Segala puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa atas kekuatan,
pertolongan dan kasih-Nya yang kekal, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul HIV AIDS dengan baik dan
lancar, terimakasih kami sampaikan pada dr. Farid AL Hasan Sp.PD. yang
telah sabar mendidik dan membimbing kami selama pembuatan lapsus dan
mohon maaf jika selama proses pembuatan dan pembimbingan banyak
kesalahan dan ketidak mengertian kami.
Laporan kasus ini dimkasudkan untuk memenuhi persyaratan akademis
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam DR. R. SOSODORO
DJATIEKOESOMO BOJONEGORO serta memberikan ilmu pengetahuan
Tentang HIV-AIDS serta cara penatalaksanaanya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua,
terutama perkembangan pengetahuan dunia kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Js
Umur
: 31 Tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Penjual Makanan
Status
: Menikah
Alamat
: Bojonegoro
MRS
: 2 Maret 2015
II.
KELUHAN UTAMA
Sariawan
III.
ini.
Pasien mengeluhkan batuk yang telah berlangsung sejak 4 bulan
yang lalu, batuk kumat-kumatan berdahak kental putih kekuningan,
meningkat jika hawa dingin, biasanya malam dan pagi hari. Dahak
IV.
V.
tinggal di bojonegoro
Lama perkawinan 12 tahun.
Istri penderita adalah seorang petani
Penderita menyangkal mengkonsumi NAPZA
Penderita memiliki riwayat merokok sudah 20 tahun, 1 hari 1 pak
Penderita menyangkal melakukan seks dengan PSK
VI.
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum dan vital sign
Keadaan umum
: Sakit berat
Kesadaran u
: Compos Mentis
Tekanan darag
: 110/70 mmHg
Nadi
: 94x/menit, teratur, kuat
RR
: 26x/menit, reguler
Temperatur
: 36,70 C
Gizi
: Buruk
TB
: 150 cm
BB
: 40 kg
Kepala leher
: A/I/C/D = +/-/-/- Facies leonina (-), full moon face (-)
- Kulit muka anemis (+)
- Rambut normal
- Benjolan di kepala (-)
- Nyeri tekan kepala
Mata :
-
Alis normal
Bola mata normal,Exophatalmus (-), Nystagmus (-)
Kelopak
: Edema (-), ptosis (-)
Konjuctiva
: Anemi +/+, Hiperemi -/-, kering -/Sclera
: Icterus -/-, Pterygium -/Pupil
: Bulat (+), Isokor (+), refleks cahaya +/+
Lensa
: Katarak -/Visus
: Counting Finger
Telinga
Hidung
Mulut
Gigi
Gusi
Mucosa
: Pucat (+)
Lidah
Faring
: Hiperemis (-)
Palatum
Leher
Thorax
Payudara
: Ginekomasti (-)
Pulmo
sonor
sonor
sonor
sonor
sonor
sonor
Auskultasi : Rhonchi :
Wheezing
Cor :
Abdomen : Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ginjal
Extremitas bawah
Tulang belakang
: Normal
Kifosis (-)
Skoliosis (-)
Spin Bifida (-)
VIII.
Problem List :
Sariawan
IX.
Batuk berdahak
Nyeri perut
Badan lemas
Nafsu makan menurun
Kurang Gizi (Kurus)
Assesment :
HIV AIDS
Anemia
Gastritis
Kandadiasis
TB paru
X.
XI.
Planing terapi :
- Infus RL : D5 1:2 (1,5 L/24 jam)
- Injeksi Ranitidin 2x1
- Syrup Antacyda 3x C1
- Injeksi Ceftriaxone 2x 1
- Nystatin drop 3x 2gtt
- Tablet Cotrimoxazole 2x 960mg
- Bila Hb <8 g/dl, transfusi PRC 2 kolf/hari sampai Hb > 10 g/dl
2.1 Follow up
NO
TGL
1 3/3/2015
TERAPI
Inf PZ : D5 1:2
(1,51 L/24 jam)
inj. Ranitidin 2x1
Syr . Antacyda
3xC1
Inj. Ceftriaxone
2x1
Nystatin drop 3x
2 gtt
O:KU : sakit berat Kes : Composmentis
Transfusi PRC 4
K/L : A/I/C/D : +/-/-/- Candidiasis oris kolf / hr sampai
& lingua (+)
Hb > 10 g/dl
V.S : TD : 120/80
S : 36,8 C
N : 82 x /m RR: 18x/m
Thorax : Cor S1 S2 tunggal reguler
M (-) , G (-),
Pulmo : Rhonci : +
+
+
+
+
+
Wheezing
+
-
+
-
A: HIV AIDS
Anemia
Gastritis
Kandidiasis
TB paru
2
4/3/15
10
+
+
-
+
+
-
A: HIV AIDS
Anemia
Gastritis
Kandidiasis
TB paru
Hasil
Nilai Rujukan
Keterangan
11
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematrokit
MCV
MCH
MCHC
RDW CV
RDW SD
Trombosit
PDW
MPV
P LCR
PCT
5,9 g / dl
13,7 L
2,95x 106 L
22,6%
76,6fL
26,1pg
31,1 g/dL
17,1%
46 fL
330x 10 L
8,3 fL
8,1 fL
12,4 %
0,440%
13,0 18,0
4,0 11,0
4,50-5,50
40,0 50,0
82,0-92,0
27,0-37,0
32,0-37,0
11,5-14,5
35-47
150-400
9,0-13,0
7,2-11,1
15,0-25,0
0,150-0,400
Low
High
Low
Low
Low
Low
Low
High
N
N
Low
N
Low
High
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Jumlah eosinofil
2,4%
0,7%
82,7%
8,6%
10,2%
0,5 x 103/L
0-3
0-1
50-70
20-40
2-8
0-0,8
N
N
High
Low
High
N
Jumlah Basofil
Jumlah Neutrofil
Jumlah Limfosit
Jumlah Monosit
0,1 x 103/L
17,6 x 103/L
1,3 x 103/L
1,74 x 103/L
0-0,2
1,5 7,0
1,0 3,7
0,16 1,00
N
High
N
High
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (CI)
SGOT
SGPT
BUN
Ureum
Kreatinin
Gula Darah Sewaktu
Imunologi (3 Metode)
126 meq/L
4,8 meq/L
102 meq/L
27
13
31
14
0,6
96
Anti HIV
136-145
3,5-5,1
96-2017
15-40
10-40
18-50
6-20
0,61-1,17
<140
Reaktif
Low
N
N
N
N
N
N
N
N
Non Reaktif
12
13
Pilmo
Kesimpulan
: TB Paru
14
Foto Pasien
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Cor
Pasien dikonsulkan ke bagian paru-paru (3-3-2015). Jawaban Konsul (4-32015) : Saran untuk pemeriksaan SPS. Terapi sementara Ambroxol 3x1 dan
Ceforoxime 3x1. Hasil pemeriksaan SPS(6-3-2015) ketiga sampel (+). Maka
didapatkan diagnosa TB paru dengan BTA Positif (4)
Sehingga kami mendiagnosa pasien tersebut : HIV AIDS, Anemia,
Gastritis, Kandidiasis dan TB Paru. Pada prinsipnya pemberian OAT pada ODHA
tidak berbeda dengan pasien HIV negatif. Pada pasien ini pengobatan ARV belum
diberikan dikarenakan menunggu pengobatan TB Paru (secepatnya 2 minggu dan
tidak lebih dari 8 minggu) (2). Interaksi antara OAT dan ARV, terutama efek
hepatotoksiknya, harus diperhatikan. Pada ODHA yang telah mendapatkan obat
ARV sewaktu diagnosa TB ditegakkan, maka obat ARV tetap diteruskan dengan
evaluasi yang lebih ketat(1).
Pasien tidak koperatif, pasien tidak mau makan, pasien seakan tidak
semangat dengan menjalani hidupnya untuk melawan penyakitnya, semakin lama
kondisi pasien semakin memburuk. Setelah pasien menglami pengobatan selama
14 hari, pasien meninggal dunia pada tanggal (15-3-2015). Pasien meninggal
dunia diduga karena pasien mengalami kekurangan asupan makanan dan
minuman yang mengakibatkan badan pasien semakin kurus, lemas dan tidak
bertenaga selain dari pada gejala klinis penyakit HIV AIDS dan TB Paru (2)
17
DISKUSI
HIV merupakan virus jenis retrovirus, Limvosit CD+4 merupakan target
utama infeksi karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang
penting.Hilangnya sirkulasi dala beberapa minggu stelah infeksi, namun secara
umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus menurun ke level
steady-state.Walaupun antibotik ini umumnya memiliki aktifitas netralisas yang
kuat melawan virus infeksi, namun ternyata tidak mematikan virus. Virus dapat
menghindar dari netralisasi oleh antibody dengan melakukan adaptasi pada
amplopnya, termasuk kemampuan mengubah situs glikosilasinya sehingga
netralisasi yang diperantarai antibody idakk terjadi (1,4)
dan tidak sebab lain sering kali membaik dengan terapi ARV)
Kanker serviks invasive
Leimaniasis atipik meluas
mikosis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Tes HIV
Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan
yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi dan selalu
didahului dengan konseling prates atau informasi singkat. Ketiga tes tersebut
dapat menggunakan rengen tes cepat atau dengan ELISA. Untuk pemeriksaan
pertama (A1) harus digunakan tes dengan sensitifitas yang tinggi (<99%), sedang
untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifisitas
tinggi (>99%) (2).
19
Dibawah ini adalah pemeriksaan laboratorium yang ideal sebelum memulai ART
apbila sumber daya memungkinkan
Darahh lengkap
Jumlah CD4
SGOT / SGOT
Kreatinin Serum
Urinalisa
HbsAg
Anti HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU)
Profil lipid serum
Gula darah
VDRL / TPHA/PRP
Ronsesn dada (utamanya bila buriga ada infeksi paru)
Tes Kehamilan (perempuan usia reproduktif dan perluanamnesis mens
terakhir)
PAP smear / IFA - IMS untuk menyingkirkan adanya Ca Cervisx
Catatan :
Kriteria Diagnosa
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan
laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan anti body
20
atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh, juga disertai tanda
dan gejala klinis dimulai seperti terkena flu. Penderita merasa lelah yang
berkepanjangan dan tanpa sebab. Kelenjar-kelanjar getah bening dileher, ketiak,
pangkal paha dapat membengkak selama berbulan-bulan, nafsu makan menurun
atau hilang, demam yang terus menerus mencapai 39oC atau berkeringat pada
malam hari, diare terus menerus, berat badan turun tanpa sebab, luka-luka hitam
pada kulit atau selaput lender yang tidak bisa sembuh , batuk berkepanjangan dan
dalam kerongkongan mudah memar atau pendarahan tanpa sebab (1)
Sering kali orang tidak mengetahui status mereka apakah terinfeksi
HIV atau tidak. Oleh karena perlu dilakukan tes HIV bagi orang yang
menginginkanya setelah mendapatkan konseling pra tes. Indikasi lain untuk
ditawarkan tes HIV adalah adanya infeksi menular seksual (IMS), hamil,
tuberkulosis (TB) aktif, dan gejala dan tanda yang mengarah adanya infeksi HIV.
Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai
dengan panduan
Nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3
dan selalu didahului dengan konseling pra tes.
Untuk pemeriksaan pertama (A1) biasanya digunakan tes cepat dengan
sensitifitas yang cukup tinggi, sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2
dan A3) digunakan tes kit dengan spesifitas yang lebih tinggi. Antibodi
biasanya baru dapat terdeteksi sejak 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi
HIV (97%). Masa tersebut disebut masa jendela.
Oleh karenanya bila hasil tes HIV negatif yang
dilakukan dalam
masa 3 bulan setelah kemungkinan terinfeksi, perlu dilakukan tes ulang, terlebih
bila masih terus terdapat perilaku yang berisiko seperti sex yang tidak terlindung
pada pasien IMS, para penjaja seks dan pelanggannya, LSL dan pasangan ODHA,
dan pemakaian alat suntik secara bersamaan di antara para pengguna napza
suntikan.
21
Cara Penularan
Jalan utama untuk transmisi HIV adalah kontak seksual (Homoseksual
atau Heteroseksual) transmisi jarum suntik dan alat kesehatan lain, transmisi
perintal (dari ibu ke anak dalam persalinan), transmisi darah dan produk darah
serta transmisi dalam pelayanan kesehatan yaitu pada pekerja rumah sakit yang
kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dengan infeksi HIV. Sekalipun
penyelidikan secara epidemologi menunjukan bahwa darah dan semen nerupakan
jalur penularan utama virus AIDS, telah dilaporkan bahwa HIV juga ditemukan
dalam saliva, air mata, air susu ibu dan urin. Penularan melalui saliva sampai saat
ini memang diragukan karena jumlah virus dalam saliva amat kecil sehingga tidak
potensial untuk penularan.Hasil beberapa penyelidikan menunjukan bahwa
sebenarnya saliva dapat menghambat virus HIV agar tidak menginveksi limfosit
manusia disamping fungsi saliva sendiri sebgai pelindung karena mengandung
22
Tuberkulosis Paru
Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobakterium tuberculosis.Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam
23
tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru, kemudian kuman tersebut
dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya (5).
Gejala umum penderita TB Paru adalah sebagai berikut :
1. Bauk yang terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
2. Mengeluarkan dahak bercampur darah, sesak nafas, dan rasa nyeri pada
dada.
3. Lemah badan, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rasa kurang
enak badan, berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan demam lebih
dari sebulan.
Terapi ARV untuk Ko-infeksi tuberculosis diketahui dapat menurunkan laju Tb
sampai sebesar 90% pada tingkat individu dan sampai sekitar 60% pada tingkat
populasi, dan menurunkan rekurensi TB sebesar 50% (2).
Mulai terapi ARV pada semua individu HIV dengan TB aktiv, berapapun
jumlah CD4
Gunakan EFVsebagai pilihan NNRTI pada pasien yang memulai terapi
bulan sejak memulai terapi ARV lini pertama maupun lini kedua, maka perlu
mempertimbangkan subsitusi obat ARV karena berkaitan dengan interaksi obat
TB khususnya rifampisin dengan NNRTI dan PI (2)
25
26
2 NRTI + NNRT
Populasi Target
Pilihan yang
Catatan
direkomendasikan
AZT atau TDF + 3TC (atau
Perempuan hamil
Ko-Infeksi HIV / TB
terapi
TB
dapat
/Hepatitis B Kronik
atau NVP
aktif
digunakan
Pertimbangan
pemeriksaan
paduan
lini
Diperlukan
Populasi
ODHA dewasa
Stadium Klinis
Jumlah sel CD4
Stadium klinis 1 >350 sel / mm3
Rekomendasi
Belum
mulai
atau 2
terapi,
Monitor
27
sel CD4
stadium Berapa jumlah sel Mulai terapi
infeksi TB
klinis
Pasien dengan ko- Apapun
CD4
stadium Berapapun jumlah Mulai terapi
infeksi
Hepatitis klinis
B kronis aktif
Ibu Hamil
sel CD4
Apaun
Klinis
sel CD4
hasil
harus
melanjutkan
profiklaksis
kotrimoksasol.
Takaran
28
kotrimoksazol diantara orang dewasa dan remaja HIV adalah satu tablet forte
atau dua tablet biasa sekali sehari; takaran total per hari adalah 960mg.
Ada pilihan lain untuk memberi satutablet biasa (480mg) dua kali sehari, karena
cara ini dapat membantu dalam menyiapkan orang untuk mulai regimen ARV da
kali sehari (2)
29
Bila
Indikasi
Surat penghentian
tidak tersedia 2
tahun
setelah
Dosis
jika
segera
tanda
dinyatakan
HIV positif
Bila
pemeriksaan
sel
tanda hipersensitivitas
mendapatkan ARV
kotrimoksasil
penekanan
CD4
Pemantauan
Efek samoing berupa
anemia,
trombositopeni,
lekopeni, pansitopeni
terjangkau
dengan
CD4
<200
sel /mm3
Semua bayi lahir dari Dihentikan pada usia Trimetropim
ibu hamil HIV posotif 18 bulan
8-10
mg/kg
berusia minggu
BB
dosis
tunggal
30
Lampiran
ABC
abacavir
ARV
obat antiretroviral
ATV
atanzanavir
AZT
zixovudine
yang
sering
berat badan
CD4
Limfosit-T CD4+
CRO
d4T
Stavudine
ddl
Didanosine
EFV
Efavirenz
ENF (T-20)
Enfuvirtide
Fasyankes
FDC
ETC
Emitrictabine
HAART
HLA
IC
Infection Control
ICF
IDU
Injectingdrug
user
Indivanir
IMS
IPT
Isoniazid
preventive
treatment
LPV
Lopinavir
MTCT
Mother-to-child
transmission
(of
HIV);
NAPZA
Narkotik,
alcohol,
Nelfinavir
NNRTI
Non-nucleoside
reverse
transcriptase inhibitor
NsRTI
NtRI
NVP
Nevirapine
RTI
Reverse
Transcriptase
inhibitor
RTV-PI
SMX
Sulfametoksasol
SQV
Saquinavir
SSP
TB
Tuberkulosis
TB EP
Tuberkulosis ekstraparu
TDF
Tenovosir
disoproxil
fumarate
Terapi ARV
TLC
Total
lymphocyre
count
Trimoetroprim
ULN
33
UNAIDS
Joint
United
Natoins
WHO
ZDV
34
BAB V
KESIMPULAN
35
DATAR PUSTAKA
1. Aru W.sudoyo Dkk. Zubairi Djoeran, Samsuridjal Djasuzi.[2009].
HIV/AIDS di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V.
Jakarta:Interna Publishing 438:2861-2870
2. Dr. Yanri W. Subroto , Phd, SpPD. Dkk [2011]. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Tata Laksana Klinis Infeksi Hiv Dan Terapi
Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: kementrian kesehatan RI
3. Kurt. J. Iseelbeacher..(et al.) editor edisi bahasa inggris. Ahmad H.
Asadie ; editor edisi bahasa Indonesia. [19999]. Harrison Prinsip-Prinsip
Penyakit Dalam. Ed 13 jakarta: EGC. Volume 2 halaman 911-918
4. Logmore, murray.. (et al.) Oxford Handbook of Clinical Medicine 8th Ed.
New York : Oxford University Press Inc. Page 408-415.
5. Sondang Padede. (2010) Aids dan pencegahan penularannya pada praktek
dokter gigi.
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/1147/1/fkg-sondang2.pdf
(diakses tanggal 14 Maret 2015)
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/16725/4/chapter%20II.pdf.
(Diakses tanggal 14 Maret 2015)
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/31678/5/chapter%201.pdf
(Diakses tanggal 14 Maret 201)
6. Depkes RI- Pedoman Nasional Terapi Antiretoviral Edisi II-2007
36