Anda di halaman 1dari 93

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya yang
dikeluarkan , dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam sektor pengelolaan
rumah sakit baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Pelayanan medik dan
perawatan merupakan sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk
pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu
pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa
depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai
tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai
dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di atas maka
pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan.
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses keperawatan, di
dalam manajemen keperawatan pun terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan
mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan

1
di dalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Mahasiswa Profesi Ners
STIKes Kepanjen yang sedang berpraktek manajemen keperawatan di ruangan rawat
inap Teratai RSUD Karsa Husada Kota Batu, ditemukan data bahwa pengelolaan
manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan masih ada yang tidak sesuai
dengan proses penerapan manajemen yang benar. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian (staffing),
pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam aplikasi
prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen asuhan
keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Teratai RSUD
Karsa Husada Kota Batu.
1.2.2 Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan
mampu untuk :

a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen keperawatan


yang terdapat di ruang rawat inap Teratai RSUD Karsa Husada Kota Batu.
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik manajemen
pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain peran (Role
play) di salah satu ruangan di ruang rawat inap Teratai RSUD Karsa Husada Kota
Batu.
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan rawat inap Teratai RSUD Karsa Husada
Kota Batu dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen keperawatan
Methode
dengan metode 5M (Man, , Material, Market, dan Money) yang dipaparkan
dalam analisa SWOT.
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan akan
memberikan manfaat kepada ;

1.3.1 Mahasiswa

2
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip manajemen
keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan manajemen
keperawatan.
1.3.2 Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek berlangsung di ruang
rawat inap Teratai RSUD Karsa Husada Kota Batu.
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh mahasiswa (role play)
dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial pelayanan
rumah sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU

2.1 Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu


2.1.1 Sejarah
Rumah Sakit Umum Karsa Husada didirikan sejak tahun 1912 pada masa
penjajahan Belanda dengan pelayanan Rawat Jalan untuk penyakit paru yang berlokasi

3
di Jalan A. Yani No. 10-13 Kota Batu. Selanjutnya pada tahun 1934 tepatnya tanggal 20
Maret 1934 dibuka ruang perawatan (Rawat Inap) yang diresmikan oleh Mas Soemarto
(Patih Kabupaten Malang), JA Seven (Poning Master),de Ruyter de Wild (Voorith Bob)
dan dikenal dengan nama Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda dengan nama
Sanatorium dikuasai oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda.
Setelah Indonesia merdeka Sanatorium diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia,
khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Timurberubah nama menjadi Rumah Sakit Paru
Batu.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 37 Tahun 2000 dan Keputusan
Gubernur Nomor 26 Tahun 2002 menetapkan Rumah Sakit Paru sebagai salah satu Unit
Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota
Batu yang secara geografis terletak didaerah dataran tinggi dengan ketinggian 700–
1.100 m dari permukaan air laut dengan kemiringain 0–45 0 C. Rumah Sakit Paru Batu
memiliki luas tanah 41.490 m2 dan luas lahan bangunan 12.344 m2 dan masih ada tanah
kosong seluas 29.146 m2 yang memungkinkan untuk mengembangkan pelayanan
kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : YM.02.04.3.3.3228
Tanggal 4 Juli 2007 memberikan Ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus dengan
nama “Rumah Sakit Paru Batu” dan pada tangaal 29Desember 2009 Nomor :
118/259/kpps/013/2009 Rumah Sakit Karsa Husada di tetapkan sebagai Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) berstatus BLUD penuh serta tahun 2011 penetapan akreditas 5
pelayanan.Rumah Sakit Paru Batu berubah nama pada awal mei 2015 dengan nama
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu.
2.1.2 Visi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
Visi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah ”Menjadi Rumah Sakit Pilihan
Utama Masyarakat”.
2.1.3 Misi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
Misi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan berkualitas.
b. Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.
c. Mengembangkan manajemen dan sumber daya berbasis teknologi
informasi/iptek berwawasan wisata (hospital tourism).
d. Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan dan pelatihan di
bidang pelayanan kesehatan.
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan berdasarkan profesionalisme dan
kepuasan pelanggan.
2.1.4 Luas Lahan
Rumah Sakit Umum Karsa Husada memiliki luastanah41.490 m2 dan luas
lahan bangunan 12.344 m2dengan rinciansebagaiberikut:
Tanah Sebelah Barat (Jl. Abdul Rahman No.02 Batu) :
1. Luas Tanah : 27.120 m2
2. Luas Bangunan : 3.995 m2

4
Tanah Sebelah Timur (Jl. A. Yani No.10-13, Batu) :
1. Luas tanah : 14.370 m2
1. Luas Bangunan : 9.567 m2
2. Luas Bangunan : 11.882,01 m2
2.1.5 Fasilitas Pelayanan
1. Instalasi Rawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
a. Poli Penyakit Dalam
b. Poli Bedah
c. Poli Syaraf
d. Poli Paru
e. Poli Mata
f. Poli THT
g. Poli Anak
h. Poli Kandungan
i. Poli Orthopedi
j. Poli Komplementer
k. Poli Gigi
l. Poli Anestesi
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Penunjang
KAMAR KAMAR KAMAR KAMAR
BED
a. Laboratorium MANDI MANDI MANDI MANDI
PASIEN PASIEN PASIEN PASIEN
b.
BED Farmasi
R. ISOLASI
c. Radiologi
BED
d. Konsultasi Gizi
Rumah
BED Sakit Umum Karsa Husada Batu mempunyai kapasitas tempat
KAMAR
BED MANDI
tidur klien sebanyak 104 tempat tidur. Untuk Saat ini Rumah Sakit Umum
PASIEN
BED
Karsa Husada Batu digunakan sebagai lahan praktek
BED mahasiswa DIII
Keperawatan
BED dan DIII Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi,
KAMAR
serta Co-as (Profesi Dokter) dan Program Pendidikan
BED Dokter MANDI
Spesialis
BED PASIEN
(PPDS). BED
2.2 Profil danBED
Gambaran
Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa Husada
KELAS III

2.2.1 Sejarah Singkat KAMAR


BED MANDI
Ruang
BED Teratai berdiri bersamaan dengan berdirinya RS Paru Batu. Ruangan
PASIEN
ini ada 3 macam kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Ruang ini terdiri dari 24
BED BED
bed pasien yang merupakan ruang perawatan pasien penyakit dalam.
2.2.1 Denah
BED
Ruangan Teratai KAMAR
BED MANDI
PASIEN
BED
BED

BED Meja dokter


STATION

BED
NURSE

TEMPAT ALKES
TEMP

OBAT

NURSE STATION
AT

S
MAND

KAMA
PERA
WAT

R
I

5
KAMAR KELAS II
MANDI T B
R. KARU
BED

PASIEN
BED
U
TEMPAT OBAT

BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN

3.1 Hasil Pengkajian


3.1.1 Pengkajian 5 M
Pengkajian 5 M dalam manajemen keperawatan meliputi, Man, Money,
Material and Machine, Methode, dan Market.
1. Man
A. Jumlah Tenaga
Kualifikasi tenaga keperawatan di Ruang Teratai Rumah Sakit Karsa Husada
10 orang dengan rincian sebagai berikut :
a. Kuantitas Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan didapatkan kualifikasi
tenaga perawat di Ruang Teratai Rumah Sakit Tingkat II Karsa Husada Batu
sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kuantitas Sumber Daya Manusia RuangTeratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu
Jumlah
No. Kualifikasi Jenis Jumlah Prosentase
total
S1 HR 1
1. 2 20%
Keperawatan PNS 1
2. Amd.Kep PNS 1 8 80%

6
DIII
HR 7
Keperawatan
HR -
3
SPK 0 0%
PNS -

HR -

Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa perawat di Ruang Teratai


Rumah Sakit Umum Karsa Husada yaitu 20% berpendidikan S1 Keperawatan,
80% DIII Keperawatan dan tidak ada SPK.

b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


a. Tenaga Keperawatan

Tabel 3.2 Kualifikasi Sumber Daya Manusia Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu

Pendi- Jenis Masa Pelatihan yang Jenjang


No Nama Jabatan
dikan Ketenagaan Kerja Pernah Diikuti Karir
PPI, BLS, BTLS,
DIII
Indah DM,Resusitasi
1. Kepera PNS Karu 14 th PK III
Sulistiowati Neonatus,Manaj
watan
emen BBLR
Maulan S1
2. Agung Kepera PNS PP 3 th BLS, BTLS,CTS PK I
Nugroho watan
Nikeningtya S1
3. s Dyah Kepera HR PP 2 th BLS, BTLS PK I
watan
DIII
Immaculata
4. Kepera HR PP 6 th BLS, BTLS PK II
Eka S
watan
DIII
BLS, BTLS,PPI
5. Utari Ika P Kepera HR PP 11 th PK II
Dasar
watan
DIII
Efendi Trio
6. Kepera HR PP 2 th BLS, BTLS PK I
Susanto
watan
DIII
Ajeng Ruvita
7. Kepera HR PP 1 th BLS, BTLS Pra PK
Dewi
watan
DIII
Andi
8. Kepera HR PP 1 th BLS, BTLS Pra PK
Setianto
watan

7
DIII
Cindy Surya
9. Kepera HR PP 1 th BLS, BTLS Pra PK
kencana
watan
DIII
M.Pungki
10. Kepera HR PP 1 th BLS, BTLS Pra PK
Dwi P
watan

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa sebanyak 100%


perawat yang bekerja di Ruang Teratai pernah mengikuti pelatihan atau kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. Jenjang karir yang
ada di ruang teratai mengikuti peraturan jenjang karir menurut PPNI, namun ada
beberapa syarat yang tidak dipenuhi yaitu adanya sertifikat. Jenjang karir
diklasifikasikan berdasarkan masa kerja dan pendidikan, jenjang karir di ruang
teratai meliputi: Pra PK: 4 orang, PK I: 3 Orang, PK II: 2 Orang dan PK III: 1
orang .

b. Tenaga Dokter Spesialis


Tabel 3.3 Tenaga Dokter di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
No Nama Spesialisasi
1 dr. Ferdinandus Stevanus Kakiay, Sp. Pd Penyakit Dalam
2 dr. Dyah Retno Wulandari,Sp.Pd Penyakit Dalam
3 dr. Bernandus Anggaru,Sp.Pd Penyakit Dalam
4 dr. Vallerina Yogibuana Sp.Jp Penyakit Jantung

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa ada 4 tenaga dokter


spesialis yang bekerja di Ruang Teratai. Jadwal visit dokter apabila hari efektif
(Senin – Jum’at) pagi mulai pukul 08.00 - 12.00 WIB jadi tidak mengganggu
waktu operan jaga perawat.

c. Tenaga Non Keperawatan


Tabel 3.4 Tenaga Non Keperawatan Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu
No. Kualifikasi Jumlah Presentase
1. Administrasi 1 16.67%
2. Gizi 1 16.67%
3. Apoteker 1 16.67%
4. Cleaning Service 3 50%
Total 6 100%

c. Tingkat Ketergantungan Pasien

8
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu pada tahap pengkajian yakni
tanggal 12 - 17 Juni 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 12 Juni 2017
Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Ny. L Colic Abdomen 2
Tn. J HT + DM 2
Tn. S Pneumonia 2
Ny. L Suspect CKD 2
Ny. K CHF 2
Tn. T TB aktif 2
Tn. N GEA 3
Ny. I Vasculitis 2
Ny. S Melena 2
Ny. Y COPD + CKP 2
Ny. N Suspect Tu.Serebri + DM 3
Tn. J Trombosis 2
Tn.W CVA + ADHF 3
Tn. A OF + Typoid Fever 2
Tn. H Hidropneumothorax 2
Tn. HS DM + Hipoglikemia + gangren 3
Keterangan: 3: Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 12 Juni 2017


terdapat 16 pasien, sebanyak 40 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total, 60 % memiliki tingkat ketergantugan parsial.

Tabel 3.6 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 13 Juni 2017

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Ny. K CHF 2
Ny. L Suspect CKD 2
Tn. T TB aktif 2
Tn. N GEA 3
Ny. I Vasculitis 2
Ny. S Melena 2
Ny. Y COPD + CKP 2
Ny. N Suspect Tu.Serebri + DM 3
Tn.W CVA + ADHF 3
Tn. H Hidropneumothorax 2
Tn. HS DM + Hipoglikemia + gangren 3
Tn. D Colic abdomen 2
Ny. S CKD 3
Tn. N DM + Selulitis 3
Tn.M STEMI 2

9
Tn. S Melena + Nefritis Kronis 2
Tn. L Remathoid Artritis 2
Tn. M ALO + CHF + COPD 2
Keterangan: 3:Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 13 Juni 2017
terdapat 18 pasien, sebanyak 33,3% pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total,66,7% memiliki tingkat ketergantugan parsial.

Tabel 3.7 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di RuangTeratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 14 Juni 2017

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. HS DM + Hipoglikemia + gangren 3
Tn. L Remathoid Artritis 2
Ny. S Melena 2
Ny. L Suspect CKD 2
Ny. S CKD 3
Ny. K CHF 2
Ny. I Vasculitis 2
Tn. N DM + Selulitis 3
Tn. N GEA 3
Tn. S Melena + Nefritis Kronis 2
Ny. N Suspect Tu.Serebri + DM 3
Tn. M ALO + CHF + COPD 2
Ny. S Hematochesia + Bisitopenia 2
Ny. L HT 2
Tn. R NSTEMI 2
Tn. D Colic abdomen 2
Tn.R Obs.Palpitasi 2
Tn. E Post URS 2
Tn.M STEMI 2
Keterangan: 3:Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 14 Juni 2017
terdapat 19 pasien, sebanyak 26,3 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total, 73,7 % memiliki tingkat ketergantugan parsial.

Tabel 3.8 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di RuangTeratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 15 Juni 2017

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. HS DM + Hipoglikemia + gangren 3
Tn. L Remathoid Artritis 2
Ny. S Melena 2
Ny. S CKD 3
Tn. N DM + Selulitis 3
Tn. S Melena + Nefritis Kronis 2
Ny. N Suspect Tu.Serebri + DM 3
Tn.M STEMI 2

10
Ny. S Hematochesia + Bisitopenia 2
Ny. L HT 3
Tn. R NSTEMI 2
Tn. D Colic abdomen 2
Tn.R Obs.Palpitasi 2
Tn. E Post URS 2
Tn. H Vertebra Siler & CVA Infark 2
Ny. R CVA 3
Ny.S DM + Hiperglikemia 2
Tn. K Anemia 3
Ny. W NSTEMI + CHF + CAD 2
Keterangan: 3:Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 15 Juni 2017
terdapat 18 pasien, sebanyak 38,9 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total, 61,1 % memiliki tingkat ketergantugan parsial.

Tabel 3.9 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di RuangTeratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 16 Juni 2017

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. L Remathoid Artritis, miocard 2
Ny. S CKD 3
Tn. N DM + Selulitis 3
Tn. S Melena + Nefritis Kronis 2
Ny. S Hematochesia + Bisitopenia 2
Ny. L HT 3
Tn. E Cystisys 2
Tn. H Vertebra Siler & CVA Infark 2
Ny. R CVA 3
Ny.S DM + Hiperglikemia 2
Tn. K Anemia 3
Ny. W NSTEMI + CHF + CAD 2
Ny. S DM 3
Tn.H Pneumonia 2
Tn. F DM + Hiperglikemia 3
Keterangan: 3:Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 16 Juni 2017
terdapat 15 pasien, sebanyak 46,7 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total, 53,3 % memiliki tingkat ketergantugan parsial.

Tabel 3.10 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di RuangTeratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu pada tanggal 17 Juni 2017

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. L Miocard 2
Tn. N DM + Selulitis 2
Ny. S Hematochesia + Bisitopenia 2
Ny. L HT 3

11
Tn. E Cystisis 2
Tn. H pneumonia 3
Ny. R CVA 3
Ny.S DM + Hiperglikemia 2
Tn. K Anemia 3
Ny. W NSTEMI + CHF + CAD 2
Ny.S DM 3
Tn. A Trombositopenia 2
Tn. F DM 3
Keterangan: 3:Total care; 2: Partial care; 1: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 17 Juni 2017
terdapat 13 pasien, sebanyak 46,2 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
total, 53,8 % memiliki tingkat ketergantugan parsial.

d. Jenjang Karir
Jenjang karir di RSKH khususnya di Teratai mengikuti panduan dari PPNI yaitu
sebagai berikut:
 Perawat klinik I (Novice): Perawat lulusan D-III keperawatan dan telah memiliki
pengalaman kerja 2 tahun atau ners (lulusan S1 keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun dan mempunyai sertifikat (penugasan
klinik) PK-1.
 Perawat klinik II (Advance Beginner): Perawat lulusan DIII keperawatan dengan
pengalaman kerja 5 tahun atau ners (lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun dan mempunyai sertifikat PK-II.
 Perawat Klinik III (Competent): Perawat lulusan DIII keperawatan dengan
pengalaman kerja 9 tahun atau ners (lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners Spesialis dengan pengalaman
kerja 0 tahun, dan memiliki sertifikat PK-III.
 Perawat Klinik IV (Proficient): Ners (lulusan S1 keperawatan plus pendidikan profesi)
dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners spesialis dengan pengalaman kerja 2
tahun, dan memiliki sertifikat PK IV atau Ners Spesialis Konsultan dengan
pengalaman kerja 0 tahun.
 Perawat Klinik V: Ners spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun, Ners Spesialis
Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun

Proses perekrutan perawat di RSKH adalah melalui rekruitmen terbuka dengan


membuka informasi melalui website RSKH. Berkas lamaran yang sudah masuk ke Rumah
Sakit akan diproses oleh tim rekruItmen ad hock. Tim ini diambil dari unit yang
membutuhkan penambahan tenaga kerja. Berkas tersebut akan diseleksi berdasarkan
kelengkapan administrasi seperti: IPK minimal 3.00, memiliki STR, memiliki pelatihan

12
minimal BLS BTLS, akreditasi kampus minimal B atau kampus sudah bekerja sama dengan
Rumah Sakit, nilai plus adalah memiliki sertifikat pelatihan lainnya dan pengalaman kerja.
Setelah melalui seleksi administrasi, pelamar akan melalui tes tulis, tes skill komprehensif
(magang 3-7 hari di RS) dan tes wawancara meliputi melihat dari motivasi, minat dan bakat
pelamar. Kelulusan ditentukan dari hasil akumulasi nilai dari semua tes. Pelamar yang lulus
akan menjalani masa orientasi selama 3 bulan, dalam 3 bulan tersebut pelamar akan
dirotasi (masing-masing ruang 1 minggu). Setiap minggu akan ada evaluasi dari masing-
masing kepala ruangan. Tiga bulan selanjutnya kredensial mengajukan Perawat Klinik ke
sub kredensial untuk dilakukan cek administrasi, wawancara dan praktek kemudian diajukan
ke ketua komite dan direktur tahap terakhir adalah dikeluarkannya surat penugasan khusus
dan rincian kewenangan klinis, sehingga dilakukan penempatan sesuai surat penugasan.
Evaluasi akan dilakukan per enam bulan oleh kepala unit. Jika kinerja pegawai bagus maka
dilakukan kontrak 1 tahun, jika kinerja tidak bagus maka dilakukan kontrak 3 bulan dan
dapat dilanjutkan kontrak jika kinerja menunjukkan peningkatan.

e. Kebutuhan Tenaga Perawat Sesuai Metode Gillies


1) Kebutuhan Tenaga Keperawatan Per Hari Berdasarkan Metode Gillies
a) Tanggal 12 Juni 2017
(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal : 0 orang
(b) Parsial : 12 orang
(c) Total :4 orang
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 12 = 48 jam
Total  6 x 4 = 24 jam +
72 jam
2. Keperawatan tidak langsung
16 x 1 jam = 16 jam
3. Penyuluhan
16 x 0,25 jam = 4 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan = 72 + 16 + 4 = 92 Jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 92 jam = 13 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 13 = 6 orang
Sore = 36% x 13 = 5 orang
Malam = 17% x 13 = 2 orang

b) Tanggal 13 Juni 2017


(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal :0 orang
(b) Parsial : 12 orang

13
(c) Total: 6 orang
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 12 = 48 jam
Total  6 x 6 = 36 jam +
84 jam
2. Keperawatan tidak langsung
18 x 1 jam = 18 jam
3. Penyuluhan
18 x 0,25 jam = 4,5 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan=
84 jam + 18 jam + 4,5 jam = 106,5 jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 106,5 jam = 15, 2 = 15 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 15 = 7 orang
Sore = 36% x 15 = 5 orang
Malam = 17% x 15 = 3 orang

c) Tanggal 14 Juni 2017


(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal :0 orang
(b) Parsial : 14 orang
(c) Total: 5 orang
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 14 = 56 jam
Total  6 x 5 = 30 jam +
86 jam
2. Keperawatan tidak langsung
19 x 1 jam = 19 jam
3. Penyuluhan
19 x 0,25 jam = 4,75 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan=
86 jam + 19 jam + 4,75 jam = 109,75 jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 109,75 jam = 15,7 = 16 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 16 = 7,5 = 8 orang
Sore = 36% x 16 = 5,7 = 6 orang
Malam = 17% x 16 = 2,7 = 3 orang

d) Tanggal 15 Juni 2017


(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal :0 orang
(b) Parsial : 11 orang

14
(c) Total: 7 orang
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 11 = 44 jam
Total  6 x 7 = 42 jam +
86 jam
2. Keperawatan tidak langsung
18 x 1 jam = 18 jam
3. Penyuluhan
18 x 0,25 jam = 4,5 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan=
86 jam + 18 jam + 4,5 jam = 108,5 jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 108,5 jam = 15,5 = 16 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 16 = 7,5 = 8 orang
Sore = 36% x 16 = 5,7 = 6 orang
Malam = 17% x 16 = 2,7 = 3 orang
e) Tanggal 16 Juni 2017
(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal :0 orang
(b) Parsial :8 orang
(c) Total: 7 orang
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 8 = 32 jam
Total  6 x 7 = 42 jam +
74 jam
2. Keperawatan tidak langsung
15 x 1 jam = 15 jam
3. Penyuluhan
15 x 0,25 jam = 3,75 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan=
74 jam + 15 jam + 3,75 jam = 92,75 jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 92,75 jam = 13,3 = 13 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 13 = 6,1 = 6 orang
Sore = 36% x 13 = 4,6 = 5 orang
Malam = 17% x 13 = 3,5 = 4 orang

f) Tanggal 17 Juni 2017


(1) Tingkat ketergantungan pasien
(a) Minimal :0 orang
(b) Parsial :7 orang
(c) Total: 6 orang

15
(2) Jumlah Jam Perawatan
1. Keperawatan Langsung
Minimal  2x0 =0 jam
Parsial  4 x 7 = 28 jam
Total  6 x 6 = 36 jam +
64 jam
2. Keperawatan tidak langsung
13 x 1 jam = 13 jam
3. Penyuluhan
13 x 0,25 jam = 3,25 jam
4. Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung +
penyuluhan=
64 jam + 13 jam + 3,25 jam = 80,25 jam
5. Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 80,25 jam = 11,5 = 12 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
6. Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 12 = 5,6 = 6 orang
Sore = 36% x 12 = 4,3 = 4 orang
Malam = 17% x 12 = 3,5 = 4 orang

2) Kebutuhan Tenaga Keperawatan Per Unit


Dari hasil pengkajian selama 6 hari didapatkan penghitungan jumlah
kebutuhan tenaga perawat per unit dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
AXBXC F
H
(C-D) X E G

Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat (dalam satu tahun)
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Diketahui:
- Jumlah rata-rata jam perawatan pasien perhari, selama 6 hari adalah :
= (72 + 84 + 86+86+74+64) = 466
6 6
= 77,7
- Jumlah Hari libur dalam 1 tahun adalah :
= 365 hari – 86 hari (hari libur + cuti bersama)
= 279 hari
- Jumlah jam kerja perawat dalam sehari adalah :
= 7 jam sehari
- Jumlah kebutuhan tenaga perawat dalam 1 tahun adalah :

16
AXBXC F
H
(C-D) X E G

77,7 x 68,7 x 365 =1.948.366 = 11,6/12 Orang/hari


(365 - 279) x (7 x 279) 168.818

3) Rata-Rata Kebutuhan Perawat Per Hari


Hasil pengkajian selama 6 hari didapatkan jumlah rata-rata tenaga
keperawatan per hari adalah :
13 + 15 + 16+16+13+12 = 14,1 = 14 orang
6
Berdasarkan hasil dari perhitungan selama 6 hari jumlah tenaga keperawatan
yang ada di ruang teratai adalah 1 Kepala ruang, dan 9 perawat pelaksana, sehingga
untuk pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan hasil pengkajian
selama 6 hari per hari, maupun per unit sangat kurang. Hal tersebut terkait tentang
cara perekrutan jumlah pegawai yang melalui pemerintah atau Badan Kepegawaian
Daerah. Sehingga tidak bisa mendapatkan jumlah tenaga keperawatan yang
diinginkan sesuai dengan kriteria standar.
Ruang Teratai merupakan ruang keperawatan medikal yang sering di
gunakan sebagai wahana pendidikan bagi mahasiswa DIII Keperawatan, Profesi
Ners (S1 Keperawatan), serta Co-as (Profesi Dokter) sehingga senantiasa update
trend issue dalam pengembangan pelayanan. Adanya mahasiswa praktik di ruang
Teratai sehingga mampu membantu pelayanan sehingga kebutuhan tenaga
keperawatan tercukupi. Terbukanya kesempatan bagi perawat dalam mengikuti
program pelatihan untuk meningkatkan skill. Jika ada praktikan jumlah tenaga
keperawatan yang ada dalam ruang teratai bisa terbantu dan juga bisa membentuk
TIM dalam melaksanakan tugas keperawatan.

17
2. Material and Machine
A. Peralatan dan Fasilitas
I. Fasilitas untuk pasien
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu
tentang inventaris, fasilitas dan alat-alat medis yang tersedia. Fasilitas untuk
pasien yang ada di ruang perawatan Ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu
Tabel 3.11 Fasilitas yang ada di ruangan teratai
Nama Jumlah Keterangan

Tempat tidur pasien : 24 tempat tidur di Ruang Kondisi tempat tidur pasien
teratai masih bagus semua. Pada
a. Kelas 1 : 8 tempat ruang kelas satu dilengkapi
tidur dengan fasilitas AC dan TV
b. Kelas 2 : 2 tempat
tidur
c. Kelas 3: 13 tempat
tidur
d. Isolasi : 1 tempat
tidur
Wastafel : 5 buah wastafel yang Kondisi baik dan dapat
digunakan digunakan
a. Kelas 1 : 4 wastafel
b. Nurse station : 1
wastafel
Kamar mandi : 9 ruang kamar mandi yang Kondisi kamar mandi bagus
digunakan dan dapat digunakan hanya
a. Kelas 1 : 4 kamar 1 kamar mandi yang ada di
mandi ruang kelas 3 ada 1 yang
b. Kelas 2 : 1 kamar tidak dapat digunakan
mandi
c. Kelas 3 : 4 kamar
mandi
Tempat sampah 7 buah tempat sampah Tempat sampah masih
dalam 1 ruang teratai kurang jumlahnya sedikit
a. Tempat sampah dan kurang label
medis : 2
b. Tempat sampah non
medis : 5

Ruang Teratai kelas 1 pada setiap kamar terdiri dari 2 tempat tidur pasien dan pada
kelas 2 juga terdapat 2 tempat tidur dalam setiap ruangan. Di kelas 3 terdapat 13 tempat
tidur pasien dan di ruang isolasi terdapat 1 tempat tidur untuk pasien.
II. Fasilitas untuk perawat
1) Nurse Station
Ada satu ruang dengan kondisi cukup rapi. Untuk dokumentasi di lengkapi
dengan buku injeksi, buku observasi TTV, buku laporan tim, buku operan
jaga, buku radiologi, buku ekspedisi alat, buku copy resep dinas, buku
laporan bulanan dan sudah dilengkapi dengan form pendokumentasian.
Kemudian untuk keperluan terapi pasien ruangan juga dilengkapi dengan 3
lemari kotak yang digunakan untuk menyimpan obat-obatan dan cairan infus.

18
2) Kamar mandi
Kamar mandi untuk perawat ada 1 dengan keadaan yang cukup bersih dan
lokasi di samping nurse station. Wastafel terletak di samping nurse station
3) Tempat Sampah
Terdapat tempat sampah medis dan non medis di ruang perawat tetapi ada
beberapa yang belum terpasang stiker yang menunjukkan kriteria masing –
masing sampah.
B. Peralatan dan Bahan Kesehatan
1. Fasilitas Peralatan Medis
Fasilitas peralatan Kesehatan yang tersedia di Ruang Teratai RSU Karsa Husada
Batu
Tabel 3.12 alat – alat medis yang ada di ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu
JML Jml KONDISI Usulan
NO NAMA ALAT ideal
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Kursi Roda 2 2-3 2
2 Korentang 2 + tempat 0 0 0
1
3 Resusitasi Dewasa 1 1 1
4 Brankat 1 0 1
5 Suction 1 2 1 1
7 Infusion Pump 1 1 1
8 Defibrilator 1 1 1
9 Syringe Pump 4 1 4
10 Bak instrument 1 2 1 1
11 Trolley Obat 1 2 1 1
12 EKG 1 1 1
13 Stetoscope 3 2 2 1
14 Lampu Senter 2 1 1 1
15 Pinset Anatomi 2 5 2 3
16 Standar Infus Beroda 5 2 5
17 Sterilisator Kering 1 1 1
18 Tabung O2 16 5-10 16
19 Tensimeter dewasa 1 2 1
20 Termometer Axila 2 4 1 1 2
21 Timbangan BB 1 1 1
22 Tongspatel stenlis 2 3 1 1 1
23 Torniquet 3 3 3
24 Troli Tindakan 2 2 2
25 Tromol Kecil 1 2 1 1
25 Urinal Plastik 6 8 6 2
26 Pinset Chirugi 2 2 1 1
27 Meja ECG 1 1 1
28 Bengkok 1 5 1 4
29 Cucing 1 2 1 1
30 Gunting Verband 2 2 2
Sumber: Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan, Direktorat Pelayanan
Keperawatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan, 2001

19
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa beberapa alat medis yang biasa
digunakan, seperti alat pelindung diri dan peralatan rawat luka, belum memenuhi
standard dan fungsi (keadaan). Alat tensimenter yang dimiliki ruang Teratai hanya 1
item dan dalam kondisi rusak sehingga memerlukan pengadaan baru. Selain itu
diperlukan alat oksimetri dan gerusan obat yang baru.

2. Peralatan Non Medis


Peralatan Non Medis yang tersedia di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu
Tabel 3.13 Peralatan non medis yang tersedia di ruang Teratai
JML KONDISI
NO NAMA ALAT
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Bungkus Kasur Perlak 16 16
2 Selimut Lorek 25 25
3 Selimut Woll 26 26
4 Serbet 5 5
5 Skort Perawat 10 10
6 Sprei 26 26
7 Bantal Dacron 25 25
8 Tempat Tidur pasien 24 24
9 Kasur pasien Dewasa 24 24
Busa
10 Almari Obat 3 3
11 Almari Locker 1 1
13 Bantal dewasa 24 24
14 Penomoran Bed Pasien 24 24

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa peralatan rumah tangga jumahnya
sudah melebihi dengan jumlah bed di ruangan. Namun semua klien tidak dapat verbed
setiap harinya.

3. Peralatan Rumah Tangga di Ruang Teratai


Fasilitas peralatan Kesehatan yang Tersedia di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu
Tabel 3.14 Peralatan rumah tangga Ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu
JML KONDISI
NO NAMA ALAT
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Baki Melamin 6 6
2 Ceret Aluminium 1 1
3 Dispencer 1 1
4 Galon Aqua 1 1

20
5 Jam Dinding 5 5
6 Kereta Makan 1 1
7 Kunci Inggris 1 1
8 Kulkas 2 2
9 Kursi Petugas Jaga 11 11
10 Rak Sepatu Plastik 1 1
11 Tempat Sampah Kecil 4 4
Terbuka
12 Tempat Sampah Tanggung 2 2
Tertutup
13 AC 4 4
14 Meja Kepala Ruangan 1 1
15 Meja Perawat 1 1
16 Telepon Permanen 1 1
17 Televisi LCD 5 5

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa masih ada kekurangan dalam
fasilitas perawatan yaitu penggunaan alat tensimenter yang digunakan bersamaan dengan
ruangan lain.
4. Fasilitas Alat Habis Pakai

Tabel 3.15 Alat yang habis pakai di Ruang Teratai


Nama Alat Jumlah Penggunaan Sisa stok Permintaan
Persediaan Sebulan

Alkohol 70% 7 7 2 7

Aseptik gell 12 12 7 12

ECG paper 2 2 1 2
50x30

ECG paper 3 3 - 3
210x50

Handscone Non 400 400 - 400


steril

Kasa husada 2 - - -

Alcohol swab 100 100 - 100

Hypafix 300 300 - 300

Kapas 1 1 - 1

Kasa steril 6 10 - 10

Masker ear lop - 50 - 50

Masker tie on - 50 - 50

One scrup 5 5 - 5

Verband 20 20 - 20

21
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di ruang Teratai penggunaan alat spuit
berasal dari pasien yang mengambil dari apotik dan penggunaan spuit masih digunakan
berulang

3. Metode (Cara Yang Digunakan Untuk Bekerja)

a. Penerapan Model MAKP

1. Struktur MAKP Ruangan


Ruang Teratai RSKH Batu menggunakan metode fungsional dalam
menjalankan asuhan keperawatan. Ruang Teratai terdiri dari seorang kepala
ruang dan 9 perawat pelaksana. Metode fungsional diterapkan karena ruangan
kekurangan tenaga jika menggunakan metode tim.

2. Uraian Tugas dan Pelaksanaan


Berdasarkan tabel 3.26 tentang uraian tugas kepala ruang dapat
diinterpretasikan kepala ruang dalam menjalankan fungsi manajemen
keperawatan dilakukan 76% sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut
dijalankan dengan cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu ditingkatkan lagi
sesuai dengan uraian tugasnya. Beberapa hal yang menjadi poin penting dari
uraian tugas Kepala Ruangan adalah belum optimalnya peran supervisi kepala
ruangan terhadap anggota baik secara pelaksanaan dan dokumentasi.
Tugas perawat pelaksana sesuai tabel 3.27 tentang uraian tugas perawat
pelaksana dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut dibuktikan
oleh 96% tugas perawat pelaksana telah dilakukan. Meskipun tugas perawat
pelaksana melakukan 96% tugasnya, namun pelaksanaan metode fungsional
belum dapat dikatakan berjalan dengan baik karena perawat pelaksana tidak
ada pembagian tugas yang jelas. Tugas yang tidak jelas tersebut tentunya
berdampak pada asuhan keperawatan yang berkualitas karena tindakan mandiri
keperawatan kurang dilakukan.
Tindakan keperawatan seperti pengkajian awal atau assasment pada
pasien baru dilakukan oleh perawat pelaksana. Dan untuk pengisian
kelengkapan data pada rekam medis pasien dilakukan oleh perawat pelaksana.

3. Justifikasi Kelompok terhadap MAKP di Ruangan


Model MAKP fungsional seharusnya sudah tidak lagi digunakan di sebuah
ruangan. Metode fungsional yang diterapkan di Ruang Teratai berdampak pada

22
kualitas asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan di Ruang Teratai kurang
berjalan dengan baik dapat dilihat dari cara pendokumentasian.
Pendokumentasian yang dilakukan di Ruang Teratai tidak lengkap karena tidak
ada yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan.
Ruang Teratai harus merubah model asuhan keperawatan profesional
fungsional untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau sesuai dengan misi ruangan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
juga dapat dipengaruhi oleh asuhan keperawatan. asuhan keperawatan yang
berkualitas dimulai dari pengkajian, diagnosis, rencana asuhan keperawatan,
implementasi, dan evaluasi. Oleh karena itu ruangan harus dibentuk menjadi
metode tim modifikasi agar ada yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan sehingga terwujud pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
mempunyai daya saing.

b. Timbang terima / operan


Timbang terima sudah dilakukan antar shift. Dari hasil pengkajian mulai
tanggal 12–17 Juni 2017 timbang terima dilakukan rutin setiap pergantian shift,
namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan (pagi : jam
07.00, siang : jam 14.00, malam : jam 21.00). 85,7% timbang terima yang dilakukan
sudah berjalan sesuai SOP. Hasil observasi berdasarkan SOP dan waktu dimulainya
timbang terima adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16 Hasil Observasi Proses Timbang Terima

Tanggal
No. Langkah-langkah 12 – 06 – 2017 13 – 06 – 2017 14 – 06 – 2017
P S M P S M P S M
1. Buku laporan shift √ √ √ √ √ √ √ √ √
sebelumnya
2. Membaca laporan √ √ √ √ √ √ √ √ √
shift sebelumnya.
3. Shift yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengoperkan,
menyiapkan hal-
hal yang akan di
sampaikan.
4. Shift yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √
menerima
membawa buku
catatan operan /
catatan harian
5. Kedua kelompok √ √ √ √ √ √ √ √ √

23
sudah
siap.

Prosedur pelaksanaan :
1. Kepala ruang / - - - - - - - - -
Ketua Tim
mengucapkan
salam (selamat
pagi/assalamu’ala
ikum) dan
menyampaikan
akan segera di
lakukan operan.

2. Perkenalkan diri - - - - - - - - -
dan perawat yang
akan bertugas
selanjutnya.

3. Kegiatan dimulai √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan
menyebut/mengid
entifikasi secara
satu persatu
(berurutan tempat
tidur / kamar) :
 Identifikasi
Klien:
nama,alamat,
no register
4. Jelaskan √ √ √ √ √ √ √ √ √
kondisi/keadaan
umum klien.

5. Jelaskan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan
yang telah dan
belum dilakukan
6. Jelaskan hasil √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan. Masalah
teratasi sebagian
belum atau
muncul masalah
baru.

24
7. Jelaskan secara √ √ √ √ √ √ √ √ √
singkat dan jelas
rencana kerja dan
tindak lanjut
asuhan (mandiri
atau kolaborasi)

8. Memberikan √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesempatan
anggota shift
yang menerima
operan untuk
melakukan
klarifikasi/bertany
a tentang hal-hal
atau tindakan
yang kurang jelas.

9. Perawat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √
menerima operan
mencatat hal-hal
penting pada
buku catatan
harian
10. Lakukan prosedur √ √ √ √ √ √ √ √ √
1 – 7 untuk
pasien berikutnya
sampai seluruh
pasien dioperkan.

11 Perawat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengoperkan
menyerahkan
semua berkas
catatan
perawatan
kepada tim yang
akan menjalankan
tugas berikutnya.

1. Kepala √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ruang/ketua tim
(yang memimpin)

25
kembali ke Nurse
Station
2. Berdoa bersama - - - - - - - - -
yang di pimpin
oleh kepala
ruang/ketua Tim.

3. Mengucap salam. - - - - - - - - -

4. Mengucapkan - - - - - - - - -
selamat istirahat
bagi anggota
tim/shift
sebelumnya.

5. Mengucapkan - - - - - - - - -
selamat bekerja
untuk tim/shift
berikutnya

TOTAL 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Prosentase 85.7 85. 85. 85. 85. 85. 85. 85. 85.
% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
WAKTU (WIB) 07.1 15. 21. 07. 15. 21. 07. 14. 21.
5 00 10 30 00 10 15 30 15

Tanggal
No. Langkah-langkah 15 – 06 – 2017 16 – 06 – 2017 17 – 06 – 2017
P S M P S M P S M
1. Buku laporan shift √ √ √ √ √ √ √ √ √
sebelumnya
2. Membaca laporan √ √ √ √ √ √ √ √ √
shift sebelumnya.
3. Shift yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengoperkan,
menyiapkan hal-hal
yang akan di
sampaikan.
4. Shift yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √
menerima
membawa buku
catatan operan /
catatan harian
5. Kedua kelompok √ √ √ √ √ √ √ √ √
sudah

26
siap.

Prosedur pelaksanaan :
1. Kepala ruang / - - - - - - - - -
Ketua Tim
mengucapkan
salam (selamat
pagi/assalamu’alaik
um) dan
menyampaikan
akan segera di
lakukan operan.

2. Perkenalkan diri - - - - - - - - -
dan perawat yang
akan bertugas
selanjutnya.

3. Kegiatan dimulai √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan
menyebut/mengide
ntifikasi secara satu
persatu (berurutan
tempat tidur /
kamar) :
 Identifikasi
Klien:
nama,alamat,
no register
4. Jelaskan √ √ √ √ √ √ √ √ √
kondisi/keadaan
umum klien.

5. Jelaskan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan yang
telah dan belum
dilakukan
6. Jelaskan hasil √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan. Masalah
teratasi sebagian
belum atau muncul
masalah baru.

7. Jelaskan secara √ √ √ √ √ √ √ √ √
singkat dan jelas

27
rencana kerja dan
tindak lanjut
asuhan (mandiri
atau kolaborasi)

8. Memberikan √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesempatan
anggota shift yang
menerima operan
untuk melakukan
klarifikasi/bertanya
tentang hal-hal atau
tindakan yang
kurang jelas.

9. Perawat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √
menerima operan
mencatat hal-hal
penting pada buku
catatan harian
10. Lakukan prosedur 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
– 7 untuk pasien
berikutnya sampai
seluruh pasien
dioperkan.

11 Perawat yang √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengoperkan
menyerahkan
semua berkas
catatan perawatan
kepada tim yang
akan menjalankan
tugas berikutnya.

1. Kepala √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ruang/ketua tim
(yang memimpin)
kembali ke Nurse
Station
2. Berdoa bersama - - - - - - - - -
yang di pimpin oleh
kepala ruang/ketua

28
Tim.

3. Mengucap salam. - - - - - - - - -

4. Mengucapkan - - - - - - - - -
selamat istirahat
bagi anggota
tim/shift
sebelumnya.

5. Mengucapkan - - - - - - - - -
selamat bekerja
untuk tim/shift
berikutnya

TOTAL 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Prosentase 85. 85. 85. 85. 85. 85. 85. 85. 85.
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
WAKTU (WIB) 07. 14. 21. 07. 14. 21. 07. 14. 21.
30 30 00 15 30 05 10 15 00

Keterangan :
 : Dilakukan
: Tidak Dilakukan
P : Operan Malam ke Pagi
S : Operan Pagi ke Sore
M : Operan Sore ke Malam

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa timbang terima selalu


dilakukan di ruangan. Timbang terima dilakukan baik secara langsung melihat kondisi
pasien maupun tidak langsung. Masing-masing perawat belum berkeliling untuk
memastikan keadaan pasien terlebih dahulu dan hanya melalui laporan yang telah
dibuat oleh perawat sebelumnya. Namun, dalam melakukan timbang terima perawat
tidak mempunyai SOP khusus sebagai panduan melakukan timbang terima.

c. Pre dan post conference


Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi (Nursalam, 2006). Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post conference
adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 12 – 17 Juni 2017, pre dan post

29
conference di ruang teratai telah dilakukan namun tidak sesuai dengan urutan pre
dan post conference yang benar.

Tabel 3.17 Hasil Observasi Pre conference

Tanggal
No Tindakan
12 13 14 15 16 17
1. Persiapan
1. Ruangan
2. Staff
2. Tatalaksana
a. Melakukan konferensi setiap - - - - - -
hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore
sesuai dengan jadwal
pelaksana.
b. Dipimpin oleh ketua tim atau
√ √ √ √ √ √
penanggung jawab tim
Isi conference:
Rencana tiap asuhan (rencana
harian)
Tambahan rencana dari ketua
tim atau penanggung jawab tim
c. Konferensi dihadiri oleh perawat
√ √ √ √ √ √
pelaksana dan PA dalam timnya
masing – masing
d. Menyampaikan perkembangan
√ √ √ √ √ √
dan masalah pasien
berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi pasien
yang dilaporkan oleh dinas
malam
e. Perawat pelaksana
menyampaikan hal-hal meliputi
• Keluhan pasien
√ √ √ √ √ √
• TTV dan kesadaran
pasien

30
• Hasil pemeriksaan
laboratorium atau
diagnosis terbaru
• Masalah keperawatan
• Rencana keperawatan
hari ini
• Perubahan keadaan
terapi medis
• Rencana medis
f. Perawat pelaksana
mendikusikan dan
mengarahkan perawat asosiet
tentang masalah yang terkait
dengan perawatan pasien yang
- - - - - -
meliputi :
• Pasien yang terkait
dengan pelayanan
seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian
makan, kebisikan
pengunjung lain,
kehadiran dokter yang
dikonsulkan
• Ketepatan pemberian
infuse
• Ketepatan pemantauan
asupan dan pengeluaran
cairan
• Ketepatan pemberian
obat / injeksi
• Ketepatan pelaksanaan
tindakan lain
• Ketepatan dokumentasi
g. Mengingatkan kembali standar
prosedur yang ditetapkan
h. Mengingatkan kembali tentang
kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing–masing
perawatan asosiet
i. Membantu perawatan asosiet
menyelesaikan masalah yang
- - - - - -

31
tidak dapat diselesaikan.
- - - - - -

- - - - - -

Total 4 4 4 4 4 4
Prosentase 44,4 44,4 44,4 44,4 44,4 44,4
% % % % % %

Berdasarkan tabel 3.17 diatas dapat dilihat bahwa 44,4 % langkah-langkah pre
conference yang dilakukan di ruangan. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya jumlah
perawat di ruang Teratai serta jadwal visite dokter yang tidak menentu yang dapat
mengganggu aktivitas pre conference.

Tabel 3.18 Hasil observasi post conference

STANDAR OPERASIONAL Tanggal


PROSEDUR
12 13 14 15 16 17
POST CONFERENCE
Prosedur 1. Persiapan
kerja a. Masing-masing tim - - - - - -
menyiapkan tempat
pelaksanaan post
conference.
b. Masing-masing - - - - - -
ketua tim sudah
menjadwalkan
kegiatan post
conference
2. Pelaksanaan
a. Acara dimulai - - - - - -
dengan pembukaan
salam oleh ketua
tim
b. Ketua tim √ √ √ √ √ √
menanyakan hasil

32
dan hambatan dari
pemberian asuhan
pada masing-
masing pasien
c. Perawat associate √ √ √ √ √ √
menyampaikan
hasil asuhan pada
kasus yang
ditangani
d. Ketua tim √ √ √ √ √ √
menanyakan tindak
lanjut asuhan
pasien yang harus
di operkan kepada
perawat shift
berikutnya
e. Ketua tim
memberikan - - - - - -
reinforcement
f. Ketua tim menutup
kegiatan post - - - - - -
conference.
3. Dokumentasi
a. Ketua tim
mendokumentasi √ √ √ √ √ √
hasil dari post
conference
b. Kepala ruangan
menilai - - - - - -
kemampuan ketua
tim dalam
melakukan post
conference
4. Evaluasi
Kepala ruang - - - - - -
mengisi format
evaluasi post

33
conference untuk
ketua tim
Total 4 4 4 4 4 4
Prosentase 36,3 36,3 36,3 36,3 36,3 36,3
% % % % % %

Keterangan :
 : Dilakukan
- : Tidak Dilakukan

Pengkajian langkah-langkah post conference diatas dilakukan pada tanggal 12 –


17 Juni 2017. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui selama 6 hari langkah-langkah
preconference yang dilakukan yaitu 36,3 %. Hal tersebut dikarenakan karena
keterbatasan perawat di ruang Teratai.

d. Ronde Keperawatan
Dari hasil observasi dan wawancara dari tanggal 12 – 17 Juni 2017 di ruang
Teratai belum dilakukan ronde keperawatan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
jumlah klien yang tidak sesuai dengan beban kerja perawat.Diskusi kondisi klien
hanya dlakukan antar perawat – dokter pada saat setelah visite tetapi belum
terlaksana ronde keperawatan yang membahas klien dengan penyakit unik secara
multi disiplin ilmu. Ronde keperawatan biasanya hanya dilakukan ketika ada
mahasiswa praktik untuk membantu mengajarkan proses ronde keperawatan yang
ada di pelayanan.

e. Penerimaan pasien baru


Dalam setiap perpindahan pasien baru di ruangan Teratai, idealnya pasien
dan keluarga diorientasikan mengenai fasilitas yang dapat digunakan di ruangan
(Orientasi ruangan), edukasi tentang cuci tangan yang benar, dan pengelolaan
sampah di ruangan. Selama observasi sejak tanggal 12 – 17 Juni 2017, dari poin –
poin di atas belum dilakukan oleh perawat ruangan, sehingga pasien maupun
keluarga pasien belum mengerti dan memahami tentang orientasi ruangan, cuci
tangan yang benar, dan pemilahan sampah.

