Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

LETAK SUNGSANG

Disusun oleh:
Luqman Yanuar R. C11.04.0034
Julian M. S. C11.02.187
Tita Rosita C11.04.0040
Rini Mulia Sari C11.04.0069
Dien Danayanti C11.04.0073

Preceptor :
Wiryawan Permadi, dr., SpOG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
RS DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2006
BAB I

PENDAHULUAN

Letak sungsang merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan yang

sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan (1). Angka

kejadiannya sekitar 3-4 % dari kehamilan(2). Scheer&Nubar melaporkan 16%

kejadian letak sungsang pada usia kehamilan 32 minggu, menurun hingga 7%

pada usia kehamilan 38 minggu dan 5% pada usia kehamilan 40 minggu(3). Letak

sungsang banyak terdapat pada kehamilan muda dan lebih banyak pada

primigravida.

Kematian anak pada letak sungsang kurang lebih 14%(1). Faber-Nijold

(1993), menyatakan bahwa tidak selalu ditemukan adanya disfungsi neurologis

yang ringan pada kelahiran letak sungsang(3).


BAB II

LETAK SUNGSANG

2.1 Definisi

Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong

sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong) (1).

2.2 Klasifikasi

Letak sungsang dibagi menjadi(1,2) :

1. Letak bokong murni (frank breech), yaitu hanya bokong saja yang jadi

bagian depan sedangkan kedua tungkai bawah lurus ke atas.

2. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu disamping bokong teraba kaki,

baik teraba kedua kaki atau satu kaki.

3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua

kaki terletak sebagai bagian yang terendah.

2.3 Etiologi

Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi

presentasi kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum

versi kepala terjadi(2).

Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang(1,2,4) :

 Oligohidramnion

 Hidramnion, karena anak mudah bergerak.

 Anomali uterus, seperti uterus bikornis


 Tumor-tumor dalam panggul

 Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa karena menghalangi turunnya

kepala ke dalam pintu atas panggul.

 Multiparitas

 Gemelli

 Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang

sesuai dengan pintu atas panggul.

 Letak sungsang pada kehamilan sebelumnya dikarenakan panggul sempit.

2.4 Diagnosis

2.4.1 Pemeriksaan Luar

Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan

melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi

perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan

teraba bagian yang kurang bundar dan lunak. Bunyi jantung terdengar pada

punggung anak setinggi pusat(1).

2.4.2 Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga

tonjolan tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan

os scrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus

spinosus ditengah-tengah tulang tersebut(1).

Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak.

Persentasi bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput
succedaneum besar, muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat

menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan

mulut di sangka anus. Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai

deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis medialis(1).

Bo s ka dep
(sakrum menjadi petunjuk)
Pada letak bokong kaki, teraba kaki di samping bokong
Perbedaan kaki dan tangan(1) :
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan
calcaneus, sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Röntgen
dan USG. Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih
sering digunakan pada saat ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui
presentasi, letak dan habitus dari bayi, adanya kehamilan multipel, lokasi dari
plasenta dan volume cairan amnion. (current)

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan antepartum
Apabila telah ditegakkan diagnosis sungsang, seorang ibu harus
diobservasi apakah terjadi versi spontan menjadi presentasi kepala. Apabila posisi
sungsang tetap bertahan diatas usia kehamilan 36 minggu maka perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan versi luar.(current)

2.5.2 Penatalaksanaan selama persalinan


Keputusan untuk menentukan cara kelahiran bayi, harus dibuat secara hati-
hati sesuai dengan kondisi individu.
Tabel 21-2 (current)
2.5.3. Seksio sesaria
Indikasi untuk seksio sesaria antara lain panggul sempit, janin besar (lebih
dari 3500 gr pada primi dan 4000 gr pada multigravida) atau tali pusat
menumbung.

2.5.4 Persalinan pervaginam


 Persalinan pervaginam spontan
Persalinan spontan pervaginam hanya dilakukan apabila taksiran
berat badan anak pada primipara kurang dari 3500 gr dan pada multipara
kurang dari 400 gram serta tidak ada penyulit lain. Bila syarat-syarat ini
tidak terpenuhi, maka langsung dilakukan seksio sesaria. Persalinan
pervaginam pada letak sungsang biasanya ditolong secara Bracht dan pada
primigravida selalu didahului dengan episiotomi.
Pada persalinan secara Bracht, setelah bokong anak lahir, bokong
diangkat keatas searah dengan punggung anak supaya badan anak searah
dengan paksi jalan lahir dan tidak dilakukan tarikan. Keuntungan
pertolongan secara Barcht adalah bahwa tangan samasekali tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga memperkcil kemungkinan terjadinya infeksi.
(patologi)

