai Cigenter.
33

DAFTAR PUSTAKA

SK Menhut No. 284/ Kpts-II/92 Departemen Kehutanan 1980

Arta Dana EKI, MaHadewi Eka PN, Dewi Kusuma LGL. 2016. Persepsi
Wisatawan Mancanegara TerHadap Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata
di Desa Wisata Pinge Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Jurnal
IPTA. Vol. 4 Nomor 1.

Bahriyah Nurul E. 2013. Komunikasi Interpersonal Wisata dalam Mengenalkan


Indonesia pada Wisatawan Mancanegara[Skripsi]. Jakarta Esa Unggul.

Taman Nasional Ujung Kulon. Kondisi Umum. [27 Januari 2017].


www.ujungkulon.org

Hommel, P,W,F,M. 1987. Landscape-ecology of ujung kulon (West Java


Indonesia). Privately pusblished doctoral thesis wageningen

Anda mungkin juga menyukai