Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ADNEXITIS

KELOMPOK VI

Disusun Oleh :

Elsa Risky Andari 1401470007

Audina Zefa Fabela 1401470015

Agus Ismawan 1401470019

Fita Purnamasari Rahmadhani 1401470027

Dian Widhi Pawestri 1401470036

Rifqa Aulia Masruroh 1401470037

Rizky Ahmad Giantaka 1401470042

Noviatus Solichah 1401470058

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
ADNEXITIS

1. DEFINISI
Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu salah satu atau kedua
tuba falopii dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya
terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk
radang tersebut.
Tuba dan ovarium (adneksum) berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat
dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium, maka lazim
digunakan istilah kelainan adneksum. Istilah tumor adneks digunakan apabila
pembesaran terdapat di sebelah uterus, dan tidak diketahui apakah itu berasal dari tuba
atau dari ovarium, serta tidak atau belum diketahui pula apakah itu proses peradangan
atau neoplasma. Apabila itu jelas proses peradangan, maka istilahnya diubah menjadi
adneksitis (akuta atau kronika).
Pada adnexitis di samping cukup banyaknya durasi nyeri juga menyebabkan
keterbatasan yang nyata pada aktifitas, peran dan fungsi biologis wanita. Adnexitis
terutama terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita karena dapat
menimbulkan infertilitas karena adanya pembengkakan dan jaringan parut yang lengket
pada tuba falopii sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang).
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Adnexitis hanya
menyerang kaum wanita, karena merekalah yang memiliki rahim, sedangkan pria tidak.
Penyakit ini dapat membawa dampak yang serius jika tidak segera ditangani, seperti
kemandulan, kehamilan diluar rahim, keluarnya nanah dari vagina, dan nyeri panggul
kronis.
2. ETIOLOGI
Adnexitis terutama disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus.
Sebagian besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus, streptococcus,
staphylococcus, E. coli, chlamydia trachoma, dan clostridium, di mana bakteri-bakteri
tersebut hidup tanpa oksigen. Faktor air sangat dicurigai sebagai faktor penyebab
adnexitis, hal ini dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat masuk ke dalam tuba
falopii melalui vagina. Begitu pula dengan pembalut wanita yang kurang steril dan
micobacterium tuberculosa juga dapat menimbulkan adnexitis.
Adnexitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah menstruasi,
setelah aborsi dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran zat
horsestyle yang ikut keluar pada saat menstruasi, saat aborsi dan saat melahirkan. Zat
tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh terhadap mikroorganisme atau benda asing
yang akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau radang. Dengan berkurangnya
zat tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Sehingga mikroorganisme
atau benda asing dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna
dan menimbulkan reaksi berupa penyakit atau radang.

3. KLASIFIKASI

a) Salpingo-ooritis akut
Salpingo-ooritis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba sampai
uterus melalui mukosa . Pada endosalping tampak oedema serta hyperemia dan
infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh, tapi pada infeksi
yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada
daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal
yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba
abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika).
Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada
abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan,
seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium
welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri
dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke
peritoneum pelvic. Di sini timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan
dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali
normal. Hali ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di
mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi
penyumbatan lumen tuba. Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik
kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadang-kadang ovarium tidak ikut
meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada ovarium,
bahkan bisa terjadi abses ovarium.
b) Salpingo-ooritis kronik

Dapat dibedakan antara

1) Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel


mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi cairan
tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping folikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan
berdinding tipis, sedang hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan
kecil.
2) Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang
berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan di
sekitarnya.
3) Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika dinding tuba
menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit-
sedikit di tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-
jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus.
4) Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel
ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.
Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri, daru stadium akut dapat memasuki
stadium menahun.
5) Abses ovarial
6) Salpingitis tuberculosis

4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis salpingo-ooforitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa
nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada
kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang
tidak jelas dan yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan
apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan
batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak seberapa tinggi. Ruptura
tuba pada kehamilan ektopik terganggu disertai dengan gejala-gejala yang mendadak,
sangat nyeri, dan anemi. Umumnya peristiwa ini tidak menimbulkan banyak kesukaran
dalam diagnosis dferensial. Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya
pada abortus tuba suhu tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak
seberapa tinggi.
Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronik tidak selalu jelas, penyakit bisa
didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di
perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun.
Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang
bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea
sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari
biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang
dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
5. PATOFISIOLOGI

Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba
falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden
dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii
maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis
bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi
asenden antara lain: air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah
menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya
adanya spiral, perubahan membran mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah
yang mengalir dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor.

Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya
appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba
falopii. Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis
adnexitis micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa. Untuk
mengetahui adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa,
pemeriksaan gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya
penderita mengeluh nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi,
nyeri saat berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada
saat dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen
oleh karena adanya kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang,
terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan gynekologi saat
uterus di palpasi (dengan tussue) juga dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah
lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat pada saat kegiatan naik turun tangga dan
mengangkat barang-barang berat.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi pada salpingo-ooforitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan
umum, pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat
menjadi sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi salpingo-ooforitis akut
memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
a) Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
b) Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
c) Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan
salpingo-ooforitis akut
Pada salpingo-ooforitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub akut,
penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika keadaan
sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita di
nasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan
terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita
seringkali hilang atau sangat berkurang.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi
untuk terapi ini adalah :
1) Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3) Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping,
piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya.
4) Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini
sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar
bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan
dapat dilepaskan

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya pemeriksaan darah
lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan.
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini
tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima
gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.
Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan
adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu.Dengan
laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di
bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian

1) Identitas

Wanita yang mengalami adneksitis bisa saja wanita yang sudah menikah ataupun
yang belum menikah. Semua wanita berpotensi untuk mengalami adneksitis,
terutama wanita pada usia subur, mulai dari wanita yang baru mengalami
menstruasi hingga yang menjelang menopause ataupun wanita yang sudah
menopause sendiri.

2) Keluhan utama

Sebagian besar adneksitis menimbulkan gejala berupa nyeri, dan bila sudah dalam
tingkatan yang tinggi akan menjadi nyeri yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila
pasien yang datang dengan adneksitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut
bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat,
disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh
servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang
seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan
infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.

3) Riwayat kesehatan

Adneksitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita yang menderita PMS
dalam hal ini kaitannya adalah dengan penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit
gonorrhea lebih berpotensi mengalami adneksitis dibandingkan dengan wanita yang
sehat. Adneksitis juga dapat disebabkan oleh karena peradangan yang meluas dari
organ lain, appendiks misalnya, sehingga ibu dengan appendiks juga berisiko
mengalami adneksitis.

4) Riwayat penyakit sebelumnya

Wanita yang mengalami adneksitis bisa yang sudah pernah menggunakan alat
kontrasepsi maupun yang belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Namun,
pemasangan IUD merupakan salah satu fator penyebab dari terjadinya adneksitis,
sehingga perlu dikaji adakah riwayat penggunaan alat kontrasepsi berupa IUD
sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan alat kontrasepsi.

5) Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan leher


Hasil pada pemeriksaan pada kepala dan leher akan mengikuti hasil
pemeriksaan umum. Bila keadaan umum klien tampak anemis maka keadaan
wajah akan menunjukkan tanda-tanda anemis seperti pucat dan konjungtiva
berwarna pucat pula.

b. Abdomen
Pada penderita adneksitis, pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri
tekan pada bagian perut bawah di tempat terjadinya adneksitis. Setelah lewat
beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri
tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence
musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri
tekan yang nyata.

c. Ekstremitas
Pada penderita adneksitis umumnya tidak mengalami masalah pada
ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus adneksitis ada pula yang
mengalami oedema. Hanya saja pada kejadian anemis, maka dapat dilihat
perubahan dari warna kuku jari tangan dan kaki ibu.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur traktus lain.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Rencana Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur lain

Kriteria hasil : tidak ada nyeri didaerah panggung


Intervensi :
- Catat lokasi, lamanya, intensitas, skala penyebaran nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
- Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot
- Bantu atau dorong melakukan relaksasi nafas dalam
Rasional ; membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional : analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri

2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kegiatan


perioperatif
Tanda :
a) Mengungkapkan rasa takut pembedahan
b) Menyatakan kurang pemahaman
c) Meminta informasi

Kriteria hasil :

1) Sedikit melaporkan kecemasan berkurang


2) Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur pembedahan

Intervensi :
- Memberikan dukungan moral
Rasional : secara psikologis dapat meningkatkan rasa aman dan meningkatkan
rasa saling percaya
- Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baik nya
Rasional : meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan atau persepsi pasien
- Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien
Rasional : meningkatkan rasa nyaman dan memungkinkan pasien melakukan
komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Kriteria evaluasi : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi :
- Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi
- Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik.
Rasional : Dapat megurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan
pasien terhadap rencana terapeutik
- Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan untuk mendeteksi isyarat indikatif
kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
Rasional : Mengurangi kecemasan pasien dan keluarga.
KASUS

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 Th Umur : 30 Th
Suku : Banjar Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Arjuna I Rt. 40 No. 4 Alamat : Jl. Arjuna I Rt 40 No. 4

B. ANAMNESE
Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul: 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : Ingin memeriksakan diri
Keluhan : Ibu cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada perut
bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan
pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 3-4x pembalut/hari, keputihan berbau
dan gatal, Ibu mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri
pada saat buang air kecil

2. Penyakit yang pernah dialami


Ibu tidak pernah mengalami penyakit yang serius
3. Riwayat obstetric
Ibu belum memiliki anak dan tidak ada memiliki gangguan reproduksi

4. Riwayat menstruasi
 Menarche : 12 Tahun
 Siklus : 28 Hari
 Lama : 6 Hari
 Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/hari
 HPHT : 3 September 2010
5. Riwayat kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
6. Riwayat kesehatan keluarga
Suami mengeluh bila BAK keluar nanah. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
menular dan riwayat penyakit gangguan system reproduksi.
7. Keadaan psikososial
Ibu tinggal dirumah
8. Data biologis
a. Pola Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi, lauk pauk, dan
buah.
b. Pola Eliminasi
 BAB : 1–2 kali sehari
 BAK : 4-5 kali sehari
c. Pola Istirahat
 Siang :  1-2 jam
 Malam :  7-8 jam
d. Pola Seksual
Kegiatan seksual dilakukan 2 kali seminggu dan akhir-akhir ini sering terasa nyeri.
e. Personal Hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari

C. DATA FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 T : 37,5oC N : 84 x/mnt R : 20x/mnt
BB : 55 Kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1. Mata :
- Kelopak Mata : Tidak tampak oedema
- Sklera Mata : Tidak tampak ikterik
- Konjungtiva : Tidak tampak anemis
2. Hidung : Tampak normal, tidak tampak ada pengeluaran secret
yang berlebihan
3. Muka ( expresi wajah ) : Tampak agak cemas
4. Mulut dan gigi : Tampak lembab, kemerahan, gigi tampak lengkap,
dan tidak ada karies dentis
5. Leher : Tidak tampak adanya pembesaran
6. Dada : Tampak simetris
b. Palpasi : Adanya nyeri tekan pada daerah perut bagian bawah sebelah kiri

3. Pemeriksaan Ginekologi
Periksa Dalam
Inspeksi Inspekulo
- Vulva : Tidak tampak oedema, tidak tampak adanya varises.
- Portio : Tidak tampak adanya erosi, tampak pengeluaran sekret kental dan berbau.
- Vagina : Tidak ada kelainan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra dan kandung kemih.
2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra, kandung kemih dan
struktur lain

Kriteria hasil : tidak ada nyeri didaerah panggung


Intervensi :
- Catat lokasi, lamanya, intensitas, skala penyebaran nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
- Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot
- Bantu atau dorong melakukan relaksasi nafas dalam
Rasional ; membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional : analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri

2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Kriteria evaluasi : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi :
- Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi
- Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik.
Rasional : Dapat megurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan
pasien terhadap rencana terapeutik
- Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan untuk mendeteksi isyarat indikatif
kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
Rasional : Mengurangi kecemasan pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran.1984.Obstetri


Patologi. Bandung: Elstar Offset

Darmadi, DR. 2008. Infeksi Nosokomial:Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:


Salemba Medika

Manuaba. Ida Bagus Gde. 2001. Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta:
EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

Nadesul, Hendrawan dr.2008. Cara sehat menjadi perempuan. Jakarta: Kompas

Nanda NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jilid 2 (Nanda NIC NOC)

Prawiroharjo.2005.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono, Winkjosastro, Hanifa.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Soal Kelompok 6

1. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat dengan riwayat saat masuk rumah sakit pasien

berjalan membungkuk sambil memegang perut. Hasil pengkajian ditemukan pasien

mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah, mengalami demam, mual dan tidak nafsu

makan. Ditemukan tanda-tanda vital RR = 24x/menit, TD =120/80mmHg, suhu= 30

derajat celcius. Pasien berbaring dengan posisi miring dan lutut ditekuk.

Apakah pengakajian yang harus dilakukan untuk melengkapi data pasien tersebut?

a. Melakukan pengkajian pada titik Mc Burney

b. Mengkaji respon verbal pasien

c. Mengukur skala nyeri

d. USG abdomen

e. Periksa leukosit

2. Seorang perempuan berusia 29 tahun dirawat di ruang Interna dengan diagnose medis

gastritis. Pada pengkajian ditemukan keluhan nyeri ulu hati, perih, mual, muntah, tampak

kelelahan, pasien merasa tidak nyaman dan sering terlambat makan karena sibuk bekerja.

Saat ini pasien sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik.

Apakah factor penyebab timbulnya keluhan tersebut?

a. Infeksi

b. Bakteri

c. Tukak Lambung

d. Stress

e. Makan tidak teratur


3. Seorang wanita yang berusia 45 tahun datang ke IGD RSUD Wonorejo tanggal 10 April

2017 dengan keluhan nyeri perut saat disentuh, nyeri hilang timbul, terasa ditusuk-tusuk,

pusing, kelelahan, demam, mual, muntah, nafsu makan menurun. Pemeriksaan fisik

menunjukkan TD : 110/90mmHg, Nadi: 100x/menit, Suhu: 39 derajat celcius, RR:

22x/menit. Dari data diatas didapatkan diagnose medis adalah peritonitis. Dan menurut

advise dokter akan dilakukan tindakan operasi.

Apakah diagnose keperawatan utama preop yang tepat untuk kasus diatas?

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan ekstraseluler,

intravaskuler dan area interstisial kedalam usus dan/atau area peritoneal

b. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan cairan di dalam peritoneal

c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan mual, muntah, nafsu makan menurun

d. Ansietas berhubungan dengan kritis situasi, ancaman kematian, status hipermetabolik

e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah informasi

Anda mungkin juga menyukai