Anc 2
Anc 2
PEMBIMBING :
PENYUSUN :
JAKARTA
ABSTRAK
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal.Pada pengawasan wanita hamil hubungan dan pengertian baik antara wanita hamil
dan dokter tersebut harus ada. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit
tentang kehamilan. Tujuan pengawasan wanita hamil adalah menyiapkan ia sebaik – baiknya
fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Ibu hamil dianjurkan dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sedikitnya sebanyak 4
kali, yaitu I kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III.
Keyword : ANC,Trimester
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/ 100.000 KH pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN
2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015. Faktor yang
berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian
ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut
SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya
dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita
penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular
seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun
2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.1,2
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu,
janin dan bayinya. Menurut laporan GFATM Malaria periode tahun 2008 - 2010, di daerah
endemis, prevalensi ibu hamil positif Malaria 38,2%, dan menurut data SDKI 2007, di daerah
endemis malaria, ibu hamil yang memakai kelambu hanya 29,0%. Masalah lain adalah HIV pada
ibu hamil, selain mengancam keselamatan ibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-
child transmission). Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026 ibu hamil
yang menjalani test HIV, sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Sifilis
merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu mendapat perhatian. Ibu hamil
yang menderita Sifilis berpotensi untuk melahirkan bayi dengan Sifilis kongenital. Data terbatas
dari tiga kabupaten model, dari 2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil
(1,97%). Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
adalah Tuberkulosis (TB). Pada ibu hamil TB dapat memperburuk kesehatan dan status gizi ibu,
serta mempengaruhi tumbuh kembang janin dan risiko tertular pada bayinya.Penyakit kronis
seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma berat, dan gangguan jiwa sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir. Penanganan penyakit kronis
pada ibu hamil masih belum seperti yang diharapkan dan datanya juga belum terekam dengan
baik.Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil
dapat menyebabkan anemia yang akan menambah risiko perdarahan dan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah, prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di
samping kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan dan
Malaria.2,3
Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi garam
beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko kurang energi kronik
(KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup
(Riskesdas 2007).Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya,
perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan brain boos
termeliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil. Masalah Kekerasan
terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah global yang terkait dengan kesehatan dan hak
asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami
maupun orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama dan K4 - kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi,sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal
saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (data Kementerian Kesehatan tahun
2009). Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota
yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak
menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan
(missed opportunity).3
B. TUJUAN
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan
bayi yang sehat.
A. DEFINISI
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.Sehingga yang diharapkan pada
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit
dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak
terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan.
B. KONSEP PELAYANAN
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan,
pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir
serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,
sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal
terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi3
hal-hal sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat;
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.
Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
c) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.
d) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat bila diperlukan
e) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi
Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu
B. JENIS PELAYANAN
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter,
bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.2,3
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a) Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit
yang kemungkinan diderita ibu hamil:
Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi hari
namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak
perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan
berat badan menurun terus.
Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.
Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda bahaya
sehingga ibu hamil harus waspada.
Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari liang rahim dan
kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut. Dapat dicurigai ibu
menderita TBC.
Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah pada kehamilan
yang harus diwaspadai.
Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk
yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu
menderita kurang darah.
Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena
bayi menekan paru-paru ibu.Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke empat. Apabila gerakan
janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak
ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.
Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri,
tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan
karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya
maka akan dikonsulkan ke psikiater.
Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu hamil seringkali
sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau berterus terang pada kunjungan
pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas
kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.
Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,diuretika, anti
vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian obat
Malaria
Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit
menular seksual
Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,frekuensi dan
kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau dirumah sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga terdekat.
Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan dilibatkan untuk
kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu
melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan kesepakatan
bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat
persalinan termasuk tempat rujukan. Alat transportasi tersebut dapat berupa
mobil,ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan
mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa
diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kaderataupun sumber informasi
lainnya yang dapat dipercaya.Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan
minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
b) Pemeriksaan
Pemeriksaan Status Present ( kondisi saat ini ): Keadaan umum, nadi, TD,
Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat badan, tinggi badan. Bila ada
tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan
selanjutnya.Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi
(apakah
ada caries), tonsil / faring (apakah ada tonsilitis / faringitis), hal ini perlu diperhatikan
karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan
janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, dan lain-lain.
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan kandung kemih
dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.6,12
LEOPOLD I :
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).
LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan
kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah
mengalami engagement atau belum.
LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
Pemeriksaan genitalia eksterna ( kemaluan luar ), dan kalau perlu melakukan
pemeriksaan dalam (kalau tidak ada kontra indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk
mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian bawah anak, apakah dalam keadaan
inpartu, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil.2,3
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan
pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV. Fetal anomalies dengan
amniosintesis, USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak,
keadaan plasenta, dan lain-lain). Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan
seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan diagnosa.
Kehamilannya normal atau tidak. Kemudian dapat melakukan penyaringan pasien apakah
termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas
indikasi ibu dan anak. Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan
dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga medis akan
mengalami resiko kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan
kehamilannya.
Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama kehamilan. Kunjungan
pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, lalu 1 kali kunjungan selama
kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi
bila kehamilan dengan resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus
lebih sering.
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 %
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan
tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan
yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya
penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu
maupun bayi yang dikandungnya.6
Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya
disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang
umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun
ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan
ukuran pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada umumnya
disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan tidak
jelas, pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya, dan adanya massa di adneksa biasanya
disebabkan oleh kehamilan ektopik.6
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya disebabkan
oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi
segmen bawah rahim yang menjadi implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan
menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila
segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,
maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.
Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat
tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi
penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum.6
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40 %)
atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.6
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis dengan preeklampsia.6
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan
riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik
dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun tersembunyi (concealed):
- Trauma abdomen
- Preeklampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam rahim
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah sebagai berikut:
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil
maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan
kesehatan.
Asuhan Antenatal itu sendiri penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan
normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Tujuan dari asuhan
Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu
serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu. Disamping itu Antenatal Care juga bertujuan untuk mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan apakah ibu
hamil dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksa
diri secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Diunduh
dari www.Litbang.depkes.co.id, diakses pada 11 Juli 2014.
2. Data dan Informasi untuk Pimpinan, diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%20untuk%20Pim
pinan.pdf ,diakses pada 10 Juli 2014.
3. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu ; Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat 2010, diunduh dari www.kesehatanibu.depkes.go.id, diakses pada
11 Juli 2014.
4. Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret Duncan. 2005.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Jakarta: EGC
5. Ida bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed
2.EGC. Jakarta.
7. Adriaansz G,Asuhan Antenatal,Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit
Prawirohardjo. Jakarta. 2009. P278-287.
8. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: kesehatan wanita, bayi,
dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2006. p278-287.
10. Salimah; Rusmiati; Maryanah; Susanti Ni Nengah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.
Jakarta: EGC
11. Sastrawinata S. obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung, 2003.
12. Sherwood L., Human Physiology From Cells To Systems, 6th Edition, Thompson
Brooks/Cole, 2007.