Bab IV Utilitas
Bab IV Utilitas
63
pengoperasiannya, tidak saja akan mengakibatkan kehilangan produksi kilang tetapi
dapat juga merusak katalis, peralatan operasi bahkan hilangnya faktor safety.
64
Refinery water (raw water) dari WTP Bukit Datuk dikirim ke new plant dan
dikirim ke sand filter. Outlet sand filter ditampung pada filtered water tank. Dari
tangki tersebut didistribusikan dengan pompa menuju :
1. Portable Water Tank
2. Plant Water Calciner
3. Demineralizer
4. Make up Cooling Water
5. Plant Water dan House Station
Flow diagram untuk proses pengolahan air di perumahan RU II Dumai dapat
dilihat pada Gambar 5.1:
510 P-1
A/B/C/D
520 P-608 A
s/d G
Gambar 5.1 Flow Diagram Alir Proses Pengolahan Air di perumahan RU II Dumai
65
b. Demineralizer ( Boiler Feed Water)
Proses softening (pelunakan) adalah proses untuk mengurangi konsentrasi
ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan kesadahan pada air. Ion-ion tersebut bila
masuk ke dalam boiler akan membentuk scale deposit.
Penghilangan scale deposit dapat dilakukan dengan :
1. External treatment
Penghilangan atau pengurangan konsentrasi ion-ion penyebab kesadahan
dalam BFW.
2. Internal treatment
Mengikat ion-ion Ca2+ dan Mg2+ untuk menghasilkan senyawa berbentuk
sludge/lumpur yang rapuh dan tidak melekat pada dinding dan tube boiler.
Proses-proses yang terjadi diantaranya :
Pertukaran kation kalsium, magnesium, dan sodium dihilangkan dengan
hidrogen pada kation exchanger.
Pertukaran anion seperti sulfat, klorida, dan karbonat, dihilangkan
dengan anion exchanger.
c. Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)
Air umpan boiler memiliki persyaratan khusus karena dalam air masih
terdapat zat-zat yang bisa membentuk kerak pada tube boiler dan zat-zat yang
korosif. Kerak pada tube boiler disebabkan oleh garam-garam silikat dan karbonat.
Kerak ini menyebabkan over heating karena menghambat transfer panas. Korosi
pada pipa disebabkan adanya gas-gas korosif seperti : O2, CO2, pH air yang rendah,
oleh karena itu gas-gas harus dihilangkan dan pH air dijaga tetap netral di dalam
BFW. Garam-garam mineral yang larut dalam air bisa mengakibatkan buih sehingga
perlu dihilangkan dengan demineralizer yang terdiri dari kation dan anion.
Outlet demineralizer ditampung dalam tangki lalu dipompakan ke deaerator
guna mengurangi kandungan O2 terlarut. Air yang keluar deaerator diinjeksikan
hydrazine untuk menghilangkan O2 sisa kemudian didistribusikan ke boiler dengan
pompa.
66
Flow diagram steam generator di RU II Dumai dapat dilihat pada Gambar 5.2:
DEAERA
TOR
HP
Quenching STE
AM
MP
ST
EA
M
LP
STE
STEAM
AM
LET
DOWN
Gambar 5.2 Flow Diagram Steam Generator di RU II Dumai
67
diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 Kg selama 6 jam dalam
satu hari. Di samping itu, diinjeksikan juga corrosion inhibitor berupa dulcam 704
(untuk satu shift diberikan sebanyak 37.5 Liter) yang berfungsi untuk membentuk
lapisan pada pipa sehingga tidak terjadi kontak langsung antara air dengan material
pipa yang bisa mengakibatkan perkaratan.
68
g. Unit Penyediaan Power (Power Plant
Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit ini berfungsi sebagai
penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan karyawan. Unit
ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Power Generation
2. Power Distribution
3. Bengkel Listrik
4.1.3 Laboratorium
Laboratoium RU II Dumai merupakan salah satu bagian yang mendukung
kegiatan produksi di kilang dengan menyediakan data analisa yang digunakan untuk
kegiatan operasi. Laboratorium ibarat sebuah mata bagi keberlangsungan operasi
seluruh kilang, dimana data parameter –parameter kualitas umpan, produk setengah
jadi dan produk jadi, bahan pembantu dan air dihasilkan melalui serangkaian proses
analisa dengan metode yang sudah terstandarisasi. Adapun lingkup pengujian yang
dilakukan meliputi sifat fisika dan kimia dari :
• Data analisis minyak, mulai dari minyak mentah sampai produk jadi.
• Data analisis air , mulai dari air baku sampai air bersih dan kondensat pabrik.
• Data analisis chemical, yaitu yang berkaitan dengan cross check purity.
• Data analisis limbah / buangan proses.
69
Laboratory Production RU II Dumai menerapkan kebijakan mutu antara lain:
• Memahami dan menentukan secara jelas permintaan customer, melayani
dengan baik dan menjaga kerahasiaannya.
• Melakukan kaji ulang yang diperlukan dalam meyakinkan hasil pengujian
yang dilaksanakan dalam memenuhi permintaan customer.
• Menjamin pekerja Laboratory Production telah mendapatkan pelatihan yang
diperlukan dan dalam menjalankan tugas bebas dari tekanan fungsi terkait
serta pengaruh komersial, serta berkomitmen dalam penerapan GCG.
• Menerapkan sistim mutu dalam melaksanakan pengujian secara konsisten.
• Mengusahakan perbaikan secara terus menerus dalam pekerjaan dan
pengujian.
• Mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dalam
setiap aktifitas di Laboratory Production RU II.
Dalam menjalankan fungsinya, Laboratory Production RU II Dumai
menerapkan standard ISO 17025 sebagai laboratorium penguji dimana semua
system kerja dan kalibrasi peralatan tertelusur yang telah mendapatkan pengakuan
dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Selain itu, Laboratory Production juga
menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001.
Secara umum organisasi Laboratory Production RU II dipimpin oleh serorang
Section Head dibantu tiga orang Lead of dan satu orang admin, dimana kegiatan
analisa yang dilakukan dipimpin oleh Lead of Analytical yang terdiri dari 6 bagian
yaitu :
Bagian Stream, Product and Distribution ( Pengamatan).
Bagian CFR & Aviation.
Bagian Gas Analysis.
Bagian Coke Analysis.
Bagian Analytical.
Bagian Crude, Environment & Chemical ( Litbang).
70
4.1.4 Pengolahan Limbah
Dampak dari limbah industri yang dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai,
diusahakan untuk diminimalisasikan serendah mungkin. Komitmen ini sejalan
dengan keberhasilan Pertamina RU II Dumai memperoleh sertifikasi ISO 14001
(system menejemen lingkungan) pada Desember 2001.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan Pertamina RU II Dumai dalam
menekan dampak dari limbah industrinya adalah:
1. Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja, dengan cara,
mengoptimasikan penggunaan air, energi dan bahan baku.
2. Pada saat pembangunan pabrik, Pertamina RU II Dumai dilengkapi dengan
unit-unit untuk mengelola dan mereduksi limbah.
3. Sistem proses yangdigunakan dilengkapi dengan recycle dan recovery
bahan dan produk.
Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi kuantitas
dan bahaya limbah adalah:
4.2.1 Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai adalah jenis gas
yang mengandung SOx, NOx, H2S, NH3, CO2, CO, Hydrokarbon, debu, jelaga dan
bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya penanggulangan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong yang didesign
dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan baku kutu ambient.
Upaya lainnya yang dilakukan oleh pihak Pertamina RU II Dumai adalah dengan
pemasangan CEM (Continuous Emission Monitoring), yang diletakkan pada
cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang setelah dianalisa
menghasilkan emisi gas terbesar.
Pengolahan lebih lanjut untuk limbah gas tidak dilakukan sebab selama ini
ternyata emisi udara maupun ambient di lingkungan RU II Dumai masih memenuhi
mutu lingkungan. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas udara di RU II
Dumai dicantumkan pada tabel berikut ini:
71
Tabel 5.1 Tolak Ukur Dampak Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Satuan
1. SO2 0.1 ppm
260 Kg/cm3
2. CO 20 ppm
2260 Kg/cm3
3. NOx 0.05 ppm
92.5 Kg/cm3
4. HC 0.24 ppm
160 Kg/cm3
5. H2S 42 Kg/cm3
6. Partikulat/debu 260 Kg/cm3
Sumber : No. 1 s.d. 6 : Kep-02/menKLH/I/1998 lamp. III
Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengendalian dan penanggulangan
dampak terhadap kualitas udara adalah dengan menerapkan program “waste
minization” yang didalamnya terdapat empat tahap:
a. Reduksi limbah dari sumbernya
b. Reuse
c. Recycle
d. Recovery (Perolehan kembali)
72
Kolam ini berfungsi untuk menampung air limbah dan menjaga agar
debit air limbah konstan, sehingga dapat mencegah shock loading
pada saat pengolahan selanjutnya (kolam aerasi).
- Kolam Pengendap
Kola mini berfungsi untuk mengendapkan lumpur setelah air limbah
tersebut dip roses dalam kolam aerasi
- Separator III
Separator III ini berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih
terbawa dalam air limbah yang berasal dari proses pengolahan limbah
sebelumnya
b. Pengolahan Kimia
Pengolahan secara kimia adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan
bahan-bahan kimia sehingga akan terjadi reaksi antara bahan kimia tersebut
dengan kandungan bahan organik yang terdapat pada air limbah. Fungsi
utama dari pengolahan kimia ini pada pengolahan limbah cair kilang RU II
Duai adalah untuk menetralkan pH air limbah. Proses dengan penggunaan
bahan kimia ini terjadi pada SWS di V-2, yaitu ketika dilakukan penetralan
pH dengan pengijeksian caustic soda.
c. Pengolahan Biologi
Proses pengolahan air limbah secara biologi adalah menampung air limbah
pada suatu kolam yang luas dengan waktu detensi tertentu sehingga senyawa
polutan yang terkandung dalam air limbah tersebut akan terurai oleh aktifitas
mikrooranisme. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah proses Lumpur
aktif, dimana kondisi dalam kolam ini juga mempengaruhi aktifitas
mikrooranisme itu sendiri. Udara yang cukup akan membantu aktifitas
mikroorganisme dalam menguraikan senyawa polutan yang terdapat dalam
limbah cair.
73
Sedangkan pengelolaan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan dan kebersihan lingkungan.
Limbah padat yang dihasilkan di RU II Dumai termasuk cara pengelolaannya
antara lain adalah:
- Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat
dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga SOR (Sludge Oil Recovery)
dengan cara mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar terpisah fasa
minyak dan air. Minyak yang diperoleh dari metode ini akan
dikembalikan ke unit crude didtilling untuk diperoleh kembali. Cara ini
juga bermanfaat secara ekonomis, agar tidak ada minyak yang terbuang
begitu saja. Sludge yang telah diolah tersebut kemudian dijual,
dihibahkan, atau dikirimkan ke PPLI (Pusat Pengolahan Limbah Industri)
untuk diolah lebih lanjut.
- Spent katalis
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat
digunakan untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak
digunakan biasanya dijual ke PPLI, karena banyak mengandung unsur
platina yang cukup bernilai ekonomis.
- Karbon Aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi
akan dicampur dengan coke dan dijual.
- Limbah Perbengkelan berupa logam, kaleng dan bungkus.
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirimkan ke PPLI.
74