Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKEMIA

A. Anatomi Fisiologi Sel Darah Putih

a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan
dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga
11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per
tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6.000 sampai 10.000 (rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50.000 sel per tetes. Di dalam
tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja
secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan
berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing atau mikroorganisme penyusup. Selain
itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan
mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil dan fagosit termasuk makrofaga,
neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
Basofil.
Eosinofil.
Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
 Limfosit
 Monosit.

b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12.000 sel/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5.000 sel/mm3 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair,
dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit
1
agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap
spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor
(pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak
terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul
dalam berkembangnya proses peradangan (Effendi, 2003).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni
bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada
jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia
(Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4.000-11.000 sel/mm3,
waktu lahir 15.000-25.000 sel/mm3, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12.000 sel/mm3,
pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada
usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai (Effendi,
2003).
Fungsi sel Darah putih :
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai
sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini
mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan
dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat
mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan
menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan
lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah
protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi
"jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah.

2
demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah
besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang
sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya
B. Konsep Teoritis Penyakit
1. Pengertian Penyakit
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi patologis
sel hemopeotik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya (Arif Mansjoer, 2000: 495).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopietik. Proliferas i tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. Leukemia adalah neoplasma akut
atau kronis dari sel-sel pembentuk darahdalam sumsum tulang dan limfa nadi. Leukemia adalah
istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik
(Wong, 1995).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang
dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.
Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan
nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal
dan kulit.

3
2. Etiologi
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus
onkogenik) dan factor-faktor lain yang berperan antara lain :
1. Factor eksogen seperti sinar x, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri)
2. Factor endogen :
a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada klien dengan Sindrom Down).
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
3. Factor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang sering dijumpai kasus
leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telor)
4. Factor predisposisi :
a. Factor genetic : virus tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell
Leukemia-lymphoma virus / HTLV)
b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya, terpapar zat-
zat kimiawi seperti benzene, arsen, klorampenicol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik
c. Obat-obatan imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
d. Factor herediter missal pada kembar satu telur dan kelainan kromosom

3. Klasifikasi
1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi kesemua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun, kematian disebabkanoleh
infeksi dan pendarahan.
2. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namunlebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit inilebih ringan. CML jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala
lebihringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, Peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut

4
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi padaklien-klien, laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan, puncak insidenusia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang
terjadi. Manifestasi limfositimmatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit lain.

4. Tanda dan Gejala

5
 Leukemia Mieloblastik Akut
1. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
2. Anemia
3. Perdarahan, petekie
4. Nyeri tulang
5. Infeksi
6. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum
7. Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
8. Sakit kepala

 Leukemia Mieloblastik Kronik


1. Rasa lelah
2. Penurunan berat badan
3. Rasa penuh di perut
4. Kadang – kadang rasa sakit di perut
5. Mudah mengalami perdarahan
6. Diaforesis meningkat
7. Tidak tahan panas

 Leukemia Limfositik Akut


1. Malaise, demam, letargi, kejang
2. Keringat pada malam hari
3. Hepatosplenomegali
4. Nyeri tulang dan sendi
5. Anemia
6. Macam – macam infeksi
7. Penurunan berat badan
8. Muntah
9. Gangguan penglihatan
10. Nyeri kepala

 Leukemia Limfositik Kronik


1. Mudah terserang infeksi
2. Anemia
3. Lemah
4. Pegal – pegal
5. Trombositopenia
6. Respons antibodi tertekan
7. Sintesis immonuglobin tidak cukup

5. Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum
tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi

6
penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala,
muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan
(echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan (Smeltzer & Bare, 2002).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada klien dengan acut limphosityc
leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk
sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker
ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik :
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
(2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan
komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat
kecil

7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis AML
Terapi induksi dan terapi konsolidasi
a. Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia

7
b. Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau
mitoxantrone atau idarubicin, mercaptopurine(purinethol)
c. Supportive care (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis dan
diare.
d. Granulocyte growth factor.
Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel leukimia yang tidak
terdeteksi secara klinis) → Cytarabine Transplantasi sumsum tulang Donor
sumsum tulang menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan
kemoterapi dan radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik. Bisa terjadi resiko
penolakan dan infeksi.

2. Penatalaksanaan medis KML


Fase kronis Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainan kromosom.
Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangi SDP Leukopheresis :
memisahkan dan membuang leukosit. Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi
SDP secara cepat Fase transformasi Terapi induksi dan transplantasi sumsum
tulang.

3. Penatalaksaan medis ALL


a. Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
b. Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP
c. Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
d. Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
e. Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit

4. Penatalaksaan medis KLL


a. Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran)
b. Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
c. Imunoglobin IV untuk menangani efek samping obatseperti infeksi:
pneumocystis, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.

8. Prognosis leukmia

8
LLA res iko normal prognos is nya lebih baik dari res iko tinggi.
F aktor prognosis yang kurang baik antara lain : usia kurang dari 2 tahun, usia lebih
dari10 tahun, jumlah leukosit (sel darah putih) saat awal lebih dari 50x109/L, jumlaht
rombosit (keping darah) kurang dari 100x109/L, ada mas a
mediastinum, ras hitam, laki-laki, ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran hati
lebih dari 3 cm, t i p e l i m f o b l a s L 2 a t a u L 3 , d a n a d a n y a p e n y a k i t
susunan syaraf pusat s a a t diagnosisi. Viana dkk (1994) mendapatkan,
penderita dengan gizi buruk (menuruts tandar tinggi badan/ umur) resiko
kambuhnya lebih tinggi dibanding yang gizinya baik. Di Singapura
walaupun ada perbaikan, 30%-40% penderita mengalami kambuh, dan
kelompok ini prognosisinya baik. Perkembangan dan keberhasilan
pengobatan pencegahan untuk leukemia meningeal yang diikuti dengan
kemoterapi sistemik memperbaiki secara progresif angka kesembuhanLLA
pada klien. Angka kelangsungan hidup 5 tahun LLA sekitar 66-67%.
PadaLMA, jumlah lekosit yang tinggi (>100.000/µL), ras hitam, koagulasi
abnormal berprognosis jelek.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Penyakit Leukemia

Pengkajian
1. Identitas
Leukemia sering terdapat pada klien-klien usia di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya
berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada klien laki-laki daripada
klien perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama : Pada klien keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam,
lesu dan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan
kecenderungan terjadi perdarahan.
 Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita sering ditemukan riwayat keluarga
yang terpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr,
HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti
phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
 Riwayat kesehata keluarga : Terdapat riwayat penyakit yang sama dari anggota
keluarga. Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.

9
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis

c) TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,50C
RR : 18x/menit
d) Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat
ketombe/kotoran.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
e) Mata :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i) Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j) Dada/Thorak :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan
sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak
sama.
Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan
sekitar.
Palpasi : terdapat hepatomegali dan splenomegali.

10
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
Perkusi : Bunyi tympani.
l) Genetalia :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi,
bentuk simetris.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m) Extremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep
baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

4. Pengkajian fungsional gordon


a. Pola Persepsi – mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan berhubungan
dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan
kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahan-
bahan kimia dari orangtua.

b. Pola Latihan dan Aktivitas : Klien penderita leukimia sering ditemukan


mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi
atau tulang. Klien sering dalam keadaan umum lemah, rewel, dan
ketidakmampuan melaksnakan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi,
makan, toileting secara mandiri. Dari pemeriksaan fisik dedapatkan penurunan
tonus otot, kesadaran somnolence, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi),
adanya murmur, kulit pucat, membran mukosa pucat, penurunan fungsi saraf
kranial dengan atau disertai tanda-tanda perdarahan serebral.Klien mudah
mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan, dapat ditemukan
adanya dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas.
Penderita leukimia mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol
dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, , demam,
lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.

c. Pola Nutrisi : klien sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia,


muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan
menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi
abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar

11
akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus,
stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi
terhadap acute monolytic leukemia)

d. Pola Eliminasi : Klien kadang mengalami diare, penegangan pada perianal,


nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya
abses perianal, serta adanya hematuria.

e. Pola Tidur dan Istrahat : Klien memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih
banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami
kelelahan.

f. Pola Kognitif dan Persepsi : Klien penderita leukimia sering ditemukan


mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan “seizure
activity”, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih
yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.

g. Pola Mekanisme Koping dan Stress : Klien berada dalam kondisi yang lemah
dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan
adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga
ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.

h. Pola Seksual : Pada pasien klien-klien pola seksual belum dapat dikaji

i. Pola Hubungan Peran : klien biasanya merasa kehilangan kesempatan


bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.

j. Pola Keyakinan dan Nilai : Klien mengalami kelemahan umum dan


ketidakberdayaan melakukan ibadah.

Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahanan sekunder :
gangguan dalam kematangan sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit imatur,
imunosupresi, penekanan sumsum tulang.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan (muntah,
perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia), peningkatan
kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam).

12
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal (pembesaran nodul
limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel leukemik ), agen kimia
(pengobatan anti leukemik ).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan cadangan
energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik.
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.

Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Resiko infeksi  Immune status  Infection control
Definisi:Mengalami  Knowledge:infection Aktifitas:
peningkatan resiko terserang control - Bersihkan lingkungan
organism patogenik  Risk control setelah dipakai
 - Pertahankan teknik
Faktor-faktor resiko: Kriteria Hasil : isolasi
- Penyakit kronis Setelah dilakukan - Batasi pengunjung bila
- Pengetahuan yang tidak tindakan keperawatan perlu
cukup untuk menghindari selama 3x24 jam, - Instruksikan
pemajanan patogen diharapkan resiko infeksi pengunjung untuk
- Pertahanan tubuh primer tidak terjadi dengan kriteria mencuci tangan saat
yang tidak adekuat hasil: berkunjung dan setelah

13
- Ketidakadekuatan - Klien bebas dari tanda dan berkunjung
pertahanan sekunder gejala infeksi - Gunakan sabun
- Vaksinasi tidak adekuat - Mendiskripsikan proses antimikroba untuk cuci
- Pemajanan terhadap penularan penyakit, factor tangan
patogen lingkungan yang mempengaruhi - Tingkatkan intake
meningkat penularan serta nutrisi
- Prosedur invasive penatalaksanaannya - Berikan terapi
Malnutrisi - Menunjukkan kemampuan antibiotic bila perlu
untuk mencegah timbulnya Infection protection
infeksi Aktifitas:
- Jumlah leukosit dalam batas - Monitor tanda dan
normal gejala infeksi sistemik
- Menunjukkan perilaku dan lokal
hidup sehat - Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Pertahankan teknik
isolasi
- Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi lika/
insisi bedah
- Dorong masukan
nutrisi dan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
14
2 Ketidakseimbangan Nutrisi: Nafsu makan membaik Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan Indikator: Aktivitas:
tubuh  Keinginan untuk makan  Menanyakan
 Rasa senang terhadap
apakah pasien
makanan
Batasan Karakteristik mempunyai alergi
 Asupan makanan
 Konjunctiva dan  Asupan cairan terhadap makanan
 Rangsangan untuk makan  Memastikan pilihan
membrane mukosa
makanan pasien
pucat Status nutrisi
 Menetukan
 Tidak mampu
Indikator:
kolaborasi dengan
mengunyah makanan
 Asupan nutrisi
 Tonus otot buruk ahli diet yang tepat,
 Asupan makanan
 Lemah otot untuk
 Asupan cairan jumlah kalori dan
menelan dan  Tonus otot
tipe nutrisi yang
mengunyah
dibutuhkan
 Kurangnya minat
Status nutrisi yang  Anjurkan asupan
terhadap makanan
adekuat: asupan makanan kalori yang tepat
 Perubahan sensasi rasa
 Penurunan lemak dan cairan sesuai dengan tipe
subkutan, dan massa Indikator: tubuh dan gaya
otot  Asupan makanan secara hidup
 Keengganan untuk  Anjurkan
oral
makan  Asupan makanan lewat peningkatan asupan
 Melaporkan intake
pipa (NGT) protein, iron, dan
makanan yang kurang  Asupan cairan secara oral
vitamin C secara
 Asupan cairan secara IV
dari kebutuhan
 Asupan nutrisi secara tepat
kecukupan giyi harian  Monitor kandungan
parenteral
Faktor yang berhubungan : dan kalori dari
 Faktor biologis asupan nutrisi
 Ketidakmampuan  Pantau berat badan
mengabsorbsi makanan pasien
 Ketidakmampuan
Monitor Nutrisi
mencerna makanan
 Ketidakmampuan Aktifitas:
memasukkan makanan  Spesifikasikan
interval berat badan
pasien
 Monitor kehilangan

15
dan penambahan
berat badan
 Monitor lingkungan
tempat makan
 Monitor turgor kulit
secara tepat
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor albumin,
total protein,Hb,dan
Ht
 Monitor limfosit
dan elektrolit
 Monitor energy,
malaise,
kelelahan,dan
kelemahan
 Monitor
pucat,kemerahan
dan kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor asupan
nutrisi dan kalori

16
3 Intoleransi aktivitas b/d Energy conservation Energy Management
kelemahan umum  Self Care : ADLs Aktifitas:
- Observasi adanya
Definisi : Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
Ketidakcukupan energi Setelah dilakukan melakukan aktivitas
secara fisiologis maupun tindakan keperawatan - Dorong anal untuk
psikologis untuk selama 3x24 jam, mengungkapkan
meneruskan atau diharapkan klien dapat perasaan terhadap
menyelesaikan aktifitas beraktivitas dengan kriteria keterbatasan
yang diminta atau aktifitas hasil: - Kaji adanya factor yang
sehari hari. - Berpartisipasi dalam menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa disertai - Monitor nutrisi dan
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan darah, sumber energi
 Melaporkan secara nadi dan RR tangadekuat
verbal adanya - Mampu melakukan aktivitas - Monitor pasien akan
kelelahan atau sehari hari (ADLs) secara adanya kelelahan fisik
kelemahan. mandiri dan emosi secara
 Respon abnormal dari berlebihan
tekanan darah atau - Monitor respon
nadi terhadap aktifitas kardivaskuler terhadap
 Perubahan EKG yang aktivitas
menunjukkan aritmia - Monitor pola tidur dan
atau iskemia lamanya tidur/istirahat

 Adanya dyspneu atau pasien

ketidaknyamanan saat
beraktivitas Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan

Faktor-factor yang Tenaga Rehabilitasi

berhubungan : Medik

 Tirah Baring atau dalammerencanakan

imobilisasi progran terapi yang

 Kelemahan tepat

menyeluruh - Bantu klien untuk


mengidentifikasi
17
 Ketidakseimbangan aktivitas yang mampu
antara suplei oksigen dilakukan
dengan kebutuhan - Bantu untuk memilih
 Gaya hidup yang aktivitas konsisten
dipertahankan. yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
- Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
- Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
18
- Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Volume 2 Edisi 5. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
Kurnianda, Johan. 2007. Leukimia Mieloblastik Akut dalam buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI
Price, S A dan Wilson, L M. 2006.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses penyakit .
Jakarta : EGC, .

19
20

Anda mungkin juga menyukai