Tabel 3.19 Penerimaan Pasien Baru

34
Tanggal
No. Prosedur
12 13 14 15 16 17
1. Pasien di terima oleh √ √ √ √ √ √
petugas ruangan
2. Melaksanakan serah
terima meliputi :
3. Surat pengantar dan √ √ √ √ √ √
inform concent
4. Tindakan yang telah √ √ √ √ √ √
dilaksanakan,
pengobatan yang
diberikan serta sisa obat
yang perlu di operkan.
5. Rencana tindakan lanjut √ √ √ √ √ √
6. Menempatkan pasien √ √ √ √ √ √
sesuai dengan kasusnya
7. Tanda tangan dan nama √ √ √ √ √ √
terang pada lembar
pengiriman oleh petugas
pengantar dan penerima
8. Melaksanakan
pengkajian keperawatan
meliputi :
Pengisian formulir :
 Masuk kamar √ √ √ √ √ √
 Anamnesa √ √ √ √ √ √
 Pemeriksaan fisik
 Lapor dokter √ √ √ √ √ √

pertelepon √ √ √ √ √ √
 Laporan proses
askep √ √ √ √ √ √
 Tindakan
Keperawatan
√ √ √ √ √ √
 Pernyataan Rawat
Inap
 Pernyataan √ √ √ √ √ √
persetujuan tindakan
 Resume askep √ √ √ √ √ √
Melaksanakan tindakan
keperawatan kepada - - - - - -
pasien

35
√ √ √ √ √ √

TOTAL 15 15 15 15 15 15
Persentase 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75
% % % % %
%

Keterangan :
Dilakukan : √
Tidak dilakukan : --

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa prosedur penerimaan pasien


baru sudah baik, yaitu rata-rata 93,75 % prosedur telah dilakukan perawat.

f. Discharge Planning

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien


mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge planning yang dilakukan di ruang teratai selama pengkajian sudah
direncanakan sejak klien MRS. Hasil pengkajian selama tanggal 12 – 17 Juni 2017
dapat dilihat pada tabel dibawah. Berdasarkan tabel 3.20 diketahui bahwa 100% item
pada discharge planning telah dilakukan seluruhnya. Format discharge planning
yang digunakan di ruangan dapat dilihat di lampiran 1.5.

Tabel 3. 20 Discharge Planning

No Indikator 12 13 14 15 16 17

1 Mengkaji nama pasien √ √ √ √ √ √


Mendokumentasikan tanggal √ √ √ √ √ √
2
masuk
Mendokumentasikan tanggal √ √ √ √ √ √
3
keluar
Mendokumentasikan nomor √ √ √ √ √ √
4
rekam medis
Mendokumentasikan ruang √ √ √ √ √ √
5
dan kelas klien

36
Mendokumentasikan dokter √ √ √ √ √ √
6
yang merawat
Mendokumentasikan √ √ √ √ √ √
7
Diagnosa medis
Mendokumentasikan √ √ √ √ √ √
8 diagnosa keperawatan
potensial
Mendokumentasikan Jenis √ √ √ √ √ √
9
tindakan yang diberikan
Mengkaji riwayat penyakit √ √ √ √ √ √
10
klien
Melakukan pemeriksaan fisik √ √ √ √ √ √
11
dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan hasil √ √ √ √ √ √
12
laboratorium
Mendokumentasikan terapi √ √ √ √ √ √
13
yang telah diterima
Mendokumentasikan √ √ √ √ √ √
14 penyebab kematian bila
perlu
Mendokumentasikan √ √ √ √ √ √
15 keadaan waktu pulang atau
keluar
Mendokumentasikan tanggal √ √ √ √ √ √
16
kontrol ulang
Mengisi nama dan tanda √ √ √ √ √ √
17
tangan perawat
TOTAL 17 17 17 17 17 17
PERSENTASE 100% 100% 100% 100% 100% 100%

g. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan di ruangan dilakukan oleh tim PKRS dengan sistem
giliran dengan ruangan lain. Mahasiswa yang sedang praktik biasanya diberikan
tugas untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pengunjung pasien.

37
h. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan sudah mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan sampai evaluasi yang mencakup SOAP. Catatan perkembangan pasien
dibuat setiap hari secara berkesinambungan sesuai dengan kondisi pasien saat itu,
namun pendokumentasian kurang optimal karena banyak beberapa sub yang
kosong. Hal tersebut menurut perawat karena pasien terlalu banyak dan tenaga
perawat kurang, sehingga tidak punya waktu untuk mengisi.

Tabel 3.21 Dokumentasi ruangan

12/06/201 13/06/201 14/06/201 15/06/2017 16/06/201 17/06/201

No. Indikator 7 7 7 7 7
% % % % % %

1 Data pasien 16 100 18 100 18 100 19 100 15 100 13 100


2 Kajian awal 16 100 18 96 18 100 19 100 15 100 13 100
keperawatan
3 Daftar masalah 16 100 18 100 18 100 19 100 15 100 13 100
keperawatan
4 Catatan 16 100 18 100 18 100 19 100 15 100 13 100
perkembangan
pasien
terintegrasi
5. Catatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perkembangan
diagnosa
keperawatan
6. Blue red 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7. Resume 16 100 18 100 18 100 19 100 15 100 13 100
Jumlah pasien 16 pasien 18 pasien 18 pasien 18 pasien 11 pasien 15 pasien

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengisian pendokumentasian


belum lengkap. Catatan perkembangan pasien sesuai diagnosa keperawatan belum
tersedia di rekam medis, sedangkan blue red belum diisi sama sekali. Dari hasil
klarifikasi mengenai masalah pendokumentasian perawat mengatakan bahwa hal
tersebut karena kekurangan tenaga namun sebelum dikembalikan ke assembling,
rekam medis pasien akan dilengkapi oleh karu.

i. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat masih dalam tingkat pengembangan di Ruang Teratai. Obat
oral dan injeksi sudah diatur dan diletakkan pada masing-masing kotak
penyimpanan yang bertuliskan nomer bed sesuai dengan nama pasiennya.

38
Tabel 3.22 Sentralisasi obat
SENTRALISASI OBAT YA TIDAK
Penerimaan Obat 1. Obat yang telah diresepkan di √
tunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.
2. Perawat menuliskan nama pasien,

register, jenis obat, jumlah dan
sediaan dalam kartu control, dan
diketahui oleh keluarga atau pasien
dalam buku masuk obat. Keluarga
atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan atau bilamana obat
tersebut akan habis. Serta penjelasan
tentang 6B.
3. Pasien atau keluarga selanjutnya

mendapatkan salinan obat yang harus
ditebus beserta kartu sediaan obat.
4. Obat yang telah diserahkan
selanjutnya disampaikan kepada √
perawat dan diletakkan dalam kotak
obat
Pembagian obat 1. Obat yang telah diterima untuk √
selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
2. Obat yang telah disimpan untuk

selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memerhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
penerimaan obat: dengan terlebih
dahulu dicocokan dengan terapi yang
diinstruksikan dokter dan kartu obat
yang ada pada pasien.
3. Pada saaat pemberian obat, perawat

menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat

39
kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya
diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang

atau petugas yang ditujukan dan
didokumentasikan dalam buku masuk
obat. Obat-obatan yang hampir habis
akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep
kepada dokter penganggung jawab
pasien.
Penambahan obat 1. Bila terdapat penambahan atau √
baru perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi
iniakan dimasukkan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak

rutin, maka dokumentasi hanya
dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat
Obat khusus 1. Obat dikategorikan khusus apabila √
sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberiakn
dalam waktu tertentu.
2. Pemberian obat khusus dilakukan

menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer
3. Informasi yang diberikan kepada pasien

atau keluarga: nama obat, waktu
pemberian, efek smping,
penanggungjawab, pemberian, dan
wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi

40
dari keluarga saat pemberian obat
TOTAL 9 4
PERSENTASE 69 % 31%

4 Money
3.4.1 Sumber Pendapatan Ruangan
Sistem anggaran di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu, semuanya berasal dari rumah sakit. Untuk bahan medis habis pakai,
setiap bulannya staf ruangan bagian administrasi akan melaporkan kebutuhan
bahan kepada kepala ruangan kemudian setelah kepala ruangan memberikan
persetujuan selanjutnya melakukan pengajuan proposal ke Rumah Sakit, baru
kemudian Rumah Sakit akan melakukan pengadaan bahan-bahan tersebut
melalui bagian farmasi.
3.4.2 Sistem Pembayaran Bagi Pasien
Sistem pembayaran bagi pasien semuanya diurus oleh bagian
administrasi rumah sakit. Ruangan tidak mengetahui bagaimana proses uang
masuk atau keluar yang berasal dari pasien. Untuk pasien BPJS maupun pasien
asuransi lainnya apabila diharuskan menjalani terapi lain yang alat atau
bahannya tidak disediakan oleh ruangan (missal. Tranfusi, dll) pembiayaannya
akan diurus langsung oleh bagian asuransi. Berdasarkan pengkajian pada
tanggal 12 -14 Juni 2017 pasien yang menggunakan JKN sebanyak 21 pasien
dan sebanyak 7 pasien menggunakan system pembayaran secara umum.
Tabel 3.23 Biaya pelayanan ruang Teratai
No. Jenis layanan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Utama
1 Jasa akomodasi 150.000 100.000 75.000 200.000
2 Registrasi rawat - - 10.000 -
inap
3 Jasa visite dokter 80.000 60.000 60.000 100.000
spesialis
4 Jasa visite dokter - 30.000 30.000 -
umum
5 Jasa asuhan 35.000 25.000 25.000 45.000
keperawatan
6 Konsultasi gizi 25.000 20.000 20.000 30.000

4.1 Daftar Daerah Asal Pasien di Ruang Teratai pada Tanggal 12-17 Juni 2107
Daftar Daerah Asal Pasien di ruang Teratai pada tanggal 12 – 17 Juni 2017
terdiri dari berbagai wilayah seperti Malang, Kabupaten Malang, Batu, Kediri,

41
Jombang bahkan Surabaya. Untuk rincian daerah asal pasien per tanggal 12 – 17
Juni 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.25 Daftar daerah asal pasien


No. Nama pasien Alamat

1 Ny.L Batu

2 Tn.J Batu

3 Tn.S Malang

4 Ny. L Batu

5 Ny.K Malang

6 Tn. T Batu

7 Tn. N Batu

8 Ny. I Karangploso

9 Ny. S Ngantang

10 Ny. Y Batu

11 Ny. N Batu

12 Tn. J Batu

13 Tn.w Batu

14 Tn. A Batu

15 Tn. H Pujon

16 Tn. Hs Batu

17 Tn. M Batu

18 Tn. D Batu

19 Ny. S Batu

20 Tn. N Blitar

21 Tn. M Malang

22 Tn. S Batu

23 Tn. L Pujon

24 Ny. S Bantur

25 Ny. L Batu

26 Tn. R Ngantang

42
27 Tn. E Batu

28 Tn. R Batu

29 Tn. H Batu

30 Ny. R Batu

31 Ny. S Batu

32 Tn. K Batu

33 Ny. W Batu

34 Ny. S Malang

35 Tn.H Blitar

36 Tn. F Batu

37 Tn.A Batu

5.2. Indikator Mutu Perhitungan rumah Sakit

5.2.1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur


pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Rumus BOR adalah sebgai berikut:

Jumlah pasien × 100%


Jumlah tempat tidur

Jumlah TT di Ruang Teratai = 24 TT

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 12 – 17 Juni 2017, penggunaan


tempat tidur di ruang teratai adalah sebagai berikut :

Tanggal 12 Juni 2017 : 16 Pasien

Tanggal 13 Juni 2017 : 18 Pasien

Tanggal 14 Juni 2017 : 19 Pasien

Tanggal 15 Juni 2017 : 18 Pasien

Tanggal 16 Juni 2017 : 15 Pasien

43
Tanggal 17 Juni 2017 : 13 Pasien

Berdasarkan data tersebut didapatkan jumlah penghitungan BOR sebagai berikut:

Tanggal 12 Juni 2017 : 16/24 x 100% = 66,7%

Tanggal 13 Juni 2017 : 18/24 x 100% = 75%

Tanggal 14 Juni 2017 : 19/24 x 100% = 79,1%

Tanggal 15 Juni 2017 : 18/24 x 100% = 75%

Tanggal 16 Juni 2017 : 15/24 x 100% = 62,5%

Tanggal 17 Juni 2017 : 13/24 x 100% = 54,1%

Rata-Rata BOR selama 6 hari adalah:


66,7 % + 75% + 79,1% + 75% + 62,5% + 54,1% = 412,4 % = 68,7 %
6 6
Selama kurun waktu 3 hari yaitu dari tanggal 12 – 17 Juni 2017 didapatkan
rata–rata BOR sejumlah 68,7%. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005). Dapat disimpulkan BOR di ruang teratai pada Tanggal 12
Juni 2017 sampai 17 Juni 2017 sudah sesuai dengan standar Depkes RI 2005.
Semakin baik nilai BOR menunjukkan bahwa market dari rumah sakit juga semakin
baik.

5.2.2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien
dirawat. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus Menghitung ALOS:

(jumlah lama dirawat)


(jlh pasien keluar (hidup + mati)

Berdasarkan Pengkajian Pada Tanggal 12 – 17 Juni 2017 di Ruang Teratai


didapatkan Data Sebagai Berikut:

1 Ny.L lama dirawat 3 hari

44
2 Tn.J lama dirawat 4 hari

3 Tn.S lama dirawat 4 hari

4 Ny. L lama dirawat 4 hari

5 Ny.K lama dirawat 7 hari

6 Tn. T lama dirawat 5 hari

7 Tn. N lama dirawat 4 hari

8 Ny. I lama dirawat 3 hari

9 Ny. S lama dirawat 5 hari

10 Ny. Y lama dirawat 8 hari

11 Ny. N lama dirawat 5 hari

12 Tn. J lama dirawat 4 hari

13 Tn.W lama dirawat 3 hari

14 Tn. A lama dirawat 3 hari

15 Tn. H lama dirawat 5 hari

16 Tn. Hs lama dirawat 4 hari

17 Tn. M lama dirawat 2 hari

18 Tn. D lama dirawat 3 hari

19 Ny. S lama dirawat 3 hari

20 Tn. N lama dirawat 5 hari

21 Tn. M lama dirawat 3 hari

22 Tn. S lama dirawat 4 hari

23 Tn. L lama dirawat 5 hari

24 Ny. S lama dirawat 5 hari

25 Ny. L lama dirawat 5 hari

26 Tn. R lama dirawat 2 hari

27 Tn. E lama dirawat 5 hari

28 Tn. R lama dirawat 2 hari

29 Tn.H lama dirawat 3 hari

30 Ny. R lama dirawat 4 hari

31 Ny.S lama dirawat 3 hari

45
32 Tn.K lama dirawat 3 hari

33 Ny. W lama dirawat 3 hari

34 Ny. S lama dirawat 2 hari

35 Tn. H lama dirawat 2 hari

36 Tn. F lama dirawat 2 hari

37 Tn. A lama dirawat 1 hari

Jumlah pasien keluar (hidup+mati) = 24

Total hari

Jumlah lama dirawat = 138 = 5,75 hari = 6 hari


Jumlah pasien keluar (hidup+mati) 24

Selama pengamatan 6 hari (12 – 17 Juni 2017) di ruang Teratai RSU Karsa
Husada didapatkan lama hari perawatan di ruang Teratai rata-rata adalah 6 hari.
Menurut Depkes 2005 nilai ALOS yang ideal adalah 6-9 hari sehingga ALOS di ruang
Teratai pada tanggal 12 – 17 Juni 2017 termasuk baik.

