Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman ditemukan Ducrey pada tahun 1889.
Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah,
laporan-laporan hanya datang dari beberapa negara yang sudah berkembang, karena
kesukaran menemukan penyebabnya. Karena kurangnya fasilitas diagnostik, sering terjadi
salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium pertama. CHAPEL dkk. (1977) hanya
dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis
sebagai ulkus mole.1

Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara berkembang terutama dengan higiene
dan sosio-ekonomi rendah. Transmisi penyakit ini selain melalui hubungan seksual dapat
pula melalui autoinokulasi.2

Haemophilus ducreyi dapat menyebabkan ulkus genitak yang lunak dan nyeri atau
soft chancre (ulkus mole), kadang-kadang disertai oleh limfadenopati inguinal yang nyeri.
Meskipun umum dijumpai di sebagian negara yang sedang berkembang, penyakit ini sudah
jarang di Amerika Serikat. Pemakaian obat terlarang dan menjual seks demi narkoba
merupakan faktor resiko yang penting. Penting diingat, infeksi ini merupakan kofakator untu
infeksi HIV dan sifilis.3

Tujuan

Tujuan pembuatan dan pembahasan referat adalah sebagai bahan pembelajaran agar
dapat mengenal penyakit ulkus mole, memahami cara menegakan diagnosis ulkus mole
melalui anamnesis, rangkaian pemeriksaan, dan pemeriksaan penunjang, serta memahami dan
dapat menerapkan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan klinis pasien.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Ulkus mole (chanroid) adalah penyakit alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Steptobacillus durey (Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis
yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering
disertai pernanahan kelenjar getah bening regional.1

Infeksi Haemophylus ducreyi (H. Ducreyi) ini, suatu fakultatif anaerobik basil
gram-negatif yang memerlukan hemin (faktor x) untuk pertumbuhannya. Ulkus
mole dominan mengenai laki-laki heteroseksual dan banyak kasus berasal dari
prostitusi yang sering carrier tanpa keluhan.2

Gambar 1. Chancroid. Beberapa ulkus kecil-kecil, nyeri.

Dasar purulen berbeda dengan chancre pada siflis.2

2
Gambar 2. Kombinasi nyeri ulkus genital danadenopati inguinal supuratif yang lunak.3

II. Sinomim

Soft chancre, chanroid, soft core.1

III. Epidemiologi

Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,
terutama di kota dan pelabuhan. Perbaikan tingkat ekonimi mempengaruhi
berkurangannya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Selain
penularan melalui hubungan seksual, secara kebetulan juga dapat mengenai hari
dokter atau perawat.1

Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran


membuat diagnosis. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna.
Beberapa faktor menunjukan bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil
ducreyi, tanpa gejala klinis, biasanya wanita tuna susila.1

Penyakit chancroid lebih banyak didiagnosis pada laki-laki dengan rasio laki-
laki : perempuan antara 3 : 1 sampai 25 : 1 atau lebih tinggi. Prevalensi chancroid
tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah, terutama pada pekerja seks.
Diantara pekerja seks, prevalensi ulkus genital antara 5-35% dan H. Ducreyi dapat
dikultur dari kira-kira 50% dari ulkus tersebut. Baru-baru ini beberapa penelitian

3
di Afrika dan Thailand memperlihatkan bahwa chancroid merupakan faktor resiko
penting penyebaran HIV pada heteroseksual.

IV. Etiologi

Basil H.durreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung membulat,


tidak bergerak dan tidak membentuk spora, gram-negatif, anaerob fakultatif yang
membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhan, mereduksi nitrat menjadi
nitrit, dan mempunyai DNA berisi guanosine plus-cytosine fraksi 0,38 mole.1,4

Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama dapat di


lihat pada biakan sehingga disebut juga Streptobacillu. Basil ini pada lesi terbuka
di daerah genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih
mudah dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara
aspirasi abses kelenjar inguinal. Kuman ini sukar dibiak.1

Gambar 3. Haemophilus ducrey.6

Dalam karangan-karangan terkhir mengenai penyebab penyakit ini


timbul keragu-raguan, apakah ulkus mole merupakan penyakit yang
disebabkan oleh satu organisme (H.ducreyi), atau satu penyakit campuran
yang disebabkan lebih dari pada satu organisme. CHAPEL dkk. (1978)
menyatakan bahwa organisme selain H.ducreyi dapat menimbulkan ulkus

4
yang tidak dapat dibedakan dengan ulkus mole, dan beberapa ulkus
mengandung flora polimikrobial. Karena kesukaran menemukan penyebab dan
ditemukan organisme yang multipel yang dapat diisolasi dari ulkus penis,
timbul kesukaran mencari hubungan antara gambaran klinis dan penemuan
laboratorik.1

H. ducreyi adalah basil pemilih. Untuk mendapatkan nilai yang


optimal dari kultur positif, Nszane et al.10 merekomendasikan penggunaan
kedua media secara bersamaan: agar gonokokal dilengkapi dengan
hemoglobin sapi dan agar Mueller-Hinton dilengkapi dengan darah cokelat
kuda, masing-masing dengan 5% serum janin anak sapi. Pertumbuhan terbaik
pada 30 ° C hingga 33 ° C (86 ° F ke 91,4 ° F) dalam suasana jenuh air.4

V. Patogenesis dan imunokimia

Patogenesis penyakit ini belum diseliki secara mendalam Sehingga


sangat sedikit yang diketahui tentang patogenesis infeksi H. Ducreyi. Trauma
atau luka lecet perlu dipikirkan untuk penetrasi basil ke dalam epidermis dan
untuk induksi lesi chancroid percobaan pada lengan kulit harus diskarifikasi.

Jumlah inokulim untuk menimbukan infeksi tidak diketahui. Pada lesi,


organisme terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau bebas berkelompok
(mengumpul) dalam jaringan interstisial.1

Pada percobaan kelinci, seperti pada manusi, beberapa galur H.ducreyi


diketahui virulen, sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. Beberapa
penyelidik mengatakan bahwa virulensi dapat hilang dengan kultivasi serial
sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk menimbulkan lesi di kulit.
Organisme yang avirulensi dilaporkan lebih rentan terhadap antimikroba
terutama polimiksin. Limfadenitis yang terjadi pada infeksi H.ducreyi diikuti
dengan dengan respon inflamasi sehingga terjadi supurasi. Kemungkinan
terdapat sifat-sifat H.ducreyi yang tidak diketahui dan unik yang menimbulkan
bubo supuratif. Respon imun yang berhubungan dengan patogenesis dan
kerentanan penyakit tidak diketahui. Penyelidikan sebelum menemukan
respon hipersensifitas lambat dan respon antibodi pada para penderita dengan

5
chancroid dan pada binatang percobaan. Antibodi ditemukan dengan cara
fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan tes fluoresens antibodi indirek.
Reaktivasi silang antara antisera yang dihasilkan terhadaot antigen H.ducreyi
murni dan ekstral antigen dari spesies Haemophilus lain telah ditemukan.1

VI. Gejala klinis

Masa inkubasi berkisar 1-14 hari pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi
kebanyakan multipel, jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada daerah
ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudia menjadi vesiko-pustul
pada tempat inokulasi cepat pecah menjadi ulkus.

Ulkus : kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk cawan,
pinggir tidak rata. Sering bergaun dan dikelilingi halo yang erimatosa. Ulkus sering
tertutup dengan jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa haringan granulasi yang mudah
berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat predileksi pada laki-laki ialah
permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius, frenulum penis, dan batang penis.
Dapat juga timbul lesi di dalam uretra, skrotum, perenium atau anus. Pada wanita
ialah labia, klitoris, fourchette, vestibuli, anus, dan serviks.

Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jaringan, bibir, payudara, umbilikus,


dan konjungtiva. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul lesi
yang multipel, dengan cara ini dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen, dan paha.

Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau malese
ringan.

Jenis-jenis bentuk klinis1-4

1. Ulkus mole folikularis


Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis yang
disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini dapat timbul pada
vulva dan pada daerah berambut di sekitar genitalia dan sangat superficial.

6
2. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya tidak
teratur dan tepi berdarah.

3. Transient chancroid (chancre mou valant)


Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetap 2-3 minggu kemudian diikuti timbulnya
bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini menyerupai limfogranuloma
venereum.

4. Papular chancoroid (ulkus mole elevatum)


Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium II.

5. Giant chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tapi meluas dengan cepat dan menutupi satu daerah.
Sering mengikuti abses inguinal yang pecah dan dapat meluas ke daerah suprapubis
bahkan daerah paha dengan cara autoinokulasi.

6. Phagedenic chancroid

Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas. Genitalia
eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi organisme Vincent.

