Anda di halaman 1dari 28

TEKNIS MENYUSUN AKAD PEMBIAYAAN

Ketika menyusun suatu akad, harus diperhatikan rukun dan syarat akad.
Rukun ialah sesuatu (kewajiban) yang tidak boleh tidak harus ada di dalam
suatu akad dan jika tidak ada salah satunya, maka transaksi menjadi batal.
Rukun akad menurut para ulama terdiri dari: 1) pihak yang berakad; 2) obyek
akad; 3) tujuan pokok akad; dan 4) kesepakatan. Syarat adalah sesuatu yang
menimbulkan adanya hukum, tidak adanya syarat menimbulkan tidak adanya
hukum. Contoh syarat pihak yang berakad: cakap hukum dan tidak dalam
keadaan dipaksa.

A. Pihak yang Berakad


Pihak yang berakad adalah para pihak (dua atau lebih) yang bersepakat
untuk mengadakan kerjasama atau perjanjian tertentu berdasarkan prinsip
syariah.
Contoh:
Akad pembiayaan al-Murabahah ini dibuat dan ditandatangani pada hari ini,
hari Jumat, tanggal empat, bulan Oktober, Tahun duaribu tigabelas, Pukul
sepuluh Waktu Indonesia Bagian Barat oleh dan antara pihak-pihak:
1. Baitul Maal wat-Tanwil Barokah, di Gresik, Jawa Timur yang dalam hal ini
diwakili oleh Fulan sebagai Ketua, selanjutnya disebut “BMT”.
2. Rojul, beralamatkan di Gresik, Jawa Timur yang dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama pribadi, yang telah mendapatkan persetujuan dari
isteri yang turut hadir dan menandatangani akad ini, selanjutnya disebut
“NASABAH”.

B. Obyek Akad
Obyek akad adalah sesuatu/barang/jasa yang ditransaksikan dalam
akad.
Contoh:
BMT menjual barang kepada NASABAH berupa barang yang tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akad perjanjian
ini, sebesar: 7.800.000 (tujuh juta delapan ratus ribu rupiah) dengan perincian
harga pokok sebesar: Rp 6.000.000 (enam juta rupiah) dan margin keuntungan
sebesar Rp 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah).

C. Tujuan Pokok Akad


Tujuan pokok akad adalah sesuatu yang menjadi tujuan diadakannya
kerjasama/akad antara dua pihak atau lebih.
Contoh:
Bahwa, NASABAH telah mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada
BMT untuk membeli barang (sebagaimana didefinisikan dalam Akad ini), dan
selanjutnya BMT menyetujui, dan dengan Akad ini mengikatkan diri untuk
menyediakan fasilitas pembiayaan sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
sebagaimana dinyatakan dalam Akad ini.

D. Kesepakatan
Kesepakatan adalah segala hal berkaitan dengan ketentuan dan hal-hal
yang dipersyaratkan dalam akad yang telah disepakati oleh para pihak.
Contoh:
NASABAH dan BMT sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap
yang lain, bahwa Nisbah dari masing-masing pihak adalah:
60% ( enam puluh persen) dari keuntungan untuk NASABAH;
40% (empat puluh persen) dari keuntungan untuk BMT.
AKAD PEMESANAN BARANG
NO. 01 /PB/KJKS-BUM/ II /2011

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬
“…maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah dia bertaqwa kepada
Allah Tuhannya...” (Qs. Al – Baqarah [2]: 283)

Nama : Muhammad Abdullah


Alamat : Kalasan, Sleman
No.KTP : 123456789

Memohon kepada BMT Bina Usaha Mandiri (BMT) yang berkedudukan di Jalan
Cangkringan, Ngemplak, Sleman untuk mengadakan barang sebagai berikut :

1. Jenis barang, spesifikasi, jumlah dan harga.


N Barang Spesifikasi Jumlah Harga Total
o satuan (Rp) (Rp)
1 Netbook Toshiba 1 5.500.000 5.500.000
NB200
2 Printer BJC 1000 1 500.000 500.000
Jumlah 6.000.000

2. Guna pemenuhan pengadaan barang tersebut,maka saya mengikatkan diri


pada kontrak (akad) pemesanan barang kepada BMT agar membelikan
untuk saya barang-barang dengan jenis, spesifikasi, jumlah serta harga
sebagaimana tercantum dalam butir 1.
3. Saya berjanji bahwa selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah barang
disediakan, saya akan membeli barang pesanan saya tersebut (Wa’ad
Murobahah).
4. Untuk menjamin kesungguhan dalam permintaan pemesanan barang
tersebut, maka saya bersepakat untuk membayar uang sejumlah Rp
1.000.000 (satu juta rupiah) sebagai uang muka bagi pemesanan barang
sebagaimana tertulis dalam dalam perjanjian ini.

Demikian Surat Perjanjian (akad) Pemesanan Barang ini dibuat dan telah saya
tandatangani dengan sukarela (Ridlo) tanpa paksaan dari pihak manapun.

Sleman, 5 Februari 2011


Pemesan

(Muhammad Abdullah)
AKAD WAKALAH
No. 02 /WKL/KJKS-BUM/II/2011

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬
“…maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah dia bertaqwa kepada
Allah Tuhannya...” (Qs. Al – Baqarah [2]:283)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon Rahmat-Nya. Akad


ini dibuat dan ditandatangani pada hari Senin tanggal enam bulan dua tahun
dua ribu sebelas bertempat di Kantor BMT Bina Usaha Mandiri oleh para pihak:

1. Nama: Abdulloh, Manajer Pemasaran, dalam hal ini berwenang bertindak


untuk dan atas nama BMT Bina Usaha Mandiri yang berkedudukan dan
berkantor di Kalasan untuk selanjutnya disebut PIHAK I
2. Nama: Muhammad Abdullah, bertempat tinggal di Perumahan Barokah,
Desa Banjarharjo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, memiliki No
KTP 123456789 yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pribadi,
untuk selanjutnya disebut PIHAK II .

Kedua belah pihak bertindak dalam kedudukannya masing-masing sebagaimana


tersebut di atas, telah sepakat melakukan perjanjian pemberian
kuasa/perwakilan (Wakalah) yang terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat
berikut ini.

Pasal 1
Pemberian Kuasa dan Jangka Waktu Kuasa
1. PIHAK I menyerahkan kekuasaannya kepada PIHAK II secara khusus untuk
melakukan hal-hal sebagaimana berikut: memilihkan untuk PIHAK I barang-
barang dengan jumlah, spesifikasi dan harga sebagaimana bunyi surat
perjanjian/waad pemesanan barang No. 01/PB/KJKS-BUM/II/2011, yang
menjadi satu kesatuan dan tidak terpisahkan dari akad perjanjian ini.
2. Kedua belah pihak telah sepakat bahwa jangka waktu berlakunya akad
wakalah ini adalah lima hari, sehingga selambat-lambatnya terhitung lima
hari setelah ditandatanganinya akad ini PIHAK II telah menyelesaikan
semua kewajibannya sesuai bunyi ketentuan-ketentuan akad ini.

Pasal 2
Pembayaran Barang
PIHAK I sepakat bahwa untuk terpenuhinya akad Murabahah yang akan dibuat
kemudian, maka PIHAK I akan membayarkan barang-barang sebagaimana
yang tersebut dalam pasal 1.

Pasal 3
Addendum
Kedua belah pihak telah bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur
dalam akad ini, akan diatur dalam addendum dan atau surat–surat dan atau
lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan perjanjian ini.

Pasal 4
Pasal Tambahan
Perjanjian ini ditandatangani, dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing
mempunyai kekuatan pembuktian yang sama, ditandatangani kedua belah
pihak dengan sukarela (saling ridlo) tanpa paksaan dari pihak manapun.

Sleman, 6 Februari 2011


Pihak I Pihak II
(Abdullah) (Muhammad Abdullah)
Saksi-saksi:
NOTA PEMBELIAN BARANG

Kepada
Yth. : KJKS Bina Usaha Mandiri
di Kalasan

Dengan hormat,
Berikut ini rincian barang-barang yang telah anda beli dari kami, agar menjadi
periksa adanya.

N Barang Spesifikasi Jumlah Harga Total


o satuan (Rp) (Rp)
1 Netbook Toshiba 1 5.500.000 5.500.000
NB200
2 Printer BJC 1000 1 500.000 500.000
Jumlah 6.000.000

Terimakasih atas kerjasamanya.


TOKO/SUPPLIER

( )
AKAD MURABAHAH
No. 0123/MRB/BMT-BUM/II/2011

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬
”.....hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...”
(QS.An – Nisa’ (4): 29)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon RahmatNya. Akad


ini dibuat dan ditandatangani pada hari:.......tanggal :.......tempat :............oleh
para pihak sebagai berikut :

1. Nama : Abdulloh, Kepala Divisi Pemasaran, dalam hal ini berwenang


bertindak untuk dan atas nama BMT Bina Usaha Mandiri yang
berkedudukan dan berkantor di Kalasan untuk selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama: Muhammad Abdullah, bertempat tinggal di Kalurahan/Desa
Banjarharjo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, memiliki No KTP
123456789 yang dalam hal ini telah mendapat persetujuan dari istri
bernama Siti bertindak untuk dan atas nama pribadi/diri sendiri, yang
selanjutnya disebut PIHAK II .

Kedua belah pihak bertindak dalam kedudukannya masing-masing sebagaimana


tersebut di atas, telah sepakat melakukan perjanjian jual beli Murabahah yang
terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat berikut ini.

Pasal 1
Jual Beli
PIHAK I menjual barang kepada PIHAK II berupa barang yang tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akad perjanjian
ini, sebesar: 7.800.000 (tujuh juta delapan ratus ribu rupiah) dengan perincian
harga pokok sebesar: Rp 6.000.000 (enam juta rupiah) dan margin
keuntungan sebesar Rp 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah).

Pasal 2
Sistem, Jangka Waktu Pembayaran Kembali dan Biaya-biaya

PIHAK II sepakat untuk membeli barang sebagaimana tersebut pada pasal 1


dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Sistem pembayaran adalah angsuran.
2. Tata cara pembayaran diatur dalam lembar tersendiri yang merupakan
bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Jangka waktu pembayaran adalah sepuluh bulan oleh karena itu perjanjian
jual beli ini berlaku sejak tanggal ditandatanganinya. Adapun angsuran
pembayaran dilakukan selambat-lambatnya setiap tanggal lima pada tiap-
tiap bulannya.
4. Wajib membayar seluruh kewajiban yang muncul akibat adanya perjanjian
jual beli ini sampai dengan lunas sebagaimana mestinya kepada PIHAK I.
5. Dalam hal pembayaran yang dilakukan PIHAK II sesuai kesepakatan jatuh
pada hari ahad atau hari libur umum atau hari bukan hari kerja lainnya,
maka pembayaran dilakukan sebelum hari tersebut .
6. Dalam hal terjadi kelalaian dalam hal membayar seperti apa yang
diperjanjikan PIHAK II sebagaimana bunyi perjanjian ini, maka segala
ongkos penagihan, termasuk juga biaya kuasa dari PIHAK I, harus dipikul
dan dibebankan serta dibayar oleh PIHAK II.

Pasal 3
Pengutamaan Pembayaran
PIHAK II akan melakukan angsuran sesuai dengan kesepakatan sebagaimana
bunyi pasal 2 berikut tata cara pembayarannya secara tertib dan teratur dan
akan lebih mengutamakan kewajiban pembayaran ini daripada pembayaran
kepada pihak lain.

Pasal 4
Pengakuan Utang dan Pernyataan Jaminan

1. Berkaitan dengan jual-beli ini, selama harga Pihak I sebagaimana dimaksud


Pasal 1 belum dilunasi oleh PIHAK II, maka PIHAK II dengan ini mengaku
berutang kepada PIHAK I, sebagaimana PIHAK I menerima pengakuan
utang tersebut dari PIHAK II sebesar harga atau sisa harga yang belum
dibayar lunas oleh PIHAK II.
2. Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya akad sebagaiman perjanjian
jual-beli ini, maka PIHAK II menyerahkan jaminan.
3. PIHAK II menyerahkan sepeda motor Revo 2011 sebagai jaminan akad
jual-beli yang telah disepakati.
4. Obyek jaminan tetap menjadi milik PIHAK II dan obyek jaminan tersebut
dapat dikuasakan penyimpanannya pada PIHAK I.
5. PIHAK II bersedia bertanggung jawab untuk melepaskan hak atas jaminan
tersebut pada Pasal 4 ayat 3 kepada PIHAK I, apabila PIHAK II selama tiga
periode angsuran tidak memenuhi angsuran tidak memenuhi kewajibannya
untuk mengangsur sebagaimana diatur pada Pasal 2 perjanjian ini. Dengan
ini PIHAK I memiliki hak terhadap barang tersebut dengan tanpa sesuatu
yang dikecualikan untuk menarik jaminan dan atau untuk menjualnya
kepada pihak manapun untuk melunasi kewajiban PIHAK II. Kelebihan nilai
jual jaminan dengan nilai pinjaman dikembalikan pada PIHAK II.

Pasal 4
Peristiwa Cidera Janji
Apabila terjadi hal-hal di bawah ini, setiap kejadian demikian, masing-masing
secara tersendiri atau disebut peristiwa cidera janji ;
1. Kelalaian PIHAK II untuk melaksanakan kewajiban menurut perjanjian ini
untuk memilih dan membayarkan barang sesuai ketentuan.
2. Apabila terdapat suatu janji, pernyataan, jaminan, atau kesepakatan
menurut perjanjian ini atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu
surat, sertifikat, atau bukti-bukti lain yang perlu diadakan menurut
Perjanjian ini atau sehubungan dengan suatu perjanjian yang disebut dalam
Perjanjian ini ternyata tidak benar, tidak tepat atau menyesatkan.
3. Diputuskan oleh suatu pengadilan atau instansi Pemerintah lainnya bahwa
suatu perjanjian atau dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas
barang yang dipilih oleh PIHAK II adalah tidak syah atau dengan cara yang
lain tidak dapat di berlakukan.
4. Jikalau PIHAK II melanggar atau tidak dapat memenuhi peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini atau tidak dapat
memenuhi syarat-syarat perjanjian ini serta perjanjian-perjanjiaban lainnya
yang bersangkutan dan atau syarat-syarat serta ketentuan yang ditetapkan
oleh BMT Bina Usaha Mandiri baik surat-surat atau dokumen-dokumen
termasuk jaminan yang diberikan.
5. Jikalau PIHAK II tidak menjalankan wakalah dengan sungguh-sunggguh
dan atau melanggar syar’i hukum yang berlaku maka seluruh akad akan
menjadi jatuh tempo dan seluruh kewajiban-kewajiban dan biaya-biaya
yang menjadi kewajiban PIHAK II harus dibayarkan kepada PIHAK I , dan
PIHAK I dapat mengambil tindakan apapun yang perlu berhubungan
dengan perjanjian ini.

Pasal 5
Keadaan Memaksa (Force Majeure)

1. Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan salah satu pihak untuk


memenuhi kewajiban sebagaiman tercantum dalam perjanjian ini yang
disebabkan oleh karena keadaan yang memaksa seperti bencana alam,
huruhara, dan sabotase, dan tidak dapat dihindari dengan melakukan
tindakan sepatutnya, maka kerugian yang diakibatkan tersebut
ditanggung oleh PIHAK I.
2. Dalam hal terjadi keadaan memaksa, pihak yang mengalami peristiwa yang
dikategorikan keadaan memaksa wajib memberitahukan secara tertulis
tentang hal tersebut kepada pihak lainnya dengan melampirkan bukti
secukupnya dari kepolisian atau instansi yang berwenang mengenai
kejadian memaksa tersebut selambat-lambatnya 14 hari terhitung sejak
keadaan memaksa tersebut.
3. Apabila dalam waktu 30 hari sejak diterimanya pemberitahuan
sebagaimana ayat 2 tersebut belum atau tidak ada tangggapan dari pihak
yang menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut dianggap
telah disetujui oleh pihak tersebut.
4. Apabila keadaan memaksa tersebut mengakibatkan kegagalan dalam
pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini selama 3 bulan,
maka perjanjian ini dapat diakhiri dengan suatu perjanjian antara para
pihak.

Pasal 6
Addendum

Kedua belah pihak telah bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur
dalam akad ini, akan diatur dalam addendum-addendum dan atau surat-surat
dan atau lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 7
Domisili Hukum
Tentang akad ini dan segala akibatnya, para pihak memilih domisili hukum yang
tetap dan tidak berubah di kantor Pengadilan Agama Kabupaten Sleman.
Pasal 8
Pasal Tambahan

Perjanjian ini ditandatangani dibuat dalam rangkap 2(dua) masing-masing


bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama,
ditandatangani kedua belah pihak dengan suka rela (saling ridlo) tanpa
paksaan dari pihak manapun, serta disaksikan oleh :
1. ............................................................
2. ............................................................
.......................,.....................2011

Pihak I Pihak II
(...............................) (.................................. )
Saksi :
1. .............................
2. .............................
AKAD JUAL BELI SALAM
No.0121/SLM/BMT-BUM/II/2011

‫يم‬
ِ ‫ح‬ ‫ن ه‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ح‬
ِ ‫م‬ ِ ‫م ه‬
‫َّللا ه‬
ْ ‫الر‬ ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س‬

”.....hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan


(mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...”
(Qs.An – Nissa’(4):29)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon RahmatNya. Akad


ini dibuat dan ditandatangani pada hari :.........tanggal :........tempat
:............oleh para pihak sebagai berikut :

1. Nama: Abdulloh, Kepala Divisi Pemasaran, dalam hal ini berwenang


bertindak untuk dan atas nama Baitul Maal Wattamwiil Bina Usaha Mandiri
yang berkedudukan dan berkantor di Kalasan untuk selanjutnya disebut
PIHAK I.
2. Nama: Suko, bertempat tinggal di Salakan, Kalurahan/Desa Durenan,
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, memiliki No KTP 123456789 yang
dalam hal ini telah mendapat persetujuan dari istri bernama Siti, bertindak
untuk dan atas nama pribadi/diri sendiri, yang untuk selanjutnya disebut
PIHAK II.

Kedua belah pahak bertindak dalam kedudukannya masing-masing


sebagaimana tersebut diatas, telah sepakat melakukan perjanjian jual beli
Saham yang terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

Pasal 1
Barang, Spesifikasi, Jumlah, Harga, dan Cara Pembayaran
PIHAK II telah menjual barang kepada PIHAK I berupa barang/barang-barang
berikut ini.

No Barang Spesifikasi Jumlah Harga Total


Satuan (Rp) (Rp)

PIHAK I telah membayar tunai barang-barang tersebut pada pasal 1 ayat 1


pada hari :.........., tanggal: .............. .......................... Rp ....................
(...........................)

Pasal 2
Sistem, Jangka Waktu Pembayaran Kembali dan Biaya-biaya

PIHAK II sepakat untuk membeli barang sebagaimana tersebut pada pasal 1


dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. PIHAK II berjanji untuk menyerahkan barang sesuai dengan jenis,
spesifikasi, dan jumlah sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini,
sedangkan tatacara penyerahan diatur pada lembar tersendiri yang
merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dengan perjanjian
ini.
2. PIHAK II wajib membayar seluruh kewajiban yang muncul akibat adanya
perjanjian jual beli ini sampai dengan lunas sebagaimana mestinya.
3. Dalam hal penyerahan yang dilakukan PIHAK II sesuai kesepakatan jatuh
pada hari Ahad dan atau hari libur umum atau bukan hari kerja lainnya
maka penyerahan barang dilakukan sehari sebelumnya.
4. Dalam hal terjadi kelalaian dalam menyerahkan seperti apa yang
diperjanjikan PIHAK II sebagaimana bunyi perjanjian ini, maka segala
ongkos penagihan, ganti rugi, termasuk juga biaya kuasa dari PIHAK II,
harus dipikul dan dibebankan serta dibayar oleh PIHAK II.
Pasal 3
Pengutamaan Penyerahan Barang

PIHAK II akan melakukan penyerahan barang sesuai dengan kesepakatan


sebagaimana bunyi pasal II berikut tatacara penyerahan secara tertib dan
teratur dan akan lebih mengutamakan kewajiban penyerahan barang ini
daripada kewajiban penyerahan barang kepada pihak lain.

Pasal 4
Pernyataan Jaminan

Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya akad sebagaimana tujuan


perjanjian jual beli ini, maka PIHAK II berjanji sepakat, menyatakan dan
menjamin kepada PIHAK I bahwa :
1. PIHAK II bersedia untuk menyerahkan jaminan atas akad jual beli yang
telah disepakati.
2. Obyek jaminan tetap menjadi milik PIHAK II, sedang penguasaan obyek
jaminan tersebut pada PIHAK II.
3. Jika PIHAK II ingin menggunakan obyek jaminan tersebut maka PIHAK II
berkewajiban memelihara obyek jaminan tersebut dengan sebaik-baiknya
dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan
perbaikan atas obyek jaminan atas biaya dan tanggungan PIHAK II sendiri
serta membayar pajak, retribusi, dan lainnya yang berkaitan dengan itu.
4. Apabila bagian dan atau seluruhnya dari obyek jaminan tersebut rusak,
hilang, atau diantara obyek jaminan tersebut tidak dapat dipergunakan lagi,
maka PIHAK II dengan ini mengikatkan diri untuk mengganti bagian dan
atau seluruhnya dari obyek jaminan sejenis dan atau yang nilainya setara
dengan yang digantikan serta disetujui oleh PIHAK I.
5. PIHAK II tidak berhak melakukan penjaminan ulang atas obyek jaminan
dan juga tidak diperkenankan untuk membeLKSan dengan cara apapun,
menggadaikan atau menjual atau mengalihkan obyek jaminan kepada pihak
lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dulu dari PIHAK I.
6. PIHAK II bersedia dan bertanggungjwab untuk melepaskan hak atas
jaminan tersebut pada Pasal 3 ayat 1 kepada PIHAK I, apabila PIHAK II
selama 3 periode angsuran tidak bisa memenuhi kewajibannya mengangsur
sebagaimana diatur pada Pasal 2 perjanjian ini. Dengan ini PIHAK I berhak
atas barang tersebut dengan tanpa sesuatu yang dikecualikan untuk
menarik jaminan dan atau menjualnya kepada PIHAK manapun untuk
melunasi kewajiban PIHAK II. Kelebihan nilai jual jaminan terhadap nilai
pinjaman dikembalikan pada PIHAK II.

Pasal 4
Peristiwa Cidera Janji

Apabila terjadi hal-hal di bawah ini, setiap kejadian demikian, masing-masing


secara tersendiri atau disebut peristiwa cidera janji ;
1. Kelalaian PIHAK II untuk melaksanakan kewajiban menurut perjanjian ini
untuk memilih dan membayarkan barang sesuai ketentuan.
2. Apabila terdapat suatu janji, pernyataan, jaminan, atau kesepakatan
menurut perjanjian ini atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu
surat, sertifikat, atau bukti-bukti lain yang perlu diadakan menurut
Perjanjian ini atau sehubungan dengan suatu perjanjian yang disebut dalam
Perjanjian ini ternyata tidak benar, tidak tepat atau menyesatkan.
3. Diputuskan oleh suatu pengadilan atau instansi Pemerintah lainnya bahwa
suatu perjanjian atau dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas
barang yang dipilih oleh PIHAK II adalah tidak syah atau dengan cara yang
lain tidak dapat di berlakukan.
4. Jikalau PIHAK II melanggar atau tidak dapat memenuhi peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini atau tidak dapat
memenuhi syarat-syarat perjanjian ini serta perjanjian-perjanjian lainnya
yang bersangkutan dan atau syarat-syarat serta ketentuan yang ditetapkan
oleh BMT Bina Usaha Mandiri baik surat-surat atau dokumen-dokumen
termasuk jaminan yang diberikan.
5. Jikalau PIHAK II tidak menjalankan wakalah dengan sungguh-sunggguh
dan atau melanggar syar’i hukum yang berlaku maka seluruh akad akan
menjadi jatuh tempo dan seluruh kewajiban-kewajiban dan biaya-biaya
yang menjadi kewajiban PIHAK II harus dibayarkan kepada PIHAK I , dan
PIHAK I dapat mengambil tindakan apapun yang perlu berhubungan
dengan perjanjian ini.

Pasal 5
Keadaan Memaksa (Force Majeure)

1. Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan salah pihak untuk memenuhi


kewajiban sebagaiman tercantum dalam perjanjian ini yang disebabkan
oleh karena keadaan yang memaksa seperti bencana alam, huruhara, dan
sabotase, dan tidak dapat dihindari dengan melakukan tindakan
sepatutnya, maka kerugian yang diakibatkan tersebut ditanggung oleh
PIHAK I.
2. Dalam hal terjadi keadaan memaksa, pihak yang mengalami peristiwa yang
dikategorikan keadaan memaksa wajib memberitahukan secara tertulis
tentang hal tersebut kepada pihak lainnya dengan melampirkan bukti
secukupnya dari kepolisian atau instansi yang berwenang mengenai
kejadian memaksa tersebut selambat-lambatnya 14 hari terhitung sejak
keadaan memaksa tersebut.
3. Apabila dalam waktu 30 hari sejak diterimanya pemberitahuan sebagaiman
ayat 2 tersebut belum atau tidak ada tangggapan dari pihak yang
menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut dianggap telah
disetujui oleh pihak tersebut.
4. Apabila keadaan memaksa tersebut mengakibatkan kegagalan dalam
pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini selama 3 bulan,
maka perjanjian ini dapat diakhiri dengan suatu perjanjian antara para
pihak.

Pasal 6
Addendum

Kedua belah pihak telah bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur
dalam akad ini , akan diatur dalam addendum-addendum dan atau surat-surat
dan atau lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perjanjia ini.

Pasal 7
Domisili Hukum

Tentang akad ini dan segala akibatnya, para pihak memilih domisili hukum yang
tetap dan tidak berubah di kantor Pengadilan Agama
Kabupaten................................

Pasal 8
Pasal Tambahan

Perjanjian ini ditandatangani dibuat dalam rangkap 2(dua) masing-masing


bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama,
ditandatangani kedua belah pihak dengan suka rela (saling ridlo) tanpa
paksaan dari pihak manapun, serta disaksikan oleh :
1. ............................................................
2. ............................................................
.......................,....................,2011
Pihak I Pihak II

(...............................) (.........................)

Saksi :
1. .............................
2. .............................
AKAD MUDHARABAH
No. ......./MDRB/BMT-BUM/II/2011

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

”.....hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan


(mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...”
(Qs.An – Nissa’(4):29)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon RahmatNya. Akad


ini dibuat dan ditandatangani pada hari: ......... tanggal: ........ tempat: ............
oleh para pihak sebagai berikut:

1. Nama :............................,
Jabatan :............................
Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Bina Usaha Mandiri yang berkedudukan di Kalasan dan berkantor di
Kalasan untuk selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama :.................................................,
Alamat :
No. KTP :
Untuk dan dalam melakuan perbuatan hukum ini telah mendapat
persetujuan dari istri :
Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang untuk
selanjutnya disebut PIHAK II.

Kedua belah pihak telah sepakat mengadakan perjanjian Bagi Hasil


(Mudharabah muthlaqah) yang terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat
berikut ini.
Pasal 1
PIHAK I sebagai shohibul maal setuju untuk membiayai seluruh modal kerja
yang diperlukan untuk menjalankan usaha bagi PIHAK II selaku mudharib
dengan pembiayaan modal kerja kepada PIHAK II sebesar Rp
...................................... (..............................)

Kedua belah pihak telah sepakat bahwa akad tersebut tersebut terikat pada
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pembiayaan tersebut benar-benar hanya digunakan untuk membiyai
modal kerja bagi PIHAK II berupa......................
2. Jangka waktu pembiayaan adalah ...................oleh karena itu perjanjian
ini berlaku sejak ditanda tanganinya dan akan jatuh tempo
pada................................
3. Segala biaya yang muncul aikibat operasional usaha tersebut merupakan
tanggungan PIHAK II
4. Tata cara pengembalian dana diatur pada lembar tersendiri yang
merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dengan
perjanjian ini.
5. Nisbah bagi hasil PIHAK I dan PIHAK II disepakati dengan nisbah:
.............
6. PIHAK II sebagai Mudhorib berhak untuk melakukan segala mengenai
usahanya itu sesuai ketentuan syar’i dan kesepakatan kedua belah pihak
tanpa keikutsertaan PIHAK I dalam manajemen, kecuali dalam hal
melakukan pembinaan dan pengawasan.
7. PIHAK II berjanji akan memberikan laporan atas usahanya itu pada tiap
................../akhir masa pembiayaan , kepada PIHAK I secara jujur dan
benar.
8. Sebagai konsekuensi dari akad mudharabah, maka PIHAK I tidak
menanggung kerugian usaha yang dikelola oleh PIHAK II akibat
kelalaian, kecerobohan dan kesalahan PIHAK II.
Pasal 3

Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya akad sebagaimana tujuan


perjanjian pembiayaan bagi hasil ini maka :
1. PIHAK II bersedia menyerahkan jaminan berupa: ........................sebagai
jaminan atas akad pembiayaan bagi hasil yang telah disepakati.
2. PIHAK II bersedia dan bertanggungjawab untuk melepaskan hak atas
jaminan tersebut pada Pasal 3 ayat 1 kepada PIHAK I, apabila PIHAK II
selama tiga periode angsuran tidak memenuhi kewajibannya untuk
mengangsur sebagaimana diatur pada Pasal 2 perjanjian ini. Dengan ini
PIHAK I memiliki hak terhadap barang tersebut dengan tanpa sesuatu yang
dikecualikan untuk menarik jaminan dan atau untuk menjualnya kepada
pihak manapun untuk melunasi kewajiban PIHAK II. Kelebihan nilai jual
jaminan dengan nilai pinjaman dikembalikan pada PIHAK II.

Pasal 4

Kedua belah pihak telah bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur
dalam akad ini, akan diatur dalam addendum dan atau surat-surat dan atau
lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan perjanjian ini.

Demikian perjanjian Mudharabah ini dibuat dan ditandangani kedua belah pihak
dengan sukarela (saling ridlo) tanpa paksaan dari pihak manapun.

......................,...............2011

PIHAK I PIHAK II

(.........................................) (...............................)
Saksi:
1.........................................
2........................................
AKAD IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK
No. 0354 /IJRBITMLK/BMT-BUM/II/2011

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

”.....hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan


(mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...”
(Qs.An – Nissa’(4):29)

Dengan berlindung kepada Allah dan senantiasa memohon RahmatNya. Akad


ini dibuat dan ditandatangani pada hari : ......... tanggal : ........ tempat :
............ oleh para pihak sebagai berikut :

1. Nama: Abdulloh, Kepala Divisi Pemasaran, dalam hal ini bertindak dalam
jabatan tersebut, berdasarkan Surat Kuasa Manajer BMT Bina Usaha
Mandiri, dalam hal ini berwenang bertindak untuk dan atas nama Baitul
Maal Wattamwiil Bina Usaha Mandiri yang berkedudukan dan berkantor di
................ untuk selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama: ................................, bertempat tinggal di
........................................... Kelurahan/Desa........................,
Kecamatan.....................,Kabupaten ........................., memiliki No KTP
123456789 yang dalam hal ini telah mendapat persetujuan dari istri / suami
bernama ............... bertindak untuk dan atas nama pribadi/diri sendiri,
yang untuk selanjutnya disebut PIHAK II .

Kedua belah pahak bertindak dalam kedudukannya masing-masing


sebagaimana tersebut di atas, telah sepakat melakukan perjanjian pemberian
kuasa/perwakilan (Wakalah) yang terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat
sebagai berikut:
Pasal 1

1. PIHAK I mengijarohkan barang kepada PIHAK II barang / barang-barang


yang tercantum dalam lampiran yang merupakan baian yang tidak
terpisahkan dari akad perjanjian ini, sebesar: ...............................
(...................................................) yang dibayarkan pada tiap bulan-nya,
untuk jangka waktu ......................... (bulan).
2. PIHAK II telah bersepakat bahwa dalam penggunaan barang tersebut pada
ayat 1 tidak digunakan untuk hal-hal yang melanggar syariat Islam.
Pasal 2

PIHAK II telah bersepakat pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:


1. Apabila PIHAK II menginginkan untuk membeli barang tersebut sebelum
selesainya jangka waktu ijaroh sebagaimana bunyi Pasal I ayat 1, maka
para pihak dapat melakukan jual beli dengan memperhatikan nilai baku
pada saat itu atas barang tersebut.
2. Apabila PIHAK II secara sepihak mengakhiri ijaroh atas barang tersebut
sebelum selesainya jangka waktu sebagaimana bunyi Pasal I ayat 1 PIHAK
II harus mengembalikan barang menjadi obyek ijaroh tersebut kepada
PIHAK I secara utuh sebagaimana kesepakatan yang telah dilakunkan dan
dimengerti oleh para pihak, selambat-lambatnya ............ hari terhitung dari
tanggal pembayaran ijaroh pada bulan tersebut, tanpa kewajiban dari
PIHAK I untuk memberikan kompensasi-kompensasi apapun kepada PIHAK
II.
3. Apabila PIHAK II telah menyelesaikan kewajibannya untuk membayar uang
ijaroh sebagaimana bunyi Pasal 1, maka PIHAK I berjanji untuk
memindahkan hak kepemilikannya kepada PIHAK I dengan cara hibah

Pasal 3
Untuk menjamin kesungguhan PIHAK II dalam permintaan pembiayaan dengan
Akad Ijaroh Mumtahia bi at –Tamlik ini, maka:
1. Dalam hal PIHAK II membatalakan Perjanjian Akad Ijaroh Mumtahiya bi at-
Tamlik ini, maka PIHAK II harus memberikan ganti rugi sejumlah
.................. (..........................) yang bisa diambilkan dari uang muka yang
telah diberikan tersebut.
2. Dalam hal nilai uang muka lebih besar dari nilai kerugian, maka PIHAK I
akan mengembalikan jumlah uang sisa dari uang muka.
3. Dalam hal terjadi nilai uang muka lebih kecil dari nilai kerugian maka PIHAK
II bersepakat akan membayar kekurangannya.

Pasal 4

Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya akad sebagaimana tujuan


perjanjian Sewa beli ini maka :
1. PIHAK II bersedia menyerahkan jaminan berupa: ........................ sebagai
jaminan atas akad jual beli yang telah disepakati.
2. PIHAK II bersedia dan bertanggungjawab untuk melepaskan hak atas
jaminan tersebut pada Pasal 4 ayat 1 kepada PIHAK I, apabila PIHAK II
selama tiga periode angsuran tidak memenuhi kewajibannya untuk
mengangsur sebagaimana diatur terhadap barang tersebut dengan tanpa
sesuatu yang dikecualikan untuk menarik jaminan dan atau untuk
menjualnya kepada pihak manapun untuk melunasi kewajiban PIHAK II.
Kelebihan nilai jual jaminan dikembalikan pada PIHAK II.

Pasal 5

Kedua belah pihak bersepakat, bahwa segala sesuatu yang belum diatur dalam
akad ini, akan diatur dalam addendum adan atau surat-surat dan atau
lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan perjanjian ini.
Demikian perjanjian Jual Beli ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak
dengan suka rela (saling ridlo) tanpa paksaan dari pihak manapun.

.......................,...............2011

PIHAK I PIHAK II

(.........................................) (...............................)
Saksi:
1.........................................

2........................................

Anda mungkin juga menyukai