5.2.3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati (dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya). Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada 1-3 hari.

Rumus TOI:

((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)


(jmlh pasien keluar (hidup + mati))

Jumlah Pasien Keluar (Hidup+ Mati) : 24 Pasien

TOI :

(24X 6) – 7
24
= 137
24
= 5,7 hari

Dalam pengamatan selama 6 hari didapatkan TOI diruang Teratai sejumlah


5,7 hari yang idealnya 1-3 hari menurut Depkes 2005, yang berarti kurang ideal.

46
Namun menurut hasil wawancara dijelaskan bahwa setiap akhir tahun memang lebih
sedikit jumlah pasien yang masuk di Ruang Teratai.

5.2.4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO selama 3 hari (12 – 17 Juni 2017) di Ruang Teratai
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

Jumlah Pasien Dirawat (hidup+mati) selama 6 hari


Tanggal 12 Juni 2017 : 16 pasien
Tanggal 13 Juni 2107 : 6 pasien baru
Tanggal 14 Juni 2017 : 6 pasien baru
Tanggal 15 Juni 2017 : 5 pasien baru
Tanggal 16 Juni 2017 : 3 pasien baru
Tanggal 17 Juni 2017 : 1 pasien baru

37 = 1,5 kali putaran (selama 6hari)


24
Jadi dalam 1 tahun = 52 mgg x 1,5 = 78 kali putaran
BTO selama 6 hari penggunaan bed di Ruang Teratai yaitu 1 kali putaran atau
dalam satu tahun BTO rata-rata adalah 78 kali. Idealnya dalam 1 tahun adalah 40-50
kali digunakan.

6. Mutu Pelayanan
6.1 Tingkat Kecemasan Pasien
Tabel Hasil Kuesioner Tingkat Kecemasan Yang Dilakukan Pada Tanggal
12 Juni 2017 s/d 17 Juni 2017 Terhadap 32 Pasien di Ruang Teratai
Klie Item Tingkat Kecemasan Klien Total
n Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 6 7 8 9 0
1 2 3 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 29
2 2 1 3 3 4 4 3 2 3 4 2 2 3 1 3 2 4 2 3 1 52

47
3 2 1 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 44
4 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 40
5 2 1 2 2 2 2 1 2 4 2 3 3 3 1 2 2 3 3 2 2 44
6 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 1 40
7 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 41
8 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1 30
9 2 1 3 3 3 4 3 2 3 4 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 48
10 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 62
11 3 2 1 3 3 3 4 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 48
12 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 4 3 1 2 1 2 1 1 34
13 2 1 3 3 3 3 1 2 3 4 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 44
14 1 1 1 4 4 2 2 2 1 1 4 4 4 3 3 1 2 3 2 1 50
15 3 3 1 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3 1 4 3 3 3 4 4 60
16 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 75
17 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 75
18 2 1 1 1 1 1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 28
19 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 52
20 2 1 3 3 3 3 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 41
21 2 1 1 1 1 1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 28
22 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1 1 1 2 2 1 30
23 3 3 3 3 4 3 4 4 4 1 3 3 3 1 3 3 3 3 4 4 62
24 3 2 1 3 3 3 4 4 4 1 3 3 3 1 2 3 3 3 4 4 57
25 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 1 1 3 3 1 1 56
26 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 42
27 2 4 4 4 4 4 4 2 1 1 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1 54
28 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 41
29 2 1 3 3 3 4 3 2 3 4 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 48
30 3 3 3 3 4 3 4 4 4 1 4 4 3 1 3 3 3 3 4 4 64
31 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 75
32 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 75
33 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 41

48
34 3 3 3 3 4 3 4 4 4 1 4 4 3 1 3 3 3 3 4 4 64
35 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 75
36 2 1 3 3 3 4 3 2 3 4 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 48
37 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 41

Ket:
Skor 20-44  normal/tidak cemas
Skor 45-59  kecemasan ringan
Skor 60-74  kecemasan sedang
Skor 75-80  kecemasan berat
a. Prosentase kejadian cemas ringan di ruang teratai
= Jumlah pasien cemas ringan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 10/37 x100%
= 27,03%
Prosentase kejadian cemas sedang di ruang teratai
= Jumlah pasien cemas sedang x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 5/37 x100%
= 13,51%

b. Prosentase kejadian cemas berat di ruang teratai


= Jumlah pasien cemas beratx 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 5/37 x100 %
= 13,51%
c. Prosentase kejadian tidak cemas di ruang teratai
= Jumlah pasien tidak cemas x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 18/37 x100%
= 48,65 %
Dari koesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) diperoleh
nilai tertinggi adalah 78, dan nilai terendah adalah 25, dengan pengelompokan
sebagai berikut: skor 20 - 44: normal/tidak cemas, skor 45-59 mengalami
kecemasan ringan, skor 60-74 mengalami kecemasan sedang, skor 75-80
mengalami kecemasan berat. Sehingga dari tabel dapat disimpukan bahwa
sebagian besar pasien di ruang teratai mengalami kecemasan. Fungsi
instrumen kecemasan klien ini untuk melihat tingkat cemas klien terhadap
kondisinya maupun lingkungan sekitarnya, sehingga tindakan keperawatan
diharapkan mampu menurunkan tingkat kecemasan klien tersebut. Perawat
melakukan intervensi dengan mengajarkan teknik relaksasi seperti nafas
dalam, teknik distraksi, juga dengan menjelaskan tindakan yang diberikan

49
kepada pasien dan pengetahuan tentang penyakit pasien, agar pasien mengerti
sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan yang dialami.

6.2 Tingkat Kepuasan Pasien

Hasil dari kuesioner , didapatkan hasil sebagai berikut

No. Tingkat Kepuasan keterangan


Jumlah Item Jumlah Item Jumlah Item
Puas Kurang Puas Tidak Puas
1. 9 - - puas
2. 9 - - puas
3. 4 5 - Kurang puas
4. 9 - - puas
5. 9 - - puas
6. 7 2 - puas
7. 6 4 - puas
8. 9 - - puas
9. 9 - - Puas
10. 4 5 - Kurang puas
11. 9 - - Puas
12. 9 - - Puas
13. 4 5 - Kurang puas
14. 9 - - Puas
15. 3 5 1 Kurang puas
16. 9 - - Puas
17. 2 2 5- Tidak puas
18. 9 - - Puas
19. 9 - - Puas
20. 3 6 - Kurang Puas
21. 9 - - Puas
22. 9 - - Puas
23. 3 6 - Kurang puas
24. 9 - - Puas
25. 2 4 2 Tidak Puas
26. 9 - Puas
27. 2 3 4 Tidak Puas
28. 9 - Puas

50
29. 3 6 - Kurang puas
30. 8 1 - puas
31. 9 - - puas
32. 8 1 - puas
33. 9 - - puas
34. 9 - - puas
35. 9 - - puas
36. 3 6 - Kurang puas
37. 9 - - puas
Ket:
Jumlah Item puas 5 – 9  puas
Jumlah Item tidak puas 5-9  tidak puas
Jumlah Item Kurang Puas 5 -9  kecemasa

a) Prosentase Tingkat Ketidakpuasan di ruang teratai


= jumlah klien yang tidak puas x 100%
Jumlah klien yang dirawat

= 3 x 100%
37
= 8,10%
b) Prosentase Tingkat Kurang puas di ruang teratai
= jumlah klien yang puas x 100%
Jumlah klien yang dirawat
= 8 x 100%
37
= 21,6%
c) Prosentase Tingkat Kepuasan di ruang teratai
= jumlah klien yang puas x 100%
Jumlah klien yang dirawat
= 28 x 100%
37
= 75,6%
Dari nilai tingkat kepuasan pasien menggunakan Instrumen Kepuasan
Pasien Menurut lembar observasi kepuasan milik rsud karsa husada tersebut
di dapatkan hasil bahwa dari 37 pasien yang dikaji selama 6 hari di ruang

51
teratai menunjukkan 28 pasien menyatakan puas, 6 pasien menyatakan kurang
puas , dan 1 pasien menyatakan tidak puas terhadap layanan di ruang teratai.

Hasil ini menjadi acuan bagi perbaikan tingkat layanan dan program dari
rumah sakit selanjutnya. Ada beberapa item yang perlu diperhatikan oleh
manajemen rumah sakit dan juga dari perawat di Ruang Teratai untuk
meningkatkan dalam hal Kepastian, Kedisiplinan, Kecepatan, Keterbukaan
Informasi, Ketepatan Waktu, Kenyamanan Ruang dan Fasilitas dan yang
terakhir adalah Biaya dalam Pelayanan. Hal ini di karenakan ada beberapa
responden yang memberikan nilai sedang dalam item-item tersebut sehingga
dalam upaya peningkatan kualitas layanan perlu adanya evaluasi dan
peningkatan.

6.3 Tingkat Kenyamanan Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian tentang Tingkat Kenyamanan pasien


selama 6 hari (12-17 Juni 2017) didapatkan hasil sebagai berikut:

N0. Skala Nyeri Keterangan


1. 0 Nyaman
2. 0 Nyaman
3. 6 Tidak Nyaman Sedang
4. 0 Nyaman
5. 2 Tidak Nyaman Minor
6. 4 Tidak Nyaman Minor
7. 0 Nyaman
8. 4 Tidak Nyaman Minor
9. 4 Tidak Nyaman Minor
10. 0 Nyaman
11. 0 Nyaman
12. 2 Tidak Nyaman Minor
13. 2 Tidak Nyaman Minor
14. 6 Tidak Nyaman Sedang
15. 8 Tidak Nyaman Akut

52
16. 6 Tidak Nyaman Sedang
17. 8 Tidak Nyaman Akut
18. 6 Tidak Nyaman Sedang
19. 2 Tidak Nyaman Minor
20. 0 Nyaman
21. 0 Nyaman
22. 0 Nyaman
23. 2 Tidak Nyaman Minor
24. 4 Tidak Nyaman Sedang
25. 0 Nyaman
26. 2 Tidak Nyaman Minor
27. 4 Tidak Nyaman Sedang
28. 0 Nyaman
29. 2 Tidak Nyaman Minor
30. 0 Nyaman
31. 6 Tidak Nyaman Sedang
32. 6 Tidak Nyaman Sedang
33. 6 Tidak Nyaman Sedang
34. 6 Tidak Nyaman Sedang
35. 0 Nyaman
36. 0 Nyaman
37. 0 Nyaman

Prosentase pasien yang merasa tidak nyaman di ruang teratai

= 22 x 100%
37
= 59,46%
Berdasarkan Depkes tahun 2015 menjelaskan bahwa seorang mulai
dihitung nyeri ringan apabila skor nyeri pada pasien adalah 1-3.
Berdasarkan kuesioner menggunakan Wong Baker Scale pada pasien
yang dikaji selama 6 hari (12 – 17 Juni 2017) di ruang teratai terdapat
beberapa klien yang mengalami nyeri pada tingkat severe yaitu pada skala 5-6.
Selanjutnya klien juga mengalami nyeri pada tingkat minor yaitu pada skala 2
dan 3. Dan sebagian klien tidak merasakan nyeri.
Pasien pada umumnya mengalami nyeri di karenakan respon fisiologis
klien terhadap penyakit yang dialaminya. Setiap keluhan dari klien, pasti akan
mendapatkan tindak lanjut dari tenaga tenaga untuk mengurangi keluhan yang
membuat klien tidak nyaman tersebut. Termasuk pada keluhan nyeri yang
dialami oleh klien. Intervensi tersebut dilakukan dengan pemberian obat
ataupun dengan teknik-teknik distraksi yang dapat di ajarkan terhadap klien.

53
Sehingga dengan intervensi tersebut dapat menurunkan nyeri yang di alami
oleh klien dan memberikan kenyamanan kepada klien. Untuk Form Pengkajian
Wong Baker Scale dapat dilihat pada lampiran.

6.4 Tingkat Resiko Jatuh

Berdasarkan hasil pengkajian tentang Tingkat Resiko Jatuh pasien


selama 6 hari (12-17 Juni 2017) didapatkan hasil sebagai berikut:

Angka Resiko Jatuh = Jumlah kejadian jatuh x 100%


Jumlah Pasien yang Beresiko Jatuh
= 0 x 100%
24
= 0%
Dari koesioner MORSE FALL SCALE diperoleh nilai tertinggi adalah
75, dan nilai terendah adalah 0, dengan pengelompokan sebagai berikut: skor
>45 : resiko tinggi, skor 25-44 mengalami resiko jatuh sedang, skor 0-24
mengalami resiko jatuh rendah. Sehingga dapat disimpukan bahwa rata-rata
pasien di ruang teratai untuk resiko jatuh terdapat 0 %.

6.5 Angka Kejadian Dekubitus


Pendokumentasiaan angka kejadian dekubitus telah dilakukan dengan
baik. Pada bulan Juni mulai tanggal 12 sampai 17 di ruang Teratai, angka
kejadian dekubitus terdapat 0 kejadian dekubitus.

Tabel Angka Kejadian Dekubitus


No Tanggal Kejadian Dekubitus
1 12 Juni 2017 0

54
2 13 Juni 2017 0
3 14 Juni 2017 0
4 15 Juni 2017 0
5 16 Juni 2017 0
6 17 Juni 2017 0

Menurut Depkes (2010) indikator dekubitus dapat diukur sebagai


berikut :
= jumlah kejadian dekubitus x 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadinya dekubitus
= 0 X100%
24
= 0%

6.6 Angka Kejadian Plebitis


Pendokumentasian angka kejadian plebitis telah dilakukan dengan
baik. Pada tanggal 12-17 Juni 2017 di ruang Teratai, terdapat angka kejadian
plebitis sebanyak 6 kejadian.

Tabel Angka Kejadian Plebitis

No Tanggal Kejadian Plebitis


1 12 Juni 2017 2
2 13 Juni 2017 2
3 14 Juni 2017 0
4 15 Juni 2017 0
5 16 Juni 2017 2
6 17 Juni 2017 0
Menurut Depkes (2010) indikator plebitis dapat diukur sebagai berikut
:
Jumlah kejadian plebitis x 1000
= Jumlah lama terpasang terpasang iv line

55
= 6 x 1000
138
= 0,43

6.7 Standar Keselamatan Pasien

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Identifikasi pasien pada pasien-pasien di ruang Teratai dilakukan saat
awal pengkajian dan tindakan keperawatan akan dilakukan. Dari hasil
pengkajian selama 6 hari (12 - 17 2017) didapatkan perawat sudah melakukan
identifikasi pasien berdasarkan nama. Akan tetapi, kekurangannya adalah
Perawat hanya mengidentifikasi satu identitas pasien yaitu nama pasien saat
akan melakukan tindakan keperawatan, seharusnya Perawat juga melakukan
identifikasi tanggal lahir. Selain itu, Perawat sudah melakukan identifikasi
sebelum pemberian obat, darah atau produk darah serta tindakan keperawatan
yang lain. Selama observasi di ruang Teratai penggunaan gelang identitas
pasien sudah dilakukan dan sesuai dengan keadaan pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang diterapkan di ruang Teratai adalah komunikasi
Situation Background Assessment Recomendation (SBAR). Program ini
meliputi pemberian komunikasi efektif antar perawat dan tenaga kesehatan
lain. Ada dua jenis komunikasi yang dipakai, yaitu jenis komunikasi botton-up
dan up-down. Komunikasi ini diterapkan dengan mekanisme dari kepala ruang
mendengar aspirasi dan masukan dari bawahan atau dari kepala ruang ke
bawahan. Komunikasi ini bertujuan untuk memberikan instruksi yang jelas
dan juga penyampaian kinerja yang jelas dari kepala ruang maupun perawat
lainnya. Pada ruang teratai juga diterapkan sistem komunikasi musyawarah
sebagai bentuk upaya merumuskan masalah bersama dan menciptakan
kekeluargaan antar tenaga di ruang teratai. Berdasarkan jenis komunikasi,
instruksi yang diberikan jelas dan tepat pada tujuan. Kepala ruang ada kalanya
bertindak otoriter sebagai instruksi yang tegas kepada perawat lainnya dan ada
pula bertindak terbuka sebagai bentuk menerima saran dan aspirasi.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
1) Pemberian Obat
 Poster tentang 10 benar pemberian obat diruangan belum tersedia.
 Penyimpanan obat sesuai dengan nomor bed pasien dalam kotak

56
 Lemari es untuk penyimpanan obat pasien tidakdigunakan untuk penyimpanan
makanan
 Obat-obatanpasien yang tersimpan di lemariesd iberi label namapasien
 Obat-obatan pasien yang disimpan di lemari es tidak diberi sekat/pembatas
khusus untuk mengurangi kesalahan dalam pemberian obat
 Obat oral yang harus diminum pasien diberikan dengan memakai wadah plastik.
2) Pemberian Obat

TANGGAL TOTA
Variabel
12 13 14 15 16 17 L

Salah Pasien - - - - - - 0
Salah nama dan tidak sesuai dengan - - - - - - 0
identitas
Salah waktu
1.1 Terlambat pemberian obat - - - - - - 0
1.2 Pemberian obat yang terlalu cepat - - - - - - 0
1.3 Obat stop tetap dilanjutkan - - - - - - 0
Salah Jalur
2.1 Cara oral - - - - - - 0
2.2 Intra vena - - - - - - 0
2.3 Intra muskuler - - - - - - 0
2.4 Lain-lain - - - - - - 0
Salah dosis
3.1 Dosis kurang - - - - - - 0
3.2 Dosis berlebih - - - - - - 0
Salah obat - - - - - - 0
Salah dokumentasi - - - - - - 0
Jumlah Kesalahan 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah pasien/hari 19 21 20 19 17 13

4. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


1) Di ruang Teratai sudah mengadopsi pedoman hand hygiene, yaitu dengan
adanya langkah-langkah cuci tangan dengan sabun dan hand rub yang
ditempel di dinding depan bed pasien dan diatas wastafel.

57
2) Di ruang Teratai, masing-masing bed sudah ada hand rub
3) Pengurangan risiko infeksi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, pasien dan
keluarga pasien. Pasien dan keluarga pasien akan mendapatkan pendidikan
kesehatan meliputi cara cuci tangan yang baik dan benar (6 langkah) dengan
hand rub dan sabun. Hasil observasi selama tanggal 12 Juni – 17 Juni 2017
pada pasien dan keluarga pasien belum diajarkan cara cuci tangan.
4) Penggunaan sampah medis tidak sesuai, di dalam sampah medis masih
terdapat barang yang seharusnya dibuang di sampah non medis seperti kulit
buah dan bungkus makanan, hal ini terjadi karena tidak ada orientasi
pengggunaan sampah medis dan non medis.
5. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
 Kejadian jatuh
Pengkajian risiko jatuh pada pasien-pasien di ruang Teratai dilakukan setiap
hari menggunakan Morse Fall Scale. Dari hasil pengkajian selama 6 hari (12-
17 Juni 2017) tidak didapatkan pasien yang mengalami kejadian jatuh
selama mendapatkan perawatan di ruang Teratai. Selama observasi kepada 36
orang yang dirawat di ruang Teratai, hampir 90% side rail terpasang dan
didapatkan rata-rata jumlah pasien risiko jatuh rendah sebanyak 9 orang
(25%), tidak beresiko jatuh, 24 orang (66,67%), dan risiko tinggi sebanyak 3
orang (8,33%).
 Pasien Restrain
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan selama 6 hari (12-17 Juni
2017) tidak terdapat2 pasien yang terpasang restrain selama mendapatkan
perawatan di ruang Teratai karena mengalami gangguan kesadaran.

3.1.2 Pengkajian Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

A. Fungsi Perencanaan
1. Visi dan Misi Organisasi
a. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit
”Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat”

Misi Rumah Sakit


a) Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan berkualitas.
b) Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.
c) Mengembangkan manajemen dan sumberdaya berbasis teknologi informasi /
iptek berwawasan wisata (hospital tourism).

58
d) Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan dan pelatihan di
bidang pelayanan kesehatan.
e) Meningkatkan kesejahteraan karyawan berdasarkan profesionalisme dan
kepuasan pelanggan.

Motto Rumah Sakit


Dengan salam, sapa, senyum mengupayakan kesembuhan penderita secara
optimal, prosedural, dan bertanggung jawab.

2. Filosofi Organisasi
Filosofi Rumah Sakit Karsa Husada Batu dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya harus dipegang teguh agar arah organisasi tidak dikacaukan oleh anggota
organisasi yang berbeda nilai. Oleh sebab itu dalam rangka mewujudkan Visi dan
Misi Rumah Sakit Karsa Husada Batu memiliki nilai-nilai dasar dan keyakinan yang
merupakan budaya kerja dan pegangan dan pedoman bagi Kepala Rumah Sakit dan
seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Nilai-nilai yang diyakini Rumah Sakit Karsa Husada Batu sebagai berikut :

“Kami Insan Rumah Sakit, dalam memberikan pelayanan selalu


mengutamakan nilai-nilai Kejujuran, Keberanian, Profesionalisme dan
Kebersamaan”.

Dengan makna sebagai berikut :

1. Kejujuran : Proses administrasi dan keuangan dilaksanakan secara tertib dan


transparan
2. Keberanian : berani dalam mengambil keputusan / tindakan dengan selalu
mengikuti peraturan – peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Profesional : Keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan pelayanan yang
berlandaskan pada kaidah ilmiah dan profesi serta tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat
4. Kebersamaan : Ikatan komitmen seluruh insan Rumah Sakit Karsa Husada Batu
dalam rangka mewujudkan visai dan misi organisasi

3. Tujuan Organisasi
Tujuan Rumah Sakit
1. Tujuan Umum :

59
Mengembangkan Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu menjadi Rumah
Sakit Umum dengan unggulan pelayanan prima untuk segala jenis penyakit.

2. Tujuan khusus :
a. Menyediakan pelayanan kesehatan yang ramah, manusiawi, dan
terjangkau.
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar mutu dan
kebutuhan serta kepuasan pelangan.
c. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana serta teknologi
kesehatan dengan kebutuhan dan kemampuan.
d. Mengembangkan profesionalitas sumber daya manusia.
e. Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan secara berkeadilan dan
bertanggungjawab.

4. Kebijakan, Prosedur, dan Peraturan Organisasi


Kebijakan, prosedur, dan peraturan terkait dengan keperawatan saat ini
masih mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan terkait dengan keperawatan
rumah sakit.

5. Perencanaan Strategis
a. Rencana Strategis Rumah Sakit
Program Rumah Sakit UmumKarsa Husada Batu yang dijalankan oleh Instalasi
Rawat Inap yaitu:
1) Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan cara pemberian warna gelang yang
berbeda berdasarkan jenis kelamin. Pada pasien laki-laki menggunakan
gelang berwarna biru dan perempuan menggunakan gelang berwarna
merah muda.
2) Cuci tangan
Program ini merupakan program yang dijalankan oleh Instalasi Rawat Inap
saat ini. Program ini penting dalam mengurangi resiko infeksi pada pasien.
3) Komunikasi Situation Background Assessment Recomendation (SBAR)
Program ini meliputi pemberian komunikasi efektif antar perawat dan tenaga
kesehatan lain.
4) Identifikasi pasien resiko jatuh, resiko dekubitus dan alergi
Program ini sudah disosialisasikan dengan pemberian gelang khusus.
Gelang sudah diproduksi namun implementasi belum dilakukan. Pemberian
tanda untuk pasien dengan resiko tinggi dekubitus, masih belum dilakukan.
Ruang Teratai telah memiliki metode untuk screening pasien resiko tinggi
ulkus dekubitus namun masih perlu dibiasakan.

b. Keterlibatan Staf Keperawatan dalam Perencanan

60
Staf keperawatan terlibat dalam pemberian perawatan secara langsung
sesuai program yang telah direncanakan.

B. Fungsi Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi Ruang Teratai

Direktur RSKH
dr. Tries Anggraini, M.Kes

Kasie Yanmed
dr. Fernandus Stevanus Kakiay, Sp. PD-Finansim

Koordinator Pelayanan Keperawatan


Ns. Sujud Priono, S.Kep., M.Kep.

Sub. Kord. Pelayanan Keperawatan Rawat Inap


Ns. Mahfud Surya Adi Praja, S.Kep.

Karu Teratai
Indah Sulistiawati, Amd.Kep.

Pra PK PK I PK II

- Ajeng - Maulana - Immaculata


- Andi - Niken - Utari
- Cindy - Efendi
- Pungky

61
2. Uraian tugas
a. Kepala Ruangan
Tabel 3.26 Uraian Tugas Kepala Ruang
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
KEPALA RUANG
1. Melaksanakan fungsi perencanaan (p1) meliputi:
a. Menyusun rencana kerja harian, mingguan, v
bulanan, dan tahunan.
b. Menunjuk perawat primer dan tugasnya masing- v
masing.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien v
dibantu perawat primer.
v
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan tingkat ketergantungan
pasien dibantu oleh perawat primer. v
e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan. v
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan
v
terhadap klien.
g. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
h. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan
dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk ruang v
rawat, koordinasi dengan kepala perawatan/ kepala v
instalasi.
i. Menyusun rencana kebutuhan fasilitas, alat, dan v
dana keperawatan. v
j. Menyusun jadwal dinas. v
k. Menyusun jadwal cuti. v
l. Menyusun rencana pengembangan staf.
m. Menyusun rencana kegiatan pengendalian mutu.

2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan


(p2) meliputi:
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan. v
v
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat
v
pelaksana secara jelas.
v
d. Membuat rentang kendali.
v
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan.
v
f. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan. v
g. Menyelenggarakan konferen. v
h. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pelayanan di ruang rawat, melalui kerjasama
dengan petugas lain yang bertugas diruang
rawatnya. v
i. Melaksanakan orientasi kepada tenaga
keperawatan baru/ tenaga lain yang akan kerja di
ruang rawat. v
j. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa

62
keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya
sebagai lahan praktik. v
k. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya
meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah sakit,
tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari. v
l. Membimbing tenaga keperawatan untuk
v
melaksanakan asuhan keperawatan.
m. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu
dengan staf keperawatan dan petugas lain yang v
bertugas diruang rawatnya.
n. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan
untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan v
koordinasi kepala instalasi/kasi perawatan.
o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-
obatan sesuai kebutuhan berdasarkan v
ketentuan/kebijakan rumah sakit.
p. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan
v
alat agar selalu dalam keadaan siap pakai.
q. Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya di ruang rawat menurut tingkat
v
kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran
pemberian asuhan keperawatan.
r. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di v
ruang rawat. v
s. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan pasien sesuai dengan program dietnya.
t. Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa
perawatan di ruang rawatnya dan selanjutnya
mengembalikan berkastersebut ke bagian medical v
record bila pasien keluar/pulang dari rumah sakit
tersebut.
u. Membimbing mahasiswa keperawatan yang
v
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan
praktik.
v
v. Memberikan penyuluhan kesehatan pada
v
pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam
batas wewenangnya.
w. Melakukan serah terima pasien pergantian dinas.
x. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, V
membuat daftar dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain.
y. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian
dan penilaian (p3) meliputi:
a. Mengawasi dan menilai mahasiswa keperawatan v
untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai
tujuan program bimbingan yang telah ditentukan.
b. Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan v
yang berada di bawah tanggung jawabnya dan mutu
pelayanan.
v
c. Memberikan pengarahan tentang penugasan
kepada ketua tim dan perawat pelaksana.

63
d. Memberikan pujian kepada perawat yang v
mengerjakan tugas dengan baik.
e. Memberikan motivasi dalam peningkatan V
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
f. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting v
dan berhubungan dengan askep klien.
v
g. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya.
v
h. Meningkatkan kolaborasi.
v
i. Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawatn primer mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. v
j. Mengobservasi pasien baru dan mengaudit
dokumentasi asuhan keperawatan. v
k. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama.
Total 33 16
Persentase 67 % 33 %

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan kepala ruang dalam menjalankan fungsi


manajemen keperawatan dilakukan 67% sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut
dijalankan dengan cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan
uraian tugasnya. Beberapa hal yang menjadi poin penting dari uraian tugas Kepala Ruangan
diatas adalah belum optimalnya peran supervisi kepala ruangan terhadap anggota baik
secara pelaksanaan dan dokumentasi. Beberapa contohnya adalah poin supervisi :
a. Perencanaan:
- Menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, serta
membuat rentang kendali.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer.
b. Penggerakan dan Pelaksanaan
- Membuat rentang kendali.
- Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat pelaksana secara jelas.
- Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai
dengan program dietnya.
- Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran pemberian
asuhan keperawatan.
- Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat.
c. Pengawasan, Pengendalian, penilaian :
- Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim dan perawat
pelaksana.
- Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik

64
- Mengaudit dokumentasi asuhan keperawatan.

b. Perawat pelaksana
Tabel 3.27 Uraian Tugas Perawat Pelaksana
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
ANGGOTA TIM
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan
kasih yaitu:
1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan v
masalah klien.
2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan v
rencana.
v
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
v
4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan
perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan.
b. Melaksanakan program berikut dengan penuh tanggung
jawab: v
1) Pemberian obat. v
2) Pemeriksaan laboratorium. v
3) Persiapan klien yang akan operasi.
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien: v
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
v
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan
v
rasa aman, nyaman.
v
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan atau v
diagnosis.
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai v
dengan kemampuannya.
f. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakarotul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan v
ruang secara efektif:
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau v
v
meninggal.
2) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.
v
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai. v
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan.
j. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau hari v
libur secara bergantian sesuai dengan jadwal dinas.
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan v
dengan penyakitnya.
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien v
baik secara lisan maupun tulisan. v
v

65
m. Membuat laporan harian klien.
n. Operan dengan dinas berikutnya.
o. Menerima bantuan bimbingan katim/ ka shift dan
melaksanakan pendelegasian.
Total 24 1
Prosentase 96% 4%
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan perawat pelaksana dalam
menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 96% sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan sangat baik. Sehingga peran fungsi
perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya.

3. Pengorganisasian perawatan pasien


Perawatan pasien di ruang Teratai ini menggunakan metode fungsional. Namun,
pembagian tugas pp juga belum jelas. Semua dilakukan secara situasional dan saling
membantu.

4. Klasifikasi Pasien
Pengklasifikasian pasien yang dirawat di Ruang Teratai berdasarkan kelas.

66
5. Pendokumentasian proses keperawatan
Tabel 3.28 Pendokumentasian Proses Keperawatan
Kode Berkas %
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji dengan V v v v v - - v 37.5
pedoman pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk sampai V v v - - - v v 31.25
pulang
3 Masalah dirumuskan berdasarkan V - - - v - - - 12.5
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
B Diagnosa keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan V - v - v - - v 25
masalah yang telah dirumuskan
2 Merumuskan diagnosa keperawatan V - v - v - - v 25
actual/potensial
C Rencana tindakan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan V - v - v - v v 31.25
2 Disusun menurut urutan prioritas - - - - v - - - 6.25
3 Rumusan tujuan mengandung komponen - - - - v - - v 12.5
pasien/subjek perubahan, perilaku,
kondisi pasien dan atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan V - - - v - - v 18.75
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan - - - - v - - - 6.25
keterlibatan pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan V - v v v v v v 43.75
kerjasama tim kesehatan lain
D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana V v v - v v - - 31.25

67
2 Perawat mengobservasi respon pasien V v v v v v v v 50
terhadap tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil - v v - - - - v 18.75
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan - v v - v - v v 31.25
dicatat ringkas dan jelas
E Evaluasi
1 Perawat mengevaluasi respon pasien V - v - v - v - 25
sesuai dengan kriteria hasil yang sudah
ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, V v v v v v v v 50
analisa masalah keperawatan dan
rencana tindak lanjut.
F Catatan asuhan keperawatan
1 Menulis pada format yang baku V v v - v - v v 37.5
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan V v v v - v v v 43.75
tindakan yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat V v v v - - - v 31.25
mancantumkan paraf/nama jelas dan
tanggal jam dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan V v v v v v v v 50
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

68
Kode Berkas %
No Aspek Yang Dinilai
9 10 11 12 13 14 15 16
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji dengan V v v v v - - v 37.5
pedoman pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk sampai V v v - - - v v 31.25
pulang
3 Masalah dirumuskan berdasarkan V - - - v - - - 12.5
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
B Diagnosa Keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan V - v - v - - v 25
masalah yang telah dirumuskan
2 Merumuskan diagnosa keperawatan V - v - v - - v 25
actual/potensial
C Rencana Tindakan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan V - v - v - v v 31.25
2 Disusun menurut urutan prioritas - - - - v - - - 6.25
3 Rumusan tujuan mengandung komponen - - - - v - - v 12.5
pasien/subjek perubahan, perilaku,
kondisi pasien dan atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan V - - - v - - v 18.75
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan - - - - v - - - 6.25
keterlibatan pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan V - v v v v v v 43.75
kerjasama tim kesehatan lain
D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana V v v - v v - - 31.25
2 Perawat mengobservasi respon pasien V v v v v v v v 50
terhadap tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil - v v - - - - v 18.75

69
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan - v v - v - v v 31.25
dicatat ringkas dan jelas
E Evaluasi
1 Perawat mengevaluasi respon pasien V - v - v - v - 25
sesuai dengan kriteria hasil yang sudah
ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, V v v v v v v v 50
analisa masalah keperawatan dan
rencana tindak lanjut.
F Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis pada format yang baku V v v - v - v v 37.5
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan V v v v - v v v 43.75
tindakan yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat V v v v - - - v 31.25
mancantumkan paraf/nama jelas dan
tanggal jam dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan V v v v v v v v 50
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

70
6. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
Sistem penghitungan tenaga kerja dilakukan oleh kepala ruang dengan
menggunakan metode Gillies.

7. Jadwal/shift dinas
Pembuatan jadwal shift/dinas dilakukan bersama – sama dengan
diskusi yang melibatkan kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.

8. Ketenagaan
a. Rencana kebutuhan Tenaga
Menggunakan metode penghitungan Gillies, dijelaskan lebih
lanjut pada kebutuhan perawat.
b. Penerimaan pegawai baru
Kepala ruangan Ruang Teratai menyerahkan sepenuhnya
penerimaan pegawai baru baik itu medis maupun non medis kepada
pihak Rumah Sakit, penerimaan pegawai baru dilakukan oleh tim yang
sudah dibentuk oleh pihak rumah sakit.
c. Sistem seleksi
Ruang Teratai mempunyai persyaratan untuk pegawai (perawat)
sama dengan ruang – ruang lainnya yang ada di RS Karsa Husada Batu
sesuai dengan syarat Rumah Sakit yaitu melalui tes wawancara, tes
tulis, dan skill. Setelah itu pegawai baru harus mengikuti orientasi
setelah menjalani perekrutan. Tidak ada pelatihan khusus untuk seleksi
di ruang teratai namun jika mempunyai sertifikat atau pernah mengikuti
pelatihan menjadi pertimbangan khusus.
d. Penempatan
Untuk penempatan di ruang teratai diserahkan kepada tim yang
sudah menyeleksi, pegawai baru diorientasi terlebih dahulu selama 2
bulan baru ditempatkan sesuai dengan kebutuhan ruangan dan skill
yang dimiliki pegawai baru tersebut. system penempatan ini juga dipakai
dalam penempatan pegawai baru di ruang teratai.

e. Orientasi ruangan
Kepala ruangan dan perawat-perawat yang bertugas di Ruang
Teratai selalu mengorientasikan setiap karyawan baru yang telah dipilih
oleh tim penyeleksi. Orientasi diantaranya pengenalan anggota tenaga
kerja yang ada di ruangan, orientasi ruangan, peralatan, peraturan-
peraturan yang berlaku di ruangan, dll.
f. Pengembangan staff: pendidikan dan pelatihan
Masih ada kesulitan dalam ijin untuk melanjutkan pendidikan
bagi perawat - perawat yang bekerja di ruangan pavilion teratai karena
keterbatasan tenaga kerja.Ruangan tidak membantu masalah finansial,
namun ruangan tidak akan mempersulit kepada perawat yang akan

71
melanjutkan pendidikan. Sedangkan untuk pengembangan staf berupa
pelatihan, pendelegasian perawat sebagai peserta ditentukan oleh pihak
Rumah Sakit. Selain itu, perawat bisa mengikuti pelatihan atau seminar
diluar pendelegasian oleh instalasi jika diperlukan.
g. Kewenangan Klinis
Daftar Kewenangan Klinis adalah daftar dari kewenangan/uraian
tugas yang harus dikuasai oleh seorang perawat berdasarkan
level/jenjang kompetensi yang dicapainya.

C. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan


a. Komunikasi
Komunikasi yang diterapkan dalam Ruang Teratai Rumah Sakit
Karsa Husada Batu ada dua jenis komunikasi yaitu jenis komunikasi
botton-up dan up-down.
Antar tenaga keperawatan diruang teratai tergabung dalam
group di media sosial. Hal ini memiliki keutungan dari penyampaian
informasi dan hambatan selama kinerja lebih cepat dan akan bisa
didiskusikan antar tenaga kesehatan yang lainnya. Selain itu dengan
adanya media sosial mempermudah dalam proses berbagi masalah
pasien terkini dan jika ada hambatan terkait kinerja bisa di sampaikan ke
petugas lain.
Ruang Teratai menerapkan pertemuan satu bulan sekali sebagai
bentuk perencanaan dan penyusunan program kerja dari ruang teratai.
Pertemuan yang dilakukan juga bisa seminggu 2 kali tergantung dengan
situasi dan kondisi apakah ada hal-hal yang bersifat sangat mendesak
dan perlu dilakukan penyelesaian masalah. Kegiatan pertemuan rutin
yang dilakukan satu bulan sekali tidak mengalami hambatan karena dari
pihak pimpinan maupun staff sudah mempunyai komitmen yang jelas
dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesi yang dijalaninya.
Pertemuan yang bersifat kondisional terkadang mempunyai
hambatan dari segi hal-hal yang tidak terduga. Faktor yang biasa
menjadi penghambat dalam pertemuan kondisional adalah dari segi
kesibukan perawat di ruang, adanya undangan tertentu dan kondisi
perawat yang sedang libur. Dari segi keefektifan pertemuan yang
dilakukan cukup efektif dan banyak memberikan kontribusi terhadap
kemajuan program dari rumah sakit khususnya di ruang teratai.
Dokter setiap hari akan melakukan kunjungan rutin untuk
mengobservasi kondisi klien. Dokter memberikan resep dan terapi untuk
klien. Dokter juga akan memberikan dlegasi tindakan kepada perawat
yang bertugas. Dokter yang tidak dapat hadir atau berhalangan untuk

72
melakukan konsultasi kondisi klien, akan dihubungi via telepon yang
sudah tersedia di ruang perawat. Selain via telepon, konsultasi hasil foto
thorax atau USG dan sejenisnya akan dikonsulkan dengan mengirim
hasil pemeriksaan via surat elektronik (email).
b. Motivasi
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996),
membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
i. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan
manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk
dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur
dan sebagainya.

ii. Kebutuhan Rasa Aman


Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan,
maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa
aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan
perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan
kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada
saat mereka tidak lagi bekerja.
iii. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan
secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu
kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih
erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi
yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
iv. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk
dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas
kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja
seseorang.
v. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow
yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses
pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan
aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat
karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang

73
didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti
perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal
yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan
yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang
memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk
pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak
mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan
mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi
motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua
mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan,
kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya
yang lebih kecil.
Cara motivasi yang dilakukan di ruang teratai adalah
memberikan kesempatan bagi para perawat dengan mengikuti
pelatihan dan juga adanya peningkatan di bidang alih jenjang
yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di ruang teratai
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja.
Saat ini sistem pemberian reward belum berjalan,
dikarenakan belum ada agenda atau perencanaan. Pemberian
reward dipandang menjadi salah satu upaya peningkatan kinerja
perawat dalam dunia kerja. Tertundanya pelaksanaan pemberian
reward pada klien dikarenakan tidak ada penanggungjawab dan
monitoring untuk kategori reward yang diberikan.
Sistem punishment yang diterapkan di ruang teratai
mempunyai tahap-tahap tertentu. Pada fase pertama ada tahap
teguran yang dilakukan kepada perawat yang melakukan
kesalah. Tahap selanjutnya ada pembuatan surat pernyataan
yang ditolerir sampai 3 kali. Tahap selanjutnya bisa dilakukan
pemberhentian kerja bagi tenaga honorer, dan adanya laporan
ke dinas terkait bagi tenaga yang sudah pegawai negeri sipil.
Pemberian punishment dilakukan sebagai upaya
menciptakan rasa tanggung jawab dan peningkatan kualitas

74
sebagai profesional keperawatan. Setiap tindakan salah yang
dilakukan oleh perawat akan merusak citra dari rumah sakit
sehingga akan mengurangi tingkat kepuasan dari klien. Hal ini
yang melatar belakangi di ruang kemuning selalu memberikan
aturan yang jelas dan tegas terhadap kinerja setiap tenaga
kesehatan.
c. Supervisi
Kepala ruangan memiliki jadwal kerja, 5 hari kerja dan jika tidak
ada halangan hadir di rumah sakit kepala ruangan akan langsung
masuk dalam proses perawatan langsung ke pasien. Kepala ruangan
tidak memiliki jadwal khusus untuk melakukan supervisi kepada stafnya
dan tidak memiliki check list supervisi.
d. Pendelegasian
Kepala ruangan akan melakukan pendelegasian kepada perawat
yang memiliki kompetensi memimpin dan mampu mengganti sementara
posisi kepala ruangan yang berhalagan hadir. Prosedur pendelegasian
tugas karu jika berhalangan, akan diserahkan kepada ketua tim tiap
ruangan. Pendelegasian akan dilakukan sehari sebelum hari H,
sehingga ketua tim yang mendapat pendelegasian sudah siap sesuai
peran dan tugas pendelegasiannya.
e. Mekanisme penyelesaian masalah
Konflik yang terjadi di Ruang Teratai bersifat accidental dan
secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah diselesaikan
secara internal, namun jika masalah tidak dapat diselesaikan dapat
berkonsultasi dengan Ka. Instalasi Rawat Inap. Kepala Ruang
menggunakan teknik penyelesaian konflik secara kompromi atau
negosiasi secara bersama-sama.

D. Fungsi Pengendalian
a. Penampilan Kinerja
Penilaian kinerja perawat di ruang Teratai dilakukan dengan rutin
tiap semester. Ini dilakukan dengan tujuan agar kualitas kinerja para
perawat terjaga dan tetap berada di atas rata-rata sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan. Instrumen yang digunakan untuk penilaian kinerja perawat
adalah format instrumen yang sudah tersedia di rumah sakit yaitu
berupa lembar observasi yang meliputi penilaian intelektual, kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian dilakukan secara menyeluruh agar
menjaga kualitas dan profesionalisme kerja.

75
Hasil penilaian kinerja perawat di ruang Teratai bersinergis dengan
program yang dirancang oleh manajemen rumah sakit. Rumah sakit
selalu melakukan follow-up terkait dengan upaya peningkatan kualitas
dan profesionalisme kerja para perawatnya. Selama semester ini
diperoleh hasil penilaian kinerja perawat berada pada kategori diatas
rata-rata atau dikatakan diatas 75%. Ruang teratai menerapkan sistem
yang tegas dan disiplin dimana bila ada perawat yang yang melakukan
pelanggaran akan ditindak lanjuti dengan pemberian surat peringatan
pertama. Bila masih melakukan pelanggaran lagi, akan diberikan surat
peringatan yang kedua. Pemberian surat peringatan ini diiringi dengan
pemberian pembinaan pada perawat tersebut. Namun bila setelah
pemberian pembinaan tidak ada perubahan, perawat akan
diberhentikan dari pekerjaannya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
atau tetap menjaga profesionalisme kinerja para perawat di ruang
kemuning. Selama semester ini didapatkan bahwa tidak ada perawat
yang dikeluarkan. Hal ini menandakan perawat di ruang teratai tetap
menjunjung tinggi profesionalisme kinerjanya.

1. Pengembangan Standar Asuhan Keperawatan Dan Kinerja


Ruang Teratai mempunyai beberapa rencana untuk melakukan
pengembangan standard asuhan keperawatan dan kinerja untuk lebih
meningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang optimal. Salah satu
pengembangan standard asuhan keperawatan yang akan dilakukan
ialah akan menggunakan acuan asuhan keperawatan dengan Nanda,
NIC, dan NOC, karena di ruang kemuning belum menggunakan
standard acuan asuhan keperawatan tersebut. Selama ini dalam
memberi asuhan keperawatan kepada pasien, ruang Teratai
menggunakan Standard Operasional Prosedure (SOP) Pelayanan
Keperawatan Rumah Sakit Karsa HusadaBatu sebagai pedoman serta
tolak ukur mutu pelayanan yang diberikan sehingga seluruh staf
keperawatan harus melaksakan pelayanan sesuai standard yang telah
diterapkan. Ruang Teratai sedang dalam proses dalam
mengembangkan standard asuhan keperawatan dengan menggunakan
acuan Nanda, NIC, dan NOC, namun dibutuhkan sosialisasi kepada
perawat senior untuk mengubah paradigma mengenai tindakan asuhan
keperawatan yang sesuai Nanda, NIC, dan NOC.

76
Sedangkan dalam pengembangan standard asuhan kinerja
perawat yang dilakukan di ruang Teratai adalah dengan memberikan
kesempatan bagi para perawat untuk mengikuti pelatihan, in house
training, serta program-program peningkatan kualitas kerja lainnya.
Ruang Teratai juga mengupayakan adanya peningkatan pendidikan di
bidang alih jenjang yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di
ruang Teratai untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja.
Selain itu ruang Teratai juga sedang mengusahakan dalam pemberian
reward kepada perawatyang dipandang menjadi salah satu upaya
peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja.

77
BAB IV
ANALISA SWOT, PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH DAN POA PENYELESAIAN MASALAH

Setelah dilaksanakan pengkajian selama enam hari (12 – 17 Juni 2017),


didapatkan beberapa permasalahan di ruang Teratai, untuk menyelesaikan masalah
tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap-tiap
masalah yang diangkat..

ANALISA SWOT
M1 (Man)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
Perawat yang bekerja di ruang Teratai pernah mengikuti 0,5 3 1,5
pelatihan BLS
Tingkat pendidikan tenaga perawat minimal sudah D3 0,5 4 2
Total 1 3,5

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor


Weaknesss (Kelemahan)
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di 1 3 3
satu unit didapatkan hasil kurang dari kebutuhan
Total 1 3

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Opportunity (O)
Setiap perawat diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan 0,3 4 1,2
Adanya kebijaksanaan dari rumah sakit untuk pemberian 0,4 4 1,6
anggaran untuk Pendidikan dan pelatihan di setiap ruang
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan semua instansi 0,4 4 1,6
rumah sakit melakukan akreditasi
Total 1 4,4

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Threat (T)
Terdapat beberapa rumah sakit swasta di daerah Batu 0,6 3 1,8

Total 1,8

Kurva :
X : 3,5 – 3 = 0,5

78
Y : 4,4 – 1,8 = 2,6

M2 (Material)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
Meiliki EKG, bad set monitor dan saturasi oksigen 0,4 2 0,8
Memiliki alat pemadam api ringan 0,3 3 0,9
Pengoprasian alat keperawatan di ruangan berdasarkan sop 0,3 2 0,6
RS yang berlaku
Total 1 2,3

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor


Weaknesss (Kelemahan)
Belum ada SOP cleaning alat ekg/ecg di dalam ruangan. 0,3 2 0,6
Ring bad tempat tidur rusak 3 dari 24 tempat tidur 0,1 3 0,3
Alat Tidak ada Sistim alarm kebakaran dan pendeteksi asap dan 0,1 2 0,2
api (Permenkes No. 66 tahun 2006)
Tempat penyimpanan alat, obat, cairan, dan bahan habis 0,2 2 0,4
pakai (kapas, kasa) berantkan
Tidak ada Ruang Linen kotor dan gudang (Sarana Dan Prasarana 0,1 3 0,3
Rumah Sakit Kelas C Depkes 2007)
Total 1 1,8

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Opportunity (O)
Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari 1 4 4
bagian pengadaan barang.
Total 1 4

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Threat (T)
Alat yang habis dipakai tidak letakan ke tempat yang sesuai 1 2 2
seperti baki makan yang dibiarkan diatas meja klien.
Total 1 2

Kurva :
X : 2,3 – 1,8 = 0,4
Y:4–2=2

79
M3 (Methode)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
1. MAKP
RS memiliki visi, misi, dan motto sebagai acuan 0,2 4 0.8
melaksanakan kegiatan pelayanan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
Dalam ruangan, terdapat standar asuhan keperawatan di 0,1 3 0.3
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
Adanya SOP dari setiap tindakan keperawatan yang 0,1 4 0.4
diberikan kepada pasien
Perawat dan tim kesehatan lainnya berkolaborasi dalam 0,1 4 0.4
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
Adanya pendokumentasian obat yang diterima pada status 0,1 3 0,3
pasien
Adanya laporan jaga di setiap shif 0,1 4 0,4
Timbang terima dilakukan secara rutin setiap harinya 0,1 4 0,4
Adanya pendokumentasian buku timbang terima 0,1 4 0,4
Sudah adanya sistem pendokumentasian tindakan dari 0,1 4 0,4
tenaga medis maupun non medis lain
1 3,8
Total
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Weaknesss (Kelemahan)
Model MPKP yang digunakan dalam ruangan yaitu MPKP 0,3 3 0,9
fungsional
Dalam penerimaan pasien baru pendokumentasian sudah 0,2 3 0,6
dilakukan secara lengkap, namun untuk penjelasan tentang
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab merawat pasien,
peraturan RS yang berkaitan dengan peraturan kunjungan
pasien, dan pengambilan obat belum dijelasakan
Pasien dan keluarga belum mendapatkan edukasi tentang 0,3 3 0,9
ruangan, cuci tangan dan pemilahan sampah

Pemberian leaflet untuk pasien pulang belum dilakukan 0,1 2 0,2


Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien 0,1 3 0,3
maupun keluarga pasien belum terevaluasi
Total 1 2,9

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

80
Opportunity (O)
Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktek manajemen 0,3 3 0,9
keperawatan di ruangan.
Adanya kebijaksanaan pemerintah tentang pelaksanaan 0,1 4 0,4
MAKP
Adanya peluang bagi perawat untuk meningkatkan 0,1 3 0,3
pendidikan
Adanya kebijakan dari RS tentang timbang terima 0,1 3 0,3
Adanya kerja sama antar mahasiswa dengan perawat klinik 0,2 3 0,6
Adanya kesempatan dari kepala ruang untuk mengadakan 0,2 3 0,6
ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktek
1 3,1
Total

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Threat (T)
Terdapat RS lain yang berada di daerah Batu 1 3 3
1 3
Total

Kurva :
X : 3,8 – 2,9 = 0,9
Y : 3,1 – 3 = 0,1

M4 (Machine)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
Adanya pemberian gaji bagi perawat sebagai hak yang 0,6 3 1,8
dimilikinya
Adanya insentif dari RS untuk perawat sebagai reward dari 0,4 3 1,2
pekerjaan yang telah dilakukan
Total 1 3,0
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Weaknesss (Kelemahan)

Total 0

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Opportunity (O)
Adanya kenaikan gaji bagi tenaga perawat sesuai dengan 0,6 3 1,8
golongan, masa kerja, dll
Adanya kesempatan bagi tenaga perawat untuk 0,4 3 1,2
memperoleh beasiswa pendidikan

81
Total 1 3,0

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor


Threat (T)

Total 0

Kurva :
X:3–0=3
Y:3–0=3

M5 Mutu
Faktor – Faktor Bobot Rating Skor
IFAS (Internal Faktor)

STRENGHT

1. Tingat keamanan pasien dijaga dengan baik terlihat tidak 0,5 4 1,2
adanya pasien jatuh atau angka kejadian pasien jatuh 0%
dan tingkat kesalahan dalam memasukkan obat 0%, dan
tidak adanya kejadian dekubitus, dan tidak adanya kejadian
ISK pada pasien yang terpasang slang kateter.
2. Adanya variasi jenis pasien berdasarkan pembiayaan 0,2 3 0,6
(BPJS, asuransi swasta, dan umum)
3. BOR di ruang teratai pada tanggal 12 – 17 Juni 2017 didapatkan 0,3 4 1,2
sejumlah 68,7%
Total 1 3,8
IFAS (Internal Faktor)

WEAKNESS

1. Jumlah pasien yang mengalami plebitis dari hasil observasi 0,6 3 1,8
selama 6 hari yaitu 16,22 %, dan identifikasi pasien hanya
menyebutkan nama saja, tanpa tgl lahir dan alamatnya
2. Sosialisasi cuci tangan dan pemilahan sampah belum 0,4 3 1,2
dilakukan kepada pasien dan keluarga

1 3,0
EFAS (External Faktor)
OPPORTUNITY
1. Mahasiswa SI Keperawatan melakukan praktek 0,4 2 0,8
manajemen keperawatan
2. RSU Karsa husada merupakan rumah sakit pemerintah tipe

82
C yang menjadi rujukan bagi rumah sakit lainnya 0,6 3 1,8

1 2,6
EFAS (External Faktor)

THREAT
1. Adanya rumah sakit lain di daerah Batu 0,5 4 2,0

2. Makin tingginya tingkat pendidikan keluarga pasien 0,5 2 1,0

Total 1 3,0

Kurva :
X : 3,8 – 3,0 = 0,8
Y : 2,6 – 3,0 = -0,4

83
84
KURVA ANALISA SWOT

85
pekerja. Dan untuk pengkajian Mutu Pelayanan dapat disimpulkan bahwa posisi kurva
terdapat pada kuadran II. Hal tersebut didapatkan dari tingkat kenyamanan pasien yang
tinggi, BOR dan ALOS di ruang Teratai yang sudah mencukupi standar, serta rumah sakit
Karsa Husada merupakan satu-satunya rumah sakit Provinsi yang ada di wilayah Batu,
sedangkan untuk masalah yang didapat adalah rendahnya tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan dan angka BTO dan TOI yang masih kurang dari
standar, serta asal daerah pasien yang hanya di sekitar wilayah Batu. Kuadran II
menandakan sebuah organisasi yang mantap, namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar
bila hanya bertempuh pada strategi sebelumnya, oleh karenanya organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya..

4.2 Daftar Masalah

NO Daftar masalah berdasarkan analisa SWOT adalah sebagai berikut


1. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit didapatkan hasil
kurang dari kebutuhan
2. Ring bad tempat tidur rusak 3 dari 24 tempat tidur
3. Tidak ada Sistim alarm kebakaran dan pendeteksi asap dan api (Permenkes No. 66
tahun 2006)
4. Tempat penyimpanan alat, obat, cairan, dan bahan habis pakai (kapas, kasa)
berantakan
5. Tidak ada Ruang Linen kotor dan gudang (Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas
C Depkes 2007)
6. Alat yang habis dipakai tidak letakan ke tempat yang sesuai seperti baki makan yang
dibiarkan diatas meja klien.
7. Model MPKP yang digunakan dalam ruangan yaitu MPKP fungsional
8. Dalam penerimaan pasien baru pendokumentasian sudah dilakukan secara lengkap,
namun untuk penjelasan tentang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab merawat
pasien, peraturan RS yang berkaitan dengan peraturan kunjungan pasien, dan
pengambilan obat belum dijelasakan
9. Pemberian leaflet untuk pasien pulang belum dilakukan
10. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien maupun keluarga pasien belum
terevaluasi
11. Pasien dan keluarga belum mendapatkan edukasi tentang ruangan, cuci tangan dan
pemilahan sampah

4.3 Penentuan Prioritas Masalah

87
Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah “teknik kriteria matriks (criteria
matrix technique)”, yaitu teknik pemungutan suara dengan menggunakan kriteria tertentu.
Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 macam yaitu:
1. Magnitude : Berapa banyak populasi yang terkena masalah (Mg)
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul (Sv)
3. Manageability : Bisa diselesaikan (Mn)
4. Nursing concern :Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi
concern perawat (Nc)
5. Affordability : Menunjukan ada tidaknya sumber daya yang tersedia (Af)

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas


1 Pasien dan keluarga belum 5 4 5 5 3 22 I
mendapatkan edukasi tentang
ruangan, cuci tangan dan
pemilahan sampah
2 Berdasarkan perhitungan 5 5 5 4 5 24 II
No kebutuhan tenaga keperawatan di
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan
satu unit didapatkan hasil kurang Masalah
1. Pasien
dari dan keluarga belum 1. Belum
kebutuhan maksimalnya 1. Membuat checklist
mendapatkan edukasi
3 Pendidikan kesehatan yang 4 penerima
perawat 3 5 dalam3 3 hal-hal
18 yang IIIakan
tentang ruangan, cuci
diberikan
tangan dankepada pasien maupun
pemilahan memberikan orientasi saat diorientasikan
sampah 2. Penyediaan blanko
keluarga pasien belum
pasien datang
terevaluasi 2. Kurangnya monitoring untuk pasien atau
oleh karu terhadap keluarganya tentang
penerimaan pasien baru hal-hal yang sudah
diorientasikan oleh
perawat
3. Melakukan orientasi
oleh mahasiswa
praktikan dengan
melibatkan perawat
ruangan
4. Melakukan
penyuluhan tentang
cuci tangan dan
penggunaan sampah
medis
2. Berdasarkan perhitungan 1. Jumlah Tenaga kesehatan 1. Adanya mahasiswa
kebutuhan tenaga tidak sesuai dengan praktik keperawatan
keperawatan di satu unit perhitungan kebutuhan sebagai asistensi
didapatkan hasil kurang tenaga keperawatan, baik tindakan keperawatan
dari kebutuhan di dalam ruangan maupun
dalam setiap shift. 2. Pembagian tugas secara
2. Perawat88
memiliki banyak
merata
tugas yang harus
diselesaikan dalam satu
shift kerja.
Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting
1 = sangat tidak penting

4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan


Masalah
1. Pasien dan keluarga belum 1. Belum maksimalnya 1. Membuat checklist
mendapatkan edukasi
tentang ruangan, cuci perawat penerima dalam hal-hal yang akan
tangan dan pemilahan memberikan orientasi saat diorientasikan
sampah 2. Penyediaan blanko
pasien datang
2. Kurangnya monitoring untuk pasien atau
oleh karu terhadap keluarganya tentang
penerimaan pasien baru hal-hal yang sudah
diorientasikan oleh
perawat
3. Melakukan orientasi
oleh mahasiswa
praktikan dengan
melibatkan perawat
ruangan
4. Melakukan
penyuluhan tentang
cuci tangan dan
penggunaan sampah
medis
2. Berdasarkan perhitungan 1. Jumlah Tenaga kesehatan 1. Adanya mahasiswa
kebutuhan tenaga tidak sesuai dengan praktik keperawatan
keperawatan di satu unit perhitungan kebutuhan sebagai asistensi
didapatkan hasil kurang tenaga keperawatan, baik tindakan keperawatan
dari kebutuhan di dalam ruangan maupun
dalam setiap shift. 2. Pembagian tugas secara
2. Perawat89
memiliki banyak
merata
tugas yang harus
diselesaikan dalam satu
shift kerja.
PRIORITAS FAKTOR HOW
NO WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW POA
MASALAH PENYEBAB MUCH
1. Pasien dan keluarga 1. kurangnya Sebagai indikator 1. Membuat checklist R. 3 Juli – 22 - Karu 1. Melakukan
belum mendapatkan waktu yang mutu pelayanan hal-hal yang akan Teratai Juli 2017 - Katim orientasi oleh
edukasi tentang dimiliki ruang teratai diorientasikan mahasiswa
- Perawat
ruangan, cuci tangan
perawat serta dalam perannya 2. Penyediaan blanko pelaksana praktikan
dan pemilahan
sampah
beban kerja memberikan untuk pasien atau - Mahasiswa dengan
yang cukup pelayanan prima keluarganya melibatkan
banyak tentang hal-hal PJ: Diana & perawat
sehingga yang sudah Rinda ruangan
orientasi saat diorientasikan oleh 2. Membuat
pasien datang perawat checklist hal-
jarang 3. Melakukan hal yang akan
dilakukan orientasi oleh diorientasikan
2. Kurangnya mahasiswa 3. Penyediaan
monitoring praktikan dengan blanko untuk
oleh karu melibatkan pasien atau
terhadap perawat ruangan keluarganya
penerimaan 4. Melakukan tentang hal-
pasien baru penyuluhan hal yang
tentang cuci tangan sudah
dan penggunaan diorientasikan
sampah medis oleh perawat
4. Melakukan
penyuluhan
tentang cuci
tangan dan
penggunaan
sampah medis

90
5. Evaluasi

2. Berdasarkan 1. Jumlah Tenaga Sebagai indikator 1. Menambahkan R. 3 Juli – 22 - Karu 1. Menghitung


perhitungan kesehatan tidak mutu pelayanan jumlah perawat Teratai Juli 2017 - Katim beban kerja
kebutuhan tenaga sesuai dengan ruang teratai 2. Melibatkan - Perawat perawat dalam
keperawatan di perhitungan dalam perannya mahasiswa praktik pelaksana 1 shift
satu unit kebutuhan memberikan keperawatan - Mahasiswa 2. Menentukan
didapatkan hasil tenaga pelayanan prima shift dengan
kurang dari keperawatan, PJ: Rizky & beban kerja
kebutuhan baik di dalam Putri paling tinggi
ruangan 3. Pembagian
maupun dalam tugas kerja
setiap shift. yang merata
2. Banyaknya 4. Evaluasi
kegiatan
keperawata
dalam satu
shift kerja.

91
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2 Bahasan Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1, Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition). Philadelpia: W.B. Saunders

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan. Dibuka pada website
http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/ pada tanggal 31 Februari 2010

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada website www.uii.ac.id pada tanggal 28 Januari 2009.

92

Anda mungkin juga menyukai