Anda di halaman 1dari 12

Terapi Cairan pada Tahap Perioperatif

Abstrak Kesimpulan : Pada operasi elektif, Metode zero-


Latar Belakang : Hipovolemik periperatif dan balance menampilkan hasil penurunan
overload cairan memiliki pengaruh pada komplikasi postoperative dan mudah di
komplikasi yang mengikuti operasi dan aplikasikan pada pasien. Metode ini lebih murah
keselamatan pasien. Oleh karena itu, pengaturan dan sederhana dari pada metode :zero-balance
dari cairan intravena pada saat sebelum, sedang, GDT” dan lebih direkomendasikan pada review
dan setelah operasi pada waktu yang tepat dan ini. Pada pasien setelah operasi, 1-2 liter
jumlah yang tepat merupakan hal yang sangat kristaloid menurunkan kejadian mual dan muntah
penting. Tujuan dari artikel ini adalah untuk serta perbaikan yang lebih pada saat post operatif.
menganalisa berbagai literatur yang berhubungan Kata Kunci : terapi cairan,
dengan terapi cairan perioperative pada operasi
abdomen dan untuk meningkatkan rekomendasi
yang terpercaya pada praktis klinis.
Pendahuluan
Terapi cairan intravena adalah terapi
Hasil : terintegrasi dan merupakan bagian dari live
Pengaturan asupan oral preoperatif dan intravena saving pada saat pembedahan. Hipovolemi akan
dari karbohidrat yang mengandung cairan telah menyebabkan insufisiensi sirkulasi dengan
terbukti memberikan dampak yang baik pada penurunan oksigen pada organ dan jaringan
keadaan post operatif, baik pada pemulihan perifer yang dapat menyebabkan disfungsi organ
kekuatan otot serta menurunkan resistensi serta syok. Kelebihan cairan, di sisi lain, akan
insulin. Oleh karena itu, asupan cairan (yang menyebabkan udem instersisial dan inflamasi
mengandung carbohidrat) dianjurkan 2 jam local serta menghambat regenerasi kolagen yang
menuju operasi agar tidak terjadi dehidrasi. menyebabkan lambatnya penyembuhan jaringan
Cairan yang berlebihan dapat menambah berat dan meningkatkan resiko infeksi luka post
inflamasi jaringan dan udem, sehingga operatif. Terlebih lagi, hal ini dapat menyebabkan
memperlambat penyembuhan jaringan. gangguan fungsi kardipulmonal. Sehingga,
sangat penting untuk mengatur terapi cairan
Pada operasi abdomen strategi cairan
sesuai pasien, jika dibutuhkan, dan sesuai dengan
intraoperative yang digunakan adalah terapi
kebutuhan.
“zero balance” untuk menghindari overload
cairan sama halnya dengan Goal-directed fluid Tujuan dari terapi cairan peripoperatif adalah
therapy (GDT). Kedua terapa\i cairan ini secara untuk mengatur atau memperbaiki sirkulasi
signifikan menurunkan komplikasi postoperative dengan cairan yang adekuat dan elektrolit yang
dibandingkan dengan terapi cairan standar. seimbang, sehingga mengembalikan kondisi
Perbandingan metode “ zero- balance” dan GDT awal yang baik agar menghasilkan outcome yang
memberikan hasil yang sama, selama kelebihan diinginkan. Tujuan dari terapi cairan periperatif
cairan dihindari bahkan pada GDT sekalipun. disimpulkan sebagai berikut :
Sangat memungkinkan pada pasien resiko tinggi,  Mempertahankan dan menkoreksi
seperti pasien dengan operasi akut, bias keseimbangan cairan ( dehidrasi,
memberikan keuntungan jika montoring cairan hipovolemi).
dilakukan dengan Teknik GDT. Data pada grup  Mempertahankan dan menkoreksi
ini belum memiliki hasil, karena penelitiannya Komposisi plasma ( elektrolit)
sedang ebrlangsung.
 Mengamankan keseimbangn sirkulasi ( Pemberian karbohidrat secara oral
mombinasi dengan vasoaktif dan factor ataupun intravena memberikan peningkatan
kardioaktif) perbaikan post operativ dan pemulihankekuatan
 Mengamankan keseimbangan antaran otot dan memperkecil resistensi insulin, dan
oksigen ke organ- organ. secara langsung berhubungan dengan panjangnya
rawatan. Karena alasan tersebut,hal ini dilakukan
dalam praktik sehari- hari. Walaupun tanpa efek
Pada praktik sehari-hari, terapi cairan pada komplikasi post operatif atau pun kematian
didasarkan pada kebutuhan fisiologi dasar dan yang terjadi.
ukuran kardiovaskular sederhana sekaligus
monitor fungsi renal melalui urin output. Jacob et al. mengatakan bahwa puasa
Parameter seperti MAP, HR, dan diuresis yang Panjang tidak berpengaruh pada fungsi
dipengaruhi oleh berbagai factor yang tidak kardiovaskular namun menyebabkan hipovolemi
berpengaruh terhadap status sirkulasi, seperti pada pasien yang sehat. Dengan demikian,
nyeri, suhu tubuh ,fisiologi dan stress psikologi , pengurangan waktu puasa tidak diberikan pada
analgesic dan obat anestesi. Parameter parameter pasien yang telah minum 2 jam sebelum operasi.
tersebut kurang tepat dalam menilai status Output cairan dihitung dari cairan yang keluar
sirkulasi . Volume darah harus kurang dari 20% melalui diuresis dan insensible water loss sebagai
sebelum akhirnya terdeteksi, dan kelebihan output cairan utama. Dan apabila perlu harus
cairan tidak mengganti status tekanan darah dan diganti dengan cairan yang mengandung glukosa.
nadi pada semua pasien terutama pasien dengan
Mekanisme persiapan saluran cerna
gagal jantung. Oleh karena itu, meggunakan
menjelang operasi telah disepakati mengurangi
parameter tersebut , kelebihan cairan tidak
kompliaksi dan infeksi pasca operasi. Meskipun
terlihat pada pemberian cairan terapi pada pasien
begitu, keuntungan dari prsedur tersebut belum
bedah, dan efek merugikannya hanya terlihat
ditinjau lagi secara litertur. Sebagai tambahan,
jelas pada penelitian klinis untuk menghindari
persiapan saluran cerna diketahui dapat
overload cairan.
mempengaruhi sistem kardiovaskular akibat
Karena itu, penggunakan penggukuran hipovolemik yang dapat terjadi.
kardiovaskular sentral seperti stroke volume atau
KEHILANGAN CAIRAN DAN PENGGANTIANNYA
parameter fungsional( analisis gelombang arteri,
PADA PERIOPERATIF
variasi stroke volume), direkomendasikan untuk
memonitor status sirkulasi untuk mengamankan Kehilangan cairan dan elektrolit harus
sirkulasi yang mencukupi dan menghindari digantikan untuk mencapai homeostasis. Namun
regimen penggantian cairan berbeda dari
overload cairan tanpa harus menggunakan
metode “zero-balance” atau terapi berbagai penelitian, dan belum adanya kategori
cairan“restricted” yang jelas tentang cairana apa yang harus
diberikan. Pada penelitian terbaru, ditemukan
Restricted Fluid therapy , dimana bertujuan
Review untuk zero- Balance sesuai berat tubuh,untuk
Terapi cairan preoperatif menghindari overload cairan. Sehingga istilah
Puasa sebelum operasi dilakukan untuk zero-balance digunakan pada banyak artikel.
menghindari aspirasi isi lambung ke paru. Puasa Untuk mengetahui terapi cairan yang adekuat,
6 jam dari makanan padat dan 2 jam dari cairan pengetahuan tengan fisiologi cairan harus sangat
secara umum direkomendasikan, dan pasien dipahami
harus diminta untuk mengurangi masa puasa,
Penguapan dan diuresis
untuk menghindari dehidrasi.
Banyak penelitian tentang insisble water
loss dalam berbagai variabel. Pada 1977, Lamke
et al. Menggunakan chamber khusus untuk minum, dan hanya diberikan 2 L NaCl
mengukur komposisi cairan pada lapisan lapisan 0,9%dalam sehari. Diperkirakan 750mL cairan
kulit di empat loaksi berbeda pada tubuh. Mereka akan hilang melalui sensible perspirant ,
menemukan bahwa insesble water loss rata- rata meninggalkan 1250 mL untuk meng ekskresikan
0,3 mL/kgBB/jam. Reithner et al. Juga 300mmol natrium. Usia dan penyakit
menemukan hal yang sama pada pasien operasi menurunkan kemampuan ginjal dalam diuresis,
abdomen dengan rata- rata 0,2mL/kgBB/jam. dan jumlah besar Natrium akan memberikan
Sehingga disimpulkan rata- rata 0.5 dampak yang burukk bagi ginjal.
mL/kgBB/jam. Pada keadaan demam, insesble
water loss meningkat hingga 110cc/hari dengan INTRA OPERATIV FLUID LOSS
suhu diatas 390C. Berbeda dengan pasien post Lamke et al. Menghitung evporasi paa
operasi menggunakan ventilator berudara lembab luka operasi. Merka menggunakan chamber
yang hanya 0,3mL/kgBB/jam. untuk menutup luka dan visera bagian luar dan
menemukan bhawa evaporasi berhubungan
Sesnsinle prespiration adalah keringat dengan besarnya luka dari 2,1 gram/jam hingga
dengan komposisi garam dan air. Volumenya 32 g/jam untuk luka operasi besar. Penguran
bervariasi tergantung suhu lingka]ungan dan evaporasi sekita 87% ditemukan pada pnelitian
stress fisiologis. Lamke et al. Memperkirakan dengan kelinci , dengan menggunakan plastik
keringat yang terlihat pada pasien dengan untuk membungkus visera dan mengirigasi
temperatur per rectal dibawah 39oC sekitar abdomen dengan kristaloid hangat setelah
600mL/hari. Namun, demam dan berkeringan membuka lapisan visera dari rongga abdomen.
hanya tejadi sekitar 6 hari dalam 1 bulan. Pada
kenytaan klinis, sensible perspirant tidak terlalu Kehilangan cairan melalui evaporasi
berpengaruh, namun bisa sangat penting pada pada saat operasi sangat kecil, ditambah lagi
pasien sepsis. dengan udara kering yang masuk ke dalam
abdomen, hingga akhinnya evaporasi tersebut
Diuresis dipengaruhi berbagai faktor tidak diketahui.
seperi tekanan darah , intake cairan, respon stress,
( dan perubahan hormonanl), trauma operasi, dan Ruang ketiga
anestesi. Oleh karena itu, diuresis lebih Telah didiskusikan bahwa trauma
menggambarkan banyak keadaaan lebih dari surgikal menyebabkan perpindahan volume
sebatas masalah di kemampuan ginjal untuk cairan antara kompartemen tubuh, menyebabkan
meng ekskresikan cairan. Status urinasi bukan kehilangan cairan ekstraselular ke kompartemen
hanya menjadi penanda untuk masalah cairan lain yang disebut “Ruang ke tiga”.
intravaskular dan tidak memperlihatkan Hal ini menyebabkan harus diberikan
keadekuatan terapi cairan perioperatif. sampai dengan 15mL/kgBB/jam cairan pada jam
Diuresis pada berbagaia postur f isik pertama pos operasi kemudian baru sesuai
pasien berbeda, namun diambil rata-rata 0,5-1 dengan rumus yang sudah ada.
mL/kgBB/jam. Pada beberapa penelitian, Meskipun begitu, pada berbagai literatur,
kecepatan diuresis0,5 mL/kgBB/jam ditambah hipotesis ini hanya didasarkan pada satu keadaan
dengan terpai cairan yangbaik dapat mengurangi yang spesisfik namun dengan metode
morbiditas post operatif. penghitungan cairan ekstraseluler yang kurang
Ketikasi manusia sehat mengalami tepat. Konsep “ruang ketiga” akhirnya
kehausan, ginjal akan mengkonsentrasikan urin ditinggalkan.
menjadi 1200mOsm/L dan natrium sekitar Trauma surgikal, dapat menyebabkan
300mmol/L. Manifestasi klinis pada kasus ini edema pada jaringan yang trauma seperti yang
pasien dengan berat badan 75 kg, tidak bisa
dijelakan Chan et al. Pada 1983. Mereka masih dengan Na 140 mmol. Meskipun
mengemukakan bahwa anastomemosis usus yang oemberian klorida yang banyak dapat
dilakukan pada kelinci menyebabkan menyebabkan hiperkloremia asidosis, hububgan
peningkatan berat jaringan 5-10%, akibat Na pada pembentukan edema masih belum
akumulasi cairan , pemberian kristaloid diketahui.
5mL/kgBB/jam dapat menyebabkan peningkatan
Penggunaan kooid untuk mengatur
edema dan ketidakstabilan anastomose.
stroke volume memperlihatkan penurunan
Pada kenyatan klinis, manipulasi kejadian komplikasi post operativ. Namun,
hipotetik pada kolon menghasilkan akumulasi beberapa penelitiab menunjukkan penggunaan
150-300 mL caira edema. Setelah mengganti HES di ICU dapat memberikan efek coagulopati
cairan ini, edema tambahan muncul mengganggu dan efek pada gibjal dan menjadi perhatian dalam
penyembuhan anastomosis dan meningkatkan pemberian koloid. Pada waktu bersamaan ,
resiko perembesan cairan. . Lebih dari itu, olume tinjauan sistemik terbaru menemukan tidak
300 masih sangats edikit dan tidak perlu adanya hubungan antara penggunakaan koloid
penggantian cairan. dengan Acute Kideney Injury pada pasien bedah.
Untuk itu, penggunaan koloid pada perioperatif
Noblett et al. Meneliti 108 secara acak
aman.
yang menjalani operasi reseksi kolorektal dan
memberikan terapi cairan standar dan GDT terapi Edema intresisial yang mengikuti cairan
secara jelas mengurangi level interleukin6. Ini intravena terbentuk dan terbentuk akibat adanya
mengindikasikan bahwa oengamanan sirkulasi proses osmotik dan menyebabkan difusi dari
splanic oleh GDT akan terbentuk penurunan komponen osmoaktif , paling besar adalah Na
respon infalamasi pada surgical teauma. Sebagai diikuti oleh Cl. Ini artinya bahwa edema bukan
tamvahan, oada studi oleh Kulemann et al. disebabkan oleh kelebihan dari cairan, tapi
Kristaloid yabg besar pada intraoperatif memicu kelebihan garam yang perlu diteraoi segera. Perlu
proses inflamasi dan collagenolisis pada tikus diingat bahwa pengeluaran dari garam lebih
uji. Penelitian ini membumtikan bahwa terapi lambat dari pengeluaran cairan.
cairan yang berlebihan pada inta operatif
Oksigenasi dari organ organ penting untuk
menikatkan resiko inflamasi dan memperlambat
mempertahankan fungsi jaringan dan
penyembuhan jaringan. Menyeimbangkan antara
menghindari pengaruh negatif dari penyembuhan
cainran intravaskular dan ekstravaskular cukup
jaringan dan komplikasi lebih lanjut. oksigenasi
sulit. Lobo et al. Menginfukan 1 L salin dan
dan sirkulasi yang baik sangat behubungan, ,
mendemonstrasikan bahwa 68% beroindah dari
dimana pemngaturan cairan menyebabkan
intravaskuler ke ekstravaskuler 1 jam setelah
hemodilusi dan meningkatkan edem intersisial ,
diinfuskan, dibandungkan dengan koloid yang
yang kemudian mengurangi oksigen supply.
hanya 16%. Dan juga,pasien degab hipovolemik
Banyak metode yang telah dilakukan untuk
moderet yang menerima infus 1L RL tidak
meningkatkan oksigenasi jarinagn, tapi teknik
meningjatkab voume intravaskuer divabdingkan
invasive hanya dilakukan terbatas. Namun, ada
dengan indus 1L HES 6n , yang meningkatkan
catatan penting darinpenelitian Jahanji et al.
perfusi darah dan cardiac output. Ini menjelaskan
Peningkatan signifikan dari mikrosirkulasi dan
bahwa kristaloid meninggalkan ibtravaskuler
oksigenasi jaringan didapatkan pada pasien yang
dengan cepat dan mencetuska edema instersisial.
menerima terapi cairan yang menigkatkan stroke
RL atau RA dibuat terdiri dari pllasma volume pada post operative yang dikombinasikan
amphibi, rapi komposisinya lebih mirip plasma dengan Dopexamin. Namun secara keseluruhan
manusia dibandingkan Salin. Cairan ini tidak ada komplikasi yang berbeda, penurunan
mengandung Cl yg lebih sedikit dari salin daan
dari panjang masa rawatan ataupun penanda lain. Hasil dari penelitian random metode gdt
inflamasi yang terlihat. terlihat pada tabel 1.
Liberal, Restricted, and Goal Durected Approach. Faktor utama pada percobaan ini untuk
Keyakinan akan adanya ruang ketiga dan menguji terapi cairan adalah sulitnya dalam
ketakutan pada hipovolem menyebabkan mengotrol cairan akibat edema dan juga diuresis.
pemberian cairan perioperatif yang berlebihan. Sebagai tambahan, pada penelitian dengan
Namun, penelitian pbservasi menunjukkan sampel pasien operasi, bnyak faktor yang
bahwa kenaikan berat badan post operatif mempengaruhi. Jumlah sampel yang d=sedikit
memiliki efek perusak dan menimbulkan pada GDT dapat emnyebabkan kerancuan.
hipotesis yang disebut dengan terapi cairan Ditambaha lagi , hasil penelitian di dominasi oleh
restriksi, yang berarti menghindari kelebihan LOS yang merupakan parameter yang lemah
cairan. dalam menetukan kondisi pasien.

Pada penelitian dari 141 pasien yang Lopes et al. Menelii 33 sampel random
melewati operasi kolorectal, Brandstup et al. yang memlalui operasi resiko tinggi dengan
Mengemukakan keuntungan pembatasan cairan membandingkan metode GDT dan standar,
dengan terapi cairan standar , secara dengan hasil metode GDT dapat mengulangi
keseluruahan kelebihan cairan baik pada operasi LOS, lebih sedikit pasien dnegan komplikasi.
mayor ataupun minor menyebabkan Dan memperpendek masa penggunaan ventilator
penyembuhan luka yang lama dan menimbulkan
Namun, tidak semua percobaan
gangguan kardiopulmonal. Terapi cairan terbatas
menunjukan keuntungan. Pada 179 penelitian
ini bertujuan untuk mencapai zero-balance,
terhadap pasien operasi kolorektal terbagi atas
dimana tidak ada 1kg berat badan yang naik.
aerobically fit atau unfit ,Challand et al.
Sama dengan penelitian Nisanevich et al. Pada
Mendemonstrasikan keluaran yang tidak baik
125 sampel random yang mengikuti operasi intra
dengan LOS yang memanjang, terdapat
abdominal dengam membandingkat metode
peningkatan angka kebutuhan ICU pada pasien
restriksi dan standar (liberal) , menemukan
dengan GDT dibandingkan dengan terapi biasa (
adanya penurunan dari komplikasi ,panjang
5309 mL vs. 4010 mL). Pada percobaan terbaru
rawatan, mempercepat motiltas usus pada
dari bebeapa center , pada 734 pasien beresiko
obstruksi. Banyak persobaan yang sudah
pada beberapa center yang melakukan operasi
menberikan hasil yang sama pada zero-balance
mayor gastrointestinal , Pearse et al. Mengacak
metode.
pasien ke algoritma GDT menggunakan cairan
Namun, ketakutan dari hipovolemia dan intra vena dan dopamin vs. Terapi cairan biasa (
kesulitan dalam mengontrol zero-balance pada 4190 mL vs. 4024 mL). Mereka memperlihatkan
pasienyang tidak stabil menimbuklan pertanyaan tidak ada penigkatan yang signifikan pada 30-hari
pada status hemodinamiknya. Target status mortalitas ataupun komlikasi. Namun, data
hemodinamik yang berbeda sesuai terapi terbaru dari metaanalisis terhadap percobaan
cairandapat dilihat melalui analisis gelombang random GDT pada operasi abdomen
arteri, tekanan vena sentral, atau laktat. Pada menunjukkan penuruanan perkembangan
penelitian ini, GDT merujuk pada parameter komplikasi pada pasien dengan terapi GDT.
seperti stroke volume atau analisis vasiasi Tabel 1.
tekanan nadi, sebagai tujuan dari stabilisasi
cairan. Pendekatan metode GDT pada berbagai
oenelitian memperlihatkan hasil penigkatan
kemajuan dan menurunkan LOS dan komplikasi
Tabel 1 Ujian “ diarahkan pada tujuan terapi cairan ”( GDT) dalam bedah perut dibandingkan “ terapi standa n

Penulis Operasi Jumlah Membutakan / monitor / hasil utama Intervensi Pra operasi volume Intraoperatif volume cairan, Pascaoperasi volume Pengaruh GDT

pasien / waktu cairan, mL (kontrol vs mL (kontrol vs GDT) cairan, mL (kontrol vs

ASA GDT) GDT)

Conway et operasi 57 / ASA I-III No membutakan / ODM cardiac output Mengoptimalkan SV Tidak diberikan Coll: 19 mL / kg vs.28 mL / Tidak diberikan ↑ SV dan CO → LOS →

al. [ 56 ] usus (CardioQ®) / (<10%) dan CFT (<350 kg Total: 55 mL / kg vs 64 komplikasi ↓ Kritis

elektif intraoperatif ms) dengan HES 6% mL / kg admissionMortality perawatan:

1 (kontrol) vs 0 (GDT)

Gan et al. [ 55 urologis utama 100 / ASA IIII Tidak ada membutakan / LOS Mengoptimalkan CFT Tidak diberikan Coll: 282 vs 847 Cryst: 4375 Tidak diberikan ↓ LOS →

] elektif atau ODM (CardioQ®) / (<350 ms) dan SV vs 4405 Jumlah Sebuah: 4775 vs komplikasi ↓

ginekologi intraoperatif (<10%) dengan HES 6% 5420 PONVMortality tidak

dilaporkan.

Wakeling et reseksi 128 / ASA II Observer dibutakan / LOS Mengoptimalkan SV 1000 - 2000 Coll: 1500 vs 2000 Cryst: Tidak diberikan asupan ↓ LOS ↓ komplikasi ↓

al. [ 42 ] kolorektal (Media) ODM (CardioQ®) / (<10%) dengan Hartmann ' s solusi 3000 vs 3000 Jumlah: tidak oral Awal GI complicationsMortality:

0,2005 elektif intraoperatif Haemaccel® atau dari tengah malam diberikan D30: non; D60: 1 (kontrol) vs 0

Gelofusine® (GDT)

Noblett et reseksi 108 / ASA II Observer dibutakan / LOS Mengoptimalkan SV Tidak diberikan Coll: 1209 vs 1340 Cryst: Tidak diberikan asupan ↓ LOS ↓ komplikasi ↓

al. [ 16 ] kolorektal (median) ODM (CardioQ®) / (<10%) dan CFT (<350 2625 vs 2298 Jumlah: tidak oral Awal masuk perawatan kritis ↓

elektif intraoperatif ms) dengan Volplex® diberikan Interleukin 6

responseMortality: 1

(kontrol) vs 0 (GDT)

Lopes et al. Elektif GI 33 / ASA II-IV No membutakan / IBPplus® / LOS Mengoptimalkan PPV ( ≤ 10%)Tidak diberikan Coll: 0 vs 2247 Cryst: 1563 vs Tidak diberikan Pasien ↓ LOS ↓ komplikasi ↓

[ 52 ] campuran dan intraoperatif dengan HES 6% 2176 Jumlah Sebuah: 1694 vs dipindahkan ke ICU ventilasi mekanik ↓

urologi 4618 ICU stayMortality: 5


(kontrol) vs 2 (GDT)

Buettner et umum elektif, 80 / ASA I-III Tidak buta. ScvO 2 dan laktat Mengoptimalkan SPV Tidak diberikan Coll: 1000 vs 1500 Cryst: Tidak diberikan → ScvO 2 atau laktat →

al. [ 57 ] urologi, atau PiCCOplus® / serum (<10%) dengan HES 4250 vs 4500 Jumlah: tidak komplikasi →

ginekologi intraoperatif 6%, 130 / diberikan ventilasi mekanik → ICU

0,4 (Voluven®) stayMortality: 1 (kontrol) vs 0

dan vasopressor (GDT)

Lupakan et al. operasi GI 82 / ASA II-III Observer buta / tingkat laktat Mengoptimalkan PVI (> Tidak diberikan Coll: 1003 vs 890 Cryst: 1815 48 h postop. Coll: 358 vs ↓ tingkat laktat →

[ 58 ] campuran Masimo Set® / darah Whole 13%) dengan HES 6%, vs 1363 Jumlah Sebuah: 2918 vs 268 Cryst: 3516 vs 3107 komplikasi → functionMortality

elektif intraoperatif 130 / 0.4 (Voluven®) dan 2394 ginjal: 0 (kontrol) vs 2 (GDT)

vasopressor

Mayer et al. operasi GI 60 / ASA III Observer dibutakan / LOS Mengoptimalkan CI ( ≥ 2,5 L Tidak diberikan Coll: 817 vs 1188 Cryst: 3153 Tidak diberikan ↓ LOS ↓

[ 41 ] campuran FloTrac®, Vigileo / / menit / m 2) vs 2489 Jumlah Sebuah: 4494 vs komplikasi →

elektif intraoperatif dengan kristaloid, 4528 ventilasi mekanik → ICU

koloid, inotropik dan stayMortality: 2 (kontrol) vs 2

vasopressor (GDT)

Benes et al. Elektif GI 120 / ASA IIIV Observer dibutakan / Komplikasi Mengoptimalkan SVV Tidak diberikan Coll: 1000 vs 1425 Cryst: 8 h postop: Coll: 0 vs 0 ↓ komplikasi → ICU tinggal → LOS

[ 54 ] campuran dan FloTrac®, Vigileo / (<10%) dengan HES 2459 vs 2321 Jumlah Sebuah: 3729 Cryst: 1528 vs 1587 ↓ levelsMortality Laktat: 2

bedah vaskuler intraoperatif 6%, 130 / 0.4 vs 3746 (kontrol) vs 1 (GDT)

(Voluven®) dan

inotropik
Penting untuk diketahui bahwa pembagia dengan jenis anastesi dan terapi antibiotik.
metodologi , perbedaan kategori pasien, dan .Menariknya, penelitian terbaru membandingkan
penggunaan kristaloid pada psien pada GDT dan terapo zero-balance dengan GDT tidak
grup pembanding diantara penelitian -penelitian memberikan hasil yang berbeda pada keluaran
tersebut dan hasil hal ini dapat menajdi paien. (Tabel 2)
penjelasan tentang keberagaman hasil penelitian.
Brandstrup et al. Memilih 151 pasien
Keseluruhan hasil yang menguntungkan pada
secara acak untuk mendapatkan zero balance GDt
GDT berhubungan dengan stratifikasi resiko
kemudian dibandingkan dengan terpai zero
pasien, lebih menguntungkan pada pasien dengan
balance saja (1876 mL vs. 1491 mL) dan
mortalitas yang tinggi dan memiliki komorbid.
menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam
Pendekatan metode GDT biasanya mortalitas dan komlikasi post operatif. Meskipun
diaplikasikan sebagai tambahan pada terapi terdapat oeningkatan SV pada pasien GST.
standar cairan. Menyeimbangkan kemampuan
Namun demikian, Srinivasa et al.
gDT terhadap batas kebutuhan cairan
Memilih 85 pasien dengan kolostomi dengan
membolehkan penggunaan kristaloid
GDT vc zero balance terapi (1994 vs 1614 mL)
intravenabersamaan dengan optimalisasi GDT.
dan menemukan superior cardiac index pada
Infus kristaloid sepertinya memiliki efek yang
pasein GDT, tetapi tidak terdapat perbedaan
tidak signifikan terhadap perhitungan GDT
dalam penymbuhan pasca operasi, LOS, dan
.Hasil ini sesuai dengan penemuan Lobo et al.
komlikasi pasien. Bersamaan dengan hal
Dan McIlroy dan Kharasch, yang menunjukkan
tersebut, Phan et al. Menemukan perbaikan
penurunan efek lristaloid pada volume sirkulasi
terhadap stroke volume indek, tapi tidak terdapat
dan cardiac output. Karenanya terapi cairan
perbedaan terhadap LOS pada penelitian 100
standar atau regimen maintenence hanya boleh
pasien dengan GDT atau zero- balance terapi
diganti dengan cairan fisiologis dan kehilangan
(1500 vs. 1400). Karen itu, zero balance terapi
cairan secara patologis diganti dengan cairan
sama jika dibandingkan dengan zero balance +
yang mirip cerara kualitas dan kuantitas.
GDt pada pasien elektif abdominal dengan RR,
Kehilangan cairan fisiologis tidak lebih dari 1,5
1,06.
mL/kgBB/jam terdiri dari diuresis dan insesible
prespirationdan apabila lebih, terapi disesuaikan

Gambar. 1 Meta-analisis dari jumlah pasien mengembangkan komplikasi setelah operasi perut dalam studi
menggunakan GDT. Beberapa penelitian tidak memberikan informasi tentang komplikasi dan karena itu
dikecualikan dalam meta-analisis. Tes untuk heterogenitas signifikan, dan hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-
hati. Ukuran penanda data yang sesuai dengan bobot masing-masing studi dan RR dengan 95% CI. Diamonds
meringkas estimasi efek keseluruhan. RR <1 nikmat GDT. Heterogenitas: tau 2 = 0,04; chi 2 = 20.41; df = 11 (
p = 0,04); saya 2 = 46%.Tes untuk efek keseluruhan: z = 4,56 ( p < 0,0001)
tabel 2 Ujian “ diarahkan pada tujuan terapi cairan ”( GDT) dalam bedah perut dibandingkan “ terapi cairan nol -balance ”( terbatas)

Penulis Operasi Jumlah pasien / ASA Membutakan / hasil utama Intervensi Pra operasi volume Intraoperatif volume cairan, Pascaoperasi volume Pengaruh GDT

monitor / cairan, mL (dibatasi vs mL (dibatasi vs GDT) cairan, mL (dibatasi vs

waktu GDT) GDT)

Brandstrup et laparoskopi 150 / ASA I-III Observer dibutakan Postop. Mengoptimalkan SV 2 jam puasa untuk fluid500 Coll: 475 vs 810 Cryst: 443 vs asupan oral awal pemulihan → komplikasi →

al. [ 62 ] elektif atau / ODM, CardioQ® / komplikasi (<10%) dengan HES mL saline jika tidak ada cairan 483 Jumlah Sebuah: 1491 vs ditingkatkan LOSMortality: 1 (dibatasi) vs

kolektomi intraoperatif 6%, 130 / di 6 h 1876 protocol.Iv-cairan jika 1 (GDT)

terbuka 0,4 (Voluven®) oliguria, takikardia atau

hipotensi

Zhang et al. operasi GI 60 dalam tiga kelompok: 4 mL / kg / jam Observer LOS Mengoptimalkan Tidak diberikan Total volume: 1,5 - 2,0 mL / kg / jam kristaloid ↓ LOS di GDT-HES ↓

[ 64 ] terbuka RL + GDT-HES, 4 mL / kg / jam RL + dibutakan / Datex PPV (<11%) GDT-HES: 1742 vs selama 3 asupan daysOral tidak Waktu untuk flatus di GDTHES →

elektif GDT-RL, and4 mL / kg / h RL sendiri / Ohmeda® / dengan Ringer ' s GDT-RL: 2109 vs RL disebutkan. Komplikasi antara

ASA I-II intraoperatif laktat dan HES 6% saja: 1260 groupsMortality: none

Srinivasa et laparoskopi 85 / ASA I-III Observer dibutakan Bedah skor Mengoptimalkan CFT 13 pasien dengan Coll: 297 vs 591 Jumlah Sebuah: 1614 asupan oral awal pemulihan → SRS → LOS →

al. [ 61 ] elektif atau / ODM, CardioQ® / recovery (<350 ms) dan SV persiapan usus: vs 1994 cairan protocol.IV ditingkatkan ComplicationsMortality: none

kolektomi intraoperatif (SRS) (<10%) dengan 1000 mL kristaloid jika oliguria, takikardia, atau

terbuka Gelofusine hipotensi

Phan et al. [ 60 ] bedah 100 / ASA I-III Observer dibutakan LOS Mengoptimalkan CFT 400 mL PreOp® hari Coll: 0 vs 500 Cryst: 1400 vs asupan oral awal protokol → LOS →

kolorektal / ODM, CardioQ® / (<360 ms) dan SV sebelum dan 2 jam 1500 Jumlah Sebuah: 1500 vs pemulihan ditingkatkan ComplicationsMortality: 1

elektif intraoperatif (<10%) dengan koloid preop. 2190 (dibatasi) vs 0 (GDT)

setiap
Penelitian pada pasien rawat jalan. menemukan penemuan terdapa angka mual dan
Percobaan pada pasien bedah abdomen muntah pada pasien yang mendapatkan 30mL
yang rawat jalan terlihat pada tabel 3. Pada 1986, /kgBB dari CSL dibang=dingkan dengan
Keane and Murray menginvestigasi terapi cairan 10ml/kgBB CSl. Meski dengan perbandingan ini
p[ada pasien rawat jalan dan menunjukkan , kecendrungan terhadap penurtunan PONV ,
penurunan terhadap rasa haus , mengantuk, sakitv pising, dan mengantung sepertinya berhubungan
kepala dan pusing pada pasien yang mennerima 1 dengan infus intravena dari 1-2 L kristaloid pada
L Harman’s solutiondan 1 L D5preoperativ pasiena rawat jalan, sebagain pengganti caira
dibandingkan dengan pasien yang tidak pada saat puasa. Satu penelitian dari Holte et al.
mendapatkan terapi caioran.sebagai Menunjukkan kenutungan pada pasien yang
perbandingan, McCaul et al. Mendemonstrasikan mendapatkan 2928 mL cairan dibandingkan 988
tidak terdapat perbedaan mual muntah post mL ( 40ml/kgBB vs. 15 mL /kgBB pada pasien
operatif PONV terrhadap 108 pasein yang yang menjalani operasi laparoskopi
menjalan laparascopi ginekologi yang dibagi kolesistectomy. Pasien menunjukkan perbaikan
terhapdap tiga grup, yaitu yang tidak mendpat terhadap rasa mual dan muntah post operativ
terapi cairan. 1,5 mL /kgBB/jam puaso CLS dengan dilakukannya tes treadmill dan tes
dengan tambahan 0,5 gram/KgBB dextrose . keseimbangan pada pasien yang mendapatkan
berbeda dari penemuan tersebut, Magner et al. terapi cairan. Sayangnya, peningkatan signifikan
Melakukan penelitian terhadap 141 pasien yang dari penggunaan opioid psot operativ pada pasien
melalkukan laparoskopi di bagian ginekologi dan terapi restriktif sedikitnya berpengaruh terhadap
uotcome pasien

Tabel 3. Penelitian pada Pasien Rawat Jalan


Penulis Operasi Jumlah membutakan Durasi Intervensi Cepat Postop. Pengaruh cairan

pasien operasi asupan

cairan oral

Keane dan bedah rawat 212 dalam 2 Tidak 18 menit 1000 mL Hartman ' s solusi + 1000 mL DW ? ? ↓ Haus, mengantuk, sakit kepala dan

Murray jalan dicampur kelompok vs tidak ada cairan pusing → Mual

spencer [ 66 operasi 100 dalam 2 Tidak 8 min 1 L CSL vs tidak ada cairan ? ? ↓ Pusing dan mual

ginekologi kelompok

minor

Masak et al. [ 67 ] laparoskopi 75 dalam 3 iya nih 20 menit CSL 20 mL / kg vs CSL + DW 20 mL / kg vs tidak ada 11 - ? ↓ Pusing dan mengantuk ↓

ginekologi kelompok cairan 16 h LOS dalam kelompok Dextrose

Yogendran et bedah rawat 200 dalam 2 iya nih 28 menit Plasmolyte 20 mL / kg (1215 mL) vs 8- ? ↓ Haus, pusing dan

al. [ 70 ] jalan dicampur kelompok Plasmolyte 2 mL / kg (164 mL) 13 h mengantuk → PONV

McCaul et laparoskopi 108 dalam 3 iya nih 22 menit CSL 1,5 mL / kg / jam puasa (1115 mL) vs CSL + 11,5 h? → PONV ↑ Haus dalam kelompok CSL + DW

al. [ 71 ] ginekologi kelompok DW 1,5 mL h / kg / puasa (1148 mL) vs. ada

cairan
Magner et laparoskopi 141 dalam 2 iya nih 20 menit CSL 30 mL / kg vs CSL 10 mL / kg 13 h ? ↓ PONV → Pusing dan haus

al. [ 68 ] ginekologi kelompok

Holte et al. [ 69 ] kolesistektomi 48 dalam 2 iya nih 68 menit LR 15 mL / kg (998 mL) vs 40 mL / kg (2928 2 jam Berarti ↓ LOS ↓ Haus, mual, pusing, dan

laparoskopi kelompok mL) 600 mL mengantuk ↑

Kesejahteraan dan fungsi paru

Kesimpulan cairan seperti edem, inflamasi, atau


Cairan oral dianjurkan deihentkan 2 jam penyembuhan jaringan yang buruk.
sebelum operasi karena akan meminimalisa Zero balance fluid intraoperatif
kebutuhan dari cairan intravena. Diutamakan, didasarkan pada kehilangan darah dan cairan dan
cairan yang mengandung karbohidrat karena berat badan post operativ dapat digunakan
terbukti menurunkan resistensi insulin, sebagai implementasi dan menunjukkan
penggantian cairan perioperatif yang tidak lebih penurunan komplikasi post operatif. Karena itu,
dari 1 -1,5 mL/kgBB terdiri atas diuresis dan zero balance direkomendasikan pada pasien
insisible prespiration, evaporasi luka dan elektif. Penggunaan GDT menunjukkan
akumulasi cairan di jaringan traumatik, harus peningkatan outcome post operatif , dan
digantikan cairan hipotopnik, kecuali ada guideline merekomendasikan penggunaan GDT.
kontraindikasi. Kehilangan cairan yang dapat Namun, penggunaaan GDT tidak
dilihat diganti dengan koloid. Perkiraan terhadap dik\dokumentasikan dibandingkan yang zero
operasi elektif yang menyebabkan kehilangan balance. Ditambah lagi, penggunaan terapi GDT
cairan ke ruang ke tiga didasrakan pada lebih baik operasi resiko tinggi pada pasien
metodologi cairan yang kurang dan penggantian dengan komorbid . Pembuktian pada pasien OK
nya akan memperburuk postoperatif, karena akan Cito masih belum didaptkan sehingga harus ada
menyebabkan kelebihan cairan. Karena itu, hal penelitian lebih lanjut.Pada pasein rawat jalan, 1
ini jangan dilakukan. Terapi cairan harus -2 L cristaloid menurunkan PONV dan
dilakukan hati2 agar terhindar dari overload memperbaiki kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai