Romans Forensik
Romans Forensik
Peran dokter :
1. Attending physician
2. Assessing physician
Ada surat permintaan penyidik
Pasal 133 KUHAP Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ada surat persetujuan keluarga/korban/terdakwa untuk pemeriksaan
Pasal 134 KUHAP Ayat 1:
Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
Pasal 134 KUHAP Ayat 2:
Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
Pasal 134 KUHAP Ayat 3:
Kewajiban dokter :
Kontrak terapeutik terjadi karena :
- Perjanjian/kontak : pasien datang ke praktek/RS
- Undang-Undang : pd situasi gawat darurat
Fungsi Penyidikan
Merupakan fungsi teknis reverse Kepolisian yang mempunyai tujuan membuat
suatu perkara menjadi jelas yaitu dengan mencari dan menemukan kebenaran materiil
yang selelngkap-lengkapnya tentang suatu perubahan/tindak pidana yang telah terjadi.
Kerahasiaan
Kerahasiaan hukum, medis oleh profesi masing-masing
Tanpa/bebas rahasia dalam forum sidang pengadilan khususnya para saksi/saksi ahli
dan penyidik.
Kerahasiaan medis dan hukum tetap terjaga di luar forum pengadilan sebelum dan
sesudah perkara selesai
Ada sanksi terhadap para personalia pemegang rahasia
Rekam Medis
Rekam medis tertuang/tertulis dalam status korban, berkaitan dengan segala macam
pemeriksaan medis serta hasilnya
V et R adalah merupakan laporan data dari RM murni yang sudah dianalisis dari
data RM dan pertanggungjawabnya
RM bersifat rahasia medis, Rumah Sakit, pribadi dan hukum (HAM, PP 10 tahun
1966 dan Pasal 170 KUHAP).
Pelepasan rahasia di sidang pengadilan bebas sanksi (Pasal 48, 49, 50, 51 KUHP),
bila diluar sidang sanksinya menurut hukum yang berlaku.
RM dan IC berdasarkan hukum tertulis dari Permenkes RI.
Empat Kaidah Dasar Etika Kedokteran atau Bioetika ( Menurut Konsil Kedokteran
Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat)
Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik
bagi pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan
kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada
hal yang buruk.
Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;
Mengutamakan Alturisme
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan suatu keburukannya
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti
yang orang lain inginkan
Memberi suatu resep
Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku
dan harus diikuti.
Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Tidak melakukan White Collar Crime
Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama
rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya.
Justice mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Autonomy
PENGERTIAN
Menurut bahasa: berasal dari Bahasa Latin yaitu Visum (sesuatu yang dilihat) dan
Repertum (melaporkan).
Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah
jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya.
Menurut Lembaran Negara (Staatsblad) 350 tahun 1973: Suatu laporan medik
forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang bukti
medis (hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non-
biologis (peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk
peradilan.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHAP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat-surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
KLASIFIKASI VISUM
Kualifikasi Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringanError: Reference source not found / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak
menghalangi pekerjaan korban.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1 3 bulan.
2. Luka sedangError: Reference source not found / luka derajat II / luka golongan B
Syarat pembuat:
Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR jenazah, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar
korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik
selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas
persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
Fotografi forensik
Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
Penjelasan istilah kedokteran
Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)
3. Jenis luka:
Tertutup (tidak menembus seluruh permukaan kulit):
o Luka memarError: Reference source not found.
o Luka lecetError: Reference source not found:
Luka lecetError: Reference source not found tekan
Merupakan luka yang terbentuk dengan gaya tegak lurus pada kulit
tapi tidak sampaiu menembus seluruh ketebalan kulit
Luka lecetError: Reference source not found geser
o Patah tulang tertutup
Untuk jenis luka tertutup bisa langsung dinyatakan jenis lukanya, misalnya:
“terdapat luka memar di....” atau “terdapat luka lecet tekan di....”, dst.
Terbuka:
o Oleh benda tajam:
Luka irisError: Reference source not found
Luka tusukError: Reference source not found
Luka bacokError: Reference source not found
Patah tulang terbuka
o Oleh benda tumpul:
Luka robekError: Reference source not found
Patah tulang terbuka
4. Ukuran luka:
Panjang dan lebar
TIM LABORAN:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
KETERANGAN
KONSULTAN : Dokter Ahli Forensik/konsultan ahli
PEMIMPIN : Dokter yang memimpin pelaksanaan otopsi forensik
OBDUKTOR : Dokter/muda yang melakukan pembedahan/otopsi jenazah
PROTOKOL : Dokter/muda yang mencatat proses dan hasil otopsi jenazah
WARTAWAN : Dokter/muda yang mencari berita (fakta) tentang kasus/kejadian yang
menimpa jenazah
LABORAN : Dokter/muda yang memeriksa/menganalisa laboratorium dari sampel
jenazah untuk membantu identifikasi
PROTAP UNTUK WARTAWAN
Pada dasarnya tugas wartawan dalam setiap pemeriksaan kasus adalah:
a. Mengetahui, mencari informasi dan melaporkannya selengkap mungkin kepada
pimpinan dan obduktor
b. Informasi yang sudah diperoleh diserahkan kepada protokol, ditandatangani W-
1,W-2.
Secara khusus, tugas wartawan pada penanganan kasus-kasus forensik adalah sebagai
berikut:
1. Kematian kecelakaan
a. Mencari informasi tentang macam kecelakaan, misal: kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, olahraga, dan lain-lain
b. Mengetahui kapan dan di mana meliputi hari, tanggal dan jam kejadian
c. Mengetahui situasi TKP; informasi bisa dicari dari penyidik, keluarga, teman
atau saksi lain
d. Mengetahui benda-benda yang mengenai korban, misal: bus/truk, pohon, aspal,
batu dan lain-lain
e. Mengetahui status korban, misal: pembonceng, penumpang, pejalan kaki dan
lain-lain
f. Mengetahui sarana yang dipakai korban/membawa apa, misal: helm, sepeda
dan lain-lain
g. Mengetahui status kesehatan korban, sudah mendapat perawatan sebelumnya
h. Mengetahui siapa yang mengetahui dan menolong korban, bagaimana perilaku
penolong/ pertolongan/tindakan di TKP, termasuk status pendidikan korban
i. Kecelakaan lalu lintas, antara apa dan apa
j. Mencari informasi dari mass media
2. Kematian mendadak
a. Mengetahui kapan korban diketahui hidup (saat terakhir)
VISUM et REPERTUM
N0. VER/279/IPJ/XI/2005
KETERANGAN
URAIAN PENDAHULUAN VISUM ET REPERTUM
1) Pada pendahuluan Visum et Repertum pada prinsipnya adalah obyektif
administrasi. Jadi tergantung apa yang tertulis dalam surat permintaan Visum et
Repertum, tidak perlu ditambah atau dirubah, pokoknya persis baik kata/
kalimat dan angka
2) Secara umum isi pada pendahuluan Visum et Repertum adalah:
Identitas penyidik: nama, NRP, pangkat, jabatan, kepolisian mana
Identitas surat permintaan: nomor, tanggal, dari Sektor/Resort atau Polda, cap
dan kop surat
Identitas korban/ barang bukti ialah nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, asal,
agama, pendidikan, alamat tempat tinggal
Identitas peristiwa: macam (KLL, KN, KL, Misteri), KLL antara apa dan apa,
pakai helm/ tidak, kalau kriminal: pembunuhan, penganiayaan, tembakanError:
Reference source not found, tusukan, dan lain-lain
Identitas tempat/saat peristiwa: dimana, kapan, hari, tanggal, jam, lokasi
peristiwa
Macam pemeriksaan: pemeriksaan luar atau luar dalam, identifikasi
Barang bukti lain terlampir: ada atau tidak
Identitas pemeriksa ialah oleh Tim Kedokteran Forensik di bawah pimpinan
dokter siapa, dibantu siapa saja
7. Kepala
a. Rambut: warna hitam, tidak beruban, panjang 2,9 cm. Sukar dicabut dalam
keadaan basah
b. Bagian yang tertutup rambut: tidak tampak pengelupasan, ubun-ubun besar
masih terbuka(tulang kengkorak belum menutup), tidak ada luka, tidak ada
hematoma (memar). Pada perabaan teraba agak lunak, warna kebiruan
c. Dahi: nampak kebiruan sebagai awal pembusukan, tidak terdapat luka, tidak
terdapat hematoma(memar), tidak ada derik tulang
d. Mata kanan: dalam keadaan tertutup, pada kedua sudut mata terdapat kulit
warna biru, konjungtiva putih kemerahan, sklera putih kemerahan, kornea
keruh, kelopak mata sukar dibuka, bulu mata ukuran 0,3cm keluar darah dari
mata
Mata kiri: dalam keadaan tertutup, kelopak mata warna pucat aagak
kebiruan. Konjungtiva putih kemerahan, sklera putih kemerahan, kornea
keruh. Kelopak mata sukar dibuka
e. Hidung: hidung warna biru, tidak ada cairan keluar dari hidung, luka tidak
ada, hematoma (memar) tidak ada, derik tulang tidak ada
f. Mulut: mulut tertutup, bibir mulut berwarna biru kehitaman, gigi belum
tumbuh, hematoma(memar) tidak ada, tidak keluar cairan
g. Dagu: tidak ada kelainan
h. Pipi: pipi kanan tampak biru kehijauan, luka tidak ada, memar tidak ada,
derik tulang tidak ada
i. Telinga: pada telinga tidak ada kelainan, tidak terdapat retak tulang
8. Leher: tidak ada bekas jeratan, tidak ada retak tulang, tidak ada memar, tidak ada
kaku jenazah di leher, warna biru kehijauan
9. Dada: dinding dada lebih tinggi dari dinding perut, kuit dada berwarna putih
pucat, luka dan memar tidak ada, bercak warna hijau di bawah bahu kiri ukuran
5x5cm, dada samping kiri ukuran 4x5cm, bercak warna merah keunguan di
tengah ada ukuran 4×2 cm,di dada kanan sampai perut kanan atas ukuran 9×3 ½
cm, tidak hilang dengan penekanan
10. Perut: dinding perut lebih rendah dari dinding dada, tampak tali pusat ukuran 8,5
cm dipotong rapi, perkusi timpani, luka dan memar tidak ada, terdapat bercak
kehijauan pada 1/3 perut bagian bawah kanan dan kiri, retak tulang tidak ada
Kiri
Paha: tidak ada kelainan
Tungkai bawah: tidak ada kelainan
Kaki: kuku kotor warna biru kehitaman lainnya tidak ada kelainan
14. Punggung: terdapat pengelupasan kulit pada punggung belakang kiri
15. Pantat: tidak ada kelainan
16. Dubur: tidak ada kelainan
17. Bagian tubuh yang lain: tidak ada kelainan
KETERANGAN
URAIAN PEMBERITAAN VISUM ET REPERTUM
1) Laporan utama yang disebut Visum et Repertum adalah bagian isi/ pemberitaan,
karena isinya betul-betul obyektif medis, dari hasil pemeriksaan medis. Jadi apa
yang dilihat dan diketemukan pada pemeriksaan kasus/korban/ barang bukti itu
yang dilaporkan tertulis
2) Laporan ini dapat meliputi pemeriksaan medis dari:
a. Hasil pemeriksaan TKP
b. Hasil pemeriksaan luar bagian tubuh jenazah
c. Hasil pemeriksaan dalam bagian tubuh/alat-alat dalam jenazah
d. Hasil semua pemeriksaan laboratorium/penunjang
a) Pemeriksaan mikroskopi jaringan (Patologi Anatomi)
b) ToksikologiError: Reference source not found
c) Parasitologi
d) Mikrobiologi
e) Identifikasi anthropologi
f) Identifikasi odontologi
g) Kimia darah
h) LaboratoriumError: Reference source not found lain (DNA)
3) Kasus tidak dikenal, laporan pemberitaan ditambah:
a. Pemeriksaan identifikasi-biologi manusia:
• Odontologi
KETERANGAN
URAIAN KESIMPULAN VISUM ET REPERTUM
1) Dari hasil berbagai pemeriksaan medis, dapat dilakukan inventarisasi masalah
pokok sesuai dengan arah tujuan pemeriksaan kasus/korban/ barang bukti.
Tujuannya memberi informasi kepada pihak penyidik atau praktisi hukum,
sehingga mempermudah penerapannya. Informasi tersebut misalnya mengenai:
a. Identitas korban
b. Saat kematian
c. Kelainan-kelainan akibat peristiwa/penyakit sebelumnya
Perbedaan persentuhan benda tumpul dan kekerasan tumpul dan cara penulisannya pada
kesimpulan visum.
Persentuhan berarti saat tubuh mengenai atau menyentuh suatu benda contoh
benda tumpul adalah bumper mobil. Kasus yang terjadi misal kasus seseorang
ditabrak oleh sebuah mobil dari arah depan dengan kecepatan yang tinggi.
Kekerasan tumpul
Dalam profesi kedokteran ada norma-norma yang berlaku yang disebut sebagai
norma profesi. Ada 3 macam norma yang mengikat dokter dalam pelaksanaan profesi
kedokteran yaitu :
1. Norma disiplin (disciplinary norm)
2. Norma etika (ethical norm)
3. Norma hukum (legal norm)
Dokter dan pasien adalah dua subyek hukum yang terkait dalam hukum kedokteran.
Keduanya membentuk hubungan medik dan hubungan hukum.
Dalam melaksanakan hubungan antara dokter dan pasien, pelaksanaan hubungan
antara keduanya selalu diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar terjadi
harmonisasi dalam pelaksanaannya
Dokter Pasien
Aktif
Superior ? Pasif
Kepercayaan
Pola Hubungan Dokter Pasien berdasarkanKeadaan Sosial Budaya dan Penyakit Pasien
Activity-Passivity
Secara materil, suatu tindakan medik tidak bertentangan dengan hukum bila:
1. Mempunyai indikasi medis guna mencapai suatu tujuan yang konkrit
2. Sesuai dengan standar yang berlaku dalam ilmu kedokteran
3. Terlebih dahulu mendapat persetuan dari pasien
Hubungan Dokter-Pasien
Pada awalnya hubungan dokter-pasien bersifat vertikal (hubungan atas-bawah).
Hubungan dokter-pasien pada masa itu dipengaruhi oleh doktrin medical
paternalism (doctor knows his patient’s best interest).
Doktrin medical paternalism adalah perwujudan dari asas beneficence.
Hubungan semacam ini dikatakan juga sebagai hubungan yang bersifat paternalistik,
sebagaimana hubungan antara bapak dengan anak.
Hukum Perikatan
Sebagai sebuah perikatan, maka hubungan dokter dan pasien tunduk pada hukum
perikatan.
Hukum perikatan adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur tentang perikatan
Aturan-aturan hukum yang mengatur tentang perikatan terdapat dalam Buku ke 3
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).
Buku ke 3 BW antara lain menerangkan tentang sumber-sumber perikatan dan syarat
sahnya perjanjian.
Sumber Perikatan
Perikatan bisa terjadi karena 2 macam sebab:
1. Karena Undang-undang
Hubungan hukum antara Bapak dengan Anak merupakan contoh perikatan yang
lahir karena UU. Anak berhak mendapatkan warisan karena memang UU
menentukan demikian.
2. Karena Perjanjian
Hubungan hukum antara penjual dg pembeli merupakan contoh perikatan yang lahir
karena suatu perjanjian.
Perikatan Dokter-Pasien
Perikatan dokter-pasien bisa terjadi baik karena undang-undang maupun karena
perjanjian. Ketika dokter memberikan pertolongan kepada pasien gawat darurat yang
berada dalam keadaan tidak sadar, terjadilah sebuah perikatan antara si dokter dan si
pasien.
Jenis Perikatan
Perikatan antara dokter dan pasien bisa berbentuk resultaats verbintenis ataupun
berbentuk inspanning verbintenis
Resultaat verbintenis adalah perikatan yang didasarkan pada hasil kerja (outcome)
tertentu.
Inspanning verbintenis adalah perikatan yang didasarkan pada usaha yang sungguh-
sungguh.
Resultaats Verbintenis
Dalam perikatan semacam ini, dokter dianggap telah memenuhi perikatan apabila
hasil kerja (outcome) yang dijanjikan kepada si pasien telah dipenuhi
Misalnya dalam tindakan pencabutan gigi, dokter dianggap telah memenuhi
perikatan secara sempurna bila gigi yang dimaksudkan telah dicabut secara
sempurna.
Inspanning Verbintenis
Dalam perikatan semacam ini, dokter dianggap telah memenuhi perikatan apabila ia
telah berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengobati si pasien.
Obyek perikatan adalah berupa ‘usaha sungguh-sungguh untuk kesembuhan pasien’
dan bukan kesembuhan itu sendiri.
Hubungan perikatan semacam ini sering dinamakan pula dengan istilah transaksi
terapetik.
Prestasi
Memenuhi perikatan sama dengan memenuhi kewajiban dalam perikatan
Obyek perikatan dalam ilmu hukum disebut dengan istilah prestasi. Seseorang yang
telah memenuhi kewajibannya dengan sempurna di dalam suatu perikatan dikatakan
telah memberikan prestasi atau telah berprestasi
Prestasi dapat berupa memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak
melakukan sesuatu.
Hak-hak pasien
Kewajiban pasien
1. Memberikan informasi secara lengkap dan jujur tentang kesehatannya
2. Mematuhi nasehat & petunjuk dokter
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku
4. Memberikan imbalan jasa
Kewajiban dokter
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan SOP
2. Merujuk pasien bila tidak mampu
3. Menjaga rahasia pasien
5. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan
6. Menambah & mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
Hak dokter
1. Memperoleh perlindungan hukum
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi & standar prosedur
operasional
3. Memperoleh informasi yang lengkap & jujur dari pasien atau keluarganya
4. Menerima imbalan jasa
Rekam Medis
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang
Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
ASPEK MEDIKOLEGAL
Dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit
tidak tertutup kemungkinan timbul konflik. Konflik tersebut dapat terjadi antara tenaga
kesehatan dengan pasien dan antara sesama tenaga kesehatan (baik satu profesi maupun
antar profesi). Untuk mencegah dan mengatasi konflik biasanya digunakan etika dan
norma hukum yang mempunyai tolok ukur masing-masing. Oleh karena itu dalam
praktik harus diterapkan dalam dimensi yang berbeda. Artinya pada saat kita berbicara
masalah hukum, tolok ukur norma hukumlah yang diberlakukan. Pada kenyataannya
kita sering terjebak dalam menilai suatu perilaku dengan membaurkan tolok ukur etika
dan hukum.
B. Prosedur Medikolegal
Tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan
dengan pelayanan untuk kepentingan hukum.
Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat berbeda
dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu
khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus
dan akan menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat
darurat.
Pada keadaan gawat darurat medik didapati beberapa masalah utama yaitu:
1. Periode waktu pengamatan/pelayanan relatif singkat
2. Perubahan klinis yang mendadak
3. Mobilitas petugas yang tinggi
Hal-hal di atas menyebabkan tindakan dalam keadaan gawat darurat memiliki
risiko tinggi bagi pasien berupa kecacatan bahkan kematian. Dokter yang bertugas di
gawat darurat menempati urutan kedua setelah dokter ahli onkologi dalam menghadapi
kematian. Situasi emosional dari pihak pasien karena tertimpa risiko dan pekerjaan
tenaga kesehatan yang di bawah tekananError: Reference source not found mudah
menyulut konflik antara pihak pasien dengan pihak pemberi pelayanan kesehatan.
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi
hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan Pelayanan gawat
darurat. Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege
tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut
The American Hospital Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah. An
emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or whoever
assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-enquires immediate
Pada prinsipnya, setiap pasien yang meninggal pada saat dibawa ke IGD
(Death on Arrival) harus dilaporkan kepada pihak berwajib. Di negara Anglo-Saxon
digunakan sistem koroner, yaitu setiap kematian mendadak yang tidak terduga (sudden
unexpected death), apapun penyebabnya, harus dilaporkan dan ditangani oleh Coroner
atau Medical Examiner. Pejabat tersebut menentukan tindakan iebih lanjut apakah
jenazah harus diautopsi untuk pemeriksaan lebih lanjut atau tidak. Dalam keadaan
tersebut surat keterangan kematian (death certificate) diterbitkan oleh Coroner atau
Medical Examiner. Pihak rumah sakit harus menjaga keutuhan jenazah dan benda-benda
yang berasal dari tubuh jenazah (pakaian dan benda lainnya) untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Indonesia tidak menganut sistem tersebut, sehingga fungsi semacam coroner
diserahkan pada pejabat kepolisian di wilayah tersebut. Dengan demikian pihak POLRI
yang akan menentukan apakah jenazah akan diautopsi atau tidak. Dokter yang bertugas
di IGD tidak boleh menerbitkan surat keterangan kematian dan menyerahkan
permasalahannya kepada POLRI.
Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan DKI Jakarta Nomor 3349/1989 tentang berlakunya Petunjuk Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan kematian di Puskesmas, Rumah Sakit, RSB/RB di wilayah
DKI Jakarta yang telah disempurnakan tanggal 9 Agustus 1989 telah ditetapkan bahwa
semua peristiwa kematian rudapaksa dan yang dicurigai rudapaksa dianjurkan kepada
keluarga untuk dilaporkan kepada pihak kepolisian dan selanjutnya jenazah harus
dikirim ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan visum et repertum. Kasus
yang tidak boleh diberikan surat keterangan kematian adalah:
meninggal pada saat dibawa ke IGD
meninggal akibat berbagai kekerasan
meninggal akibat keracunan
meninggal dengan kaitan berbagai peristiwa kecelakaan
Kematian yang boleh dibuatkan surat keterangan kematiannya adalah yang cara
kematiannya alamiah karena penyakit dan tidak ada tanda-tanda kekerasan.
