Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Keselamatan Pasien

RCA (Root Cause Analysis)

Dosen Pembimbing : Ns. Esthika Ariany Maisa, S. Kep

Oleh : Kelompok 4

1. Lola Yunita Kristina 1210321019


2. Ratna Ning Hanoom 1210322007
3. Fitria Ananda Putri 1210322012
4. Wulan Yulastri 1210322021
5. Rezi Sriwahyuni Aknur 1210322022
6. Mutia Suandi 1210323026
7. Lina Annisa Fauziyyah 1210323032

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Root
Cause Analysis (RCA)”.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman,
dan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.

Padang, Februari 2014

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................

1.3 Tujuan ..............................................................................................................

1.4 Manfaat ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi tumor otak ..........................................................................................

2.2 Anatomi dan Fisiologi sistem saraf ..................................................................

2.3 Etiologi .............................................................................................................

2.4 Patofisiologi .....................................................................................................

2.5 WOC ................................................................................................................

2.6 Manifestasi klinis .............................................................................................

2.7 Pemeriksaan tumor otak ...................................................................................

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................

4.2 Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi RCA (Root Cause Analysis)

Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah


alat kerja yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu
insiden yang telah terjadi. Sedangkan untuk menganalisa masalah yang
belum terjadi, kita menggunakan alat yang disebut FMEA yang telah
dibahas pada posting terdahulu.
Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa
mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi
dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut
dikemudian hari. Berikut ini adalah tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk
memulai suatu aktifitas RCA.

2.2 Klasifikasi Insiden


Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur
lengkap RCA. Masalah harus dilakukan klasifikasi dan prioritas.
Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam pekerjaan. Hal ini karena prosedur
lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus, jumlahnya terbatas di
organisasi, dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sehingga, organisasi
perlu menetapkan suatu metode klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya
masalah yang masuk kriteria saja yang dilanjutkan ke prosedur RCA.
Sementara masalah lain yang tidak masuk kriteria, tetap dilakukan analisa
menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi tidak seluruh urutan prosedur
lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur lengkap RCA adalah
seluruh tahapan prosedur dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan
prioritas masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan
Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood. Consequence adalah seberapa

5
berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah seberapa
sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat
menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin
berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan
Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka
hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi
angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat
menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 –
6), kecil (1 – 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini.
Organisasi dapat membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang
mempunyai peringkat ekstrim (15 – 25) saja yang dilakukan prosedur RCA.

Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena
dampak dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV,
Hepatitis B, C, dll). Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini
terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20
(ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur
RCA.

Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi
sangat jarang terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan
dilakukan prosedur RCA.

2.3 Membentuk Tim RCA


Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting.
Tanpa tim yang representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid.
Rekomendasi yang dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu
perhatian khusus untuk menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi
anggota tim.

6
Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten
dalam bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam
posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan
masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli
dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim
jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.

Contoh:
Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer
keperawatan, manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer
penunjang medis, koordinator K3.

2.4 Mengumpulkan Data


Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran seobyektif mungkin atas peristiwa yang telah
terjadi. Ingat, yang dikumpulkan hanya data, bukan asumsi, kesan, atau
tafsiran. Sumber data dapat diperoleh dari:
a. catatan medis
b. wawancara orang yang terlibat
c. wawancara dengan seluruh saksi
d. kunjungan ke lokasi kejadian
e. peralatan yang terlibat
f. dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melengkapi fakta yang terjadi.
Disamping itu, diperlukan juga pengumpulan data-data berikut ini:
a. kebijakan dan prosedur internal organisasi
b. peraturan atau perundang-undangan
c. standard mutu
d. referensi ilmiah terkini
e. dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melihat kesenjangan (gap) yang
terjadi antara fakta yang terjadi dengan yang seharusnya dilakukan.

7
2.5 Memetakan Informasi
Setelah seluruh data terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi
dengan menggunakan data-data yang tersedia. Seluruh data disusun
menurut urutan kejadiannya. Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk
memetakan urutan kejadian ini, misalnya:
a. Narrative Chronology
b. Time Person Grid
c. Timelines
d. Tabular Timelines
Informasi perihal kapan masing-masing alat tersebut dipakai,
kelebihan, kekurangan, dan contohnya dapat dilihat disini (halaman 5).
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan
narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal
dan prosesnya tidak kompleks.

Contoh:

2.6 Identifikasi dan Memprioritaskan Masalah


Setelah seluruh data dipetakan, mulailah kita masuk ke tahap awal
analisa masalah, yaitu dengan mengidentifikasinya. Identifikasi masalah ini
sangat penting, dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memahami
proses yang standard (yang seharusnya terjadi). Caranya adalah dengan
meneliti seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah kejadian-
kejadian tersebut terjadi sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak.
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti:
Kebijakan dan prosedur internal organisasi, peraturan atau perundang-
undangan, standard mutu, referensi ilmiah terkini, dan lain-lain. Jika

8
ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard, referensi
ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah. Setelah masalah
teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah
kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya
insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama.
Pada kasus sederhana seperti tertusuk jarum di atas, masalah tertusuk
jarum dapat dipakai sebagai masalah itu sendiri. Tetapi jika masalahnya
kompleks dan melibatkan banyak pihak / departemen, masalahnya harus
diidentifikasi satu demi satu.

2.7 Analisa Untuk Mencari Faktor yang Berperan


Masalah-masalah yang telah diidentifikasi kemudian dianalisa untuk
mencari faktor yang berkontribusi. Ada dua alat terkenal yang biasanya
dipakai untuk analisa ini, yaitu 5 Why dan diagram tulang ikan. Contoh
format diagram tulang ikan dapat dilihat disini.
5 Why dilakukan dengan cara bertanya “Why” sampai 5 kali
terhadap suatu masalah sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat
dikemukakan. Namun, 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, yaitu
bentuk pertanyaannya sangat terbuka dan tidak terarah. Sehingga, hasilnya
sangat tergantung pada latar belakang penanya dan yang ditanya. Boleh
jadi, untuk satu masalah yang sama tapi dilakukan oleh dua orang yang
berbeda, akan didapatkan hasil yang berbeda.
Karena 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, maka yang
dianjurkan adalah menganalisa masalah menggunakan diagram tulang ikan.
Diagram tulang ikan dirancang untuk mencari faktor yang berperan dengan
terarah. Untuk memudahkan mencari faktor yang berperan pada diagram
tulang ikan, dapat digunakan pertanyaan triase faktor yang berperan.
Pertanyaan triase tersebut dapat anda lihat disini (halaman 8). Anda juga
dapat mencari faktor yang berperan dengan menggunakan alat bantu tabel
contributing faktor yang dikeluarkan oleh NPSA, yang dapat anda
lihat disini (halaman 14).

9
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, contoh diagram tulang
ikannya dapat dilihat disini (halaman 22).
Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan
terhadap insiden tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan
prosedur pertanyaan “5 Why” sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat
dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang biasanya merupakan akar
masalah.

Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar masalahnya adalah:


a. Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan).
b. Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur).
c. Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor
penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat
pernyataan sebab akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita
dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk
menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.

Contoh pernyataan sebab akibat:


a. Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka
belum ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai
alat tersebut, yang menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah
terjadinya insiden tertusuk jarum.
b. Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD
ditutup lagi setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang
mengakibatkan meningkatnya peluang terjadinya insiden tertusuk
jarum.
c. Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang
menyebabkan terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.

2.8 Menyusun Rekomendasi Penyelesaian Masalah


Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari
aktifitas RCA ini. Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat

10
diselesaikan dan terus membebani organisasi. Ibarat berobat ke dokter,
pasien tidak cukup diberi tahu tentang diagnosanya, tapi jauh lebih penting
adalah diberi pengobatan yang tepat.
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman
yang memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti
penting dari anggota tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi
dan kapasitas yang memadai untuk melakukan hal itu. Referensi yang
dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas dapat dipakai untuk
membantu proses ini.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian
masalah ini. Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).
Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu
memahami dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan
kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang
dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah
sebagai berikut:

Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang


tidaklah sama. Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling
lemah adalah kebijakan / prosedur.

Contoh:

11
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif
dalam mencegah insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan
prosedur yang benar (kebijakan / prosedur).
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita
ingin mencari solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa
alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah cari solusi lain.
Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan berpedoman
pada ilustrasi di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum
tersebut adalah seperti yang dapat anda lihat disini (halaman 23).
Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat
rekomendasi penyelesaian masalah. Rekomendasi penyelesaian masalah
yang baik harus juga mencantumkan ukuran keberhasilan, penanggung
jawab, dan batas waktu penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar
rekomendasi yang kita berikan dapat diukur keberhasilan pelaksanaannya,
jelas siapa penanggung jawabnya, serta ada batas waktu yang jelas kapan
rekomendasi itu harus terlaksana.

Contoh rekomendasi kasus tertusuk jarum dapat anda


lihat disini (halaman 24).

2.9 Membuat Laporan RCA


Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA
mulai dari awal sampai rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian
disampaikan kepada pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses
persetujuan ini sangat penting. Karena tanpa persetujuan pemimpin,
rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai