ADNEXITIS
KELOMPOK VI
Disusun Oleh :
1. DEFINISI
Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu salah satu atau kedua
tuba falopii dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya
terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk
radang tersebut.
Tuba dan ovarium (adneksum) berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat
dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium, maka lazim
digunakan istilah kelainan adneksum. Istilah tumor adneks digunakan apabila
pembesaran terdapat di sebelah uterus, dan tidak diketahui apakah itu berasal dari tuba
atau dari ovarium, serta tidak atau belum diketahui pula apakah itu proses peradangan
atau neoplasma. Apabila itu jelas proses peradangan, maka istilahnya diubah menjadi
adneksitis (akuta atau kronika).
Pada adnexitis di samping cukup banyaknya durasi nyeri juga menyebabkan
keterbatasan yang nyata pada aktifitas, peran dan fungsi biologis wanita. Adnexitis
terutama terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita karena dapat
menimbulkan infertilitas karena adanya pembengkakan dan jaringan parut yang lengket
pada tuba falopii sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang).
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Adnexitis hanya
menyerang kaum wanita, karena merekalah yang memiliki rahim, sedangkan pria tidak.
Penyakit ini dapat membawa dampak yang serius jika tidak segera ditangani, seperti
kemandulan, kehamilan diluar rahim, keluarnya nanah dari vagina, dan nyeri panggul
kronis.
2. ETIOLOGI
Adnexitis terutama disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus.
Sebagian besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus, streptococcus,
staphylococcus, E. coli, chlamydia trachoma, dan clostridium, di mana bakteri-bakteri
tersebut hidup tanpa oksigen. Faktor air sangat dicurigai sebagai faktor penyebab
adnexitis, hal ini dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat masuk ke dalam tuba
falopii melalui vagina. Begitu pula dengan pembalut wanita yang kurang steril dan
micobacterium tuberculosa juga dapat menimbulkan adnexitis.
Adnexitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah menstruasi,
setelah aborsi dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran zat
horsestyle yang ikut keluar pada saat menstruasi, saat aborsi dan saat melahirkan. Zat
tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh terhadap mikroorganisme atau benda asing
yang akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau radang. Dengan berkurangnya
zat tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Sehingga mikroorganisme
atau benda asing dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna
dan menimbulkan reaksi berupa penyakit atau radang.
3. KLASIFIKASI
a) Salpingo-ooritis akut
Salpingo-ooritis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba sampai
uterus melalui mukosa . Pada endosalping tampak oedema serta hyperemia dan
infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh, tapi pada infeksi
yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada
daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal
yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba
abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika).
Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada
abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan,
seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium
welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri
dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke
peritoneum pelvic. Di sini timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan
dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali
normal. Hali ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di
mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi
penyumbatan lumen tuba. Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik
kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadang-kadang ovarium tidak ikut
meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada ovarium,
bahkan bisa terjadi abses ovarium.
b) Salpingo-ooritis kronik
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis salpingo-ooforitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa
nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada
kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang
tidak jelas dan yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan
apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan
batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak seberapa tinggi. Ruptura
tuba pada kehamilan ektopik terganggu disertai dengan gejala-gejala yang mendadak,
sangat nyeri, dan anemi. Umumnya peristiwa ini tidak menimbulkan banyak kesukaran
dalam diagnosis dferensial. Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya
pada abortus tuba suhu tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak
seberapa tinggi.
Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronik tidak selalu jelas, penyakit bisa
didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di
perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun.
Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang
bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea
sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari
biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang
dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
5. PATOFISIOLOGI
Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba
falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden
dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii
maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis
bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi
asenden antara lain: air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah
menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya
adanya spiral, perubahan membran mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah
yang mengalir dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor.
Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya
appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba
falopii. Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis
adnexitis micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa. Untuk
mengetahui adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa,
pemeriksaan gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya
penderita mengeluh nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi,
nyeri saat berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada
saat dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen
oleh karena adanya kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang,
terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan gynekologi saat
uterus di palpasi (dengan tussue) juga dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah
lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat pada saat kegiatan naik turun tangga dan
mengangkat barang-barang berat.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi pada salpingo-ooforitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan
umum, pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat
menjadi sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi salpingo-ooforitis akut
memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
a) Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
b) Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
c) Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan
salpingo-ooforitis akut
Pada salpingo-ooforitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub akut,
penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika keadaan
sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita di
nasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan
terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita
seringkali hilang atau sangat berkurang.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi
untuk terapi ini adalah :
1) Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3) Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping,
piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya.
4) Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini
sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar
bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan
dapat dilepaskan
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya pemeriksaan darah
lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan.
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini
tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima
gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.
Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan
adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu.Dengan
laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di
bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
1) Identitas
Wanita yang mengalami adneksitis bisa saja wanita yang sudah menikah ataupun
yang belum menikah. Semua wanita berpotensi untuk mengalami adneksitis,
terutama wanita pada usia subur, mulai dari wanita yang baru mengalami
menstruasi hingga yang menjelang menopause ataupun wanita yang sudah
menopause sendiri.
2) Keluhan utama
Sebagian besar adneksitis menimbulkan gejala berupa nyeri, dan bila sudah dalam
tingkatan yang tinggi akan menjadi nyeri yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila
pasien yang datang dengan adneksitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut
bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat,
disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh
servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang
seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan
infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
3) Riwayat kesehatan
Adneksitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita yang menderita PMS
dalam hal ini kaitannya adalah dengan penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit
gonorrhea lebih berpotensi mengalami adneksitis dibandingkan dengan wanita yang
sehat. Adneksitis juga dapat disebabkan oleh karena peradangan yang meluas dari
organ lain, appendiks misalnya, sehingga ibu dengan appendiks juga berisiko
mengalami adneksitis.
Wanita yang mengalami adneksitis bisa yang sudah pernah menggunakan alat
kontrasepsi maupun yang belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Namun,
pemasangan IUD merupakan salah satu fator penyebab dari terjadinya adneksitis,
sehingga perlu dikaji adakah riwayat penggunaan alat kontrasepsi berupa IUD
sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan alat kontrasepsi.
5) Pemeriksaan fisik
b. Abdomen
Pada penderita adneksitis, pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri
tekan pada bagian perut bawah di tempat terjadinya adneksitis. Setelah lewat
beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri
tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence
musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri
tekan yang nyata.
c. Ekstremitas
Pada penderita adneksitis umumnya tidak mengalami masalah pada
ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus adneksitis ada pula yang
mengalami oedema. Hanya saja pada kejadian anemis, maka dapat dilihat
perubahan dari warna kuku jari tangan dan kaki ibu.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur traktus lain.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur lain
Kriteria hasil :
Intervensi :
- Memberikan dukungan moral
Rasional : secara psikologis dapat meningkatkan rasa aman dan meningkatkan
rasa saling percaya
- Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baik nya
Rasional : meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan atau persepsi pasien
- Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien
Rasional : meningkatkan rasa nyaman dan memungkinkan pasien melakukan
komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 Th Umur : 30 Th
Suku : Banjar Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Arjuna I Rt. 40 No. 4 Alamat : Jl. Arjuna I Rt 40 No. 4
B. ANAMNESE
Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul: 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : Ingin memeriksakan diri
Keluhan : Ibu cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada perut
bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan
pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 3-4x pembalut/hari, keputihan berbau
dan gatal, Ibu mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri
pada saat buang air kecil
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 6 Hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 3 September 2010
5. Riwayat kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
6. Riwayat kesehatan keluarga
Suami mengeluh bila BAK keluar nanah. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
menular dan riwayat penyakit gangguan system reproduksi.
7. Keadaan psikososial
Ibu tinggal dirumah
8. Data biologis
a. Pola Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi, lauk pauk, dan
buah.
b. Pola Eliminasi
BAB : 1–2 kali sehari
BAK : 4-5 kali sehari
c. Pola Istirahat
Siang : 1-2 jam
Malam : 7-8 jam
d. Pola Seksual
Kegiatan seksual dilakukan 2 kali seminggu dan akhir-akhir ini sering terasa nyeri.
e. Personal Hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari
C. DATA FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 T : 37,5oC N : 84 x/mnt R : 20x/mnt
BB : 55 Kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1. Mata :
- Kelopak Mata : Tidak tampak oedema
- Sklera Mata : Tidak tampak ikterik
- Konjungtiva : Tidak tampak anemis
2. Hidung : Tampak normal, tidak tampak ada pengeluaran secret
yang berlebihan
3. Muka ( expresi wajah ) : Tampak agak cemas
4. Mulut dan gigi : Tampak lembab, kemerahan, gigi tampak lengkap,
dan tidak ada karies dentis
5. Leher : Tidak tampak adanya pembesaran
6. Dada : Tampak simetris
b. Palpasi : Adanya nyeri tekan pada daerah perut bagian bawah sebelah kiri
3. Pemeriksaan Ginekologi
Periksa Dalam
Inspeksi Inspekulo
- Vulva : Tidak tampak oedema, tidak tampak adanya varises.
- Portio : Tidak tampak adanya erosi, tampak pengeluaran sekret kental dan berbau.
- Vagina : Tidak ada kelainan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra dan kandung kemih.
2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur lain
Manuaba. Ida Bagus Gde. 2001. Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta:
EGC
Nanda NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jilid 2 (Nanda NIC NOC)
1. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat dengan riwayat saat masuk rumah sakit pasien
mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah, mengalami demam, mual dan tidak nafsu
derajat celcius. Pasien berbaring dengan posisi miring dan lutut ditekuk.
Apakah pengakajian yang harus dilakukan untuk melengkapi data pasien tersebut?
d. USG abdomen
e. Periksa leukosit
2. Seorang perempuan berusia 29 tahun dirawat di ruang Interna dengan diagnose medis
gastritis. Pada pengkajian ditemukan keluhan nyeri ulu hati, perih, mual, muntah, tampak
kelelahan, pasien merasa tidak nyaman dan sering terlambat makan karena sibuk bekerja.
Saat ini pasien sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik.
a. Infeksi
b. Bakteri
c. Tukak Lambung
d. Stress
2017 dengan keluhan nyeri perut saat disentuh, nyeri hilang timbul, terasa ditusuk-tusuk,
pusing, kelelahan, demam, mual, muntah, nafsu makan menurun. Pemeriksaan fisik
22x/menit. Dari data diatas didapatkan diagnose medis adalah peritonitis. Dan menurut
Apakah diagnose keperawatan utama preop yang tepat untuk kasus diatas?
c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan