Referat Diare Kronis 2
Referat Diare Kronis 2
Oleh:
M. Nauval Marom
Sarah Yasmin R.
Yolenta Andika B.
0
Pembimbing:
dr. Bogi Pratomo W., Sp.PD-KGEH
1
ABSTRAK
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian
penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina,
2010). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001). Diare adalah
kondisi frekuensi defekasi yang lebih dari 3 kali sehari, serta konsistensi feses
yang cair (Widjaja, 2002). Menurut Smeltzer (2002) diare dapat terjad akut
ataupun kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu
(Widjaja, 2002). Penyakit diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
kondisi lingkungan, perilaku orang tua dan pemenuhan nutrisi. Kebanyakan dari
masyarakat selama ini hanya memahami bahwa diare terjadi dikarenakan
makanan yang sudah tercemar.
Berdasarkan waktu, diare dapat dibagi atas akut dan kronik. Diare
akut, sudah jelas masalahnya baik dari segi patofisiologi dan pengobatan, di
mana penyebab terbanyak yaitu infeksi. Sedangkan pada diare kronik,
diagnosis dan pengobatannya lebih rumit daripada diare akut. Angka
morbiditas diare kronik diantara semua penderita diare yang dirawat di
rumah sakit di Jakarta utara sekitar 1%. Diare kronik merupakan suatu
sindrom yang penyebab dan patogenesisnya sangat multi kompleks.
3
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai diare kronis yang merupakan kompetensi 3A sesuai SKDI 2012
melalui metode laporan kasus.
1.4.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai mengenai cara pencegahan diare kronis setelah mengetahui
faktor risiko timbulnya diare kronis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
5
(2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa
diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2)
Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat
badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang
berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila
cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang
bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Klasifikasi Diare Kronik berdasarkan penyebabnya terdiri dari:
a. Diare Inflamasi
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases
yang berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa
intestinal. Pada beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia,
hipoglobulinemia, protein losing enterophaty. Mekanisme inflamasi ini
dapat bersamaan dengan malabsorbsi dan meningkatnya sekresi
intestinal.
Pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi cairan
atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau proktitis
ulcerative. Terjadinya diare kronik yang berdarah dapat disebabkan oleh
Collitis Ulcerativa atau Chron’s Disease. Manisfestasi ekstraintestinal yang
timbul arthritis, lesi pada kulit, uveitis atau vaskulitis.
Diare yang terjadi pada IBD penyebabnya adalah kerusakan absorbsi
permukaan epitel dan pelepasan kedalam sirkulasi oleh sekretagogue
seperti leukotriens, prostaglandins, histamin dan sitoksin lain yang
merangsang sekresi intestinal atau system saraf enteric.
6
Diare inflamasi dapat dilihat pada pasien dengan enterokolitis radiasi
kronik akibat iradasi malignansi terhadap tractus urogenital wanita atau
prostat pria. Sekmen yang biasanya terlihat adalah ileum terminal, caecum
dan rektosigmoid.
Kolonoskopi dapat melihat menyempitnya lumen, ulcerasi, perubahan
inflamasi difus dan karakteristik mukosa telengiektasi yang dapat
menyebabkan perdarahan berat.
Diare juga terjadi sebagai hasil malabsorbsi asam empedu yang
disebabkan oleh inflamasi ileal atau pertumbuhan bakteri dari striktur
instestinal atau stasis.
Gastroentroenteritis Eosinophilic ditandai oleh infiltrasi beberapa
bagian traktus gastrointestinal oleh eosinophil. Gambaran klinik berupa :
diare, nyeri abdomen, neusea, muntah, penurunan berat badan,
eosinophilia perifer, steatorea dan protein losing enterophaty. Pada protein
losing enterophaty berat, dapat terjadi edema ferofer, asites dan
anasaarka. Penyakit ini merupakan variasi penyakit termasuk infeksi, IBD,
kondisi yang berhubungan dengan abstruksi limfatik dan akhir-akhir ini
terkait dengan infeksi yang disebabkan oleh HIV/AIDS. 1,5,6
b. Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi jika cairan yang dicerna tidak seluruhnya
aiabsorbsi oleh usus halus akibat tekanan osmotic yang mendesak
cairan kedalam lumen intestinal. Peningkatan volume cairan lumen
tersebut meliputi kapasitas kolon untuk reabsorbsi, nutrien dan obat
sebagai cairan yang aggal dicerna dan diabsorbsi.
Pada umumnya penyebab diare osmotic adalah malabsorbsi
lemak atau karbohidrat. Malabsorbsi protein secara klinik sulit diketahui
namun dapat menyebabkan malnutrisi atau berakibat kepada defisiensi
spesifik asam amino. Variasi kelainan ini dihubungkan dengan malabsorbsi
dan maldigesti. Maldigesti intraluminal terjadi oleh karena insufisiensi
eksoktrin pancreas jika kapasitas sekresi berkurang sampai 90%. Keadaan ini
terjadi pada pankreatitis kronik, obstruksi duktus pancreas,
somastostaninoma, kolestasis dan bacterial overgrowth.
7
Diare osmotic dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap
makanan tertentu seperti buah,gula/manisan, permen karet,makanan diet
dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak ddiabsorbsi seperti sorbitol
atau fruktosa. Kelainan congenital spesifik seperti tidak adanya hidrolase
karbohidrat atau defisiensi lactase pada laktosa intolerans dapat juga
menyebabkan diare kronik.
Malabsorbsi mukosa terjadi pada celiac sprue atau enteropati sensitive
glutein. Pasien dengan celiac sprue memiliki presentasi atipik yaitu gangguan
pertumbuhan, otot kecil, distensi abdomen, defisiensi besi, retardasi dan
anoreksia. Pada tropical sprue ditandai dengan malabsorbsi dan perubahan
histologik usus halus berupa atrofi villus, hiperplasia kripta, kerusakan epitel
permukaan dan infiltrasi mononuclear ke lamina propria.
Malabsorbsi Intestinal (Whipp;e’s Disease) disebabkan tropehyma
whippeli, umumnya terjadi pada usia dewasa. Manisfestasi berupa artralgia,
demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan keterlibatan sistem saraf.
A betalipoproteinemia disebabkan karena tidak adanya Apo B akibat
defek formassi kilomikron. Pada anak-anak dengan kelainan ini ditandai
dengan steatore, sel darah merah akantositik,ataksia,pigmentosa retinitis.
Steatore disebabkan juga oleh Giardia,Isospora,Strogyloides dan kompleks
mycobacterium avium. Steatore yang disebabkan oleh obet terjadi kerusakan
pada enterosit misalnya kolkisine, neomisin dan paraaminosalisilic acid.
Limpangiektasia menyebabkan protein losing enterophaty dengan steatorea,
tetapi absorbsi karbohidrat tetap baik misalnya pada post mukosal
obstruction of lymphatic channels. Penyakit ini dapat congenital atau didapat
misalnya trauma,limfoma,karsinoma atau Penyakit whipple.
Reseksi Intestinal yang luas dapat menyebabkan short bowel syndrome
berupa steatore akibat tidak adekuatnya absorbsi, menurunnya transit time,
dan menurunnya pool garam empedu. Faktor lain yang mungkin mendukung
diare dan short bowel syndrome adalah efek osmotic cairan non absorbsi,
hipersekresi gaster dan beberapa penyebab dari pertumbuhan bakteri.1,4,6
c. Diare Sekretori
8
Diare Sekretori ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena
abnormalitas cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan
dengan makanan yang dimakan. Diare ini biasanya menetap dengan puasa.
Pada keadaan ini tidak ada malabsorbsi larutan. Osmolalitas feses dapat
diukur dengan unsure ion normal tanpa adanya osmotic gap pada feses.
Diare sekretori terjadi pada Carcinoid tumor traktus gastrointestinal
sebagai suatu: Sindrom Carcinoid yaitu: episodic flushing, telangiectatic skin
lesions, sianosis, pellagra like skin lesions, bronchospasm dan cardiac murmur
yang disebabkan right sided valvular lesions. Sindrom ini terjadi akibat
substans vasoaktif sebagai secretagogue poten intestinal, misalnya seratonin,
histamin, katekolamin, prostaglandin dan kinin.
Sepertiga kasus diare ini adalah Sindroma Zollinger Ellison dan simtom ini
terjadi 10% kasus. Diare terjadi karena sekresi dengan volume tinggi asam
hidroklorik, maldigesti lemak akibat inaktivasi lipase pancreas dan rendahnya
pH asam empedu.
Pada adenoma pankreatik sel non beta, diare ini terjadi akibat sekresi
vasoaktif intestinal polypeptide(VIP) dihubungkan dengan Watery Diarrhea
Hypoklemia Achlorhydria (WDHA) yang sering terjadi diare massif,
akhlohidria, hipokalemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia tanpa
hiperparatiroidisme. Beberapa kasus dijumpai adanya flushing,miopati atau
nefropati.
Carcinoma Medular pada thyroid mungkin sekali menggambarkan
sindrom multiple neoplasia endokrin type II a dengan feokromositoma dan
hiperparatiroidisme. Diare ini dimediasi oleh kalsitonin yang dihasilkan oleh
tumor. Adanya diare pada medullari tumor menunjukkan suatu prognostic
yang buruk.
Mastosiosis Sistemik diare terjadi akibat mediasi histamin atau
amalabsorbsi yang disebabkan oleh infiltrasi mukosa intestinal oleh sel mast.
Diare yang disebabkan oleh Adenoma Villous pada rectum atau rektosigmoid
biasanya terjadi pada tumor yang besar dengan diameter 3-4 cm. Sering juga
disertai dengan hipokalemia.
9
Kolitis limfositik dan Kolitis kollagenous, karakteristik penyakit ini ditandai
lesi histologik berupa infiltrasi sel inflamasi dan limfosit intraepithelial ke
lamina propria dan adanya subepitelial kolagen band pada colitis kolagen.
Gambaran mukosa kolonoskopi normal.
Diare Sekretori berat dapat terjadi pada reseksi atau bypass dari ileum
distal sedikitnya 100 cm. Diare terjadi akibat stimulasi sekresi kolon oleh
garam empedu dihidroksi yang absorbsinya pada illeum terminal (diare
kolerik). Dengan mencegah kontraksi kandung empedu dan membawa
sejumlah besar empedu ke intestine melalui puasa dapat mengeliminasi diare
ini. Jika lebih dari 100 cm direksesi, sintesis hepatic tidak dapat
mempertahankan pool asam empedu intraluminal secara memadai daan
steatore terjadi. Asam empedu yang menyebabkan diare dapat terjadi
sesudah kolisistektomi karena kehilangan kapasitas penyimpanan dari
kandung empedu.
Kasus yang jarang adalah malabsorbsi primer asam empedu idiopatik
(primer) dari Illeium terminal. Terjadinya diare sekretorik ini dapat
diterangkan. Transit usus halus yang cepat meningkatkan asam empedu kolon.
Kejadian ini dapat juga terjadi pada diare post vogotomi pada 30% pasien
yang menjalani prosedur drainase vagotomi trunkal untuk ulkus peptikum.
Diare ini berkurang pada vogotomi gaster proksimal
d. Perubahan Motilitas Intestinal (Altered Intestinal Motility)
Diare ini disebabkan oleh kelainan yang menyebabkan perubahan
motilitas intestinal. Kasus paling sering adalah Irritable Bowel Syndrome. Diare ini
ditandai dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa tidak
sempurna dalam defaksi. Pada beberapa pasien dijumpai konstipasi dengan
kejang perut yang berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan kelainan
motilitas intestinal. Diare terjadi akibat pengaruh fekal atau obstruksi tumor
dengan melimpahnya cairan kolon diantara feses atau obstruksi.
Penyakit Neurologi sering dihubungkan dengan diare, disebabkan
perubahan kontrol otonom dari fungsi defekasi. Diare yang banyak dan
inkontinen sering terjadi pada pasien Diabetes tipe I yang dihibungkan dengan
neuropati berat, nefropati dan ertinopati. Faktor tambahan termasuk
10
pertumbuhan sekunder bakteri terhadap dismotilitas intestinal, insufisiensi
eksokrin pancreas, celiac sprue(jarang), traumatic neuriphaty, the shy Drager
Syndrome atau lesi pada cauda equina.
e. Diare Factitia (Factitious Diarrhea)
Diare ini terjadi pada pasien yang diduga memiliki riwayat penyakit
psikiatrik atau tanpa riwayat penyakit diare sebelumnya. Penyebabnya dapat
berupa infeksi intestinal, penggunaan yang salah terhadap laktsantia. Pasien
ini umumnya wanita dengan diare kronik berat, nyeri abdomen, berat badan
menurun, oedem perifer dan hipokalemia. Kejadian ini terjadi pada sekitar 15
% pasien diare kronik.
2.4 Patogenesis
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari
mekanisme/patofrsiologi dibawah ini :
1. Diare Osmotik: terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus.
2. Diare Sekretorik terjadi peningkatan sekresi cairan usus.
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi gangguan
pembentukan micelle empedu.
4. Defek sistem perhrkaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit:
terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif (padaNa+-
K+AIP ase) di enterosit, gangguan absorbsi Na+ dan air.
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal: terjadi motilitas yang
lebih cepat, tak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi.
6. Gangguan permeabilitas usus: teg'adi kelainan morfologi usus
pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus
halus dan usus besar terhadap air dan garam/elektrolit
terganggu.
7. Eksudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan: terjadi
peradangan dan kerusakan mukosa usus.
Patogenesis Diare kronis: lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
11
12
2.4. Gambaran Klinis
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases yang
berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa intestinal. Pada
beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia, hipoglobulinemia, protein losing
enterophaty. Mekanisme inflamasi ini dapat bersamaan dengan malabsorbsi dan
meningkatnya sekresi intestinal.
Pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi cairan atau darah
tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau proktitis ulcerative. Terjadinya diare
kronik yang berdarah dapat disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chron’s Disease.
Manisfestasi ekstraintestinal yang timbul arthritis, lesi pada kulit, uveitis atau vaskulitis.
Diare yang terjadi pada IBD penyebabnya adalah kerusakan absorbsi permukaan
epitel dan pelepasan kedalam sirkulasi oleh sekretagogue seperti leukotriens,
prostaglandins, histamin dan sitoksin lain yang merangsang sekresi intestinal atau system
saraf enteric.
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases yang
berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa intestinal. Pada
beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia, hipoglobulinemia, protein losing
enterophaty. Mekanisme inflamasi ini dapat bersamaan dengan malabsorbsi dan
meningkatnya sekresi intestinal.
Pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi cairan atau darah
tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau proktitis ulcerative. Terjadinya diare
kronik yang berdarah dapat disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chron’s Disease.
Manisfestasi ekstraintestinal yang timbul arthritis, lesi pada kulit,uveitis atau vaskulitis.
Diare Sekretori ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena
abnormalita cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan dengan
13
makanan yang dimakan. Diare ini biasanya menetap dengan puasa. Pada
keadaan ini tidak ada malabsorbsi larutan. Osmolalitas feses dapat diukur
dengan unsure ion normal tanpa adanya osmotic gap pada feses.
1 Gejala pada kolitis tergantung pada penyebab yang menndasarinya,
umumnya antara lain:
5 - Nyeri perut bisa memberat dan berkurang. Nyeri bertambah saat diare dan
kemudian berkurang.
2.5 Diagnosis
14
hari, tidak intermiten, atau diare timbul mendadak, menunjukkan adanya
penyakit organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan
kita pada penyakit organik. Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa
ditahan mengarah ke penyakit
2. Bentuk tinja: Bila terdapat minyak dalam tinja, tinja pucat
(steatorea) menunjukkan insufisiensi pankreas dan kelainan proksimal
ileosekal. Diare seperti air dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat
sistem pencernaan, tapi terutama dari usus halus.
3. Keluhan lain yang menyertai diare: Deskripsi dan lama keluhan
harus diperinci karena diperlukan dalam menegakkan diagnosis kausa diare.
4. Banyak obat dapat menimbulkan diare misal: Laksan, Antibiotika
(neomisin dll.), anti kanker, anti depresan, Anti hipertensi(beta blocker ACE
inhibitor, Hidralazine), Anti konvulsan (Valproic Acid), Obat penurun kolesterol
(cholestyramine dll), obat diabetes melitus (biguanide), Obat saluran cerna
(Antasida, Mg++, Antagonis reseptor H2, Prostaglandin eksogen, 5 -ASA),
colchicine, diuretika, teofilin, prostigmin dll.
5. Makanan/minuman: Makanan dapat menimbulkan diare melalui
mekanisme osmotik yang berlebihan atau proses alergi.
6. Lain lain : Berat badan menurun dapat te{adi pada diare organik
maupun fungsional, disebabkan napsu makan yang menurun, tetapi yang
paling banyak ditemukan yaitu pada malabsorpsi nutrien, neoplasma dan
iskemia usus.
Kolonoskopi dan ileoskopi: Pemeriksaan ini tidak dilakukan rutin pada
setiap diare kronik, tetapi membantu dalam menegakkan diagnosis terutama
dalam mendapatkan diagnosis patologi anatomi dengan biopsi mukosa usus
2.8 Tatalaksana
15
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya
dihindari. Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat
diberikan dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml.
4. Klonidin : ∝ 2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit
intestinal. Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien
dengan diare sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal
dan absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptida
gastrointestinal. Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan
oleh VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik
yang berkaitan dengan AIDS. Dosis efektif 50mg –250mg sub kutan tiga kali
sehari.
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien
diare sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit
ileum. Dosis 4 gr 1 s/d 3 kali sehari.
Secara garis besar tatalaksana diare kronis adalah sebagai berikut:
16
BAB III
LAPORAN KASUS
17
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. LS
Tanggal lahir : 11-08-1956
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Kedungkandang Malang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
No. Register : 11283373
MRS : 24 Maret 2016
18
& kunyit dalam waktu lama untuk menghilangkan keluhan rasa tidak nyaman di
perut.
19
Extremities Warm acral
Edema - - Anemis + +
- -
Rectum Rectal Toucher : tonus sfingter anii normal, mukosa licin, darah
(+)
20
• Posisi AP, simetris, KV cukup, inspirasi cukup
• Jaringan lunak tebal, tulang dalam batas normal
• Trakea terletak di tengah
• Hemidiaphragm D dan S dome shaped
• Sudut phrenicocostalis D dan S runcing
• Jantung: letak normal, CTR 48%
• Paru: normal
Kesimpulan : hasil CXR normal
21
Haemorroid Interna Normal Caecum
Kesimpulan:
Didapatkan gambaran hemoroid interna dan diverticulosis recti
22
2.3Problem Oriented Medical Record
Cue and Clue Problem List Initial Diagnose Planning Planning Therapy Monitoring and education
Diagnose
Wanita / 49 tahun 1. Chronic 1. 1. Kolitis - - IVFD NS 0,9% 500 cc : - Monitoring: vs, subyektif
Anamnesa: 2. 2. DM enteropati
Diarrhea Futrolit 2:1 20 tpm - KIE tentang penyakit,
- BAB lembek-cair disertai
- Diet lunak prognosa, komplikasi
lendir sejak 5 bulam SMRS
1800kkal/hari
sebanyak 5-7 kali/hari. Tiap
kali berak dengan volume
darah + 150 cc. BAB
darah (-)
Pem.fisik:
Abdomen:
BU (+) meningkat
Pem. Penunjang
Kolonoskopi: kolitis non-spesifik
Wanita / 49 tahun 1. 2. Dyspepsia 3. 2.1. Gastritis Endoskopi - IVFD NS 0,9% 500 cc : - Monitoring: VS, subyektif
Anamnesa: 4. 2.2 Peptic Ulcer Disease
Syndrome Futrolit 2:1 20 tpm - KIE tentang penyakit,
- Mual muntah (+) sejak 6 hari
23
SMRS. Muntah seperti - Diet lunak prognosa, komplikasi
makanan yang dimakan 1800kkal/hari
disertai cairan kuning yang - Inj. Lansoprazole 1x30
terasa pahit. Muntah + mg
10x/hari, tiap kali muntah + - Inj. Metoklopramide
100 cc
3x10 mg
- Nyeri dada & nyeri ulu hati
(+) - PO: Sucralfat syr 3xCI
- Riwayat mengkonsumsi
singkong & kunyit dalam
waktu lama
Pem.fisik:
Nyeri tekan epigastrium (+)
24
Pem. Fisik:
Pem. Penunjang:
GDS: 332 mg/dL
GD 2 jam PP: 299 g/dL
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
26
Penegakan diagnosis divertikulosis pasien menunjukkan adanya kantong
ditegakkan dari sintesis data divertikel pada colon sigmoid dan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan daerah rektum.
pemeriksaan penunjang. Anamnesis
yang cermat dapat menentukan
diagnosis. Pada divertikulosis yang
harus ditanyakan tentang perubahan
pola defekasi, frekuensi, dan
konsistensi feses.Dalam anamnesis
tentang nyeri perut perlu dibedakan
antara nyeri kolik dan nyeri menetap,
serta hubungannya dengan makan dan
dengan defekasi. Perlu pula ditanyakan
warna tinja, terang atau gelap,
bercampur lender atau darah, dan
warna darah segar atau tidak. Juga
perlu ditanyakan apakah terdapat rasa
tidak puas setelah defekasi,
bagaimana nafsu makan, adakah
penurunan nafsu makan, dan rasa
lelah (Sjamsuhidayat, 2007).
Penegakan diagnosis dapat
dilakukan dengan kolonoskopi karena
predileksi terbanyak divertikulosis
adalah colon sigmoid 95%, hanya
sigmoid 65%, dekat sigmoid (sigmoid
normal) 4%, seluruh kolon 7%. Dari
pemeriksaan kolonoskopi dapat
ditemukan perdarahan pada saluran
kolon dan kantong divertikel.
27
Tatalaksana Pada kasus ini, diverticulosis
Non-farmakologis
ditatalaksana dengan stabilisasi
- Serat dengan intake 30-40
keadaan umum melalui pemberian IVFD
gram/hari (Akil, 2009)
- KIE mengurangi konsumsi NS 0,9% 500 cc 20 tpm dan oksigenasi
daging dan biji-bijian,
serta dengan O2 2 lpm via nasa canule. Injeksi
meningkatkan konsumsi sayur Kalnex 3x500mg IV diberikan untuk
dan buah-buahan.
menghentikan perdarahan, injeksi
28
yang memerlukan operasi segera
adalah yang menunjukkan tanda-tanda
peritonitis atau obstruksi loop tertutup.
Dilakukan dengan cara reseksi segmen
usus yang sakit, biasanya kolon
sigmoid, dan pengangkatan kolon
(kolostomi) tepat di sebelah proksimal
titik reseksi. (Sudoyo, 2006).
29
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyakit divertikular (PD) merupakan kelainan dimana terjadi herniasi
mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi
dinding kolon yang lemah yaitu tempat dimana vasa rekta menembus
dinding kolon.Divertikuliti: merupakan perforasi dari divertikel yang
diikuti oleh infeksi dan inflamasi.
3. Gambaran klinis seringnya asimtomatik. Gejala yang sering terjadi adalah nyeri
epigastrik yang tidak spesifik, rasa kembung , perdarahan, obstruksi Intestinal,
perforasi dan abses terlokalisir, malabsorbsi, anemia.
4. Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan lokal ringan dan sigmoid
sering dapat diraba sebagai struktur padat ataumassa seperti sosis
yang tegang pada sigmoid. Padarectal touché didapatkan nyeri tekan,
penyumbatan, maupun darah.
DAFTAR PUSTAKA
31
Error: Reference source not found
32