7. Time serpiginosa

Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke daerah lipat
paha atau paha, ulkus jarang menyembuh, dapat menetap berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.

7
Gambar 4. Laki-laki dengan ulkus genital yang menyakitkan.6

Gambar 5 . Unilateral lymphadenitis dengan eritema diatasnya.6

Bubo

Adenitis daerah inguinal timbul pada setengah kasus ulkus mole. Sifatnya
unilatera, erimatosa, membesar dan nyeri. Timbul beberapa hari sampau 2 minggu
setelah lesi primer. Lebih dari pada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi.

VII. Komplikasi
1. Mixed chancre
Kalau disertai sifilis stadium I. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi setelah 15-
20 hari menjadi manifes, terutama jika diobat dengan sulfonamida.

8
2. Abses kelenjar inguiasi bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan sinus yang
kemudian menjadi ulkus. Ulkus kemudian membesar membentuk giant chancroid.

3. Fimosis dan parafimosis


Kalau lesi mengetnai preputium
4. Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Dapar
mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapar
menjadi striktura uretra,

5. Infeksi campuran
Dapat diserta infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan bersifat
desktruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit limfogranuloma venereum
atau granuloma inguinale

VIII. Diagnosis

Diagnosis dengan biakan sulit dilakukan karena media yang cocok tidak
tersedia secara luas.3

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penderita, keluhan dan gejala


klinis serta pemeriksaan laboratorium untuk ,menemukan agen penyebabnya. Secara
klinis ulkus mole nampak sebagai ulkus genital tunggal atau multiple dengan atau
tanpa adenitis inguinal supuratif yang nyeri. Ulkus tersebut lunak, tidak terdapat
vesikel, nyeri invasif dan purulen, pinggirnya irregular dan bergaung. Diagnosis klinis
sendiri tidak adekuat dan pemeriksaan mikroskopis langsung saja tidak cukup untuk
diagnosis suatu ulkus mole. Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan suatu diagnosis ulkus mole.1,5

Selain ditemukan ulkus genital nyeri yang khas, pemeriksaan mikroskop


lapangan gelap memberi hasil negatif, dan pemeriksaan virus herpes negatif.3

Diagnosis kemunginan dibuah ketika semua kriteria sebagai berikut:

 Ada satu atau lebih nyeri ulkus genital

9
 Tidak ada bukti dari infeksi T. Pallidum dengan pemeriksaan lapangan
gelap ulkus eksudat atau dengan tes serologi sifilis yang dilakukan
setidaknya 7 hari setelah terjadiya ulkus.
 Presentasi klinis, penampilan ulkus genital, dan jika ada, limfadenopati
yang khas untuk chancroid
 Hasil tes herpes simpleks virus sedian eksudat ukcer adalah negatuf.
Pasien diharuskan tes HIV dan tes 3 bulan yang selanjutnya untuk
sifilis dan HIV jika hasil awal negatif.2

Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkir penyakit kelamin yang lain.


Harus dipikirnkan juga kemungkinan infeksi campuram. Pemeriksaan serologik untuk
menyingkirkan sifilis juga juga harus dikerjakan.1

Sebagai penyokong diagnosis ialah:1

1. Pemeriksaan sedian hapus


Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang bergaung, dibuat hapusan
pada gelas atas, kemudian dibuat pewarnaan Gram, Unna-Pappenhein,
Wright, atau Giemsa. Hanya pada 30-50% kasus ditemukan basil
berkelompok atau berderet seperti rantai.

2. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada
pembenihan/pelat agar khusus yang ditambahkan daerah kelinci yang
sudah didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa pembenihan yang
mengandung serum darah penderita sendiri sudah diinaktifkan
memberikan hasil yang memuaskan. Inkubasi membutuhkan waktu 48
jam. Medium yang mengandung gonococcal medium base. Ditambah
dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1% dan vankomisin 3mcg/ml akan
mengurangi kontaminasi yang timbul.

3. Teknik imunofluorensi untuk menemukan antibodi

10
4. Biopsi
Biopsi dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis. Pada gambaran
histpatologik ditemukan
a. Daerah superficial pada dasar ulkus: neutrofil, fibrin, eritrosit, dan
jaringan nekrotik.
b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan
trombosis. Terjadi perubahan degeneratif pada dinding pembuluh-
pembuluh darah.
c. Daerah sebelah dalam: infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan sel-
sel limfoid.

5. Tes kulit ito-reenstierna


Sekarang tidak dipakai lagi karen tidak spesifik. Vaksin yang dipakai
(Dmelcos) terdiri atas 225 juta kuman mati/ml. Disuntikan intradermal 0,1
ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai kontrol disuntikan cairan
pelarut intradermal pada sisi lain.
Tes nilai positif kalau timbul infiltrat berdoameter minimal 0,5 cm
setelah 48 jam sedangkan kontrol negatif. Tes ini menjadi positif 6- 11
setelah hari timbul ulkus mole, dan tetap positif sampai beberapa tahun
bahkan seumur hidup.

6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasikan pada kulit sehat
daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu. Pada
tempat tersebut akan timbul ulkus mole. Sekarang cara ini tidak dipakar
lagi.

IX. Diagnosis Banding


1. Herpes Genitalis
Pada herpes genitalis kelainan kulit ialah vesikel yang berkelompok dan
jika memecah menjadi eroisi, jika bukan ulkus seperti ulkus mole. Tanda-
tanda radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. Diagnosis dengan
biakan atau mikroskop electron negatif stain.

11
Pada ulkus mole, pada sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar
ulkus ditemukan sel raksasa berinti banyak.1

Gambar 6. Herpes genital pada laki-laki.6

Gambar 7 .Herpes genital pada perempuan.6

2. Sifilis stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat
indurasi, dam tanda-tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional juga disertai tanda-tanda
radang akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan.1

Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop


lapangan gelap sebanyak tiga kali berturut-turut negatif. T.S.S. yang
diperiksaan tiap minggu sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai
tiga bulan, tetap negatif.1

12
Gambar 8. Ulkus Durum.6

3. Limfogranuloma venerium (L.G.V)


Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal, perlunakannnya tidak
serentak.

Gambar 9. Limfogranuloma venerium.4


Tites ter ikatan komplemen untuk L.G.V kurang dari 1/16 dan tes ulangan
tidak meninggi.

4. Granuloma inguinale
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. Pada sedian
jaringan tidak bahan Donovan.

Gambar 10. Granuloma inguinale.6

13
X. Pengobatan
I. Sistemik
1. Sulfonamida
Misalnya sulfatiazol, sulfadiazin, atau sulfamidin, diberikan dengan dosis
pertama 2-4 gram dilanjutkan dengan 1 gramtiap 4 jam sampai sembuh
sempurna (kurang lebih 10-14 hari)
Tablet kotrimoksazol, ialah kombinasi sulfametoksazol 400 mg dengan
trimetropin 80mg, diberikan dengan dosis 2x2 tablet selamat 10 hari. Bila
pengobatan berhasil, perlu dilakukan drainasi, dorsumsisi pada
praeputium. Pada bubo yang mengalami supurasi dilakukan aspirasi
melalui kulit yang sehat. MEHUS dkk. (1981) menyatakan bahwa
pemberian kotrimoksazol 2x4 tablet selama 2 hari, sangat efektif untuk
ulkus mole.

2. Streptomisi
Obat ini juga efektif tanpa menggangap diagnosis sifilis. Disuntikan tiap
hari 1 gram selama 7-14 hari, dapat juga dikombinasi perlu jalau terdapat
bubo, atau kalau lesi genitalia tidak sembuh hanya dengan pemberian
sulfonamida.

3. Penicilin
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organisme Vincent.

4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin


Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 10-20 hari.,
antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I. Di
beberapa negara H.ducreyi sudah resisten terhadap antibioktika golongan
ini. STAMPS (1974) mengobati 32 penderita ulkus mole dengan
doksisiklin 300 mg dosis tunggal dan hanya menemukan kegagalan pada 1
orang.

5. Kanamisin
Disuntikan 1.m 2x 500mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai
efek terhadap T.pallidum

14
6. Kloramfenikol
Efektif terhadap H.ducreyi, tetapi karena mempunyai efek toksik tidak
digunakan lagi.

7. Eritromisin
Terapi yang di anjurkan adalah diberikan 4x500 mg sehari, selama
seminggu.1,3

8. Kuinolon
Ofoksasin : cukup dosis tunggal 400 mg.

Terapi yang dianjurkan selain eritromisin yaitu, seftriakson 250 mg


intramuskular dosis tungga, atau azitromisin 1 g per oral sebagai dosis
tunggal.3

II. Lokal
Jangan diberika antiseptik karena akan menggangu pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I. Lesi dini yang
kecil dapat sembuh setelah diberikan NaCl fisiologik.

XI. Hubungan Ulkus mole dengan HIV

Selama dekade terakhir, ulkus genital memperkembangkan transmisi


heteroseksual dan akuisisi HIV-1. Pengobatan yang efektif ulkus genital dapat
mengurangi timbulnya HIV-1, dan strategi ini telah menjadi landasan program
pencegahan HIV di banyak bagian dunia. Selanjutnya, itu menunjukkan bahwa seiring
infeksi HIV memiliki efek klinis yang signifikan terhadap jalannya penyakit
chancroid, dan kegagalan dosis tunggal atau terapi jangka pendek untuk chancroid
pada pria berhubungan dengan HIV-1 seropositif. Sebuah variasi luas dalam
gambaran klinis dari chancroid telah diamati pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kontrol epidemiologi dari chancroid mungkin menjadi strategi yang sangat penting

15
untuk mengganggu penyebaran heteroseksual HIV di beberapa bagian dunia. Dengan
demikian, pasien dengan chancroid juga harus diuji untuk HIV-antibodi. pasien HIV-
seropositif dengan chancroid budaya terbukti harus dimonitor dan diobati dengan
rejimen beberapa hari.4

XII. Pencegahan

Tambahan epidemi HIV oleh H. ducreyi telah membuat kontrol chancroid


menjadi prioritas yang mendesak. Pasien harus disarankan untuk menjauhkan diri dari
aktivitas seksual sampai semua lesi klinis telah dibersihkan. Kontak seksual pasien
harus diperiksa dan diobati terlepas dari apakah gejala penyakit yang hadir, karena
kemungkinan pembawa H. Ducreyi asimtomatik. Ulkus mole bertahan pada populasi
di mana banyak pria yang berhubungan seks dengan beberapa wanita. Akibatnya,
program untuk melacak dan memperlakukan kontak penting. Pemberantasan
chancroid dianggap tujuan kesehatan masyarakat.4

XIII. Prognosis

Penyakit ini self-limited dan tidak terjadipenyebaran sistemik. Kadang-kadang,


tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal telah dilaporkan bertahan selama
bertahun-tahun. Nyeri lokal merupakan keluhan yang paling sering.

Jika tidak ada perbaikan klinis terbukti 1 minggu setelah dimulainya terapi,
diagnosis yang salah, koinfeksi dengan penyakit menular seksual, infeksi HIV
bersamaan, kepatuhan miskin, atau strain resisten dari H. ducreyi harus
dipertimbangkan. Infeksi tidak memberikan kekebalan dan kemungkinan untuk
reinfeksi. Untuk menghindari reinfeksi, pasien harus diinstruksikan untuk
menggunakan kondom dengan benar.4

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducrey) dengan gejala klinis yang khas
berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dengan sering disertai pernahanan
kelenjar getah bening regional. Nama lain dari ulkus mole ini ialah soft chancre, chancroid,
dan softsore.

Ulkus mole merupakan suatu penyakit ulkus akut yang biasanya muncul didaerah
genital atau anogenital, dan biasanya disertai dengan limfadenitis yang tampak meluas
(bubo). Haemophilus ducreyi, gram negatif fakultatif anaerobik cocobasil, memerlukan darah
untuk pertumbuhannya, menyebabkan ulkus superfisial dari ulkus mole dan itu berhubungan
dengan limfadenitis regional.

17
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Judanarso, J. Ulkus Mole. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah, editor. Dalam:
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th Ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2011, hal.
418-21.
2. Habif, TP. Chancroid. In Clinical Dermatology. 6th Ed. New York : Mosby, 2016,
p. 406-9.
3. Leveno KJ. Williams manual of obstetrics. 21st Ed. Jakarta : EGC, 2003. h.727.
4. Lautenschlager S, Richadrd R. Klauss Wolff, et al, In: Fitzspatrick's Dermatology in
General Medicine. 6th Ed. USA : McGraw-Hill, 2003, p.2439-49.

5. James, WD et al. Chancroid. In Andrew’s Disease of The Skin : Clinical


Dermatology. 11th Ed. Saunders Elsevier : 2016, p. 265-6

6. Diunduh dari google.co.id, 9 Febuari 2016.

18

Anda mungkin juga menyukai