 Ekstraksi sungsang parsial


Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir
karena rintangan baru timbul pada kelahiran bahu. Jika pusat sudah lahir
dan tidak ada kemajuan, misalnya karena his lemah atau karena rintangan
bahu, kita tidak boleh menunggu terlalu lama, karena pada saat ini, kepala
mulai masuk ke dalam rongga panggul dan tali pusat akan tertekan
diantara dinding panggul dan kepala hingga anak harus dilahirkan dalam
kurun waktu +/- 8 menit setelah tali pusat lahir. Dalam hal ini, untuk
melahirkan anak kita pergunakan ekstraksi parsial atau manual aid .
Ekstraksi disebut parsial karena sebagian tubuh anak sudah lahir. Oleh
karena itu, untuk melahirkan lengan depan sedangkan bahu terhenti di
pintu bawah panggul, dilakukan cara Muller yaitu melhirkan lengan depan
terlebih dahulu, kemudian lengan belakang. Sedangkan apabila bahu
masih tinggi, lengan dilahirkan dengan cara klasik dengan melahirkan
tangan belakang terlebih dahulu. Sedangkan untuk melahirkan kepala
anak, tangan luar melakukan tarikan ke arah bawah dan tangan dalam
memutar dagu ke belakang sampai suboksiput terdapat di bawah simfisis.
Kemudian badan anak dibawa keatas kearah perut ibu, sehingga berturut-
turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi dan akhirnya belakang kepala pada
komisura posterior.(willian, patologis)
Jika kepala anak sulit dilahirkan, dianjurkan perasat de Lee yaitu
dipasang spekulum pada dinding vagina belakang yang ditekan ke bawah
supaya hidung dan mulut anak bebas dan dapat bernafas walaupun kepala
belum lahir.

 Ekstraksi sungsang totalis


Ekstraksi sungsang totalis dilakukan apabila didapatkan keadaan
gawat janin. Pada ekstraksi jenis ini, seluruh badan bayi dilahirkan secara
manual. Ekstraksi ini dilakukan dengan cara tangan penolong dimasukkan
lewat vagina untuk memegang kedua kaki bayi lalu ditarik dengan hati-
hati melalui vulva. Episiotomi harus dilakukan kecuali bila perineum
cukup elastis. Setelah kedua tungkai bayi terlihat, kemudian dilakukan
traksi untuk melahirkan badan anak. Lalu badan anak dibawa keatas
kearah perut ibu, sehingga berturut-turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi
dan akhirnya belakang kepala pada komisura posterior.(william patologis)

2.6 Komplikasi
 Anoksia
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan
persalinan letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi
bokong-kaki dan letak kaki. Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat
terjadi selama kontraksi uterus yang menyebabkan deselerasi yang sedang
sampai berat dari denyut jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan
anoksia atau kematian janin. (current)
 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalina letak sungsang
pervaginam, 13 kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka
perinatal yang pernah dilaporkan selama persalinan sungsang diantaranya
robeknya tentorium cerebelum, sefal hematom, brachialpalsy, fraktur
tulang panjang dan rupturnya otot sternocleidomastoideus. Persalinan
sungsang pervaginam juga penyebab utama perlukaan terhadap kelenjar
adrenal, hepar, anus, genital, tulang belakang dan sendi panggul bayi.
(current)

2.7 Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada
letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya,
prognosis bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk terutama jika anaknya
besar dan ibunya seorang primigravida. Kematian anak dengan letak sungsang
kurang lebih 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak
dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak letak
kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan, antara kepala dan rongga
panggul. Diduga, bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit setelah tali
pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala
dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena
bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi
fraktur dari humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis
lengan karena tekanan atau tarikan pada plexus brachialis pada waktu melahirkan
kepala dengan cara Mauriceau. (patologi)
2.8 Versi
Versi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengubah letak bokong
menjadi letak kepala atau sebaliknya.

2.8.1 Versi Luar


Merupakan suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang
dikerjakan dari luar melalui dinding abdomen. (gambar)
Indikasi dilakukannya versi luar : (protap)
1. Letak lintang pada kehamilan lebih dari 34 minggu
2. Letak sungsang pada kehamilan lebih dari 36 minggu
Syarat dilakukannya versi luar :
1. Pada letak sungsang, bagian terendah bayi masih dapat dimobilisasi
2. Bunyi jantung janin baik
3. Ketuban belum pecah
4. Pada persalinan, pembukaan serviks kurang dari 3 cm
Kontraindikasi dilakukannya versi luar : (current)
1. Kepala sudah masuk pintu atas panggul
2. Oligohidroamnion
3. Plasenta previa
4. Anomali uterus
5. Gestasi multipel
6. Ketuban pecah sebelum waktunya.
7. Riwayat operasi pada uterus sebelumnya (miomektomi atau
metroplasti).
8. Suspek malformasi kongenital atau abnormalitas (IUGR)
Komplikasi dilakukannya versi luar (current)
1. Solusio plasenta
2. Ruptura uteri
3. Emboli cairan amnion
4. Kelahiran preterm
5. Gawat janin
6. Lilitan tali pusat
7. Ketuban pecah

2.8.2 Versi Dalam


Versi dalam saat ini sudah jarang dilakukan mengingat tingginya
morbiditas dan mortalitas janin dan ibu sehubungan dengan prosedur yang
digunakan.
Prosedur dilakukannya versi dalam : (current)
1. Perbaiki kedaan umum ibu dengan pemasangan infus dan
pengadaan persediaan darah untuk kemungkinan dilakukannya
tranfusi.
2. Dilakukan anestesi untuk relaksasi uterus.
3. Pasian diletakkan dalam posisi dorsolitotomi. Kemudian salah satu
tangan dimasukkan ke dalam lubang serviks menyusuri badan janin
sampai menemukan kedua kaki yang kemudian menariknya keluar.
Setelah itu, dilakukan ekstraksi bokong yang diikuti dengan
kelahiran badan dan kepala bayi. (gambar)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai