Injeksi Intramuskuler
Injeksi Intramuskuler
Persiapan alat :
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
10.waskom larutan klorin 0,5 %
11.tempat cuci tangan
12.handuk/lap tangan
13.kapas alkohol
Pelaksanaan :
a Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
b. Fase kerja
1. Siapkan peralatan ke dekat pasien
2. Pasang sketsel atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
3. Cuci tangan
4. Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis,
pasien, cara pemberian dan waktu)
5. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
6. Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di injeksi
7. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
pasien
8. Mematahkan ampula dengan kikir
9. Memakai handscoon dengan baik
10. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septic dan aseptic
11. Menentukan daerah yang akan disuntik
12. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
13. Hapushamakan daerah penyuntikan secara sirkuler menggunakan
kapas alcohol 70% tunggu sampai kering
14. Mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
(tangan yang tidak dominant)
15. Baca basmallah dan Tusukkan jarum ke dalam otot dengan jarum
dan kulit membentuk sudut 900
16. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam pembuluh darah yang ditandai
dengan darah masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada darah
berarti jarum mengenai pembuluh darah, maka cabut segera spuit dan
ganti dengan spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar darah maka
masukkan obat secara perlahan-lahan
17. Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum
keluar tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak
keluar)
18. Lakukan masase pada tempat bekas suntikan (pada injeksi suntikan
KB maka daerah bekas injeksi tidak boleh dilakukan masase, karena
akan mempercepat reaksi obat, sehingga menurunkan efektifitas obat.
19. Rapikan pasien dan bereskan alat (spuit diisi dengan larutan chlorine
0,5% sebelum dibuang)
20. Lepaskan sarung tangan rendam dalam larutan chlorine
21. Cuci tangan
c. Fase terminasi
1. Evalusi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
Pendokumentasian:
Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus)
Tujuan
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang diberikan
Paha (vastus lateralis) : posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi.
Lengan atas (deltoid) : posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan
bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.
2.1 DEFINISI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Istilah Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti disamping atau lain
dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau
lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena rute ni disekitar daerah pertahanan yang sangat
tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi
dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beeberapa rute pemberian yaitu intra
muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra spinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005).
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil, sedangkan apabila lebih
dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara intra vena.
2.1.1 Macam macam Injeksi Parenteral
a) Injeksi IM (Intra muskular)
Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian obat dengan memasukkannya kedalam
jaringan otot.
b) Injeksi SC (Subkutan)
Menyuntikan obat dibawah kulit.
c) Injeksi IC (Intrakutan)
Memberikan obat ke dalam jarinagn kulit (epidermis)
d) Injeksi IV (Intra Vena)
Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh darah(kedalam vena)
e) Injeksi Intra arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjir”suatu organ, misalnya hati,
dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan.
f) Injeksi Intra lumbal
Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang
selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara
injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
2.1.2 Keuntungan Obat Secara Parenteral
- Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral
- Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah
- Sangat berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009).
2.1.3 Kerugian Pemberian Secara Darurat
- Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian
harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih
- Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
- Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur,
bakteri, sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
- Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam
sterilisasi partikulasi, pirogenitasi, sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati, 2009).
2.2 PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.1 Standar Obat
Terdiri dari 2 aspek, yaitu :
a. Kemurnian, yaitu suatu keadaan dimiliki obat karena unsure keasliannya tidak ada pencampuran,
dan standar potensi yang baik
b. Bioavailabilitas, berupa keseimbangan obat, keamanan dan efektivitas standar-standar tersebut
harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri. (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.2 Efek Obat
Terdiri dari 2 efek, yaitu :
1. Efek terapeutik
Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diberikan sesuai kandungan obatnya.
Terdiri dari :
a. Efek paliatif : mengurangi gejala
b. Efek kuratif : efek pengobatan
c. Efek suportif : menaikkan fungsi atau respons tubuh
d. Efek substitutive : berefek sebagai pengganti
e. Efek kemoterapi : mematikan/menghambat
f. Efek restorative : memulihkan fungsi tubuh yang sehat
2. Efek samping
Yaitu dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal dan bahkan bisa membahayakan, seperti
adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit tatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dll.
2.2.3 Prinsip Pemberian Obat
1. Tepat Obat
Sebelum mempersiapakan obat ke tempatanya petugas medis harus memperhatiakan
kebenaran oabt sebanyak tiga kali ,yakni ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat,saat obat diprogramkan,dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas
ukur, spuit, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar
untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register,
alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien. Untuk
itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label yang ada
sebelum memberikannya ke pasien.
5. Tepat Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Tepat Dokumentasi
Mencatat semua proses langkah-langkah pemberian obat (Musrifatul Uliyah, 2008)
2. Persiapan Pasien
- Memberi salam pada pasien
- Mengenalkan diri pada klien /keluarga
- Menjelaskan tujuan dilakuakn tidakan
- Memberi prosedur tindakan
3. Langkah-langkah
- Menyiapkan alat-alat dengan rapi, mendekatkan ke pasien, menutup lingkungan untuk menjaga
privasi pasien
- Menanyakan pada pasien apa pernah alergi obat atau pernah mengalami gangguan pembekuan
darah
- Membaca daftar obat pasien
- Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
- Melarutkan obat bila obat masih dalam bentuk serbuk
- Mengisi spuit dengan obat sesuai dengan dosis
- Mengeluarkan udara dalam spuit dan langsung dibawa ke dekat pasien
- Membaca kembali pemberian obat dan dicocokkan dengan nama pasien atau langsung tanyakan
namanya kepada pasien yang bersangkutan
- Mengatur posisi pasien sesuai densn kondisi
- Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
- Menentukan tempat penyuntikan
· Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian dibagi tiga
kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS
· Pada otot pangkal lenagn (muskulus deltoideus)
· Pada otot paha bagian luar,yaitu sebelah luar satu per tiga
- Mendesinfeksi dengan kapan alcohol lembab pada daerah yang akan disuntik dengan sekali oles
- Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari
- Menusukkan jarum dengan posisi tegak lurus dengan cepat sedalam 2/3 bagian
- Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan pastikan tidak ada darah
yang keluar
- Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan-lahan
- Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut
jarum dengan cepat.
- Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses
sudah selesai dikerjakan.
- Merapikan pasien (anjurkan pasien untuk berbaring ± 3 menit) dan lingkungan
- Spuit disepul dengan larutan klorin lalu spuit dipisahkan dengan jarum dibuang di safety box
- Merapikan dan membuang sampah pada tempatnya
- Perawat mencuci tangan
- Mencatat hasil kegiatan dan reaksi klien
- Melakukan tindakan dengan teliti dan hati-hati
4. Sikap
- Komunikasi terapiutik
- Dalam melakukan tindakan
(Ceklis Akbid Brawijaya husada 2011)
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.Biodata pasien
Nama : Ny “ S ”
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : ± 750.000
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kedawung Rt.17/Rw. 6
2.Keluhan Utama
Pasien datang mengatakan karena telah waktunya untuk suntik ulang KB 3 Bulan
3.Diagnosa Media
Ny “ S ” Usia 35 Tahun dengan injeksi KB Depo 3 bulanan
4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Hari/Tanggal : Senin , 25 Juli 2011
Jam : 09.40 WIB
Tempat : Poli KB/Puskesmas Kendalasari Malang
Pembimbing lapangan : Ibu Endang Wahyu K, Amd.Keb
Oleh : Ulyana noviartini
5.Langkah-langkah tindakan dan hasilnya
1. Persiapan alat
- Spuit soloshot sesuai ukuran
- Obat Depo Progestin 3 cc
- Kapas alkohol dalam tempatnya
- Bengkok
- Tempat sampah
- Buku catatan dan alat tulis
R/ Memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan tindakan, tanpa ada alat yang lupa dibawa
2. Persiapan pasien
- Memberi salam pada pasien
R/ Menghormati pasien dan memberi kesan awal yang baik pada pasien.
- Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah disediakan
3. Langkah-langkah tindakan
- Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan dikeringkan
dengan handuk kering dan bersih
R/ menghilangkan kuman sebagai tindakan antiseptic dan mencegah terjadinya infeksi silang
- Memperhatikan lingkungan pasien
R/ menjaga privasi pasien
- Melakukan anamnese pada pasien
R/ memastikan biodata pasien
- Memastikan bahwa hari tersebut memang tepat waktu pasien untuk kunjungan ulang suntik 3
bulanan dengan cara melihat di kartu KB pasien
- Menimbang pasien, catat hasil
- Melakukan pengukuran tekanan darah pasien, digunakan sebagai acuan untuk melakukan
tindakan penyuntikan, catat hasilnya diles pasien
- Membuka spuit dari kemasan
- Membuka tutup obat, mendesinfeksi dengan kapas alcohol
R/ Agar tutup obat dalam keadaan bersih terhindar dari mikroorganisme.
- Mengisi spuit dengan obat
R/ Memasukkan obat yang akan disuntikan sesui dengan dosisi pemberian
- Mengeluarkan udara dalam spuit
R/ Agar udara tidak masuk kedalm jaringan tubuh dan mencegah terjadinya emboli
- Menganjurkan pasien untuk berbaring pada tempat yang telah disiapkan
- Mengatur posisi pasien dan membebaskan daerah yang akan disuntikan dari pakaian pasien
R/ Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan
- Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik garis lurus dari SIAS
menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari SIAS
R/ Untuk mendapatkan lokasi penyuntikan yang tepat
- Mengantisepsis bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol
R/ sebagai tindakan antiseptik untuk menghindari masukknya mikro organisme dalam tubuh
- Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk & ibu jari
R/ mengurangi rasa sakit pada saat penyuntikan
- Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum
R/ agar penyuntikn tepat pada jaringan otot
- Memasukkan obat secara perlahan-lahan
R/ Agar pasien tidak sakit ketikan obat dimasukkan
- Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut
jarum dengan cepat.
R/ untuk mengurangi rasa sakit pada daerah yang disuntik.
- Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses
sudah selesai dikerjakan.
R/ agar pasien mengerti dan tahu bahwa tindakan telah selesai dilakukan
- Merapikan baju pasien dan menata lingkungan
R/ membantu pasien dan memberikan lingkungan yang nyaman.
- Mengembalikan alat pada tempatnya
R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan tindakan selanjutnya.
- Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
- Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7 langkah dan
dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
R/ menghilangkan kuman setelah bersentuha dengan kulit pasien sebagai tindakan aseptik
- Mencatat tindakan yang sudah dilakukan
R/sebagai dokumentasi
- memberi tahu jadwal kembali pasien
6.Terapi
Depo progestin 3 cc (untuk KB 3 bulan) yang mengandung depo medroxy progesterone acetate
(3 cc)
7.Hasil tindakan
- klien merasa lega dan puas
- Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing
8.KIE
- Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang dilakukan
penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
- Menjelaskan pada klien/pasien efek samping dari KB 3 bulan adalah peningkatan berat
badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang terjadi dan tidak berbahaya serta
cepat hilang
- Dianjurkan pada klien/pasien rutin terhadap jadwal kunjungan ulang yang telah ditentukan
untuk suntik KB
- Jadwal kembali untuk pemberian KB 3 bulan lagi pada tanggal 13 Oktober 2011 dan
sewaktu-waktu jika ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas, Sedangkan
dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori dan praktek dilapangan
ada kesenjangan, keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama
penyebab terjadinya kesenjangan.
2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak
memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien yang
menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
3. Pada saat melakukan tindakan
a. setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi hanya di
awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain yang menunggu dan untuk
keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan bukan handuk
sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah
selesai melakukan tindakan, untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu
memperkenalkan diri pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.
b. Menurut teori dalam pengambilan obat dilakukan dengan jarum tersendiri yaitu jarum no.23 dan
spuit 5 cc, digunakan untuk aspirasi udara saat penyuntikan. Sedangkan di lapangan tidak memakai
jarum no.23 dan spuit 5 cc, dikarenakan spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
c. Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin sebelum
dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung dibuang di safety box.
Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
d. Menurut teori pada saat kita melakukan tindakan penyuntikan kita mengaspirasi dulu sedangkan
kalau praktek di lapangan tidak mengasiprasi karena spuit yang dipakai sudah terisi penuh oleh obat.
Injeksi Intramuscular (IM)
Injeksi intramuskular merupakan salah satu cara pemberian obat kepada pasien. Berikut ini tips-tips
untuk melakukan injeksi intramuskular:
Hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah keberanian diri, teori, alat-alat, dan jangan lupa berdoa.
1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pastikan kesiapan alat, antaralain
spuit
sterilisasi (kapas beralkohol / alkohol sweap)
obat dalam bentuk ampul / botol
2. Pastikan pasien setuju untuk dilakukan tindakan ini (informconsent). Dan pasien tidak memiliki
alergi obat.
5. Spuit yang baru biasanya tutup dan jarumnya longgar dan karet pompanya sedikit keras, maka kita
perlu mempererat tutup dan jarum sptuit, serta melonggarkan karet pompa dengan memompakannya
berulang-ulang dalam kondisi spuit tertutup agar tidak terkontaminasi
6. Ambil obat dalam boto atau ampul. Apabila menggunakan ampul, maka baliklah ampul tersebut
sehingga lubang ampul berada di bawah, jangan takut tumpah karena obat dalam ampul memiliki daya
adesi dengan botol ampul yang menyebabkan cairan obat tidak tumpah.
Apabila menggunakan botol, maka masukkan udara di dalam sputi (saat sputi tertutup) dengan cara
menarik pompa, kemudian masukkan udara ke dalam botol, hal ini akan mempermudah pengambilan
obat karena dibantu tekanan udara dalam botol.
7. Sterilisasi area injeksi dengan cara mengusapkan kapas alkohol secara sirkular dari medial ke lateral
8. Masukkan jarum pada pasien dengan sudut 90 drajat (tegak lurus). Apabila di regio gluteus,
masukkan jarum pada posisi 1/3 lateral garis antara sias ke cocygeus.
9. Setelah jarum masuk, fiksasi spuit, kemudian aspirasi dan pastikan bukan pada pembuluh darah
(gelembung yang keluar saat di aspirasi, bukan darah) dan masukkan obat secara tegas dan tidak
terlalu lambat.
10. Tarik jarum dengan menempelkan kapas alkohol pada lokasi injeksi
11. Ucapkan terima kasih pada pasien dan doakan cepat sembuh tanpa reaksi komplikasi
Rute administrasi obat dengan cara injeksi ke dalam tubuh bermacam-macam, dua diantaranya adalah injeksi
subkutan (SK) dan intramuskular (IM). Masing-masing rute memiliki tujuan tersendiri dalam mencapai tujuan terapi.
Injeksi SK merupakan pemberian obat ke dalam lapisan jaringan lemak dibawah kulit menggunakan jarum
hipodermik yang dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien (eg. insulin). Beberapa faktor yang mempengaruhi rute
subkutan diantaranya ukuran molekul akan menyebabkan kecepatan penetrasi molekul besar lebih rendah,
viskositas obat akan mempengaruhi kecapatan difusi obat ke dalam cairan tubuh, karakteristik anatomi sisi injeksi
(eg.vaskularitas, jumlah jaringan lemak) akan mempengaruhi kecepatan absorpsi obat. Perbandingan kecepatan
absorpsi antara SK, IM dan IV adalah SK < IM < IV. Adapun kekurangan rute SK adalah kesulitan mengontrol
kecepatan absorpsi dari deposit SK, terjadi komplikasi lokal (iritasi dan nyeri pada tempat injeksi) sehingga tempat
injeksi harus berganti-ganti untuk mencegah akumulasi obat yang tidak terabsorpsi karena dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Cara dan daerah tempat penyuntikan digambarkan di bawah ini.
Injeksi IM dilakukan dengan cara obat dimasukan ke dalam otot skeletal, biasanya otot deltoit atau gluteal. Onset of
action IM > SK. Absorpsi obat dikendalikan secara difusi dan lebih cepat daripada SK karena vaskularitas pada
jaringan otot lebih tinggi. Kecepatan absorpsi bervariasi bergantung pada sifat fisikokimia larutan yang diinjeksikan
dan variasi fisiologi (sirkulasi darah otot dan aktivitas otot). Pemberian IM ke dalam otot dapat membentuk depot obat
di otot dan akan terjadi absoprsi secara perlahan-lahan. Adapun kekurangan dari cara IM yaitu nyeri di tempat injeksi,
jumlah volume yang diinjeksikan terbatas yang bergantung pada masa otot yang tersedia , dapat terjadikKomplikasi
dan pembentukan hematoma serta abses pada tempat injeksi. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari depot
otot antara lain kekompakan depot yang mana pelepasan obat akan lebih cepat dari depot yang kurang kompak dan
lebih difuse, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, pelarut yang digunakan, bentuk fisik sediaan,
karakteristik aliran sediaan dan volume obat yang diinjeksikan. Contoh bentuk sediaan yang dapat diberikan melalui
IM diantaranya emulsi minyak dalam air, suspensi koloid, serbuk rekonstitusi. Daerah tempat penyuntikan