MALPRAKTIK MEDIS
Istilah malpraktik adalah istilah yang umum tentang kesalahan yang dilakukan
oleh professional dalam menjalankan profesinya dan merupakan terjemahan dari
malpractice. Istilah malpraktik berasal dari kata mala, artinya tidak baik, dan praktik
Jenis Malpraktik
Dalam ilmu hukum pidana, suatu perbuatan dikatakan perbuatan pidana apabila
memenuhi unsur yang telah ditentukan secara limitative dalam suatu peraturan
perundang-undangan pudanan pasal (1) KUHP menyatakan suatu perbuatan yang dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah
ada, sebelum perbuatan itu dilakukan, atas asas legalitas. Perbuatan pidana dapat bersifat
kesengajaan (delik culpa) maupun kealpaan (delik alpa). Berdasarkan doktrin ilmu
hhukum pidana inilah malpraktik medis juga harus dpat dibedakan apakah masuk dalam
”delik culpa atau delik alpa”
Malpraktik medis dapat terjadi karena faktor kesengajaan atau tidak dengan
kesengajaan. Perbedaannya trletak pada motif tindakan yang dilakukannya. Apabila
dilakukan secara sadar dan tujuannya diarahkan kepada akibat atau mengetahui bahwa
tindakan itu bertentangan dengan hukum, maka tindakan ini disebut malpraktik
(malpraktik kriminal). Apabila tindakan tersebut tidak didasari dengan motif untuk
menimbulkan akibat buruk, maka tindakan tersebut adalah tindakan kelalaian. Akibat
yang ditimbulka dari suatu kelalaian sebenarnya terjadi di luar kehendak yang
melakukannya. Apabila disimak dari berbagai kasus malpraktik medis yang terjadi
sebenarnya sebagian besar disebabkan oleh suatu kelalaian. Beberapa kesalahan suatu
tindakan malpraktik kriminal antara lain, perbuatan tersebut merupakan perbuatan
tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) dan merupakan
perbuatan sengaja (intensional), ceroboh (recklessness) atau kealpaan (negligence).
Malpraktik kriminal adalah kesalahan dalam menjalankan praktik yang berkaitan
denngan pelanggaran undang-undang hukum pidana. Pelanggaran undang-undang
tersebut bisa berhubungan dengan 1) menyebabkan pasien mati/luka karena kelalaian, 2)
melakukan abortus provokatus criminalis, 3) melakukan pelanggaran
kesusilaan/kesopanan, 4) membuka rahasia kedokteran, 5) memalsukan surat
keterangan, 6) bersepakat melakukan tindak pidana, 7) sengaja tidak memberikan
pertolongan pada orang yang dalam keadaan bahaya.
Malpraktik medis selain dapat dituntut secar piana juga dapat dituntut secara
perdata dalam bentuk pembayaran ganti rugi. Dasar hukum malpraktik perdata/sipil
adalah transaksi atau kontrak teraupetik antara dokter dengan pasien yaitu hubungan
dokter dengan passien, dimana dokter bersedia memberikan pengobatan atau perawatan
medis kepada pasien dan pasien bersedia membayar sejumlah honorium/imbalan kepada
dokter. Ketentuan yang terkait denagn KUHP perdata adalah : Pasal 1366 KUHP
perdata, ”setiap orang bertanggungjawab bukan hanya kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga kerugian yanng disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-
hati”
Praktik kedokteran bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran tertentu yang
berkompetensi dan mendapatkan izin dari institusi yang berwenang dan bekerja sesuai
dengan standar dan profesionalisme yang ditetapkan oleh organisasi profesinya.
Untuk memastikan bahwa para dokter yang berpraktik adalah benar telah
memiliki kompetensi dan kewenangan medis dan yang sesuai dengan standar medis dan
etika profesi maka perlu adanya UU Praktik Kedokteran. UU Praktik Kedokteran
dimaksudkan untuk mencapai akuntabilitas profesi dan layanan kedokteran.
Ilustrasi Kasus
1. Seorang ibu membawa anaknya yang menderita penyakit gondong/bengok
(parotitis), kepada dokter. Oleh dokter anak tersebut diberi injeksi Penisilin, anak
tersebut ternyata tidak tahan dan kemudian segera meninggal.
Dokter dalam kasus ini telah melakukan penyimpangan yaitu di dalam hal
pemberian injeksi Penisilin oleh karena penyebab penyakit gondong adalah virus,
sedangkan virus tidak dapat dimatikan oleh Penisilin.
2. Seorang dokter memberikan injeksi Penisilin kepada pasien penderita penyakit
kencing nanah, si pasien ternyata meninggal tidak lama setelah penyuntikan.
Kesalahan dokter di dalam kasus ini ialah : ia tidak melakukan anamnesa,
menanyakan apakah pasien tersebut tahan terhadap Penisilin, apakah ia tidak punya
penyakit alergi dan tidak dilakukan skin test terlebih dahulu.
3. Seorang dokter ahli ilmu ural dalam sakit (patologanatom) melakukan kekeliruan di
dalam diagnosa dari jaringan yang diperoleh dari ahli kandungan, akibat dari
kekeliruan tersebut ahli kandungan melakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi), yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
4. Seorang penderita kanker payudara diberi pengobatan dengan penyinaran, yang
menyebabkan hangusnya kulit penderita tersebut. Dalam kasus ini dokter bersalah
oleh karena, ia tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu akan komplikasi yang
dapat terjadi bila seseorang mendapat penyinaran.
5. Seorang wanita meninggal dunia beberapa saat setelah dilakukan tindakan
pengguguran kandungan. Di dalam pemeriksaan ternyata rahim wanita robek
sehingga terjadi pendarahan yang berakibat fatal. Dokter yang melakukan tindakan
tersebut ternyata kurang berhati-hati di dalam melakukan pengguguran tersebut
sehingga terjadi robekan pada rahim.
Di dalam menghadapi kasus-kasus seperti tersebut di atas yaitu terjadinya luka-luka atau
kematian pada seseorang sehubungan dengan tindakan kedokteran, maka penyidik
Pasal 32
4. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
Pasal 34
1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di
saranakesehatan tertentu.
Pasal 35
1. Transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pasal 36
1. Implan obat dan atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Pasal 37
1. Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan itu dan dilakukan di sarana kesehatan
tertentu
Pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.
Pasal 70
1. Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat
untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga
kesehatan.
2. Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku
dalammasyarakat.
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.
Pasal 41
Pasal 45
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Pasal 46
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis.
Pasal 48
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional.
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
d. Menerima imbalan jasa.
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien.
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
ataupengobatan.
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atau dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.
Pasal 52
Pasien dalammenerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3.
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhanmedis.
d. Menolak tindakan medis.
Pasal 53
Pasien dalammenerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalahkesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Sanksi Pidana
KUHP 359
Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
KUHP 360
1. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selam-lamanya
satu tahun.
2. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga
orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau
pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman
denda setinggi-tingginya Rp.4500,-
KUHP 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatu
jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya dan
sitersalah dapat dipecat dari pekerjaannya, dalam waktu mana kejahatan itu dilakukan
dan hakim dapat memerintahkan supaya keputusannya itu diumumkan.
Pasal 81
1. Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:
a. Melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat 1.
b. Melakukan implan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1.
Pasal 82
1. Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:
a. Melakukan pengobatan dan atau perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat 4.
b. Melakukan transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1.
c. Melakukan implan obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1.
d. Melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1.
e. Melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 2.Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah)
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (limapuluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang:
a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat 1.
b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat 1.
c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf a,huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
Sanksi Perdata
KUH Perdata 1366
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang
hati-hatinya.
Sanksi Administratif
UU RI No. 29 Tahun 2004
Pasal 66
1. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara
tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
2. Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Identitas pengadu
b. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan
dilakukan.
c. Alasan pengaduan.
3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1dan ayat 2 tidak menghilangkan hak
setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang
berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
Pasal 69
1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter,
dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia.
2. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapatberupa dinyatakan tidak bersalah
atau pemberian sanksi disiplin.
3. Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat berupa:
a. Pemberian peringatan tertulis.
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan diinstitusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi.
PERMENKES RI No.1419/MENKES/PER/X/2005
Pasal 24
1. Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia,Pemerintah Daerah, dan organisasi
profesimelakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai
dengan fungsi,tugas dan wewenang masing-masing.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diarahkan pada
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter
gigi.
Pasal 25
1. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat
mengambil tindakan administratip terhadap pelanggaran peraturan ini.
2. Sanksi administratip sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat berupa peringatan lisan,
tertulis sampai pencabutan SIP.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dalam memberikan sanksi administratip
sebagaimana dimaksud ayat 2 terlebih dahulu dapat mendengar pertimbangan
organisasi profesi.
Pasal 26
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat mencabut SIP dokter dan dokter gigi:
1. Atas dasar keputusan MKDKI
2. STR dokter atau dokter dicabut oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
3. Melakukan tindak pidana.
Pasal 27
1. Pencabutan SIP yang dilakukan Dinas KesehatanKabupaten / Kota wajib
disampaikan kepada dokter dan dokter gigi yang bersangkutan dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal keputusan
ditetapkan.
2. Dalam hal keputusan dimaksud pada ayat 1 tidak dapat diterima, yang bersangkutan
dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk
Pasal 28
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan setiap pencabutan SIP dokter
dan dokter gigi kepada Menteri Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia dan Dinas
Kesehatan Provinsi, serta tembusannya disampaikan kepada organisasi profesi setempat.
Kematian akibat
tindakan medis
Sengaja Lalai
Risiko
Lalai
Pendahuluan
Definisi
Informed consent terdiri dari dua kata, yaitu ”Informed” yang berarti suatu
pemberitahuan dan ”Consent” yang berarti suatu persetujuan.
Sedangkan consent diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
2. Express (tersurat), dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
- Secara tertulis
Sebagian besar terdapat pada kasus – kasus yang memiliki resiko yang tinggi,
contohnya pada pembedahan, anestesi, sirkumsisi, dan lain – lainnya.
- Secara tidak tertulis (lisan)
Sebagian besar yang dilakukan dalam praktek sehari-hari adalah consent secara
tidak tertulis atau secara lisan
3. Implite (tersirat)
- Pasien tidak menyatakan secara langsung apakah ia setuju atau tidak setuju
1. Threshold elements
2. Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan understanding
(pemahaman).
Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada
tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien
dapat mencapai pemahaman yang adekuat.
Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat
dari 3 standar, yaitu :
o Standar Praktik Profesi
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi
ditentukan bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas tenaga medis.
Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna”
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi
sosial pasien.
o Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara
pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut
dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal
waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
o Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu
dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan
umumnya orang awam.
3. Consent elements
Proxy Consent
Adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan
syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent
tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan baik
buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent
adalah suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.Proxy consent hanya boleh
dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.
BAB V
PEMERIKSAAN DALAM FORENSIK (AUTOPSI)
Berdasarkan tujuannya ada 2 jenis autopsi, autopsi klinik dan autopsi forensik/
autopsi mediko-legal yang dijelaskan sebagai berikut :
Autopsi klinik diakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, di
rawat di rumah sakit tetapi kemudian meninggal.
Tujuan dilakukannya autopsi klinik adalah:
a. Menentukan sebab kematian yang pasti
b. Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai
dengan diagnosis postmortem
c. Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinik
dan gejala-gejala klinik
d. Menentukan efektifitas pengobatan
e. Mempelajari pelajaran lazim suatu proses penyakit
f. Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter
Untuk autopsi klinik mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan. Untuk mendapatkan hasil maksimal, yang terbaik adalah
malakukan autopsi klinik yang lengkap meliputi pembukaan rongga tengkorak,
dada, perut/panggul, serta pemeriksaan seluruh organ-organ dalam. Jika keluarga
menolak dapat dilakukan autopsi klinik parsial, pada satu atau dua rongga
tertentu. Jika keluarga masih menolak, kiranya dapat diusahakan suatu needle
necropsy terhadap organ tubuh tertentu, kemudian dilakukan pemeriksaan
histopatologik.
Autopsi forensik/autopsi mediko-legal
Autopsi forensik atau autopsi mediko-legal dilakukan terhadap mayat seseorang
berdasarkan peraturan undang-undang dengan tujuan :
a. Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
b. Menetukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara dan saat kematian
c. Mengumpulkan dan mengenali benda-benda bukti untuk penetuan identitas
benda peyebab serta identitas pelaku kejahatan
d. Membuat laporan tertulis yang obyektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk
visum et repertum
e. Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan
identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.
Untuk melakukan autopsi forensik, diperlukan surat permintaan
pemeriksaan/pembuatan visum et repertum dari yang berwenang, yakni pihak
penyidik. Izin keluarga tidak diperlukan. Dalam melakukan autopsi forensik,
mutlak diperlukan pemeriksaan yang lengkap. Autopsi forensik harus dilakukan
Tehnik Autopsi
- Tehnik Virchow :
- Tehnik Rokitansky :
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan
beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut dikeluarkan dalam
kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Tekhnik ini jarang dipakai, karena tidak
menujukkan keunggulan yang nyata. Tekhnik ini pun tidak baik digunakan autopsi
forensik.
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse), Kepala diletakkan diatas meja dengan permukaan
posterior menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar paraaorta diperiksa. Aorta
dibuka sampai arcus aorta dan Aa. Renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa.
Aorta diputus di atas muara a. renalis. Rektum dipisahkan dari sigmoid. Organ
urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat
dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esofagus
dilepaskan dari trakea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena cava
inferior serta aorta diputus di atas diafragama dan dengan demikian organ leher dan dada
dapat dilepas dari organ perut.
Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan antar
organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian
tekhnik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu serta agak sukar dalam penanganan
karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus.
- Tehnik Ghon:
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama
hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga kumpulan organ (bloc).
Pemeriksaan Luar
Pembedahan Mayat
Dimulai dari lidah, esophagus, trachea, dst sampai seluruh alat tubuh. Otak
biasanya diperiksa terakhir.
1. Lidah
- Setelah autopsi selesai, semua organ tubuh dimasukkan ke dalam rongga tubuh.
- Lidah dikembalikan ke dalam rongga mulut sedangkan jaringan otak
dikembalikan ke dalam rongga tengkorak.
- Jahitkan kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat membuka
rongga dada.
- Jahitlah kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari bawah
dagu sampai ke daerah simfisis.
- Atap tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan
menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi.
- Bersihkan tubuh mayat dari darah sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak
keluarga.
Pada kekerasan yang mengenai daerah dada, dapat terjadi patah tulang iga yang
mengakibatkan tertusuknya paru dan selanjutnya menimbulkan pnemotoraks. Dalam hal
demikian, pembuktian dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan cara membuka
rongga dada di bawah permukaan air untuk melihat keluarnya gelembung udara.
Kulit daerah dada yang telah dilepaskan dan dinding dada dipegang pada tepi
bebasnya sedemikian rupa sehingga membentuk semacam kantong dengan dasar
dinding dada. Ke dalam kantong ini kemudian diisi air. Dengan sebuah skapel, dinding
dada diiris di bawah permukaan air sampai menembus ke rongga dada. Pengumpulan
udara dalam rongga dada pada pnemotoraks akan menyebabkan ke luar gelembung
udara dari lubang.
Pemeriksaan pnemotoraks dapat pula dilakukan dengan menggunakan semperit
gelas yang besar (ukuran 25 sentimeter kubik) dan jarum trokar. Semperit diisi setengah
penuh, lalu dengan jarum trokat, sela iga ditusuk. Adanya pengumpulan udara dalam
rongga dada akan menyebabkan keluar gelembung udara ke dalam air dalam semperit.
Kematian akibat emboli lemak dapat terjadi pada kasus trauma tumpul terhadap
jaringan lemak atau patah tulang panjang pada orang dewasa. Butir lemak yang berasal
dari jaringan lemak atau sumsum tulang dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke
eluruh tubuh. Pada otak, butir lemak ini dapat menyumbat pembuluh otak yang kecil
dan mengakibatkan kematian.
Diagnosa emboli lemak dapat ditegakkan bila dalam pembuluh darah dapat
ditemukan butir lemak ini ( fat globule). Untuk melihat ini, dilakukan pemeriksaan
histopatologik dengan pewarnaan khusus untuk lemak, misalnya SUDAN III. Butir
lemak akan diwarnai menjadi berwarna merah-jingga. Pada pengerjaan/ processing
jaringan untuk pembuatan preparat histopatologik, hendaknya dihindari proses rutin
yang dalam perjalanannya akan melarutkan butir lemak yang terdapat dalam pembuluh
darah tersebut.
Untuk dapat melihat kelainan pada leher dengan lebih baik, perlu diusahakan
agar daerah leher bersih dari kemungkinan terdapatnya ”genangan” darah. Untuk itu
dilakukan usaha agar darah yang terdapat dalam pembuluh darah leher dapat dialirkan
ke tempat lain.
Pemotongan kulit dimulai dari incisura jugularis ke arah simfisis pubis.
Pembukaan rongga dada dan perut dilakukan seperti pada autopsi rutin. Pengeluaran alat
leher ditangguhkan untuk sementara.
Lakukanlah pemotongan kulit kepala, penggergajian tengkorak serta pengeluaran
otak. Pindahkan ganjal yang semula terdapat pada daerah tengkuk sedemikian rupa
sehingga daerah leher terletak paling tinggi. Dengan mengeluarkan otak dan alat dada
dengan jalan memotong trachea setinggi incisura jugularis (atau dapat pula hanya
jantung saja yang dikeluarkan) maka darah yang terdapat dalam pembuluh darah leher
dapat dialirkan ke arah kepala dan dada, dan lapangan leher menjadi bersih. Dengan
demikian, kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat terlihat jelas.
Setelah pemeriksaan daerah leher selesai, maka pengeluaran/pengangkatan alat
leher dapat dilakukan seperti pada autopsi rutin.
Pada kasus mati tenggelamError: Reference source not found, harus dibuktikan
masuknya air ke dalam paru bagian distal. Caranya dengan memeriksa kadar elektrolit
darah dari jantung kiri dibandingkan jantung kanan, karena tenggelam akan
menimbulkan terjadinya hemodilusi atau hemokonsentrasi, tergantung pada
tekananError: Reference source not found osmotik cairan tempat tenggelam. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan diatomeError: Reference source not found melalui pemeriksaan
getah paru.
Pada mayat dapat ditemukan kedua paru mengembang berisi air, juga lambung
dan benda asing yang tertelan. Selain itu, terdapat gambaran cutis anserina akibat
kontraksi mm.erector pilli. Bila mayat terendam cukup lama, bisa ditemukan kulit
telapak tangan dan kaki yang keriput (washer woman hand). Bila ada cadaveric spasm
bisa ditemukan benda atau tumbuhan air yang tergenggam.
Pada dugaan mati akibat racun, pertama kali harus dicium bau yang keluar dari
tubuh mayat karena hidung pemeriksa dapat beradaptasi jika berlama-lama bersama
mayat. Setelah itu, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium toksikologi untuk
pemastian racun penyebab.
Pada pemeriksaan mayat sering tercium bau sianida (bau amandel) dan
lebamError: Reference source not found mayat merah terang. Pemeriksaan selanjutnya
tidak memberikan gambaran yang khas. Diagnosis pasti dengan periksa toksikologi
terhadap isi lambung dan darah.
Sering terjadi akibat bunuh diri atau kecelakaan karena over dosis. Terjadi
depresi nafas yang menjadikan hipoksia sehingga lebamError: Reference source not
found mayat berwarna gelap. Terdapat juga vesikel atau bula simetrik pada kulit.
Pada bedah mayat ditemukan bendungan alat dalam, paru yang edem dengan
busa halus dalam saluran nafas, bintik darah pada substansi putih otak. Pemastian
dengan ditemukan barbiturat dalam darah dan urine juga toksikologi isi lambung.
Lebih sering terjadi akibat kecelakaan. Perlu diperhatikan adanya bekas suntikan
yang baru atau lama, pembesaran kelenjar limfe regional. Kadang ada tato di tempat
yang tidak wajar (cth. di lipatan siku, tempat biasa menyuntik).
Mati akibat narkoba sering karena depresi nafas. Pada bedah mayat ditemukan
kelainan paru berupa bendungan dan edema hebat pada paru, narcotic lung atau
gambaran pneumonia lobaris. ToksikologiError: Reference source not found dilakukan
pada darah, urine, cairan empedu serta tempat masuk suntikan. Dpat juga ditemukan
vesikel/ bula seperti pada keracunan CO atau barbiturat.
Ada 2 jenis, yaitu keracunan akut dan kronis. Pada akut, pemeriksaan luar mayat
menunjukkan tanda dehidrasi hebat pada tubuh. Terdapat perdarahan sub mukosa, erosi
dan ulserasi sepanjang saluran cerna. Ada bubuk putih dan arsen trioksida pula pada
daerah itu. Pada kronis, ada kelainan pigmentasi kulit, garis putih pada kuku serta tubuh
yang kahektis. Terdapat kelainan histologik degeneratif pada hati dan ginjal.
ToksikologiError: Reference source not found pada isi lambung, darah dan urine.
Mati mendadak adalah kematian yang terjadi dalam waktu relatif singkat pada
orang yang sebelumnya tampak sehat, dan kematian yang tidak/belum jelas sebabnya.
Untuk penyebabnya harus selalu diingat kemungkinan terjadinya keracunan yang
memerlukan pemeriksaan toksikologi.
Biasa terjadi pada wanita yang mengalami abortus tersebut. Terjadi perdarahan
karena ruptur uteri akibat kekerasan yang ditimbulkan oleh pengurutan dengan tangan
atau alat yang membuat perforasi uterus. Selain perdarahan, kematian juga dapat akibat
emboli udara saat pembuluh darah atau sinus marginalis terbuka. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan dengan menemukan udara dalam bilik jantung kanan atau vena cava
inferior.
- Pada daerah kepala diikatkan melingkar benang putih, sebagai tanda posisi kulit
kepala yang akan dipotong, yaitu mulai belakang telinga kanan sampai telinga
kiri. Kulit kepala dikelupas, mula-mula dengan pisau tumpul, dibantu secara tajam
dari permukaan, sampai kearah depan hingga ke supra orbita dan bagian belakang
sampai kearah oksipital yang paling tengah.
- Kepala dibuka dengan cara membuat irisan pada kulit kepala dimulai dari
processus mastoideus melingkari kepala kea rah puncak kepala (vertex) dan
berakhir pada processus mastoideus sisi lainnya. Kulit kepala kemudian dikupas
kea rah depan sampai kurang lebih 1-2 cm di atas batas margo supraorbitalis dan
ke arah belakang sampau sejauh protuberantia occipitalis externa. Perhatikan dan
catat kelainan yang didapatkan, baik pada permukaan dalam kulit kepala maupun
pada luar tengkorak. Untuk membuka rongga tengkorak dilakukan penggergajian
tulang tengkorak melingkar di daerah frontal kurang lebih 2 cm di atas margo
supraorbitalis kea rah temporal 2 cm di atas daun telinga. Penggergajian harus
hati-hati dan dihentikan setelah tebal tulang tengkorak telah terlampaui. Atap
tengkorak selanjutnya dilepas dengan pahat T dengan mencongkel garis
penggergajian.
- Setelah atap tengkorak dilepaskan diperhartikan adanya kelainan pada permukaan
dalam atap tengkorak maupun pada duramater yang tampak. Duramater kemudian
digunting mengikuti garis penggergajian dan daerah subduraldiperiksa apakah ada
perdarahan, pengumpulan darah.
- Otak dikeluarkan dengan memasukkan 2 jari tangan kiri di garis pertengahan
daerah frontal antara baga otak dan tulang tengkorak. Dengan sedikit menekan
baga frontal akan tampak falk serebri yang dapat dipotong atau digunting sampai
dasar tengkorak. Kedua jari tangan kiri tersebut kemudian mengangkat baga
- Kemudian kita akan melakukan pemeriksaan alat-alat rongga leher dan dada.
- Letakkan bagian depannya ke bawah sehingga bagian belakangnya terlihat dari
esofagus pada bagian teratas. Dari kerongkongan sampai esofagus dibelah dan
dibuka untuk melihat apakah ada isinya dan bagaimana keadaan selaput lendirnya.
Kemudian esofagus dipisahkan dari trakea. Singkirkan agak ke samping kemudian
kita membuka trakea dengan gunting sampai percabangannya sampai ke paru-
paru. Hal yang sama kita menilai apakah ada isinya dan bagaimana keadaan
selaput lendirnya.
OTOPSI
Membuka kepala
Roman’s Ed. 32nd . Edited by : XXV F 99
Internal ricochet
Internal ricochet dapat terjadi bila kekuatan anak peluru tidak cukup untuk
dapat menembus dari jaringan tubuh, misalnya pada kasus dimana anak peluru
mengenai kepala. Dengan demikian dapat terjadi variasi dari perjalanan anak
peluru didalam kepala yang perlu diketahui, yaitu : Single- ricochet, double-
ricochet, inner tangential at contralateral side, inner tangential at contra lateral
side and ricochet dan inner tangential at entrance side.
VII.1.PENGERTIAN
o Thanatos : yang berhubungan dengan kematian
o Logos : ilmu
Adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Dalam arti lain berarti ilmu yang mempelajari tentang mati dan diagnostik mati dan
perubahan postmortem dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta kegunaan apa saja.
Dalam arti luas kadang-kadang juga mengenai ilmu yang mempelajari problem-problem
medis dan psikologis yang berhubungan dengan persoalan kematian penderita dan
keluarga yang ditinggalkan.
Definisi Mati
Berhentinya ketiga sistem yaitu kardiovaskular, respirasi , dan sistem saraf pusat,
yang merupakan satu unit kesatuan dan tidak terkonsumsinya oksigen.
Istilah Mati :
o Mati somatis/mati klinis : 3 sistem (SSP, SCV, Sist.respiratory) mati
ireversibel/menetap, tetapi beberapa organ & jaringan masih bisa berfungsi
sementara memungkinkan untuk transplantasi. Secara klinis tidak ditemukan
refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar,
Diagnosis mati
Hilangnya seluruh ataupun pergerakan/aktivitas refleks hilang
Ada 3 sistem yang berperan dalam siklus oksigen dan membantu kira mendeteksi
hidup matinya seseorang:
1. Sistem saraf, terutama medulla oblongata sebagai pusat vital
2. Sistem kardiovaskular, yaitu jantung sebagai pemompa darah dan denyut nadi
sebagai transpor oksigen
3. Sistem pernapasan, terutama paru-paru sebagai tempat pertukaran oksigen
Mati klinis absennya denyut nadi dan pernapasan, dan merupakan proses yang
reversible dan dapat kembali, misalnya dengan bantuan CPR (cardiac pulmonary
resuscitation). Dahulu mati klinis: absennya tanda-tanda vital (pernapasan, denyut
Urutan yang terjadi pada proses kematian mulai dari hilangnya kesadaran sampai
kematian serebral:
1) Hilangnya kesadaran: hilangnya mentasi (disorientasi, dan bingung), hilangnya
kesadaran, hilangnya sirkulasi karena jantung berhenti dan pernapasan normal
melambat;
2) Apnea terminal: berhentinya ritme pernapasan normal
3) Fase agonal: perioda waktu sesudah onset absennya denyut nadi (absennya
sirkulasi), dan sesudah apnea terminal, terjadi hembusan napas terakhir dan
mendeguk, berderik (gurgling. rattled). Fase ini mirip dengan fase yang oleh
agama-agama semit monotheis diyakini kematian yang ditandai dengan
pengambilan napas terakhir yang menyentak nyentak seolah kepala terlepas dari
badannya dan jiwa meningalkan raganya
4) Mati klinis; Koma, apnea, tidak ada hembusan napas, tidak ada denyut nadi
tetapi kegagalan otak masih reversible dan bantuan segera dengan CPR dengan
restorasi sirkulasi serta aliran udara harus ada untuk mencegah kecepatan
matinya sel sel otak. Ini merupakan transisi antara mati dan hidup. Bila bantuan
CPR gagal dan mati cerebral terjadi maka kematian sudah final, dan ireversibel
5) Fase vegetative, bila sirkulasi diperlambat lebih jauh daripada mati klinis, koma
akan berlanjut dengan EEG (Electro Encephalograph) abnormal. Ini terjadi bila
ada intervensi untuk mencegah proses lebih lanjut kerusakan otak
6) Kematian serebral; bila sirkulasi ke otak memburuk hasilnya adalah koma yang
dalam, apnea tanpa respirasi dan tidak ada aktivitas otak (otak mati) dan
ireversibel.
Keruhnya kornea mata akibat adanya lapisan tipis yang menutupi kornea mata.
Lapisan tipis itu merupakan sekret mata yang telah mengering akibat penguapan cairan.
Apabila lapisan itu hilang setelah kita meneteskan cairan pada kornea mata maka lama
kematian korban dapat kita perkirakan yaitu kurang 6 jam.
Perubahan biokimia plasma ada 2 yaitu peningkatan kadar kalium, pospor, CO &
asam laktat dan penurunan kadar glukosa & pH. Perubahan humor vitreus berupa
peningkatan kadar kalium yang terjadi antara 24 sampai 100 jam post mortem.
Perubahan jantung berupa adanya chicken fat clot (bekuan lemak ayam) yaitu bekuan
darah post mortem menyerupai lemak ayam yang berwarna merah kekuningan. Bekuan
ini biasanya kita temukan pada jantung mayat yang mati dengan proses kematian lama.
Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus Post Mortem Interval (PMI) oleh
Glaister dan Rentoul :
- Formula untuk suhu dalam derajat Celcius
PMI = 37 o C - RT o C +3
- Formula untuk suhu dalam derajat Fahrenheit
PMI = 98,6 o F - RT o F
1,5
Tidak hilangnya lebamError: Reference source not found mayat pada saat itu,
dikarenakan telah terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat
rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel – sel darah dalam jumlah yang
banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding
pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan
setelah 8 – 12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan
ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara
sempurna. Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam
mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi
merubah posisi korban.
A.Distribusi Lebam Mayat
Bentuk dari lebamError: Reference source not found mayat tergantung posisi
tubuh setelah mati. Sering posisi mayat terlentang dengan bahu, pantat dan
Perbedaan antara lebamError: Reference source not found mayat & hematom
lihat bab traumatologi
letak lebamError: Reference source not found mayat tidak berubah, bila posisi
mayat tidak diubah.
Sering kali warna lebamError: Reference source not found mayat merah terang
atau merah muda. Kematian yang disebabkan hipotermi atau terpapar udara dingin
selama beberapa waktu, seperti tenggelamError: Reference source not found, dimana
warna lebam mayat dapat menentukan penyebab kematian, tetapi relatif tidak
spesifik oleh karena mayat yang terpapar udara dingin setelah mati (terutama bila
mayat yang di dalam lemari es mayat) dapat terjadi perubahan lebam dari merah
padam menjadi merah muda.
Perubahan lainnya pada warna lebamError: Reference source not found lebih
berguna. Yang paling sering adalah merah terang (cherry-pink), oleh karena
karboksihemoglobin (CO-Hb) terletak pada seluruh jaringan, warna ini khas dan
sering merupakan indikasi pertama adanya keracunan karbonmonoksida (CO).
Keracunan sianida (CN) memiliki ciri khas tertentu, yaitu warna lebam mayat merah
terang yang disebabkan terjadi bendungan dan sianosis (kurang O 2, karena pelepasan
O2 ke jaringan dihambat). Bila ahli forensik tidak teliti terhadap penyebab dari
riwayat dan bau sianida (CN-bau amandel), sangatlah susah menggunakan lebam
mayat sebagai satu-satunya indikasi penyebab kematian. Lebam mayat yang
berwarna merah kecoklatan pada methemoglobinemia dan dapat memiliki warna
yang bervariasi pada keracunan aniline dan klor. Kematian yang disebabkan sepsis
dimana Clostridium perfringens sebagai agen infeksi, bercak berwarna pucat
keabuan dapat terkadang terlihat pada kulit, Walaupun hal ini tidak timbul pada
lebam. Pemeriksaan laboratorium sederhana yaitu test resistensi alkali dapat juga
dilakukan, yaitu dengan menetesi contoh darah yang telah diencerkan dengan
NaOH/KOH 10%. Pada CO, warna tetap beberapa saat oleh karena resistensi,
sedangkan pada CN, warna segera menjadi coklat oleh karena terbentuknya
hematina alkali. Pada anemi berat, lebam mayat yang terjadi sedikit, warna lebih
muda dan terjadi biasanya lebih lambat. Pada polisitemia sebaliknya lebam mayat
lebih cepat terjadi.
Kepentingan mediko-legal
Secara medikolegal yang terpenting dari lebamError: Reference source not
found mayat ini adalah letak dari warna lebam itu sendiri dan distribusinya.
Perkembangan dari lebam mayat ini terlalu besar variasinya untuk digunakan
sebagai indikator dari penentuan saat mati. Sehingga lebih banyak digunakan untuk
menentukan apakah sudah terjadi manipulasi posisi pada mayat.
Kegunaan lebamError: Reference source not found mayat pada kedokteran forensik
yaitu:
1. Merupakan tanda pasti dari kematian.
Livor mortis terjadi karena adanya kelenturan otot setelah mati karena adanya
metabolisme tingkat selular masih berjalan berupa pemecahan cadangan
glikogen→energi→ADP→ ATP. Selama masih ada energi→aktin miosin masih
regang.
Jika glikogen otot habis dan energi tidak ada maka ADP tidak bisa jadi ATP →
ADP . Menurut Szent-Gyorgyi di dalam pembentukan rigor mortis peranan ATP
sangat penting. Rigor mortis terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena
pada saat kematian proses metabolisme tidak terjadi sehingga tidak ada produksi
ATP. Karena kekurangan ATP sehingga kepala miosin tidak dapat dilepaskan dari
Cadaveric spasme: hal ini terjadi akibat inisiasi dari saraf motorik tetapi untuk
beberapa alasan juga dapat diakibatkan oleh kegagalan relaksasi dari otot.
Fenomena ini biasanya hanya terjadi pada satu kumpulan otot,seperti fleksor dari 1
lengan.
2. Heat stiffening :
o kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas
o Pada saat autopsi, otot mungkin akan terasa layu dan kering. Pada
permukaan otot mungkin akan tampak daerah yang terkarbonisasi, kemudian
di bawahnya akan tampak daerah “brownish pink” yaitu gambaran seperti
daging merah yang dimasak, dan di bawahnya lagi apabila panas lingkungan
3. Cold stiffening
o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan
lemak subkutan dan otot
o Pada temperature yang ekstrim, otot dapat membentuk suatu kekakuan yang
palsu. Pada suhu yang terlalu dingin hingga di bawah 0º celcius, panas tubuh
telah hilang, otot dapat menjadi lebih kaku karena cairan dalam tubuh
menjadi membeku sebagaimana daging yang disimpan didalam lemari
pendingin. Bila terjadi keadaan seperti ini, kemungkinan besar suhu
lingkungan saat mayat meninggal adalah sekitar di bawah -5º celcius.
Kekauan ini juga dapat disebabkan oleh adanya pembekuan pada lemak
subkutan. Ketika tubuh mayat di panaskan/dihangatkan, rigor mortis yang
sebenarnya mungkin akan muncul.
3.Pembusukan :
Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi atau putrefection.
Pembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama clostridium welchii. Bakteri ini
menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA.
H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna
hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya
mikroorganisme dan enzim proteolitik. Proses pembusukan telah terjadi setelah
kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian.
Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut
kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut
dan dada dengan disertai bau busuk.
Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus,
uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk
antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat
membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non gravid. Larva lalat dapat
kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk
memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat
kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat.
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi
sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme. Autolisis adalah
perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui
proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga organ-
organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autilisis lebih
cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki enzim, dengan demikian
pancreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung.
Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu
pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis
ini tetap terjadi. Proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim
yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena ialah nukleoprotein yang
terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel
akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan
mencair.
Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh
suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada
suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan
sehingga proses ini akan terhambat pula. Pembusukan adalah proses
penghancuran jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri
anaerob yang berasal dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan
Clostridium Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang
lain seperti Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus,jamur dan enzim-enzim
seluler juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan
pada fase akhir dari pembusukan.
Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak
didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas
pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran
pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga
Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru
bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran
marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah
dan paha. Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka
sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan
dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas
sehingga jaringan kehilangan strukturnya. Secara mikroskopis bakteri dapat
dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut
banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil
dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat
dilihat pertama kali pada hati .
Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan
yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan
cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan bronchus terdorong keluar,
bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung.
Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan
dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.
Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai
kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non
gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan
karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan
fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ lain
sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam penentuan
identifikasi jenis kelamin. Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ
dalam ini adalah pembentukan granula-granula milliary atau ‘ milliary plaques’
yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan
serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum,
pericardium dan endocardium. ‘Milliary plaques’ ini pertama kali ditemukan
oleh Gonzales yang secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat,
sel-sel endotelial, massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal
sering dikacaukan dengan proses peradangan atau keracunan. Pada orang yang
obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan mesenterium dapat
mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang mengisi rongga badan
diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan dan juga
tidak menyenangkan.
Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada tubuh
mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Aktifitas pembusukan
sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°-100°F (21,1-37,8°C) aktifitas
ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu diatas 100°F
(lebih dari 37,8°C). Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka
proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat
diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih
lambat. Pada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat
dari pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat
hilangnya panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik untuk
perkembangbiakkan organisme pembusukan.
Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat
pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang
terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat.
Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi
sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru.
Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat.
Bau busuk dari tubuh mayat tidak hanya mengganggu, namun juga
membahayakan. Pembusukan dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein
besar pada jaringan tubuh oleh bakteri fermentasi menggunakan enzim protease.
Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein yang disebut asam amino ini dicerna
berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri acetogen. Bakteri ini mereaksikan asam
amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan asam asetat,
hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini
menimbulkan bau
Variasi-variasi pembusukan:
a. Mummifikasi
o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun → dehidrasi viceral
sehingga kuman-kuman tidak berkembang → tidak terjadi pembusukan →
mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi masih
lengkap sampai bertahun-tahun.
o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan
o Syarat terjadinya mummifikasi :
Suhu relatif tinggi
Kelembaban udara rendah
Aliran udara baik
b. Adipocare
o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam
stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif
padat .
o Suhu tinggi → kelembaban tinggi → lemak → asam lemak → pH turun →
kuman tidak bisa berkembang → asam lemak → dehigrogenase →
penyabunan → mayat menjadi kebalikannya mumifikasi.
o Syarat terjadinya adiposera :
Suhu rendah, kelembaban tinggi
Lemak cukup
Aliran udara rendah
Waktu yang lama
Pakar ilmu forensik entomologi dari AS, William Rodriguez mengatakan, terdapat
pola khas dari pembusukan mayat. Pola khas ini jika dikaitkan dengan fase
perkembangan serangga yang juga khas pada mayat, akan mampu menunjukan saat
kematian. Misalnya saja lalat yang biasa berkerumun di tempat sampah, memerlukan
waktu metamorfosa sekitar 500 jam untuk menjadi lalat sempurna. Itupun dalam
kondisi ideal, yakni suhu rata-rata 23 derajat Celsius dan kelembaban cukup. Pada
tahap awal, telur menetas menjadi larva berupa belatung yang kerjanya hanya
makan. Sekitar 30 jam kemudian, belatung mamasuki tahapan kedua dan mulai
menyiapkan diri untuk menjadi kepompong. Belatung tahapan kedua ini umurnya
sekitar 52 jam, setelah itu memasuki tahapan ketiga, dengan kesiapan menjadi
kepompong bertambah matang. tahapan ketiga ini umurnya sekitar 85 jam. Tahapan
selanjutnya belatung menjadi kepompong. Pada tahapan ini diperlukan waktu sekitar
280 jam untuk menetas menjadi lalat. Seekor lalat dewasa di sekitar mayat korban
pembunuhan, dipastikan sudah berumur sekitar 500 jam. Jadi jika dalam penelitian
ditemukan belatung pada fase akhir tahap ketiga misalnya, berarti korban sudah
meninggal sekitar 160 jam atau sekitar seminggu.
Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah menjadi
kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga
cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari
ke-10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan
jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh
maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah
1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva
dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.
Reaksi supravital : Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat
menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan
sekresi kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan
perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati
Dari semula sudah dikemukakan bahwa tujuan pengetahuan tanatologi adalah untuk
kepentingan medikolegal, terutama berkaitan dengan post-mortem interval. Pengetahuan
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik , atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh
yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan
jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi.
Deskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang
melalui tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan
3. Jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka
Luka akibat kekerasan mekanis:
Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
Luka akibat kekerasan oleh tembakanError: Reference source not found
Mekanisme Luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau
kekuatan rangka. Intensitas tekananError: Reference source not found mengikuti hukum
fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai
contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu
bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan
perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan
dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil
menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi
kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan
energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan
tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak
hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya,
kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun
dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidaka
memberikan efek pada jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.
Klasifikasi luka
Abrasi
Kontusi
Laserasi
Luka insisi
Abrasi Crushing
Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi namun
epidermis hancur dan obyek yang menghantam tercetak. Jika hantaman tersebut kuat
dan daerah permukaan kontak kecil akan terjadi luka berlubang kecil dan abrasi
hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa penekanan hingga depresi ringan dari
permukaan atau paling tidak memar atau tonjolan oedem lokal. Abrasi ini salah satu dari
abrasi yang menunjukkan cetakan dari obyek yang membuat luka.
Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek tidak hanya epidermis yang rusak, kulit dapat
tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat terjadi memar intradermal. Contohnya
ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada kulit dimana kulit juga
tertekan mengikuti alur ban tersebut.
Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering pada
jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan epidermis.
Namun kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan obyek berpola,
perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan subepidermal. Jumlah
darahnya sedkiti namun karena posisinya yang superfisial dan lapisan tipis di atasnya
yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar ini terjadi ketika obyek yang
menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit dipaksa mengikuti alur dan
bentuknya.
Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang dala waktu
beberapa hari, ini dikemukakan oleh nRoberts yang mengadakan penelitian.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:
Besarnya ekstravasasi
Umur korban
Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna,
diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian
Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak lebih
dari 18 jam sebelum kematian
Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti tidak
terjadi pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.
3. Luka gores/Laserasi
Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak menyobek bukan
mengiris.
Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :
1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk
pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam
luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang
terluka daerah tulang tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan
terdapat pada luka.
Laserasi terpola
Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai, tendangan
dapat menyebabkan laserasi khususnya jika menggunakan sepatu boot yang besar
dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat menyebabkan
laserasi linier atau stellate.
4. Luka Insisi
Luka Iris
Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh
luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri yang
paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan
dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan
apapun.
Luka potong
Pada kasus kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat
mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini.
1. Penyebab luka
Gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang
mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat
panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.
Luka lecetError: Reference source not found tekan memberikan gambaran bentuk
benda penyebab luka.
2. Arah kekerasan
Pada luka lecet geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat
membantu dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.
3. Cara terjadinya luka
a. Luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka.
Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu
kecelakaan. Daerah terlindung ini misalnya daerah ketiak, sisi depan leher, lipat
siku, dan lain-lain.
b. Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh.
Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat
ditemukan luka tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan
bawah atau telapak tangan.
c. Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan
(tentative wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh
diri dan kecelakaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Tabel 8.1. Gambaran Luka Akibat Kekerasan
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang (Bagian Terpilih (Daerah Terpapar
tubuh yang vital) yang mudah
dijangkau)
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Jenis luka Luka tusukError: Luka potong atau Abrasi, memar,
Reference source not tusuk laserasi
found, laserasi
Arah luka Tidak tentu Dari kiri ke kanan Tidak tentu
dan dari atas ke
bawah
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkisan Ada Tidak ada Tidak ada
1. Penyebab Langsung
a. Perdarahan
TraumaError: Reference source not found dapat menyebabkan luka, perdarahan
dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ yang dapat berakhir kepada
kematian. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang
berakhir pada kematian. Perdarahan ini bisa terjadi akibat cederanya pembuluh
darah besar. Perdarahan dapat bersifat eksternal atau internal. Lamanya selang waktu
antara saat cedera dengan kematian bergantung pada cepat atau lambatnya
perdarahan. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan
memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau
kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi
perdarahan.
Klasifikasi Perdarahan
Ada empat daerah perdarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha,
dan bagian luar tubuh.
Tabel 8.2. Taksiran Perdarahan Dalam Pada TraumaError: Reference source not found Tubuh
7
Regio Tubuh Taksiran kehilangan darah
Brachialis 500 ml
Antebrachii 250 ml
Thorakal 2000-3000 ml
Abdomen 2000-3000 ml
Pelvis 1500-2000 ml
Femoralis 1500-2000ml
a. Luka memarError: Reference source not found diskontinuitas pembuluh darah &
jaringan dibawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit
Teraba menonjol pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka Menyerupai benda yang mengenai
b. Luka Lecet terjadi pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis
yang tertekan melesak kedalam
d. Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli
lemak dan sumsum tulang
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup yang disebabkan oleh
hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena dan contre coup terjadi pada
sisi yang berlawanan dengan arah benturan.
Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis.
Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :
1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS
2. Tanda “Double Ring atau Hallo Sign” yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas
kertas tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih
terbentuk rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi
lingkaran pertama.
3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.
- Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat
melewati lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.
- Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga
tjd gangguan visus.
Ring fraktur : gaya dari atas ke bawah
Perdarahan intrakranial :
Cedera Difus membentuk kerusakan otak berat progresif yang berkelanjutan, disebabkan
oleh meningkatnya jumlah cedera akselerasi deselerasi otak.
Doktrin MONROE-KELLIE :
Vblood + Vbrain + V LCS = konstan
Konsep utama : volume intrakranial selalu konstan (rongga kranium tidak mungkin
mekar). Tekanan Intrakranial (TIK) yang normal tidak berarti tidak ada lesi massa
intakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai penderita
mencapai titik dekompensasi dan memasuki fase ekspansional.
TIK normal : 50-200 mmH2O (4-15 mmHg)
Kapasitas ruang cranial : otak (1400 g), LCS (75 mL), darah (75 mL)
Perubahan kompensatoris dapat melalui :
- pengalihan LCS ke rongga spinal
- peningkatan aliran vena dari otak
- sedikit tekananError: Reference source not found pada jaringan otak
Peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH 2O) akan menurunkan aliran darah
otak secara signifikan
Luka Tusuk
Luka dengan kedalaman luka yang melebihi panjang luka akibat alat yang
berujung runcing dan bermata tajam atau bermata tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.
Contoh alat yang digunakan pada luka tusuk (stab wound), yaitu :
Belati, bayonet, clurit, keris, pedang, pecahan kaca.
Benda yang berujung runcing dengan penampang bulat atau segitiga atau
segiempat sepertikikir, tanduk, dan lain-lain.
Benda yang berujung tumpul seperti ruji payung, ruji sepeda, potongan paku,
dan lain-lain.
Bentuk luka tusuk (stab wound) tergantung dari lokasi luka dan bentuk penampang alat
yangdigunakan, yaitu :
Organ parenkim dan tulang.
Kulit dan otot.
Bentuk luka tusuk (stab wound) pada organ parenkim dan tulang sesuai dengan alat
penyebab luka.
Bentuk luka tusuk (stab wound) pada kulit dan otot, yaitu :
Alat pisau dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk celah,
menganga, atau
Ada 5 ciri-ciri luka tusuk (stab wound) yang disebabkan oleh alat yang berujung
runcing dan bermata tajam, yaitu :
1. Tepi luka tajam atau rata.
2. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul.
3. Rambut terpotong pada sisi tajam.
4. Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contussion). Ekimosis karena tusukan
sampai mengenai tangkai pisau.
5. Kedalaman luka melebihi panjang luka.
Ada 4 sebab kematian pada kasus luka tusuk (stab wound), yaitu :
1. Perdarahan
2. Kerusakan organ vital
3. Emboli udara
4. Infeksi dan sepsis
Luka tusukError: Reference source not found (stab wound) yang mengenai jantung :
Paling sering mengenai ventrikel kanan. Biasanya tidak menimbulkan
perdarahan cepat karena
kontraksi otot ventrikel yang tebal.
Kematian akan cepat terjadi apabila luka tusuk (stab wound) mengenai auricula,
aorta, arteri
pulmonalis, arteri koronaria, dan semua tempat pada jantung yang meninggalkan
luka besar.
Luka tusukError: Reference source not found (stab wound) yang mengenai paru-paru :
Kematian karena hematotoraks, pneumotoraks dan infeksi sekunder.
Luka tusukError: Reference source not found (stab wound) yang mengenai arteri dan
vena besar pada daerah dada :
Kematian karena perdarahan dalam toraks.
Luka tusukError: Reference source not found (stab wound) yang mengenai medulla
spinalis :
Menimbulkan kelumpuhan.
Kematian karena infeksi sekunder.
Tabel. 8.5 Perbedaan luka pada trauma tajam dan trauma tumpul
Pembeda Tajam Tumpul
bentuk luka Teratur tidak
Tepi Rata tidak rata
jembatan jar tidak ada ada/tidak
folikel rambut terpotong ya/tidak tidak
dasar luka garis/titik tidak teratur
sekitar luka Bersih Bisa lecet/memar
Tabel. 8.6 Perbedaan hematom (luka memar) dan lebamError: Reference source
not found mayat
HEMATOM LEBAM MAYAT
Kejadian intravital Kejadian post mortem
Terdapat pembengkakan Pembengkakan (-)
Darah tidak mengalir Darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat
Penampang sayatan nampak merah Jika dialiri air penampang sayatan
kehitaman nampak bersih
LUKA TEMBAK
Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakanError: Reference source not found
dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah
tertentu bersama – sama.1 Senjata api dapat dikelompokan menjadi:
1. Laras pendek.
Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolver) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap
untuk di tembakkan.
2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:
Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir
tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan
peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakanError: Reference source not found otomatis sepenuhnya,
mempunyai kapasitas magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk
peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara
peluru senapan standard dan peluru pistol).
IV. AMUNISI
A. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu
centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
1. Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir kelongsong peluru
dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a. Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir
kelongsong peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b. Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22
Short, 22Long Rifle dan 22 Magnum.
c. Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2. Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat
peledakan kelongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang
melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan
dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban,
maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata
yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru
dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga
dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.Komponen atau unsur-unsur yang
keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh
korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan
luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya
lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
(A) (B)
C C
A B A B
D D
(C) Aα
B C
Keterangan Gambar
1. (A) anak peluru yang masuk sesara tegak lurus dapat diketahui dari perkiraan
diameter anak peluru adalah AB-CD.
(B) Anak peluru masuk dengan pembentukan sudut, besarnya sudut tersebut (sinus),
adalah CD/AB. Arah anak peluru diketahui dari kelim lecet yang tersebar.
(C) Bila AB adalah jarak antara tumit/lantai dengan luka tembak masuk diketahui
demikian pula besarnya sudut masuknya, dengan demikian jarak BC dan panjangnya AC
dapat di hitung, sisi miring pada segitiga ABC tidak lain adalah merupakan lintasan anak
peluru.
B kaliber
b
a
Sin α = b/a
Keterangan gambar :
(A) Besarnya sudut masuk anak peluru dan kaliber diameter dari anak peluru seperti
yang dimaksud dalam gambar di atas besarnya sudut masuk (sinus) b/a sedangkan
kaliber dari anak peluru adalah b.
(B) Cara melakukan pengukuran di dalam memeriksa kasus penembakan, diukur dengan
mengambil patokan tumit dan garis tengah tubuh melalui tulang punggung untuk
memperrkirakan arah tembakanError: Reference source not found dari luar depan atau
belakang atau samping dan sudutnya.
H. PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LUKA TEMBAK MASUK
PENDAHULUAN
Seorang dokter tidaklah harus perlu menguasai secara mendetail ilmu balistik,
yang sangat kompleks sehingga memerlukan keahlian khusus, tetapi setidak-tidaknya
dasar-dasar ilmu ini harus dikuasai sehingga apabila suatu ketika dijumpai kasus luka
tembak, dapat melakukan pemeriksaan dan membuat interpretasi secara benar.
Apabila kita memeriksa korban luka tembak beberapa hal harus dikerjakan a.l:
- Pengamanan dan pengumpulan barang bukti
- Mengenali apakah itu suatu luka tembak
- Jumlah dan lokasi luka pada pakaian/tubuh
- Memperkirakan jarak dan arah/sudut tembakanError: Reference source not found
- Jumlah tembakanError: Reference source not found yang dilepaskanmenentukan
ada tidaknya tanda-tanda khas pada korban bunuh diri, kecelakaan atau
pembunuhan
- Menentukan luka yang menjadi penyebab kematian
- Mencari anak peluru/gotri dan benda-benda asing lainya dari tubuh korban
- Pemeriksaan khusus a.l : sidik jari, golongan darah, histo patologi, dll
- Membuat laporan otopsi – visum et repertum
Dokter juga diminta untuk menyatakan apakah suatu senjata itu dapat menjadi
penyebab terjadinya luka tersebut. Untuk itu dokter perlu tahu beberapa hal dasar
tentang elemen balistik
SHOTGUN
Senjata “smooth bored” juga disebut “shotgun” suatu term yang terbatas
digunakan untuk senjata api yang menembakkan gotri-gotri “shot”, yang sekarang
hampir semua berbalas panjang.
Pada umumnya berlaras ganda disusun berdampingan, yang kanan merupakan
silinder penuh, yang kiri “ckoked” menyempit.
Senjata ini dapat “dipatahkan” atau “dibuka” pada engsel pada “breech”
sehingga selongsong kosong dapat dikeluarkan.
Amunisi shotgun :
Peluru shotgun terdiri dari selongsong yang bervariasi. Ada yang terbuat dari
logam, karton, atau plastik. Bagian dasarnya berpinggiran rimmed, berfungsi supaya
selongsong itu tidak bergerak ke depan masuk ke dalam laran dan menyumbat senjata
itu. Tutup pada bagian dasarnya berisi sedikit mesiu disebut “primer cup” atau “central
firing cup” yang akan meledak apabila diketuk oleh “triger hammer”. Bagian dalam
selongsong berisi mesiu, wad dan gotri-gotri. Umumnya mesiu yang dipakai adalah
“smokeless powder”. Bila mesiu dalam central cap terbakar maka selongsong juga ikut
terbakar dan tekananError: Reference source not found yang timbul menyebabkan
terdorongnya wad dan gotri-gotri disertai nyala api, asap mesiu yang setengah/ tidak
terbakar.
Anak peluru penabur-shotgun ini ada dua macam:
- Anak peluru penabur besar-buck shot, loper
- Anak peluru penabur kecil-bird shot, hagel
Gotri-gotri dari shotgun mempunyai ukuran dan berat tertentu, tetapi setelah dtembakan
karena bentuknya berubah, maka sukar untuk mengukurnya. Yang dapat dikerjakan
menimbangnya dan dari beratnya dapat ditentukan tipe dari shotgun tersebut.
Seperti telah diterangkan diatas senjata type ini mempunyai “land” dan
“grooves” pada bagian dalam larasnya, ini dinamakan rifling, diukur jarak antara dua
dataran land yang berhadapan dinyatakan dalam per seratus inch. Senjata beralur ini
umumnya berkaliber .22, .25, .32, .38, dan .45.
PROSES TEMBAKAN
Pada Sebagian besar senjata api kecil siklus tembakanError: Reference source
not found dikerjakan secara manual.Pada sebagian senjata ada yang menggunakan
sebagian tenaga yang dihasilkan dari letusan untuk menjalankan siklus berikutnya.
Suatu senjata dikatakan “fully automatic” atau senjata otomatis apabila terus menerus
menembak secara berkala selama trigger picunya ditekan,sedang apabila masih
Untuk memahami suatu luka tembak baiklah kita tinjau efek dari komponen
komponen tersebut pada tubuh korban:
a. Efek nyala api luka bakar
Jarak tempuh nyala api adalah sekitar 15cm, pada pistol dan revolver kadang-kadang
hanya mencapai 7,5 cm. jadi kalau orang di tempak pada jarak kurang dari 15 cm,
maka dapat ditemukan efek dari nyala api berupa: luka bakar pada kulit, rambut
mongering terbakar.
b. Efek asap noda-noda kotor
Pembakaran mesiu menimbulkan gas-gas seperti CO2, N, CO, H2S, H2 dan sedikit
methane dan oksigen. Pada smokeless powder gas-gas yang ditimbulkan jauh lebih
sedikit dari pada blackpowder. Jarak tempuh asap tidaklah sejauh mesiu, dan hanya
menempelkan pada permukaan sehingga dapat dihapus dengan menggosok atau
mencuci. Efek asap ini masih dapat erlihat pada jarak tembakanError: Reference
source not found sampai 30 cm.
c. Efek mesiu Tatto atau stippling
Mesiu apabila terbakar akan menimbulkan gas-gas panas dan sisa-sisa mesiu yang
sebagian terbakar dan tak terbakar yang terdiri dari : nitrit dan cellulose nitrates
bercampur dengan karbon atau graphite pada mesiu tipe smokeless. Sedangkan pada
black gun powder residunya terdiri dari : nitrite thiocynate, thiosulphate, potasium
carbonate, pottasium sulphate dan pottasium sulphide.
Efek yang ditimbulkannya tergantung dari tipe senjata apinya, amunisinya dan jarak
tembaknya. Apabila senjata tersebut ditempelkan , partikel itu akan memasuki
jaringan dan dapat menimbulkan perdarahan didalam.
Apabila jarak tembaknya bertambah maka penyebaran partikel juga bertambah.
Partikel dari mesiu yang tak terbakar atau sebagian terbakar akan lebih berat dari
asap, akan menempuh jarak dan menimbulkan bekas kadang-kadang sampai jaringan
yang dalam, sebgan pada jaringan dermis, sebagian pada epidermis Partikel yang
Pada badan anak peluru. Ini menimbulkan gerakan gyroscopic yang membuat peluru
tetap lurus sampai sekitar 1 km.
SHOTGUN
Senjata “smooth bored” juga disebut “shotgun” suatu term yang terbatas
digunakan untuk senjata api yang menembakkan gotri-gotri “shot”, yang sekarang
hampir semua berlaras panjang.
Shotgun modern mempunyai laras panjangnya 26, 28 dan 30 inch.
Pada umumnya berlaras ganda disusun berdampingan, yang kanan merupakan
silinder penuh, yang kiri “choked” menyempit.
Senjata ini dapat “dipatahkan” atau “dibuka” pada engsel pada “breech”
sehingga selongsong kosong dapat dikeluarkan.
Amunisi Shotgun
Peluru shotgun terdiri dari selongsong yang bervariasi. Ada yang terbuat dari
logam, karton, atau plastic. Bagian dasarnya berpinggiran rimmed, berfungsi supaya
selongsong itu tidak bergerak ke depan masuk ke dalam laran dan menyumbat senjata
itu. Tutup pada bagian dasarnya berisi sedikit mesiu disebut “primer cup” atau “central
firing cap” yang akan meledak apabila diketuk oleh “trigger hammer”. Bagian dalam
selongsong berisi mesiu, wad, dan gotri-gotri. Umumnya mesiu yang dipakai adalah
“smokeless powder”. Bila mesiu dalam central cap terbakar maka selongsong juga ikut
terbakar dan tekananError: Reference source not found yang timbul menyebabkan
terdorongnya wad dan gotri-gotri anak peluru penabur- shotgun ini ada dua macam:
- Anak peluru penabur besar – Buck shot, loper
- Anak peluru penabur kecil – bird shot, hagel
Gotri-gotri dari shotgun mempunyai ukuran dan berat tertentu, tetapi setelah
ditembakkan karena bentuknya berubah, maka sukar untuk mengukurnya. Yang dapat
dikerjakan adalah menimbangnya dan dari beratnya dapat ditentukan type dari shotgun
tersebut.
Kaliber shotgun:
Pemeriksaan radiologi
X-foto selain untuk mempermudah dan menyingkat waktu bagi pemeriksa dalam
melokalisir dan menemukan anak peluru, juga berguna untuk menentukan jumlah anak
peluru dalam tubuh, evaluasi dari arah dan sudut tembakanError: Reference source not
found, menentukan jarak tembakan, menilai dalam dari luka dan menentukan type dari
senjata. Kadang-kadang X-ray menemukan keterangan yang tak terduga seperti adanya
Syarat mutlak untuk identifikasi sanjata api ialah harus ditemukan anak peluru
dan/atau selongsong identifikasi anak peluru; tahap pertama ialah mencocoki
senjata api ialah dicurigai dengan anak peluru bukti mengenai :
- kaliber
- jumlah alur
- arah alur
Pemeriksaan anak peluru meliputi :
1. pemeriksaan visual
2. pencatatan dair berat dan diameternya
3. penentuan kaliber
4. pemeriksaan cacat-cacat/ goresan
5. firing test
Untuk pemeriksaan visual anak peluru dibersihkan dengan alkohol untuk
menghilangkan benda-benda asing seperti
darah,jaringan,fiber,lumpur,jelaga,rambut dan partikel dari kayu, gelas dll.
Semua benda asing itu harus disimpan guna pemeriksaan bila perlu.
Dalam beberapa keadaan pemeriksaan visual dapat membantu
menetapkan kaliber anak peluru, terutama apabila tidak rusak/hancur. Setiap
anak peluru harus ditimbang beserta fragmen-fragmennya, dari beratnya dapat
menolong menetukan kalibernya.
TES FIRING
Beberapa kegunaan dari test firing adalah:
1. Diakukan oleh pabrik pembuat senjata untuk meneliti cara kerja dan keamanan
suatu senjata
2. Penentuan jarak tembakanError: Reference source not found
3. Identifikasi senjata api
Untuk menentukan kembali anak peluru hasil test firing dapat dilakukan dengan cara:
a. Tembakan dilakukan ke dalam tabung besi diameter 60 cm, panjang 360 cm,
berisi air.
b. Tembakan ke dalam peti yang bersekat dan berisi kapas
Identifikasi dengan selongsong
Seperti anak peluru pada selongsog juga didapatkan goresan yang dapat membantu
identifikasi senjata.
Pemeriksaan pendahuluan pada selongsong meliputi:
- Keadaan umum selongsong seperti: bentuk, caliber, komposisi (tembaga, nikel,
brass, karton dll)
- Pabrik pembuatnya, biasanya tertera pada pangkal selongsong
Pemeriksaan berikutnya dilakukan dengan stereo mikroskop atau dengan comparison
microscope disertai pemotretan.
Goresan-goresan yang terdapat pada selongsong ditimbulkan karena:
a. Bekas pukulan pasak pemalu pada primer
b. Bekas cetakan pengancing (breeclock mark)
c. Magazine mark
d. Bekas penarik selongsong pada rim/ groove
e. Bekas pembuang selongsong ejector pada bagian belakang
Mengirim dan mengamankan barang bukti anak peluru atau selogsong
1. Buat inskripsi pada anak peluru/selongsong berupa: nomor, tanggal, initial. Pilih
lokasi sedemikian rupa hingga tidak merusak goresan yang perlu untuk
diidentifikasi
2. Bungkus dengan kapas
3. Masukkan dalam kotak karton dan bungkus rapi
4. Ikat kotak, beri label dan segel
5. Buat berita acara pembungkusan, serta dengan contoh segel
Perbedaan Luka tembak tempel, luka tembak jarak dekat dan luka tembak jarak jauh
Pembeda Luka Tembak Luka Tembak Dekat Luka Tembak Jarak
Tempel Jauh
Posisi senjata Moncong senjata Jarak antara Jarak antara moncong
ditekan pada tubuh moncong senjata senjata dengan tubuh
korban dan dengan tubuh korban diluar jangkauan
ditembakan masih dalam
jangkauan
Bentuk luka Bundar dikelilingi Luka berbentuk Luka berbentuk
kelim lecet yang bundar atau oval bundar atau oval
sama lebarnya tergantung sudut dengan disertai kelim
pada setiap bagian masuknya peluru lecet
Daerah Daerah berwarna Daerah berwarna
disekelilling luka merah atau merah merah atau hangus
coklat yang terbakar
menggambarkan
moncong senjata
yang disebut jejas
laras
Kelim yang Kelim lecet Kelim tattoo Kelim lecet
TRAUMA FISIK
Ada 3 hal yg dapat ditemukan pd autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri coronaria.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.
Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di
medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab
serta telah berlangsung beberapa hari.
Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu
tinggi. Kita dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan
campuran air & garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi.
Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
Nyeri yang sangat hebat shock dan kematian.
Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang &
mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak
sampai menimbulkan rigor mortis.
Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.
Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh. Bentuk otak
mengkerut seluruhnya. Garis patah tidak menentu.
Epidural Hematom: Warna bekuan darah hitam. Konsistensi kenyal. Bentuk otak
cekung sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati sulcus arteria meningea.
Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :
Cepat : shock primer (neurogenis) & asfiksia
Sedang : shock dehidrasi
Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi & sepsis, ulcus curling,
autointoksikasi, dan pneumonia hipostatik.
Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE
OF NINE, yaitu :
9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas atas
kanan; ekstremitas atas kiri.
18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.
1% : permukaan alat kelamin.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan
elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
1. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam industri
elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam.
Juga digunakan pada telefon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt).
Sumber misalnya baterai dan accu.
b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC,
tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.
2. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60
hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak
begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka
Cara Kematian
Paling sering : kecelakaan, jarang terjadi karena pembunuhan atau bunuh diri.
Oleh karena itu pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat penting.
Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan atau
kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada
jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal
melalui panas dan pembentukan pori di membran sel. Arus yang melalui otak, baik
voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena
depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya
melalui dada. Aliran listrik yang lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma
mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian,
dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.
2. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal karena
asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih tetap berdenyut
sampai timbul kematian. Terjadi bila arua listrik yang memasuki tubuh korban di
atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang dapat
menimbulkan ventrikel fibrilasi. Menurut KOEPPEN, spasme otot-otot pernafasan
terjadi pada arus 25-80 mA,sedangkan ventrikel fibrilasi terjadi pd arus 80-100 mA.
3. Paralisis pusat nafas
Jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh
trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek
hipertermia. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung
pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan korban
masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur arus
listrik.
Pemeriksaan Korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena
listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut.Yang perlu dilakukan pertama kali adalah
mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu
kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia. Bilamana belum
ada lebamError: Reference source not found mayat, maka mungkin korban dalam
keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat
jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika
dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk korban
akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda
hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
2. Pemeriksaan Jenazah
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada current mark.
Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi
sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah mengalami trauma
listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat sebagai berikut :
Ada bagian sel yang memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin
akan bewarna lebih gelap dari normal
Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan vakum
Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara
palisade
Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak
dari stratum korneum
Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan memutar ke arah
bagian yang terkena listrik.
Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah
(DC) dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.
Ada 3 keadaan yang berpotensi besar terkena petir :
1. Berada di tanah lapang.
2. Berada dibawah pohon yang tinggi.
3. Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.
TRAUMA KIMIAWI
Misalnya :
– Vulnus laceratum
– Vulnus scissum
– Fracture
yang tidak mengancam nyawa namun membutuhkan perawatan lebih lanjut dan
menghalangi pekerjaan untuk sementara waktu
Pasal 351 (2) KUHP: Maks 2 Tahun 8 Bulan
Pasal 353 (1) KUHP: Maks 4 Tahun
LUKA BERAT:
Menurut Pasal 90 KUHP Luka beratError: Reference source not found adalah :
• Tak dapat diharapkan sembuh
• Mengancam nyawa
• Halangan bekerja permanen
• Kehilangan salah satu indera
• Cacat berat
• Kelumpuhan
• Tak dapat berpikir 4 minggu atau lebih
• Gugurnya kandungan
PS 351 (3) KUHP: Maks 5 Tahun
PS 353 (2) KUHP: Maks 7 Tahun
PS 354 (1) KUHP: Maks 8 Tahun
PS 355 (1) KUHP: Maks 12 Tahun
RINGKASAN
Bentuk luka:
- Celah : // arah serat elastis/otot
- Menganga : arah serat elastis/otot
- Asimetris : miring thdap serat elastis/otot
Ciri-ciri:
1. tepi dan permukaan luka rata
2. sudut luka lancip
3. ≠ jembatan jaringan
4. rambut terpotong
5. luka memar/lecet (-)
6. tidak mengenai tulang
7. panjang luka > dalam luka
Sebab kematian pada luka iris:
1. Langsung : perdarahan, emboli udara, aspirasi darah
2. Tidak langsung : infeksi atau sepsis
CIRI LUKA IRIS PADA BUNUH DIRI
Lokasi luka pada daerah tubuh mematikan atau dapat dijangkau (leher,
pergelangan tangan, lekuk siku, lekuk lutut, lipat paha)
Luka percobaan
Tidak ditemukan luka tangkisan di bagian tubuh lain
Pakaian disingkirkan pada daerah luka
LUKA TUSUK
Bentuk luka :
1. pada parenkim dan tulang : sesuai penampang alat penyebabnya
2. pada kulit/otot :
- alat pisau
// serat elastis otot : spt celah, serat elastis otot :
menganga, miring thd serat elastis otot : asimetris
- alat ganco/lembing
celah bila luka di daerah pertemuan serat elastis/otot
bulat : sesuai penampang alat
- alat penampang segitiga atau segiempat
bintang berkaki tiga atau empat
- Dijumpai pada :
Serangan manusia (ditinju, dipukul kayu dsb)
Serangan binatang (disepak kuda)
Tubrukan atau jatuh
b. Generalized
- Mengenai sebagian besar atau seluruh tubuh
- Cara kejadian :
Terlempar (kecelakaan lalu lintas, terjadi dari tempat tinggi
Tergilas/tertindih (tertimpa bangunan runtuh)
Terkoyak kecelakaan lalu lintas
Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan
Kulit
- Luka lecetError: Reference source not found (abrasion)
- Luka memarError: Reference source not found (contusion)
- Luka retak, robek, koyak (laceration)
Kepala
- Mengenai tengkorak
- Jaringan intrakranial
Leher dan tulang belakang
Dada
- Mengenai tulang-tulang
- Mengenai organ dalam
Perut
- Mengenai organ parenkim
CEDERA KEPALA
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa
tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia
produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalulintas.
I. FISIOLOGI KEPALA
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh plexus khoroideus sebanyak 20 ml/jam.
CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III,
akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam
sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoidea yang terdapat pada sinus sagitalis
superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial.
Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan
dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan
serebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam
posisi terlentang sama dengan tekananError: Reference source not found CSS yang
diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4–10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan
perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. Prognosis yang buruk
terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus
bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan
darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan
meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK.
Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini
dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari
cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak
(ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram
Doktrin Monro-Kellie
Adalah suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertian dinamika
TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intracranial harus selalu konstan. Hal
ini jelas karena rongga cranium pada dasarnya merupakan rongga yang rigid, tidak
mungkin mekar. Segera setelah trauma, massa seperti gumpalan darah dapat terus
bertambah sementara TIK masih dalam batas normal. Saat pengaliran CSS dan darah
intravaskuler mencapai titik dekompensasi, TIK secara cepat akan meningkat.
CBF = CPP/CVR
CPP = MAP-TIK
Keterangan:
CBF = Cerebral Blood Flow
III. PATOFISIOLOGI
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat
menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak
tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian korban
dapat meninggal.Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan
glukosa. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa,
Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera
kepala ringan.Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai
cedera kepala berat.Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada
saat pasien tiba di Rumah Sakit.
VII. DIAGNOSA
Berdasarkan :Ada tidaknya riwayat trauma kapitis
Gejala-gejala klinis : Interval lucid, peningkatan TIK, gejala laterlisasi
Pemeriksaan penunjang.
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek :
1. Hematom Epidural
o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian
timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing,
kesadaran menurun, nadi melambat, tekananError: Reference source not found
darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi
lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-
tanda sudah terjadi herniasi tentorial.
o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)
Interval lucid
Peningkatan TIK
Gejala lateralisasi → hemiparese
o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati
hematoma subgaleal.
o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar.
Pada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan
traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks
patologik positif.
o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
o LCS : jernih
2. Hematom subdural
o Letak : di bawah duramater
o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan
laserasi piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian
Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.
Pada Dada:
1.Mengenai tulang :
o a.tulang iga (transverse/obliq #)
†: syok hematothoraks, pneumothoraks
o b.sternum: (costae 2-4)=> robekan pericardium/jantung
o c.skapula (jarang)
o d.klavikula :tdk menyebabkan kematian
2.Mengenai organ dalam dada : dpt trjadi lepas dr fiksasi,
crushed/contused,robek,pecah, laserasi krn #costae
o a.pericardium:robekan krn #costae/ sternum
o b.jantung & paru: lepas dr fiksasi, contusi,robek,pecah, laserasi
o c.Diafragma: kiri sring robek, krn kanan trlindung hepar
Pada Perut
Umumnya trjadi: contusi, laserasi ,ruptur, lepas dr fiksasi
1.Organ parenkim
o a.hepar :kontusi, laserasi
o komplikasi ruptur : syok segera,internal bleeding, infeksi
o b.lien: ruptur bntuk Y,H / L
o keluhan: nyeri perut kiri atas,pucat,haus,nadi cpt,dyspne
o komplikasi: internal bleeding
o c.ginjal: retroperitoneal bleeding, luka rongga dlm:hematuri
o d.pankreas: tjd ruptur vertikal, † krn syok & perdarahan
o e.adrenal: kanan mdh trluka, umumnya luka brsama organ lain
2.Organ berongga
o a.lambung: trauma lokal hipokondria kiri=>kontusi,ruptur dinding
lambung.
o b.usus/duodenum: sering luka stinggi L2, bs ruptur jika penuh cairan
o c.kandung seni: jika penuh mudah ruptur
Pelvis
TraumaError: Reference source not found=> Becken #
Misal: - jatuh dr ketinggian
- tergilas roda=> luksasi sakroiliaka,simpisiolisis, # Rr.os pubis/sacrum
bisa disertai robekan perineum, scrotum,uretra,vagina & anus
TRAUMA THERMIK
Sedang
a. Anak-anak : - luka bakar Tk II (10-15%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
b. Dewasa : - luka bakar Tk II (15-30%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
Ringan
a. Anak-anak : - luka bakar Tk II < 10%
- luka bakar Tk III <2%
b. Dewasa : - luka bakar Tk II < 15%
- luka bakar Tk III <2%
IDENTIFIKASI KORBAN
- Dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu pemeriksaan jenazah
- Data korban : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit, warna
mata dan rambut
- Tanda pengenal khusus pada tubuh : jaringan parut, tatto
- Simpan potongan kain yang tidak terbakar
- Catat dan simpan barang pribadi milik korban
- Kumpulkan sampel rambut yang tidak terbakar
- Buat pemeriksaan gigi dan bila mungkin buat sidik jarinya
- Buat pemeriksaan radiologik
- Tentukan golongan darah
Patologis forensik juga disebut penentu cara kematian. Cara kematian diartikan
sebagai gaya dalam terjadinya sebab kematian. 4 cara kematian yaitu alamiah,
kecelakaan, bunuh diri/suicide dan homicide.
Sebab kematian adalah penyakit atau cedera atau luka yang dimulai serangkaian
kejadian yang bertanggung jawab dalam menyebabkan kematian
Mekanisme kematian adalah gangguan atau kelainan fisiologik dan atau
biokimia yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian.
TraumaError: Reference source not found penyebab kematian dikelompokkan
jadi trauma mekanik, kimiawi, suhu/fisik, listrik.. Trauma mekanik dibagi kategori tajam
dan tumpul. Trauma tumpul dibagi senjata api dan bukan senjata api. Trauma senjata api
dapat dibagi kecepatan rendah dan kecepatan tinggi. Trauma bedah dibagi trauma
penetrasi atau bukan penetrasi. Trauma penetrasi mencakup luka tembak dan luka tusuk.
Trauma bukan penetrasi primer kecelakaan motor atau terjatuh.
TRAUMA ELEKTRIK
Aliran listrik melalui seseorang dapat menghasilkan kematian oleh sejumlah
mekanisme yang berbeda. Jika rangkaian arus bolak balik (AC) pada tegangan rendah
(di bawah 1000 volt) melintasi jantung, maka akan mengalami fibrilasi ventrikel,
bergetar secara nonpropulsive kemudian tidak dapat diresusitasi dalam beberapa menit.
Fibrilasi jantung karena AC bertindak sebagai alat pacu jantung. AC di Amerika
alternatif dari positif ke negatif 3.600 kali per menit (2500 kali per menit di Eropa).
Fibrilasi ventrikel menghasilkan sekitar 300 quivers per menit,. tegangan rendah
mungkin atau tidak menghasilkan listrikTerbakar, tergantung lamanya paparan dengan
sirkuit. Paparan dalam waktu yang lama diperlukan untuk menghasilkan suatu luka
bakar.
ASFIKSIA
Klasifikasi trauma mekanik terbatas pada kematian karena asfiksia tumpang
tindih dengan sebab lain, kematian karena asfiksia disebabkan gangguan oksigenasi di
otak. Asfiksia ini dapat terjadi dari sebab mekanik (strangulasi), sebab kimiawi (racun
sianida), sebab listrik (listrik tegangan rendah)
Tenggelam adalah kematian akibat sesak napas dari perendaman di dalam air
atau cairan lain. Beberapa kematian akibat terendam terjadi bukan akibat asfiksia namun
karena hipotermi. Paparan pada seseorang dengan suhu air di bawah 20 derajat celcius
(68 derajat Fahrenheit) akan mengakibatkan kematian akibat hipotermia setelah paparan
berjam-jam. Paparan terhadap suhu air mendekati 0 derajat Celcius (32 derajat
Fahrenheit) akan menghasilkan kematian dalam hitungan beberapa menit. Korban
tenggelamError: Reference source not found meninggal sebagai akibat dari asfiksia,
suatu gangguan oksigenasi pada otak. Seseorang biasanya berusaha untuk menjaga
kepalanya di atas air sehingga ia dapat terus menghirup udara. Ketika hal ini menjadi
sulit, ia akan berjuang untuk mempertahankan jalan napas, dan hal ini meningkatkan
kebutuhan oksigen. Menghirup air akan meningkatkan kepanikan. Air yang masuk ke
bagian belakang tenggorokan secara refleks akan tertelan. Hai ini akan mentransmisikan
STUDI KASUS
Kasus 1
Seorang polisi dipanggil oleh seorang pria yang mengatakan bahwa ia
menembak tetangganya. Dia menceritakan pada polisi bahwa tetangganya menyerang
dia dengan sebilah pisau saat ia sedang menggendong anak bayinya. Dia mengatakan
bahwa dia merasa diri dan anaknya terancam, sehingga ia mengambil senjata apinya,
dan menembak tetangganya hingga meninggal. Pegawai toko di seberang jalan tempat
kejadian yang mendengar percekcokan keduanya juga menyatakan hal yang sama
(x2,y2)
3. Jenis luka
a. Luka tertutup = memar, luka lecet geser.
b. Luka terbuka = jelaskan tepi luka, sudut luka, tebing luka, ada atau tidaknya
jembatan jaringan, dan dasar luka.
4. Ukuran luka
a. Panjang
b. Lebar
c. Dalam bila luka terbuka
- Bila luka terdapat pada daerah berongga (dada atau perut) kedalaman tidak
usah diukur, cukup dijelaskan apakah luka menembus rongga (dada atau
perut) atau tidak.
- Bila luka terdapat pada daerah yang tidak berongga, sondase kedalaman
luka.
d. Diameter bila luka berbentuk lingkaran atau batas yang tidak jelas (memar).
5. Keterangan lain-lain
a. Jumlah luka
b. Batas luka
c. Tepi luka
d. Tebing luka
e. Sudut luka salah 1 sudut luka tajam, kedua sudut luka tajam
- Satu koordinat:
5 cm dari garis tengah tubuh bagian depan dan 10 cm di bawah pangkal leher.
- dua koordinat:
- Keterangan gambar:
= jarak luka
Ujung luka pertama 5 cm di sebelah kiri garis tengah tubuh bagian depan dan 15 cm
di atas garis setinggi pusar. Ujung luka kedua 10 cm di sebelah kiri garis tengah
tubuh bagian depan dan 10 cm di atas garis sejajar pusar.
Ujung luka pertama 2 cm di sebelah kanan garis tengah tubuh bagian depan dan 10
cm di atas garis setinggi pusar. Ujung luka kedua 5 cm di sebelah kiri garis tengah
tubuh bagian depan dan 10 cm di atas garis setinggi pusar.
Pada kasus luka akibat senjata tajam, yang dijadikan ujung luka pertama adalah
bagian tubuh yang paling pertama terkena senjata atau yang paling dalam.
BAB X
ASFIKSIA
X.1.TERMINOLOGI
Asfiksia berasal dari bahasaYunani, yaitu terdiri dari “a” yang berarti “tidak”, dan
“sphinx” yang artinya “nadi”. Jadi secara harfiah, asfiksia diartikan sebagai “tidak ada
nadi” atau “tidak berdenyut”. Pengertian ini sering salah dalam penggunaannya.
Akibatnya sering menimbulkan kebingungan untuk membedakan dengan status anoksia
lainnya
Definisi :
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang
X.2.PENYEBAB
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar. Penyebab
asfiksia wajar karena penyakit seperti difteri, tumor laring, asma bronkiale,
pneumotoraks, pneumonia, COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain. Penyebab asfiksia
X.3.STADIUM ASFIKSIA
Definisi
Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekananError:
Reference source not found pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh
berat badan korban.
Dengan demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya
aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. Kasus gantung hampir sama dengan
penjeratan. Perbedaannya terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk
memperkecil lingkararan jerat. Kematian karena penggantungan pada umumnya
bunuh diri.
Accidental Hanging
Penggantungan yang tidak disengaja ini dapat dibagi dalam dua kelompok : yang
terjadi sewaktu bermain atau bekerja dan sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang
menyimpang ( Auto – erotic Hanging )
Homicidial Hanging
Pembunuhan dengan metode menggantung korbannya relatif jarang dijumpai, cara
ini baru dapat dilakukan bila korbannya anak – anak atau orang dewasa yang
kondisinya lemah, baik lemah oleh karena menderita penyakit, di bawah pengaruh
obat bius, alkohol atau korban yang sedang tidur. Pembunuhandengan cara
penggantungan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelaku.
Mekanisme
Saluran udara tertutup karena pangkal lidah terdorong ke atas belakang, kearah
dinding posterior pharynk. Pallatum molle dan uvula terdorong ke atas, menekan
epiglotis sehingga menutup lubang larynk.
Sebab Kematian
1. Asfiksia
2. Gangguan sirkulasi darah otak karena tertekannya vena jugularis dan atau arteri
carotis sehingga terjadi serebral anoxia
3. Vagal reflex (Shock)
4. Kerusakan batang otak atau sumsum tulang belakang
Cara Kematian
1. Bunuh diri (paling sering)
2. Kecelakaan
3. Pembunuhan
Ada 4 hal yang bukan petunjuk bagi kita tentang cara kematian pada kasus
penggantungan (hanging), yaitu :
1. Mata melotot.
2. Lidah terjulur.
3. Keluar mani, urin, darah, atau feses.
4. Jenis simpul (simpul hidup atau simpul mati).
Ada 8 hal yang perlu kita lakukan pada pemeriksaan tempat kejadian, yaitu :
1. Memastikan korban apakah masih hidup atau telah mati.
2. Mencari bukti yang menunjukkan cara kematian.
3. Memperhatikan jenis simpul tali gantungan.
4. Mengukur jarak antara ujung kaki korban dengan lantai.
5. Memperhatikan letak korban di tempat kejadian.
6. Cara menurunkan korban.
7. Mengamankan bekas serabut tali.
8. Memperhatikan bahan penggantung.
Ada 3 bukti yang bisa menunjukkan kepada kita tentang cara kematian korban, yaitu :
1. Ada tidaknya alat penumpu korban, misalnya bangku dan sebagainya.
2. Arah serabut tali penggantung.
3. Distribusi lebamError: Reference source not found mayat.
Aspek Medikolegal
Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada
penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus, walaupun demikian
pemeriksaan yang teliti tetap harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain.
1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan ? Pertanyaan ini sering
diajukan kepada dokter pemeriksa dalam persidangan.
2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan? Beberapa faktor di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan.
(a). Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri, kecuali dibuktikan
lain. Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri dengan cara ini.
Pernah ada laporan kasus dimana seorang anak berusia 12 tahun melakukan bunuh
diri dengan penggantungan. Kecelakaan yang menyebabkan penggantungan jarang
terjadi kecuali pada anak-anak di bawah usia 12 tahun
(b). Cara terjadinya penggantungan
(c). Bukti-bukti tidak langsung di sekitar tempat kejadian
(d). Tanda berupa jejas penjeratan
(e). Tanda-tanda kekerasan atau perlawanan
METODE PENGGANTUNGAN
PENYEBAB KEMATIAN
Penyebab kematian paling sering dari penggantungan adalah obstruksi aliran
darah servikal. Hal ini mungkin berefek pada vena jugularis, arteri carotid dan arteri
vertebra. pada abad 19 diketahui bahwa bunuh diri dengan cara menggantung dapat
menyebabkan tidak masuknya udara dari kanula trakea ke daerah bronkus. Studi
eksperimen menyebutkan seseorang meninggal karena gantung diri.Berat kepala
manusia itu sendiri sekitar 4,5kg, berat ini sendiri mengalokasi dari tekananError:
Reference source not found konstriksi itu sendiri.Hal penting lainnya dari penyebab
kematian mungkin dari stimulasi nervus vagus dan lebih khusus lagi, bertanggung jawab
pada refleks dari nervus karotis. Tekanan pada nervus vagus telah digunakan untuk
tujuan terapeutik pada akhir abad ini. Pada kasus disritmia kardi, refleks henti jantung
atau takikardi bisa di stimulasi oleh tekanaan jari atau pemijatan pada sinu karotid dari
satu atau dua sisi secara umum, kontraksi jantung mulai lagi tapi pada beberapa kasus
yang komplit, hasilnya henti jantung tetap terjadi.
Hubungan antara nervus laringel superior dan nervus vagus dapat menimbulkan
stimulasi yang intens pada awalnya, kemudian menjadi stimulasi yang simultan pada
akhirnya, hasilnya menyebabkan perlambatan yang fatal pada refleks jantung. Hal ini
juga bertahan khususnya pada kasus-kasus trauma laringeal.Fraktur pada tulang rusuk
dan pada dasar tengkorak biasanya jarang terobservasi pada kasus kematian dengan
menggatung diri dan jikapun ada, umumnya hanya kasus jath dari ketinggian tertentu
sebagai penggantungan yudisial.
Definisi
Jerat (strangulation by ligatureError: Reference source not found) adalah suatu
strangulasi berupa tekananError: Reference source not found pada leher korban akibat
suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena berat badan korban.
Mekanisme
Tertutupnya jalan nafas akibat larynk yang tertekan kebelakang kearah dinding
pharynk sehingga lumen tertutup oleh karena mendapat tekananError: Reference source
not found dari samping dan dari depan. Tekanan dari depan akan menutup jalan nafas,
sedangkan dari samping akan menutup pembuluh darah disamping leher, biasanya hanya
vena yang tertutup.
Karena tekananError: Reference source not found tidak sekeras hanging
sehingga muka tidak sianotik. Tekanan pada vena jugularis dan tekanan tidak komplit
pada arteri carotis menyebabkan perdarah kecil-kecil pada wajah, konjungtiva, scalp,
dan fascia m.temporalis. kemungkinan dapat terjadi pula vagal refleks.
Alat yang biasanya dipakai: sapu tangan, handuk, tali, kaos kaki, dasi, stagen,
selendang, ikat pinggang, kabel listrik dan lain-lain.
Sebab Kematian
1. Asfiksia
2. Gangguan sirkulasi otak
3. Vagal refleks
Cara kematian
1. Pembunuhan (paling sering)
2. Bunuh diri
3. Kecelakaan
Ciri-ciri
kekuatan jerat pada ujung tali jerat, pada gantung kekuatan karena berat
badan
jejas penjeratan bersifat horisontal bersilangan di atas dan dibawah
tanda asfiksia
kausa mati menyerupai gantung diri
pemeriksaan lokal menyerupai gantung diri hanya bedanya pada penjeratan,
jejeas bersifat horisontal
Definisi
Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekananError:
Reference source not found pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan
tangan atau lengan bawah.
pakai tangan 1 atau 2
bersifat pembunuhan
status lokalis
o luka memer bulat panjang
o luka lecet bentuk bulan sabit jika pakai tangan kiri jempoknya di
kiri
diagnosis menyerupai gantung diri
sebab kematian menyerupai gantung diri
Sebab Kematian
Ada 3 penyebab kematian pada pencekikan , yaitu :
1. Asfiksia
2. Iskemia
3. Vagal reflex
Cara Kematian
Ada 2 cara kematian pada kasus pencekikan yaitu :
1. Pembunuhan (hampir selalu).
2. Kecelakaan, biasanya mati karena vagal reflex.
Ada 3 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan luar dari autopsi kasus
pencekikan (manual strangulasi), antara lain :
1. Tanda asfiksia.
2. Tanda kekerasan pada leher (penting).
3. Tanda kekerasan pada tempat lain.
Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar autopsi yang dapat kita temukan antara lain
adanya sianotik, petekie, atau kongesti daerah kepala, leher atau otak. Lebam mayat
akan terlihat gelap.
Ada 2 tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu :
1. Bekas kuku.
2. Bantalan jari.
3.
Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet yang
berbentuk semilunar/bulan sabit. Kadang-kadang kita dapat menemukan sidik jari
pelaku. Perhatikan pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right
handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas kuku
(susunan bekas kuku) juga tak luput dari perhatian kita. Tanda kekerasan pada tempat
lain dapat kita temukan di bibir, lidah, hidung, dan lain-lain. Tanda ini dapat menjadi
petunjuk bagi kita bahwa korban melakukan perlawanan.
Ada 4 hal yang penting kita cari pada pemeriksaan dalam autopsi bagian leher
korban pada kasus pencekikan (manual strangulasi), yaitu :
1. Perdarahan atau resapan darah.
2. Fraktur.
3. Memar atau robekan membran hipotiroidea.
4. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging.
Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar
ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring. Fraktur yang paling sering kita
temukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan
trakea.
4.SUFFOCATION
Definisi
Obstruksi jalan nafas sehingga menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru yang
mengakibatkan terjadinya asfiksia
Terbagi atas pembekapan (smothering), Chocking, gagging.
Edema paru dan hiperaerasi terjadi pada kematian yang lambat dari pembekapan
(smothering).
3). GAGGING
Pada perampokan ada kalanya korban setelah diikat agar tidak mudah berteriak mulut
disumbat dengan kain yang diikat dari mulut ke belakang kepala (gagging). Dalam hal
ini palatum molle tertekan pada pharynk.
5.ASFIKSIA TRAUMATIK
Asfiksia traumatik (external pressure of the chest) adalah terhalangnya udara untuk
masuk dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas yang disebabkan adanya
suatu tekananError: Reference source not found dari luar pada dada korban.
penekanan rongga dada, rongga perut, diafragma
penekanan dari luar
co: desak desakan O2 kurang asfiksia
6.TENGGELAM
Tenggelam (drowning) adalah suatu suffocation dimana jalan napas terhalang oleh air /
cairan sehingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru.
Kondisi umum dan faktor risiko yang mengakibatkan tenggelamError: Reference source
not found di antaranya termasuk :
Pria cenderung lebih banyak tenggelamError: Reference source not found daripada
wanita, terutama pria berusia 18-24 tahun.
Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air.
Kurangnya pengawasan terhadap anak (terutama anak berusia 5 tahun ke bawah).
Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat, air yang sangat dalam,
terperosok sewaktu berjalan di atas es, ombak besar, dan pusaran air.
Terperangkap misalnya setelah peristiwa kapal karam, kecelakaan mobil yang
mengakibatkan mobil tenggelamError: Reference source not found, serta tubuh yang
terbelenggu pakaian atau perlengkapan.
Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan dan minuman
beralkohol.
Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan.
Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang, termasuk di antaranya:
infark miokard, epilepsi, atau stroke.
Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh, kekerasan
antar anak sebaya, atau permainan di luar batas kewajaran.
Ada 2 jenis mati tenggelamError: Reference source not found (drowning) berdasarkan
posisi mayat, yaitu :
1. Submerse drowning
2. Immerse drowning
Submerse drowning adalah mati tenggelamError: Reference source not found dengan
posisi sebagian tubuh mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelamError: Reference source not found dengan
posisi seluruh tubuh mayat masuk ke dalam air.
Ada 2 jenis mati tenggelamError: Reference source not found berdasarkan penyebabnya,
yaitu :
1. Dry drowning
2. Wet drowning
Pada orang tenggelamError: Reference source not found, tubuh korban dapat
beberapa kali berubah posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:5
Pada waktu pertama kali orang ”terjun” ke air oleh karena gravitasi ia akan terbenam
untuk pertama kalinya.
Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan timbul, dan
berusaha untuk bernafas mengambil udara, akan tetapi oleh karena tidak bisa
berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga berat jenis badan
sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan demikian ia akan
tenggelamError: Reference source not found untuk kedua kalinya.
Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan
berlangsung dan terbentuk gas pembusukan.
Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat mengapungkan
tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari.
Pada waktu tubuh mengapung oleh karena terbentuknya gas pembusukan, tubuh
dapat pecah terkena benda-benda disekitarnya, digigit binatang atau oleh karena
pembusukan itu sendiri, dengan demikian gas pembusukan akan keluar, tubuh korban
terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir
Ada 4 cara kematian pada kasus tenggelamError: Reference source not found
(drowning), yaitu :
1. Kecelakaan (paling sering).
2. Undeterminated.
3. Pembunuhan.
4. Bunuh diri.
Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelamError: Reference source not
found (drowning) yang dapat kita jumpai, yaitu :
1. Kapal tenggelamError: Reference source not found.
2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang.
Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus mati
tenggelamError: Reference source not found (drowning), yaitu :
1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.
2. Kita dapat temukan suicide note.
3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban.
4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.
Pada pemeriksaan luar autopsi, tidak ada patognomonis untuk mati tenggelamError:
Reference source not found. Ada 7 tanda penting yang memperkuat diagnosis mati
tenggelam (drowning), yaitu :
1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelamError: Reference source
not found di air dingin berwarna merah muda.
3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer
woman's hands/feet).
4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha dan bahu
mayat.
5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang
bersifat melekat.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung.
7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat berada dalam
genggaman tangan mayat.
Ada 5 tanda penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelamError: Reference
source not found (drowning) pada pemeriksaan dalam autopsi, yaitu :
1. Paru-paru mayat membesar dan mengalami kongesti.
2. Saluran napas mayat berisi buih. Kadang-kadang berisi lumpur, pasir, atau
rumput air.
3. Lambung mayat berisi banyak cairan.
4. Benda asing dalam saluran napas masuk sampai ke alveoli.
5. Organ dalam mayat mengalami kongesti.
Di daerah tropis, tubuh mayat pada kasus mati tenggelamError: Reference source not
found (drowning) mulai membusuk pada hari ke-2 sedangkan di daerah dingin,
membusuk setelah 1 minggu. Pembusukan tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari.
Jika pembusukannya merata, tubuh mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan
ini disebut floaten. Floaten biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Volume gas
Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelamError: Reference source not found (drowning),
yaitu :
1. Cadaveric spasme.
2. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.
3. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam saluran
pencernaan dan saluran pernapasan mayat.
4. Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
6. Ada diatomeError: Reference source not found pada paru-paru atau sumsum
tulang mayat.
7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat. Pada
kasus mati tenggelamError: Reference source not found (drowning), dapat kita
temukan tanda-tanda adanya kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala,
siku, lutut, jari-jari tangan, atau ujung kaki mayat.
Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelamError: Reference source
not found (drowning), yaitu :
1. Percobaan getah paru (lonset proef).
2. Pemeriksaan diatomeError: Reference source not found (destruction test).
3. Penentuan berat jenis (BD) plasma.
4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test).
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif menunjukkan bahwa
korban masih hidup saat berada dalam air.
Pemeriksaan Histopatologi
Ada 3 cara kematian pada korban kasus inhalation of suffocating gasses, yaitu
menghisap gas:
1. CO
2. CO2
3. H2S
Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas CO 2 banyak pada sumur tua dan gudang
bawah tanah. Gas H2S pada tempat penyamakan kulit.
DEFINISI
ToksikologiError: Reference source not found merupakan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda
yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal,dan penatalaksanaan kasus keracunan.
Periode fatal merupakan selang waktu antara masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata
sampai menyebabkan kematian pada rata-rata orang sehat.
Dalam berbagai kepustakaan, terdapat berbagai pengertian tentang keracunan
(poisoning) dan intoksikasi. Beberapa kepustakaan menyatakan pengertian keracunan
dan intoksikasi berbeda, dimana keracunan dinyatakan sebagai overdosis yang
mempunyai efek sentral sedangkan intoksikasi merupakan overdosis yang bersifat
umum baik sentral maupun perifer. Namun kepustakaan lain menyatakan keracunan dan
intoksikasi memiliki pengertian yang sama.
Berbagai definisi racun telah dipublikasikan berdasarkan sudut pandang yang
berbeda dari berbagai ahli. Semua definisi memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri
dalam interpretasi dan banyak definisi yang tumpang tindih satu dengan lainnya.
Paracelcus (1493-1541) yang lebih dikenal sebagai Theopraxis Bombastus von
Honhenheim, orang yang pertama mendefinisikan racun, menyatakan semua substansi di
alam adalah racun hanya dosis yang membedakan substansi tersebut racun atau bukan
(sola dosis facit venenum). Ahli toksikologi SEINEN (1989) menyatakan racun adalah
substansi yang diberikan secara berlebihan sehingga toksikologi dianggap sebagai
pengetahuan tentang sesuatu yang berlebihan (toxicology is the knowledge of too much).
SANGSTER secara lebih rinci menyatakan tentang sumber substansi yang
dianggap racun. Keracunan dianggap sebagai cidera yang diakibatkan konsentrasi
berlebihan dari substansi eksogenous (dari luar tubuh manusia).
Toksisitas Racun
Salah satu tujuan pelayanan forensik klinik adalah memberikan informasi atau
fakta-fakta yang membuat terang kasus keracunan yang mencurigakan termasuk motif
yang melatarbelakangi kasus tersebut. Dalam kasus tindak pidana harus dibuktikan
adanya perbuatan yang salah (actua rheus) dan situasi batin yang melatarbelakangi
tindakan tersebut (men rhea). Motif keracunan harus ditentukan sebagai unsur men rhea,
apakah timbul akibat kecerobohan (recklessness), kealpaan (negligence) atau
kesengajaan (intentional).
Secara umum, motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk (tipe)
berdasarkan korban keracunan, yaitu:
1. Tipe S (spesific target)
Menunjukkan bahwa korban keracunan hanya orang tertentu dan biasanya antara
pelaku dan korban sudah saling kenal. Motivasi yang biasanya melatarbelakangi,
antara lain: uang, membunuh, pembunuhan lawan politik dan balas dendam.
Keracunan tipe S berdasarkan terjadinya dibagi ke dalam dua sub grup yaitu:
a. Sub grup S tipe S/S (spesific/slow) dimana keracunan terjadi secara perlahan dan
direncanakan oleh pelaku.
b. Sub grup Q tipe S/Q (spesific/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak
dan tanpa perencanaan sebelumnya.
Pemeriksaan terhadap korban keracunan tipe S/S perlu mendapat perhatian lebih
sebab kegagalan pembuktian tanda-tanda keracunan oleh dokter sangat sering
membuat kasus tersebut menjadi kasus tersebut menjadi kasus pembunuhan yang
sempurna (the perfect murder). Pembunuhan yang sempurna adalah kematian
korban yang sesungguhnya akibat tindaan pidana tetapi dokter menyatakan sebagai
kematian wajar karena faktor penyakit. Kasus pembunuhan yang sempurna terjadi
bukan karena keahlian si pembunuh, tetapi akibat kegagalan dokter mengenali
tanda-tanda keracunan pada korban.
Pemeriksaan TKP
Pemeriksaan TKP penting untuk proses penyidikan selanjutnya. Dari
pemeriksaan di TKP diharapkan dapat memberi tujuan sebagai berikut :
Menentukan korban hidup/ meninggal
Mengumpulkan barang bukti
Memperkirakan cara kematian
Menentukan saat kematian
- Perforasi
Sangat jarang terjadi, kecuali pada kasus keracunan asam sulfat. Perforasi
juga bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk perforasi pada kasus ini
biasannya lonjong atau bulat, pinggirnya melekuk ke arah luar dan lambung
menunjukkan tanda-tanda perlekatan dengan jaringan sekitar.
2. Pemeriksaan kimia/toksikologi pada organ tubuh bagian dalam
Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ tubuh
merupakan bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan. Racun bisa
ditemukan dalam lambung, usus halus, dan kadang-kadang pada hati, limpa dan
ginjal. Organ tubuh dan bahan yang diperiksa antara lain :
- Urin dan feses
- Darah
- Lambung dan isinya
- Bagian dari usus halus (duodenum dan jejunum)
- Hati
- Setengah bagian dari masing-masing ginjal
- Otak dan medulla spinalis, terutama pada keracunan striknin
- Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada
kecurigaan abortus kriminalis
- Paru-paru terutama pada keracunan kloroform
- Tulang, rambut, gigi dan kuku
- Organ tubuh lainnya yang dicurigai mengandung racun.
3. Pengumpulan bukti-bukti dari sekitar tempat kejadian
Dalam pembuktian kasus keracunan sebagai tindak pidana, banyak hal yang
harus dibuktikan dan dalam pembuktiannya banyak melibatkan dokter forensik klinis.
Hal yang dibuktikan antara lain :
1. Bukti hukum (legally proving): bukti hukum yang dapat diterima di pengadilan
(adminissible) sangat tergantung dari keaslian bukti tersebut sehingga
Sianida adalah racun yang digunakan baik untuk bunuh diri, kecelakaan atau
pembunuhan. Meskipun diagnosis autopsi tentang keracunan sianida sangat jarang
diragukan, analisis toksikologi mungkin sulit untuk interpretasi akibat destruksi maupun
produk sianida dalam tubuh yang sudah mati dan bahkan pada sampel darah yang
disimpan untuk menunggu diperiksa.
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik. Sianida dapat masuk ke
dalam tubuh dengan cara :
- Inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi
kapal)
- Oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja,
serta fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel.
Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau
NaCN adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30
menit sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.
Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat
menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit.
Dalam interval yang pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh
merasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala,
vertigo, photophobia, tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan
sianosis pada muka, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan
kadang-kadang tidak teratur, refleks melambat, udara pernapasan berbau amandel.
Menjelang kematian sianosis nyata dan timbul kedutan otot-otot berlanjut dengan kejang
dengan inkontinensia urin dan alvi. Racun yang diinhalasi menimbulkan palpitasi,
kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan
kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang, koma, dan meninggal.
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda
patognomonik untuk keracunan CN. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir,
busa keluar dari mulut, dan lebamError: Reference source not found jenazah berwarna
merah terang. Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang
khas.
Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilanya. Yang klasik, lebamError:
Reference source not found mayat dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai
dengan kelebihan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen)
dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Banyak deskripsi lebam mayat yang mengarah
pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau bahkan merah terang, terutama
bergantung pada daerahnya, yang mana dapat dibingungkan dengan
karboksihemoglobin.
Mungkin bau sianida ada pada tubuh dan dapat dikenal, tapi perlu diketahui
bahwa banyak orang tidak bisa mendeteksi bau ini, kemampuan menciumnya
berhubungan dengan genetik (bukan berdasarkan pengalaman). Ini penting diketahui
oleh ahli patologi dan pegawai kamar mayat, bahwa keracunan sianida dapat membawa
resiko. Para petugas terkait menjadi sakit dan untuk sementara mengalami gangguan
fungsi setelah mengautopsi mayat bunuh diri yang telah menelan sejumlah besar kalium
sianida. Diasumsikan mungkin akibat menghirup hidrogen sianida dari isi perut mayat
ketika melakukan pemeriksaan organ dalam.
Perut dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi maupun
pendarahan dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan encer, mungkin ada sedikit
Karbonmonoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
merangsang selaput lendir. Sumber CO berasal dari hasil pembakaran tidak sempurna
motor yang menggunakan bahan bakar bensin. CO diserap melalui paru, sebagian besar
diikat oleh Hb, afinitas COHb 208-245 kali afinitas O2. Bila korban dipindahkan ke
udara bersih, kadar COHb berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam dan setelah 6-8 jam
darah tidak mengandung COHb lagi. Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar
COHb dalam darah
Jenis-Jenis Insektisida
Keracunan kronis
Biasanya akibat inhalasi atau penyerapan kulit dalam jangka waktu yang lama.
Gejala-gejala:
- tidak nafsu makan
- gelisah
- insomnia
- tremor
- kejang dan koma
Penatalaksanaan:
1. Hindari makanan mengandung minyak dan lemak
2. Fenobarbital dapat digunakan untuk mengendalikan tremor
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Autopsi
As2O3 atau arsen trioksida atau disebut juga acidum arsenicosum merupakan
senyawa yang sering dan penting artinya dalam hubungannya dengan keracunan. As 2O3
ini berupa serbuk putih atau kadang kristal halus dengan sedikit rasa (lemah) bahkan
dapat dikatakan tidak berasa sama sekali dan tidak berbau. Mudah larut dalam asam
lambung, dalam bentuk gas biasanya berbau bawang putih. Senyawa arsenik ini banyak
ditemukan dalam bidang pertanian (rodenticide), industri (sebagai pengotoran dari zat
warna, mordant) maupun dalam bidang pengobatan (sedian-sedian yang mengandung
arsenikum baik sebagai senyawa anorganik maupun organik). Bentuk lain dari
arsenikum ini adalah Arsine dan Ethylarsine dimana berada dalam bentuk gas.
Arsen dalam bentuk metal tidak beracun, yang beracun adalah dalam bentuk
garam. Arsen mengiritasi jaringan, menekan sisem saraf dan menghalangi respirasi.
Jumlah yang sangat sedikit sudah dapat membunuh seseorang (30-300 mg).
Gejala Klinis Arsen
2. Gastrointestinal Type
Merupakan gejala yang paling utama dijumpai dan khas, akibat lesi-lesi pada
lambung, usus maupun organ-organ parenchym segera setelah keracunan, timbul
muntah dan diikuti diarrhea setelah 1-2 jam kemudian.
- Rasa sakit dan cramp pada perut
- Rasa haus yang hebat, sakit tenggorokan
- Mulut terasa kering
3. Subacute Type
Timbul apabila senyawa arsenikum diberikan dalam dosis kecil berulang kali dalam
interval waktu tertentu, atau akibat pemberian dalam dosis besar tetapi tidak segera
menimbulkan kematian dan menimbulkan efek keracunan selama dieksresikan (slow
excretion).
Gejalanya:
- Degenerasi toksik pada hepar yang kemudian berkembang menjadi
acute/subacuteyellow atrophy disertai toxic jaundice hebat.
- Perdarahan multiple pada lapisan sub serosa jaringan
- Traktus Gastrointestinal mengalami inflamasi dan kronis serta diarhea
berkepanjangan
- Cramp dan dehidrasi
- Ginjal mengalami nephrosis dengan albuminuria dan hematuria
- Skin eruption, bengkak seluruh tubuh, beberapa kasus tampak penderita
mengalami keratosis kulit, berat badan menurun serta keadaan umum korban
makin buruk.
Kematian dapat terjadi beberapa hari kemudian.
4. Chronic Type
Type ini dapat berkembang/ terjadi setelah gejala akut mereda. Tampak gejala-
gejala:
- Paralyse dan atrofi otot-otot tangan dan kaki sebagai akibat neuritis kronis
disertai dengan degenerasi saraf yang dimulai dari bagian perifer dan berjalan ke
arah sentral.
- Anaesthesia
- Rambut dan kuku rontok
- Kadang tampak gastroentritis kronis disertai anoreksia, nausea, dan diare
- Kulit mengalami hiperkeratosis dan hiperpigmentasi
- Mata mengalami hiperkeratosis, kelopak mata bengkak
- Garis melintang pada kuku berwarna putih.
- Hiperkeratosis terutama tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki
Pada kasus racun arsen dalam bentuk serbuk arsen, pasien akan batuk darah
dengan dahak yang berbusa, gangguan pernapasan dan sianosis. Selanjutnya
mungkin mengalami edema paru akut. Kematian mendadak akibat syok mungkin
Jenis-Jenis Alkohol
Alkohol ada 2 jenis:
Etil alkohol / Etanol (C2H5OH)
Metil alkohol / Metanol (CH3OH)
Alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol murni berupa cairan yang bening, mudah
menguap dan mempunyai aroma yang khas.
Alkohol terdapat pada berbagai jenis minuman, misalnya:
Alkohol absolut : 99,9%
Rectified spirit (alkohol yang dimurnikan) : 90%
Methylated spirit (alkohol denaturasi) : 95%
Rum dan minuman keras lainnya : 50-60%
Whisky, Gin dan Brandy : 40-45%
Port, Sherry : 20%
Anggur (wines) : 10-15%
Bir : 4-8%
Berbagai jenis minuman keras daerah : 5-10%
Metabolisme Alkohol
Absorpsi terutama dari usus halus (80%) dan lambung (20%). Konsentrasi
alkohol dalam darah sudah bias ditemukan dalam waktu 5-10 menit setelah meminum
alkohol. Kadar puncak dalam darah adalah 30 menit setelah meminum alkohol.
Dibutuhkan waktu yang lama agar kadar puncak alkohol dalam darah ini bisa
menyebabkan habituasi (ketergantungan) dan keadaan lainnya seperti gastritis dan
anemia.
Proses absorpsi semakin cepat jika terdapat air dalam saluran usus atau lambung
dalam keadaan kosong. Wine (anggur) merupakan jenis minuman yang paling cepat
penyerapannya.Metabolisme alkohol terutama terjadi di hati (90%) dan mengalami
Dosis Fatal
Dosis bukan hanya tergantung dari jumlah yang diminum, tetapi juga bergantung
pada kebiasaan seseorang dan jenis minumannya. Misalnya alkohol absolut sebanyak 5
oz dapat berakibat fatal. Untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, alkohol absolut
sebanyak 2 oz juga sudah dapat berakibat fatal.
Pada buku lain juga mengatakan takaran alkohol untuk menimbulkan keracunan
bervariasi tergantung dari kebiasaan minum dan sensitivitas genetik perorangan.
Umumnya 35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemampuan untuk menduga jarak
dan kecepatan serta menimbulkan euforia. Alkohol sebanyak 75-80 gr akan
menimbulkan keracunan akut dan 250-500 gram alkohol takaran fatal. Kadar alkohol
darah dari konsumsi 35 gram alkohol dengan menggunakan rumus:
A= C x P x R
A : jumlah alkohol yang diminum
C : kadar alkool darah(mg%)
P : berat badan(kg)
R : konstanta (0,0007)
Bagi orang dewasa, dosis sebanyak 150-200 mL alkohol absolut sudah dianggap
bisa berakibat fatal.
Periode Fatal
Jika alkohol diminum dalam jumlah yang banyak oleh seseorang yang tidak
mempunyai kebiasaan minum alkohol bisa menyebabkan kematian dalam beberapa
menit. Periode fatal bisanya antara 12-24 jam, pada beberapa kasus bisa agak panjang
yaitu antara 5-6 hari
Jika pengobatan diberikan pada saat yang tepat sebelum pasien masuk dalam
tahap koma, yaitu ketika refleks tubuh sudah tidak ada dan mata mengalami konstriksi
dan tidak bereaksi terhadap cahaya, maka kemungkinan besar dapat sembuh.
Untuk mengeluarkan racun bisa diupayakan agar pasien muntah secara mekanis
yaitu dengan menekan orofaring. Zat kimia perangsang muntah hanya digunakan
jika keadaan umum pasien cukup baik.
Bilas lambung harus dilakukan walaupun pasien dalam keadaan tidak dapat
dikendalikan. Bahan yang dperoleh dari bilasan lambung yang pertama diambil
untuk bilasan kimia, kemudian bilas lambung dilanjutkan sampai hasil bilasan
lambung tidak mengandung bau alkohol.
Berikan minuman hangat seperti teh atau kopi
Penafasan buatan serta oksigen diberikan jika ditemukan adanya tanda-tanda
penekanan pernafasan
Obat stimulansia sepert coramine, nikethamide diberikan dalam bentuk suntikan
Upayakan agar suhu tubuh pasien selalu hangat
Untuk mengatasi asidosis, diberikan soda bikarbonat melalui oral
Jika pasien gelisah diberikan mephenisine dengan dosis 1-3 gram
Jika perlu diberikan 1000 cc glukosa 10% serta garam fisiologis secara intravena,
kedalam larutan tersebut ditambahkan insulin 15 unit, vitamin B1 200 mg.
niasinamida 200 mg dan vitamin C 1000 mg
Antibiotik diberikan sebagai tindakan profilaksis terhadap infeksi paru-paru
Gambaran Post-Mortem
1. Pemeriksaan luar
Kaku mayat dan pembusukan lebih lambat terjadi. Mayat penderita bisa
bertahan lebih lama.
Kongesti pada konjungtiva sangat jelas
2. Pemeriksaan dalam
Bau alkohol bisa tercium dari isi lambung dan organ tubuh lainnya
Dinding lambung hiperemis, berwarna merah dan isi lambung berwarna coklat
Organ tubuh lainnya mengalami kongesti
Edema otak sangat jelas terlihat dari jarak antara gyrus otak yang semakin
sempit
Bagian tubuh yang diperlukan untuk pemeriksaan kimia:
Keadaan ini terjadi karena meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama.
Korban biasanya adalah penderita psikosis atau neurosis, sehingga alkohol digunakan
sebagai pelarian dari kenyataan hidup.
Penatalaksanaan
Keadaan ini bisasanya adalah masalah psikiatri karena berbagai masalah yang
melatarbelakangi kebiasaan minum alkohol tersebut
Kebiasaan minum alkohol harus dikurangi dengan memberikan tablet antabuse
(Tetra erthylthiuram disulphide) dengan dosis 0,25 sampai 0,75 gram per hari. Tablet
antabuse hanya diberikan dengan persetujuan pasien karena keadaan pasien akan
sangat memburuk jika setelah mendapat tablet Antabuse pasien kembali meminum
alkohol. Untuk tujuan yang sama bisa juga diberikan tablet Temposil (Citrated
calcium carbimide) dengan dosis 50 mg per hari.
Makanan dengan gizi yang seimbang
Pemberian multivitamin untuk mengatasi adanya defisiensi. Pemberian vitamin ini
harus tetap diberikan untuk jangka waktu yang cukup lama
Mekanisme kematian terutama akibat gagal hati dan ruptur varises esofagus
akibat hipertensi portal. Pada autopsi bisa ditemukan memar pada cortex cerebri,
hematom sub-dural akut dan kronis. Depresi pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak
lebih besar dari 450 mg%. pada 500-600 mg% dalam darah, penderita biasanya
meninggal dalam 1-4 jam setelah koma selama 10-16 jam.
1. Pada orang yang masih hidup dapat diidentifikasi dari bau alkohol yang keluar dari
udara pernafasan.
2. Pemeriksaan kadar alkohol darah: baik pemeriksaan udara pernafasan atau urin atau
dari darah vena
3. Kelainan pada orang yang sudah meninggal tidak khas. Mungkin ditemukan gejala
yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah
lebih encer, berwarna merah gelap.
4. Mukosa lambung tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadang-
kadang juga tak tampak kelainan.
5. Otak dan darah berbau alkohol.
6. Pada pemeriksan histologis dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah
dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh, pada bagian parenkim organ inflamasi
mukosa saluran cerna.
7. Pada jantung, gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema
dan vakuolisasi serabut otot jantung.
Untuk korban meninggal dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati atau
cairan tubuh seperti cairan serebrospinal. Penentuan kadar alkohol dalam daram
lambung saja tanpa menentukan kadar alkohol dalam darah hanya menunjukkan orang
tersebut telah minum alkohol. Pada mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung ke
jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung sehingga bisa diambil darah dari
pemeriksaan darah vena perifer seperti di daerah cubiti dan femoralis.
Metode sederhana untuk menentukan kadar alkohol dalam darah disebut teknik
modifikasi mikrodifusi (CONWAY) yaitu
1. Masukkan 2 mL reagen Anti ke dalam ruang tengah. Reagen anti dibuat dengan
melarutkan 7,7 mg kalium dikromat ke dalam 150 mL air + 280 mL asam sulfat dan
terus diaduk. Encerkan dengan 500 mL aquadest.
2. Sebarkan 1 mL darah/urin dalam ruang sebelah luar dan masukkan 1 mL kalium
karbonat dalam ruang yang berlawanan.
3. Tutup sel mikrodifusi dan goyangkan dengan hati-hati. Biarkan terjadi difusi selama
1 jam pada suhu ruang. Angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen
4. Apabila reagen berwarna kuning kenari menunjukkan hasil negatif. Tetapi apabila
warna kuning kehijauan menunjukkan kadar etanol sekitar 80 mg%, sedangkan
warna kekuningan sekitar 300 mg%.
Investigasi kematian akibat keracunan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Mengumpulkan keterangan riwayat keracunan dan spesimen yang sesuai
Saat ini, terdapat banyak bahan yang beredar di masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian jika dicerna, diinjeksi, atau terinhalasi. Ahli toksikologi
harus membatasi sejumlah material yang dianalisis. Sebelum memulai analisis,
BAB XII
KEJAHATAN SEKSUAL
1. Pengertian
Kejahatan seksual (sexual offences) adalah salah satu bentuk dari kejahatan tubuh yang
merugikan kesehatan dan nyawa manusia. Ilmu Kedokteran Forensik berguna dalam
fungsi penyelidikan, yaitu untuk:
i. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan
ii. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan
iii. Memperkirakan umur
iv. Menentukan pantas tidaknya korban buat kawin
Kekerasan seksual merupakan segala kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang
dilakukan dengan cara-cara seksual atau dengan mentargetkan seksualitas. Definisi
kekerasan seksual ini mencakup pemerkosaan, perbudakan seksual, dan bentuk-bentuk
lain kekerasan seksual seperti penyiksaan seksual, penghinaan seksual di depan umum,
dan pelecehan seksual.
2. Pembagian
Terdapat dua macam bentuk kekerasan seksual, yaitu ringan dan berat.
Macam-macam kekerasan seksual ringan :
pelecehan seksual
gurauan porno,
siulan, ejekan dan julukan
tulisan/gambar
ekspresi wajah,
gerakan tubuh
perbuatan menyita perhatian seksual tak dikehendaki korban, melecehkan dan
atau menghina korban.
Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis
kekerasan seksual berat.
3. Fungsi Penyelidikan
3. Memperkirakan umur
Tidak ada satu metode tepat untuk menentukan umur, meskipun pemeriksaannya
memerlukan berbagai sarana seperti alat rontgen untuk memeriksa pertumbuhan
tulang dan gigi. Perkiraan umur digunakan untuk menentukan apakah seseorang
tersebut sudah dewasa (> 21 tahun) khususnya pada homoseksual/lesbian serta pada
kasus pelaku kejahatan. Sedangkan pada kasus korban perkosaan perkiraan umur
tidak diperlukan.
4. Menentukan pantas tidaknya korban
buat dikawin
Secara biologis jika persetubuhan bertujuan untuk mendapatkan keturunan,
pengertian pantas/tidaknya buat kawin tergantung dari: apakah korban telah siap
dibuahi yang artinya telah menstruasi, namun untuk bukti hal ini korban perlu
diisolir untuk waktu cukup lama. Bila dilihat Undang-Undang Perkawinan, yaitu
pada Bab II pada pasal 7 ayat 1 berbunyi : perkawinan hanya diizinkan jika pria
sudah mencapai 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun. Namun terbentur
lagi pada masalah penentuan umur yang sulit diketahui kepastiannya.
4. Pemeriksaan Medis
Anamnesis
Anamnesis umum memuat:
- Identitas : Nama, umur, TTL, status perkawinan,
- Spesifik : Siklus haid, penyakit kelamin, peny. kandungan, peny. lain, pernah
bersetubuh, persetubuhan yang terakhir, kondom ?
Anamnesis khusus memuat waktu kejadian
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum memuat :
- Kesan penampilan (wajah, rambut), ekspresi emosional, tanda-tanda bekas
kehilangan kesadaran / obat bius / needle marks.
- Berat badan, tinggi badan, tanda vital, pupil, refleks cahaya, pupil pinpoint,
tanda perkembangan alat kelamin sekunder, kesan nyeri ?
Pemeriksaan fisik khusus memuat:
- Pembuktian persetubuhan :
ada / tidak penetrasi penis ke vagina / anus / oral
ejakulat / air mani pada vagina / anus
- Bukti Penetrasi :
Perkiraan Umur
Umur berkaitan dengan KUHP
- Dasar berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh, gigi, ciri-ciri kelamin sekunder
- Pemeriksaan sinar X : standar waktu penyatuan tulang
Alat kelamin:
- Bagian luar: Tampak warna kemerahan pada bibir vagina luar ,tampak
pembengkakan di bibir vagina bagian luar kanan, tidak ada luka, nyeri
pada perabaan-----------------------------------------------------------------------
- Bagian Dalam : Tampak warna kemerahan disertai luka lecet berukuran
0,5 sentimeter pada bibir vagina bagian dalam kanan, nampak ada
pembengkakan dan nyeri pada perabaan----------------------------------------
- Selaput dara: Tampak robekan yang sampai ke dasar, sesuai arah jam 7
dan jam 5, di sekitar robekan terdapat darah-----------------------------------
- Liang senggama: Tampak adanya memar di dalam liang senggama, sesuai
arah jam 6 dan 7. Tidak ada cairan yang keluar dari liang
senggama----------------------------------------------------------------------------
Contoh Kesimpulan:
DEFINISI
Dalam KUHP hanya dikenal istilah pengguguran kandungan. Istilah “aborsi” yang
berasal dari kata abortus bahasa latin, artinya “kelahiran sebelum waktunya”.
Sinonim dengan kata itu mengenal istilah “kelahiran yang premature” atau
miskraam (Belanda), keguguran.
Abortus berdasarkan definisi medis adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Anak baru mungkin hidup di luar
kandungan kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
Ada yang mengambil batas abortus bila berat anak kurang dari 500 gram, setara dengan
umur kehamilan 22 minggu. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia
/ berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan
suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau usia kehamilan 20 minggu.(terakhir, WHO/FIGO 1998 = 22 minggu).
Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan dengan keguguran kandungan adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadia perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah
abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan
menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
KLASIFIKASI
Umumnya setiap negara ada undang-undang yang melarang abortus buatan, tetapi
larangan ini tidaklah mutlak sifatnya. Di Indonesia berdasarkan undang-undang,
melakukan abortus buatan dianggap suatu kejahatan. Akan tetapi abortus buatan sebagai
tindakan pengobatan, apabila itu satu-satunya jalan untuk menolong jiwa dan kesehatan
ibu serta sunguh-sungguh dapat dipertanggung jawabkan dapat dibenarkan dan biasanya
tidak dituntut. Indikasi medis akan berubah-ubah menurut perkembangan ilmu
kedokteran. Di negara Swedia, Swiss, dan beberapa negara lainnya, membenarkan
indikasi yang bersifat sosial medis, humaniter, dan egenetis, bukan semata-mata untuk
menolong ibu, tetapi juga dengan pertimbangan keselamatan anak, jasmani, dan rohani.
Walaupun beberapa ahli telah banyak berdebat tentang kemungkinan perluasan indikasi
medik, namun sampai saat ini di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik
adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Jadi tidak dibenarkan melakukan abortus atas
indikasi :
o Ekonomi : takut miskin atau kekurangan
o Etnis : baik akibat perkosaan atau akibat hubungan diluar nikah.
o Sosial : kuatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Dalam melakukan tindakan abortus atas indikasi medik, seorang dokter perlu
mengambil tindakan-tindakan pengamanan dengan mengadakan konsultasi pada seorang
ahli kandungan yang berpengalaman dengan syarat:
Aborsi kriminal adalah kerusakan atau pengguguran janin dari rahim ibu oleh
orang lain secara paksa, yaitu, jika tidak ada indikasi terapeutik untuk operasi.
Kejahatan ini dinyatakan sebagai tindak pidana jika aborsi yang dilakukan berakibat
fatal. Jika wanita tersebut meninggal akibat prosedur yang dilakukan oleh aborsionis dan
orang lain yang berkaitan dengan kejahatan tersebut, seperti ahli anestetik atau perawat,
akan dituntut dengan pasal pembunuhan. Bahkan saudara atau teman yang
menemaninya ke aborsionis dinyatakan bersalah sebagai rekan kejahatan, jika dapat
dibuktikan bahwa orang tersebut mengetahui tujuan kunjungannya. Hukum menekankan
pada maksud-maksud ilegal di balik tindakan dan tentang semua hal yang berhubungan
dengan kejahatan sebagai prinsip-prinsip kesalahan. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah individu yang memberi anjuran dan meresepkan obat-obatan, atau berusaha
menggugurkan kandungan dengan cara lain; jika terjadi kematian akibat tindakannya,
mereka dinyatakan bersalah oleh hukum.
Tidak ada perbedaan hukum untuk pengguran fetus pada awal kehamilan atau pada
akhir masa kehamilan, karena keduanya disebut aborsi. Dalam sebagian besar yuridiksi,
fetus pada awal kehamilan sebelum digugurkan dinyatakan memiliki kehidupan yang
sama dengan fetus pada akhir masa kehamilan. Aborsi yang dilakukan pada awal masa
kehamilan sama bersalahnya dengan yang dilakukan pada akhir masa kehamilan.
CARA-CARA ABORTUS
Cara-cara yang dipakai untuk melakukan abortus atas indikasi medik adalah:
1. Vaginal
- Ketuban dipecah
- Dilatasi cervix uterus
- Injeksi 10 unit oxytocin intra-uterin
2. Abdominal : Sectio Caesarea
Cara-cara melakukan abortus criminalis :
1. Mengunakan obat-obatan yang diminum
Obat-obatan
Biasanya obat-obatan yang diberikan per-oral tidak menyebabkan abortus kecuali
diberikan dalam jumlah besar sehingga bersifat toksik kepada wanita hamil
tersebut.Patut diingat tidak ada satupun obat/kombinasi obat peroral yang mampu
menyebabkan rahim yang sehat mengeluarkan isinya tanpa membahayakan jiwa wanita
yang meminumnya. Karena itulah seorang “abortir profesional” tidak mau membuang-
buang waktu/mengambil resiko melakukan abortus dengan menggunakan obat-obatan.
Klasifikasi obat-obat yang digunakan adalah :
1. Obat yang bekerja langsung pada uterus
o Echolics (golongan obat yang meningkatkan kontraksi uterus).
o Emmenagagonum (merangsang terjadinya menstruasi. Untuk menyebabkan
abortus harus diberikan dalam dosis yang besar dan berulang).
2. Obat-obat yang menimbulkan kontraksi GIT.
o Yang paling sering digunakan adalah emetik tartar.
o Castrol oil; magnesium sulfate / sodium sulfate
3. Obat yang bersifat racun sistemik
o Racun tumbuhan (buah pepaya yang masih mentah, buah nenas yang masih
mentah, madar juice, Buah Daucus carota).
o Racun logam (yang paling sering digunakan adalah cairan timah yang
mengandung oksida timah dan minyak zaitun).
Kekerasan Mekanik
Tindakan kekerasan yang bersifat umum :
o Penekanan pada abdomen, misalnya pukulan, tendangan
o Menggunakan ikatan yang kencang pada bagian abdomen.
o Latihan olahraga yang keras misalnya bersepeda, meloncat, menunggang kuda,
mendaki gunung, berenang, naik turun tangga.
o Mengangkat barang-barang berat.
o Pemijatan uterus melalui dinding abdomen.
Korban hidup
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti
adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia
interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.
1. Ibu
1. Tanda-tanda kehamilan
- striae gravidarum
- uterus yang membesar
- hiperpigmentasi aerola mammae
2. Tanda-tanda partus
- ditemukan cairan
- bercak darah pada vagina
- vagina yang longgar
- laserasi dan luka yang terdapat pada vagina
- serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan.
3. golongan darah
2. Janin
1. umur janin
2. golongan darah janin
Korban mati
Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus
serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh
ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu
hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin
mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.
Lagi pula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita
yang bersangkutan. Pada pemeriksaan jenazah, TEARE (1964) menganjurkan
pembukaan abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan
abortus kriminalis sebagai penyebab kematian korban.
Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan jenazah, bila
didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan
toksikologik.
Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi. Lakukan pula
Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Periksa alat-alat genitalia interna
apakah pucat, mengalami kongeti atau adanya memar. Uterus diiris mendatar dengan
jarak antar irisan 1 cm untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah.
Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologilk.
Ambil urin untuk tes kehamilan / toksikologik dan pemeriksan organ-organ lain
dilakukan seperti biasa.
Pemeriksaan Ibu :
1. Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
Identifikasi umum
o Tinggi badan, berat badan, umur. Pakaian; cari tanda-tanda kontak dengan suatu
cairan, terutama pada pakaian dalam.
o Catat suhu badan, warna dan distribusi lebamError: Reference source not found
jenasah.
o Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.
o Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada :
- arteri coronaria
- ventrikel kanan
- arteri pulmonalis
- arteri dan vena di permukaan otak
- vena-vena pelvis
o Vagina dan uterus di-insisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas,
kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya perforasi
uterus. Cara pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan formalin 10% selama
24 jam, kemudian direndam dalam alkohol 95% selama 24 jam, iris tipis untuk
melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada cervix uteri
(abrasi, laserasi).
o Ambil sampel semua organ untuk menilai histopatologis.
o Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.
o Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
- isi vagina
- isi uterus
- darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel
- urin
- isi lambung
- rambut pubis
Pemeriksaan janin
- Umur janin
- Golongan darah
Sebelum kita mengetahui apakah hubungan antara seorang dokter dengan seorang yang
hendak menggugurkan kandungan harus dianggap kontrak terapeutik, yang selanjutnya
menyebabkan pihak lain tertutup kemingkinan untuk mengetahinya termasuk aparat
hukum, maka perlu disikapi oleh kita semua apabila dalam pelayanan dokter tersebut
berdimensi pidana, petugas aparat hukum dimungkinkan untuk menentukan langkah-
langkahnya. Atau dengan kata lain pihak kepolisian boleh melakukan penyidikan dan
juga tindakan lain yang diwenangkan oleh hukum.
Dari dan berdasarkan ketentuan KUHAP, khususnya yang berkaitan dengan penyidikan,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada larangan bagi pihak penyidik untuk
melakukan penyidikannya pada tempat-tempat yang telah, sedang atau akan terjadinya
tindak pidana, termasuk tempat yang patut diduga didalamnya akan dilakukan tindak
pidana. Demikian juga tempat praktek dokter yang disinyalir di dalamnya ada praktik
aborsi yang illegal.
Chrisdiono M. Achadiat dalam artikelnya yang berjudul “Aborsi dalam Perspektif Etika,
Moral dan Hukum”, memberikan catatan sebagai berikut :
(1) Bahwa dalam penjelasan Pasal 10 KODEKI disebutkan antara lain, “Ia (baca;
Dokter Indonesia) harus berusaha mempertahankan hidup mahluk insani.
Berarti bahwa menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut
Etika kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan :
(a) Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)
(b) Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu pengetahuan tidak
mungkin akan sembuh (euthanasia).
(2) Bahwa pada bagian lain penjelasan pasal 10 Kodeki tersebut ditegaskan antara
lain bahwa abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai tindakan pengobatan,
apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya
maut (abortus provocatus thetapeuticus) (dikutip dari buku Kode Etik
Kedokteran Indonesia terbitan 1986, halaman 33).
Di negara bagian New York, jika seorang dokter dituntut melakukan aborsi ilegal, ijin
praktek kedoktarannya di negara bagian tersebut akan dicabut secara otomatis.
Sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, setiap usaha untuk mengeluarkan hasil
konsepsi sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai adalah suatu tindak pidana,
apapun alasannya. Dalam tahun-tahun terakhir ini beberapa negara dimana legalisasi
abortus provocatus masih bersifat terbatas, seakan-akan timbul suatu revolusi dalam
Hukum abortus diberbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai
berikut:
1. Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda dan Indonesia
(sebelum ada UU No. 23 Tahun 1992, tentang kesehatan).
2. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada,
Thailand, dan Swiss.
3. Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita (ibu),
seperti di Prancis dan Pakistan.
4. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial-medik, seperti di Islandia,
Inggris, Skandinavia, dan India.
5. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti Jepang, Polandia,
dan Serbia. (Menghindari penyakit keturunan, janin cacat)
6. Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan, seperti di Bulgaria dan
Hungaria.
Meskipun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak terdapat satupun
pasal yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik,
sekalipun untuk menyelamatkan jiwa si ibu, dalam prakteknya dokter yang
melakukannya tidak dihukum, bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan
tersebut diterima hakim. Abortus atas indikasi medik ini kini diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Terdapat beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 229
1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kejahatan dilakukan.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak-
pihak yang dapat mewujudkan adanya pengguguran kandungan adalah:
(1) Seseorang yang melakukan pengobatan atau menyuruh supaya berobat terhadap
wanita tersebut, sehingga dapat gugur kandungannya.
(2) Wanita itu sendiri yang melakukan upaya atau menyuruh orang lain, sehingga dapat
gugur kandungannya.
(3) Seseorang yang tanpa izin menyebabkan gugurnya kandungan seseorang.
(4) Seseorang yang dengan izin meyebabkan gugurnya kandungan seseorang wanita.
(5) Seseorang yang dimaksud dalam angka 1, 2, 3, dan 4 termasuk di dalamnya dokter,
bidan, juru obat, serta pihak lain yang berhubungan dengan medis.
Pasal 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan
kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwendilakukan
pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapatdikurangi.
Pandangan Pro-Choice
Pro-choice merupakan pandangan politik dan etik dimana seorang wanita
memiliki kuasa penuh atas kesuburan dan kehamilannya. Hal ini menyangkut hak
reproduksi yang didalamnya terdapat pendidikan seksual, akses terhadap aborsi,
kontrasepsi, dan perawatan kesuburan, serta perlindungan legal terhadap paksaan akan
aborsi. Individu dan organisasi yang mendukung posisi ini melakukan gerakan Pro-
choice.
Penganutpro-choice percaya bahwa wanita harus memiliki akses terhadap aborsi
yang aman dan legal, sama halnya terhadap paksaan aborsi. Beberapa orang menilai
aborsi merupakan pilihan terakhir dan fokus terhadap sejumlah situasi dimana aborsi
merupakan pilihan yang perlu untuk dilakukan. Diantara situasi ini adalah wanita yang
Motif Infanticide :
Anak yang tidak sah
Warisan
Orang tua yang terlalu miskin
Pada beberapa keluarga, bayi perempuan dianggap kurang berarti
Wanita tuna susila yang tidak menghendaki kelahiran anak
Dead born :
bila kematian telah terjadi di dalam rahim (IUFD)
Pemeriksaan :
1. Dada :
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5
tepi paru menumpul
beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat semakin padatnya vaskularisasi
paru
2. Paru
Pemeriksaan makroskopik paru :
Paru sudah mengisi rongga dada & menutupi sebagian kandung jantung
Berwarna merah muda tidak merata
Pleura yang tegang & menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi
udara
Konsistensi sperti spons, teraba derik udara
Pada pengisian paru dalam air keluarnya gelembung udara dan darah
Berat paru bertambah hingga dua kali (1/35 kali berat badan) karena
berfungsinya sirkulasi darah jantung paru
Uji apung paru positif
Pemeriksaan mikroskopik paru :
alveoli paru yang mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif
Viable
Bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan
umur kehamilan > 28 minggu
PB (kepala-tumit) > 35 cm
PB (kepala-tunggging) > 23 cm
BB > 1000 garam
lingkar kepala > 32 cm
tidak ada cacat bawaan yang fatal
BAB XV
DEFINISI
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24
jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus kasus forensik, sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul.
Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak
selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.
Menurut Cobb, mati mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakan
sebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya atau gejalanya hanya dalam waktu
yang singkat (menit atau jam), nontraumatis, tidak mengandung unsur
kesengajaan.Arjono (1989) dalam makalahnya “Risiko Managemen Sudden Death”
menulis dua alternatif definisi, yaitu:1
1) Sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non traumatis, non self
inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onset gejala.
2) Definisi yang lebih tegas adalah kematian yang terjadi dalam satu jam sejak
timbulnya gejala.
Moerdowo (1984) mengatakan bahwa mati mendadak adalah kematian yang tidak
disangka dalam waktu kurang dari satu jam (verysudden death) atau dalam waktu dua
puluh empat jam (sudden death). Sering mati mendadak terjadi dalam beberapa menit,
sehingga tidak ada yang menyaksikan atau tidak sempat mendapat pertolongan sama
sekali. Kejadian ini dapat terjadi di lapangan olah raga, kantor, pasar, atau di jalan.
CARA KEMATIAN
Pada umumnya kasus kematian mendadak bervariasi antara 50–80 tahun, dan yang
terbanyak adalah pihak laki-laki mengingat motivasi kerja dan bepergian. Berbagai
penyakit dapat menimbulkan kematian mendadak antara lain penyakit jantung,
hipertensi (cardio vascular), dan penyakit-penyakit metabolisme antara lain diabetes
melitus dan hyperlipidemi (kolesterol, triglycerid) dan metabolisme protein antara lain
asam urat dan urium. Maka pada usia tersebut di atas pada berbagai instansi dilakukan
check up terutama pada menjelang purna tugas.
Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter berhubungan
dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:5
1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan
yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?
KEMATIAN
MENDADAK
Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar
terdiri dari 3 golongan :2
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan
perlahan atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan
suatu gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital yang
tiba-tiba. Salah satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah kematian
mendadak akibat penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti
dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya
aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya
aneurisma pada sirkulus Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural.
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan
penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna
BAB XVI
IDENTIFIKASI FORENSIK
Peran Identifikasi :
1. Pada Orang Hidup
- semua kasus medikolegal
- penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri
- orang yang didakwa pelaku pembunuhan
- orang yang diakwa pelaku pemerkosaan
- identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya
- anak hilang
- orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya
- tuntutan hak milik
- untuk kepentingan asuransi
- tuntutan hak pensiun
2. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan;
- kasus peledakan
- kasus kebakaran
- kecelakaan kereta api atau pesawat terbang
- banjir
- kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum
Tulang panggul
Indeks tersebut diukur dari ischium dan pubis dari titik dimana
mereka bertemu pada acetabulum
Tengkorak Glabela bony Glabela datar
Margin supraorbita melingkar Margin supraorbita tajam
Luas perluasan processus Luas perluasan processus
mastoideus lebih besar mastoideus lebih kecil
PENENTUAN UMUR
1. Bayi baru lahir
Penentuan umur kehamilan, viabilitas, berat badan, panjang badan, pusat
penulangan (bermakna pada bagian distal os femoris), tinggi badan (jarak antara
kepala sampai ke tumit/crown-heel, jarak antara kepala ke tulang ekor/crown-
rup)
Px. Penunjang radiologis (sinar X) menilai timbulnya epiphyse dan fusinya
dengan diaphyses.
2. Anak-anak & dewasa < 30 thn
Persambungan spheno-occipital terjadi dalam umur 17-25 thn (pada wanita 17-
20 thn), unifikasi tulang selangka mulai umur 18-25 thn & menjadi lengkap usia
31 thn ke atas, corpus vertebrae sblm usia 30 thn menunjukkan alur-alur yang
berjalan radier pada bagian permukaan atas & bawah
3. Dewasa > 30 thn
Perkiraan dengan memeriksa tengkorak, yaitu sutura-suturanya.
Sutura sagittalis, coronaria, dan lamboidea mulai menutup pada usia 20-30 thn,
sutura parietomastoidea dan sutura squamosa menutup usia lima tahun
kemudian – 60 thn, sutura sphenoparietale menutup usia 70 thn.
Disaster Victim Investigation (DVI) adalah suatu prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal Police Organization) untuk mengidentifikasi
korban yang meninggal akibat bencana massal.
Kegiatan:
Membuat sektor-sektor/zona pada TKP dengan ukuran 5 x 5 m.
Memberi tanda setiap sektor.
Memberikan label pandang dan label oranye pada jenazah dan potongan
jenazah diikat pada tubuh/ibu jari kaki korban.
Memberikan label putih pada barang-barang pemilik tercecer.
Membuat sketsa dan foto tiap sektor
Evakuasi dan transportasi jenazah dan barang, dengan :
- Memasukkan jenazah dan potongan jenazah dalam karung plastik
dan diberi label sesuai nomor jenazah.
- Memasukkan barang-barang yang terlepas dari tubuh korban dan
diberi label sesuai nomor jenazah.
- Diangkut ketempat pemeriksaan dan penyimpanan jenazah dan
dibuat berita acara penyerahan kolektif.
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada tiga
langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk mengamankan, langkah
kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan dan langkah ketiga adalah
documentation atau pelabelan.
Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando DVI harus mengambil
langkah untuk mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak. Langkah – langkah
tersebut antara lain adalah :
Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI harus mengumpulkan
korban – korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait dengan korban yang
mungkin dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi korban.
Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor dan
label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian dievakuasi.
Data – data hasil pemeriksaan kemudian digolongkan ke dalam data primer dan data
sekunder sebagai berikut :
PRIMER : SIDIK JARI, PROFIL GIGI, DNA.
SECONDARY : VISUAL, FOTOGRAFI, PROPERTI JENAZAH, MEDIK-
ANTROPOLOGI (TINGGI BADAN, RAS, DLL).
Selain mengumpulkan data paska kematian, pada fase ini juga sekaligus dilakukan
tindakan untuk mencegah perubahan – perubahan paska kematian pada jenazah,
misalnya dengan meletakkan jenazah pada lingkungan dingin untuk memperlambat
pembusukan.
Fase I Fase II
TKP Post Mortem
Fase IV Fase V
pembanding evalusasi
Fase III
Ante mortem
2. RAS
Dikenal 3 macam ras didunia yaitu :
1. Ras Caucasoid.
Gigi Premolar 2 bawah (P2) : mesio-distal memanjang.
2. Ras Mongoloid.
Gigi incicivusnya berbentuk sekop.
3. Ras Negroid.
Gigi Premolar 2 bawah mempunyai 3 cups
3. JENIS KELAMIN
Penentuan jenis kelamin dari pemeriksaan gigi dapat dilakukan dengan memakai
metode “Fluoresensi chromosom Y”.
4. GOLONGAN DARAH
Penentuan gol. Darah dari pemeriksaan gigi yaitu dengan memakai metode
“Absorption Ellusion Test”. Pemeriksaan ini dapat dipakai pada sistem golongan
darah ABO.
6. CIRI-CIRI KHUSUS.
o Ciri-ciri tertentu yang diketahui mengenai korban, ada yang langsung dapat
dilihat, misalnya gigi depan yang dibungkus dengan logam kuning. Hal ini khas
dan mudahdilihat.
o Hal-hal lain yang penting untuk identifikasi seperti yang menyangkut antara lain :
- Occlusi
- Diastema
- Malposisi
- Torus Palatinus / Mandibularis
- Anomali gigi
- Serta hal-hal lain yang khas / mudah dikenal
Setiap orang yang dilahirkan ke dunia tentu memiliki keunikan, tak ada yang
sama antara satu dan yang lain. Setiap orang memiliki ciri atau atribut yang unik. Meski
terlahir kembar, mereka tetap memiliki perbedaan. Berdasar kenyataan itu, dibangunlah
suatu sistem yang menggunakan ciri atau sifat identik manusia, yakni sistem biometrika.
Jadi tubuh seseorang juga merupakan password bagi orang tersebut. Biometrik terdiri
dari metode unik untuk mengenali manusia berdasarkan satu atau lebih ciri-ciri fisik
atau perilaku intrinsik. Dalam ilmu komputer, pada khususnya, biometrics digunakan
sebagai bentuk manajemen identitas akses dan kontrol akses. Hal ini juga digunakan
untuk mengidentifikasi individu-individu dalam kelompok yang berada di bawah
pengawasan.
SIDIK JARI merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang
menyamainya. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka ada 6 miliar pola sidik jari
yang ada dan belum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan
lainnya.
Karena keunikannya tersebut, sidik jari digunakan delam berbagai sistem seperti
oleh kepolisian dalam penyidikan sebuah kasus kejahatan (forensik) pada saat terjadi
BAB XVIII
TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
VI.1. DEFINISI
Suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya peristiwa tindak pidana atau
kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian.
Tugas Penyidik:
1. melakukan pengamatan/observasi TKP
2. membuat sketsa/foto
3. penanganan korban
4. penanganan terhadap pelaku/kerugian lain
5. penanganan terhadap barang bukti
KUHP pasal 20 minta bantuan dokter, apakah kasus pidana atau tidak
Jika dokter tidak mau sanksi KUHP pasal 24
o distribusi darah
dari dada ke kaki
bentuk genangan (bunuh diri), morat marit (pembunuhan)
o sumber
dari arteri (pancaran lebih jauh dan warna lebih terang)
darah merah berbuih dari saluran respirasi
darah coklat hitam dari saluran cerna
Vertikal
60-120 cm Bercak bundar dengan tepi
terdapat tonjolan-
tonjolan seperti
jarum
Vertikal
Diatas 120 cm
Bercak bundar dengan
Miring
Bervariasi dengan Bentuk lonjong seperti
kecepatan jatuhnya tanda seru atau seperti
bowling
6. identifikasi lanjutan
ada sperma atau tidak
pengambilan darah : jika di dinding kering dikerok, jika pada pakaian
digunting
darah basah/segar masukan termos es kirim ke lab kriminologi
7. identifikasi lanjutan
rambut
sperma kering atau tidak secara visual sinar UV
air ludah, bekas gigitan bisa ditentukan golongan darah
8. membuat kesimpulan di TKP
mati wajar atau tidak
bunuh diri genangan darah, TKP tengang tidak morat-marit, ada luka
percobaan, luka mudah dicapai oleh korban, tidak ada luka tangkisan, pakaian
masih baik
pembunuhan TKP morat marit, luka multipel, ada luka yang mudah dicapai
ada yang tidak, luka di sembarang tempat, pakaian robek, ada luka tangkisan
karena perlawanan
kecelakaan
mati wajar karena penyakit
Dengan melihat keadaan TKP lakukan :
1. penentuan mati wajar atau tidak
2. menentukan saat kematian
3. menentukan cara kematian/menentukan diagnosis mati
Tugas dokter di TKP untuk membantu visum dan autopsi apakah sesuai dengan TKP
atau tidak.
Kesimpulan
Kesimpulan pada visum TKP harus berisi:
1. Perkiraan saat kematian
Ditentukan berdasarkan :
a. Lebam mayat (livor mortis)
b. Kaku mayat (rigor mortis)
c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
d. Pembusukan (decomposition)
e. Umur larva lalat yang ditemukan dalam jenazah.
BAB XIX
Hubungan Antara Dokter & Pasien Dalam Kaitannya Dengan Sengketa Medik
Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan
kesehatan, yaitu hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik dan hubungan karena
adanya peraturan-perundangan.
pada saat kesepakatan tercapai. Kesepakatan yang dicapai antara lain berupa
persetujuan tindakan medis atau malah penolakan pada sebuah rencana tindakan
medis. Bagaian yang sangat esensial dalam hubungan kontrak terapeutik adalah
komunikasi.
tanggung jawab profesi dan tanggung jawab etika dari seorang dokter. Seorang
dokter atau dokter gigi yang melakukan pelanggaran dapat saja dituntut dalam
pengadilan pidana dan pengadilan administratif. Selain itu dokter atau dokter gigi
juga dapat diperhadapkan pada Pengadilan Etik pada organisasi profesi (MKEK dan
MKEKG), dan Pengadilan Disiplin Profesi oleh (MKDKI). Informasi yang lengkap
dari pasien. Informasi ini diperlukan dokter untuk kepentingan asosiasi dalam
adanya kewajiban dokter adalah adanya hubungan kontraktual profesional antara tenaga
sumpah profesi,aturan etik profesi, berbagai standar pelayanan, dan berbagai prosedur
operasional.
orang harus memiliki suatu kompetensi tertentu di bidang medik dengan tingkat yang
tertentu pula, sesuai dengan kompetensi yang harus dicapainya selama menjalani
bukan pula tingkat tertinggi dalam kualifikasi tenaga medis yang sama, melainkan
hubungan atas dasar kepercayaan. Pasien percaya terhadap kemampuan dokter untuk
seringkali berbuah kekecewaan ketika harapan tidak terwujud, dan inilah jalan
tersebut tidak di sertai komunikasi yang efektif. Jadi sekali lagi komunikasi adalah kata
Secara hukum hubungan antara dokter dan pasien berlangsung sebagai hubungan
biomedis aktif-pasif. Hubungan ini adalah hubungan pelayanan kesehatan. (ahli lain
terhadap pasien sangat dominan. Yaitu dokter aktif menemukan sign and symphtom,
membuat asosiasi dan mengambil keputusan. Dalam paradigma lama, pasien selalu
Dari sisi pandang hukum pribadi, hubungan ini tampak berat sebelah, tidak
sempurna, dan potensial melahirkan masalah. Banyak pihak beranggapan bahwa disini
terasa ada unsur pemaksaan kehendak dokter pada pasien. Alasannya walaupun
didasarkan pada keahlian khusus, komunikasi yang buruk dari dokter tetap membuka
dan memberi celah munculnya ketidak puasan pasien. Oleh karena hubungan dokter
pasien/keluarga pasien dengan dokter atau rumah sakit, dokter cenderung menyalahkan
pasien atau dokter hampir selalu berada dalam posisi yang benar. Dalam berbagai teori
hal ini disebut sebagai hubungan paternalistik. Namun dalam 25 tahun terakhir, para ahli
hukum kesehatan merobah konsep ini dengan paradigma baru yang menggambarkan
Dalam konsep ini pasien memiliki hak untuk menerima atau menolak apa yang
dilakukan oleh dokter/ rumah sakit atas dirinya. Juga pasien berhak atas informasi yang
lengkap, luas dan benar tentang penyakit yang dideritanya,rencana – rencana dokter
yang akan dilakukan, resiko-resiko yang akan dihadapi bahkan juga perbandingan
Dokter dan pasien adalah dua subyek hukum yang terkait dalam Hukum
Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah hubungan yang
hubungan antara keduanya selalu diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar terjadi
Seorang dokter mungkin saja telah bersikap dan berkomunikasi dengan baik,
diagnostik dan terapi yang sesuai standar, namun kesemuanya tidak akan memiliki arti
yang dibutuhkan, baik yang diperoleh dari pasien, pemikiran dokter, pemeriksaan dan
tindakan dokter, komunikasi antar tenaga medis / kesehatan, informed consent, dan lain-
lain, serta informasi lain yang dapat menjadi bukti di kemudian hari yang disusun secara
berurutan kronologis.
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat pembuktian adanya kelalaian medis,
namun juga dapat digunakan untuk membuktikan bahwa seluruh proses penanganan dan
tindakan medis yang dilakukan dokter dan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
standar profesi dan standarprosedur operasional atau berarti bahwa kelalaian medis
Sengketa medic adalah sengketa yang terjadi antara pasien atau keluarga pasien
dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit /fasilitas kesehatan.
Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan kesehatan
kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan kesehatan saat
memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau upaya yang dilakukan
Verbintennis).
a. Proses Ligitasi
perkara pidana dan perkara perdata. Dari sudut pandang hukum, profesi tenaga
pidana, maupun hukum administrasi. Tanggung jawab dari segi hukum administratif,
tenaga kesehatan dapat dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila
melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya,
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang
Ketentuan ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Kesehatan
(1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan dan
(3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan tindakan administratif
Tanggung gugat dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
kerugian pada pasien, maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau
keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW atau
“ Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang
Unsur perbuatan melanggar hukum dalam Pasal 1365 BW tersebut, menurut para ahli
Dari segi hukum pidana, seorang tenaga kesehatan dapat dikenai ancaman Pasal
359 jo 361 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut
dikenakan kepada seseorang dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian yang
karena kealpaannya atau kelalaian atau kurang hati-hati menyebabkan orang lain
(pasien) cacat atau bahkan sampai meninggal dunia, diancam dengan pidana penjara
selama lima tahun dan pidana tersebut dapat ditambah sepertiga dan dapat dicabut
haknya untuk menjalankan profesinya tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya unsur
kelalaian atau kekurang hati-hatian dalam tindakan seseorang tersebut perlu dibuktikan
menurut prosedur hukum pidana. Unsur kealpaan/ kelalaian tersebut dibedakan menjadi
Mekanisme penyelesaian sengketa melalui ADR ini lebih mengedepankan tujuan dari
pihak dan hasil putusannya dapat diterima para pihak. Pasien selaku konsumen dapat
mengajukan gugatan ganti rugi dengan mekanisme ADR tersebut melalui Badan
yang menegaskan bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
mediasi.
mengadukan dokter atau dokter gigi yang diduga lalai malpraktik ke MKDKI (Majelis
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Bagian Kedua
Pengaduan
Pasal 66
(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara
tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
a. identitas pengadu;
b. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan
dilakukan; dan
c. alasan pengaduan.
Bagian Ketiga
Pemeriksaan
Pasal 67
Pasal 68
Bagian Keempat
Keputusan
Pasal 69
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dapat berupa dinyatakan tidak
bersalah atau pemberian sanksi disiplin.
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :
Bagian Kelima
Pasal 70
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia, tata cara penanganan kasus, tata cara pengaduan, dan
tata cara pemeriksaan serta pemberian keputusan diatur dengan Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia
Gambar 4. Pembusukan
(Decomposition)
Pembusukan dapat diawali dengan kulit
yang berubah menjadi hijau dan tampak
perut mengembung karena ada nya
penumpukan gas-gas yang dibentuk oleh
bakteri
Source: Color Atlas of Forensic
Pathology
Gambar 5. Pembusukan
(Decomposition)
Adanya peningkatan tekanan organ
dalam mengakibatkan keluarnya dara
dari lubang hidung dan mulut, sehingga
harus dibedakan dengan adanya
trauma.
Source: Color Atlas of Forensic
Pathology
Gambar 7. Mummifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan.
Pada mummifikasi
nd tidak terjadi pembusukan, mayatmengecil, 368
Roman’s kulit
Ed. 32 . Edited
padat hitam by : XXVkertas
seperti F perkamen, struktur anatomi
masih lengkap sampai bertahun-tahun
\
Gambar 8. Rembesan Darah
Adanya gambaran resapan darah yang
berasal dari fraktur tengkorak kepala
dibedakan dengan memar jika tidak bekas
luka disekitar mata
Source: Color Atlas of Forensic
Pathology
Gambar 9. Pendarahan
Adanya gambaran resapan darah
yangberasal dari pendarahan multipel
dari bawah kulit kepala
Source: Color Atlas of Forensic
Pathology