Modul Praktikum Biokimia PDF
Modul Praktikum Biokimia PDF
BIOKIMIA PERAIRAN
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul modul : Biokimia Perairan
Nama Tim Penyusun Modul : 1. Dr. Emma Rochima, SPi., MSi
2. Dr. Ir. Junianto, MP
3. Kiki Haetami, SPt., MSi
4. Ir., Nia Kurniawaty., MSi
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Perikanan Kepala Laboratorium Teknologi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Industri Hasil Perikanan Unpad
Unpad
2
KATA PENGANTAR
Buku penuntun praktikum ini dibuat untuk membantu mahasiswa agar
memahami materi praktikum yang akan dilakukan. Materi praktikum ditujukan
untuk mahasiswa Program Studi Perikanan dan Program Studi Kelautan yang
mengambil mata kuliah Biokimia Perairan selama satu semester. Materi
praktikum diusahakan mengikuti materi kuliah dengan tidak lupa
mempertimbangkan sarana laboratorium yang ada serta terbatasnya waktu untuk
melakukan praktikum. Materi praktikum terbagi menjadi 8 pokok bahasan yaitu :
Pengenalan alat dan bahan praktikum, hidrolisis pati enzimatis, pengujian sifat
fisika kimiawi protein, hidrolisis protein enzimatis, pengujian kadar protein
enzim, pengujian aktivitas enzim, penentuan kadar TVB dan TMAO produk
perairan mulai dari produk perikanan dan produk hasil laut.
Akhir kata, mudah-mudahan buku penuntun ini bermanfaat, saran dan
kritiksangat diharapkan untuk perbaikan.
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
RENCANA KEGIATAN PROSES PEMBELAJARAN iv
SEMESTER MATAKULIAH
I. PENDAHULUAN
1.1.Deskripsi matakuliah Biokimia Perairan 1
1.2.Deskripsi praktikum Biokimia Perairan 1
1.3.Kompetensi praktikum Biokimia Perairan 1
1.4.Materi praktikum 2
1.5.Penilaian hasil praktikum 2
1.6.Tata tertib praktikum 3
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pengenalan alat dan bahan praktikum 5
B. Hidrolisis pati enzimatis. 7
C. Pengujian sifat fisik kimiawi protein. 11
D. Hidrolisis protein enzimatis. 13
E. Penentuan kadar protein metode Lowry 15
F. Fotosintesis, 19
G. Lipid dan saponifikasi 22
H. Pengukuran TVB dan TMA metode Conway 27
ACUAN PUSTAKA 30
4
I. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Mata Kuliah Biokimia Perairan
Mata kuliah ini membahas tentang ruang lingkup dan peranan
biokimia di bidang perairan (perikanan dan kelautan) dengan pokok
bahasan mengenai air sebagai media utama dalam proses biokimia,
organisasi sel, asam amino dan protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan
mineral, enzim, ribosa nukleat acid, (RNA), deoxyribosa nukleat acid
(DNA), respirasi dan energi, metabolisme nitrogen, ATP, TVB dan
TMAO. Selain itu juga membahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kerusakan produk akibat reaksi biokimiawi serta
pengendaliannya.
5
mutu biokimiawi melalui parameter basa volatile (TVB dan
TMA).
6
Komposisi nilai praktikum adalah :
Kehadiran = 25%
Quis =25%
Laporan=50%
7
dibawah air mengalir selama 10-15 menit kemudian daerah
yang terkena diberi asam borat atau ammonia.
8. Jika terjadi tumpahan bahan kimia segera laporkan ke asisten atau
dosen untuk dibersihkan.
8
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Materi A: Pengenalan Bahan dan Peralatan Praktikum
a. Kompetensi dari materi A : Mahasiswa mampu mengenali bahan dan
peralatan yang digunakan sehingga diperoleh data yang cukup valid
untuk dianalisa.
b. Waktu pertemuan: minggu ke-2
c. Pendahuluan
Ketersediaan bahan dan peralatan praktikum memegang peranan
penting dalam keberhasilan praktikum Biokimia Perairan. Untuk itu
pengenalan bahan dan peralatan praktikum ini sangat diperlukan agar data
yang diperoleh cukup valid untuk dianalisa. Oleh karena itu, untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan praktikum perlu dilakukan sosialisasi
mengenai jenis dan pengoperasian peralatan utama yang banyak digunakan
dalam kegiatan praktikum Biokimia Perairan. Jenis peralatan utama yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan praktikum sangat spesifik,
tergantung dari jenis praktikumnya. Untuk kegiatan praktikum Biokimia
Perairan,
d. Alat yang digunakan
Secara umum peralatan utama yang perlu dipelajari adalah:
spektrofotometer, inkubator, hot plate, lemari pendingin. Secara
khusus peralatan yang digunakan untuk praktikum B s.d. H.
f. Prosedur kerja
Prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah sebagai
berikut :
Praktikan mencari informasi dari berbagai sumber (perpustakaan atau
internet) mengenai prinsip kerja peralatan praktikum, dan
9
menyerahkan hasil telusuran prinsip kerja peralatan praktikum
tersebut kepada asisten praktikum . Praktikan mendengarkan dan
melihat peragaan penggunaan peralatan praktikum biokimia perairan.
Praktikan mencatat informasi yang disampaikan
selama kegiatan praktikum berlangsung.
Praktikan dianggap telah selesai melaksanakan
kegiatan praktikum apabila telah menyerahkan laporan
kegiatan harian.
g. Bentuk pelaporan
Data yang telah diperoleh dari hasil penelusuran dan informasi
selama kegiatan praktikum dilaporkan dalam bentuk tabel berikut ini.
Prinsip Gambar
Nama Peralatan Prosedur Kerja
Kerja Peralatan
1)
2)
….
Dstnya
10
2.2. Materi B: Hidrolisis Pati Enzimatis
11
sebagai komponen struktural atau bentuk penyimpanan energi. Beberapa
contoh polisakarida adalah pati,glikogen dan selulosa.
Monosakarida adalah senyawa karbohidrat sederhana yang
mengandung gugus fungsi karbonil. Secara umum senyawa ini dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu aldosa jika mengandung gugus aldehid
dan ketosa jika mengandung gugus keton. Monosakarida juga sering
dinamai sesuai jumlah atom karbon penyusunnya seperti triosa, pentosa,
heksosa dll.
Glukosa merupakan contoh monosakarida aldosa yang
mengandung enam atom karbon dan satu gugus aldehid. Monosakarida
dengan jumlah atom tertentu akan membentuk cincin/anomer dan karbon
anomerik (memiliki sifat pereduksi yang kuat). Ikatan glikosidik terbentuk
ketika atom karbon anomerik (C1) bereaksi dengan gugus hidroksil.
Metode identifikasi keberadaan karbohidrat secara kualitatif dan
kuantitatif telah banyak dikembangkan. Beberapa uji kualitatif
diantaranya :
a. Uji Benedict :merupakan uji untuk membedakan gula pereduksi
berdasarkan reduksi ion kupri dalam suasana basa/alkalis dengan
menambahkan zat pengompleks sitrat (benedict) atau tartrat (fehling).
Penambahan zat pengompleks untuk mencegah pengendapan CaCO3
dalam larutan.
b. Uji Barfoed : uji ini digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan
monosakarida dalam campuran dengan disakarida. Uji ini perlu
memperhatikan jumlah gula atau asam dalam campuran dan lama
waktu pemanasan. Jika terlalu banyak dan lama dapat mempengaruhi
validitas uji.
c. Uji Seliwano berfungsi untuk membedakan ketosa dari
mono/disakarida. Ketosa akan bereaksi dengan HCl panas membentuk
hidroksimetil furfural. Senyawa ini akan berkondensasi dengan
resorcinol membentuk warna merah.
12
Hidrolisis pati oleh α-amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai
produk utama, dimana hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa
sebagai produk akhir. Enzim ini dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan,
dan mikroba.
f. Prosedur kerja
a. Penyiapan larutan pati 0,2%
Timbang pati terlarut 0,2 g.
Masukkan pati ke gelas kimia lalu ditambahkan 100 ml
akuades.
Panaskan perlahan sampai pati terlarut, lalu dinginkan pada
suhu ruang.
b. Penyiapan larutan standar glukosa
Timbang 0,01 g glukosa.
Tuangkan ke dalam labu ukur lalu tambahkan akuades sampai
volume tepat 100 ml.
c. Penyiapan reagen iodine
Timbang 1 g KI kemudian larutkan dengan akuades.
Encerkan sampai volume 500 ml.
Tambahkan 0,1 g I2, kocok hingga larut (botol selalu ditutup
alufo karena beracun).
d. Pengujian aktivitas amilase
Tambahkan 0,25 ml pati dengan 0,25 ml enzim amilase.
13
Inkubasi pada suhu 55 oC selama 10 menit.
Tambahkan 0,25 ml HCl 1N lalu dinginkan.
Ukur dengan spektrofotometer (panjang gelombang 600 nm)
g. Bentuk pelaporan
Hasil praktikum disajikan dalam bentuk tabel berikut,
h. Diskusi
1. Jelaskan definisi enzim dan proses hidrolisis pati enzimatis?
2. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam kerja enzim!
3. Apa fungsi pati, HCl 1 N dan reagen iodine pada percobaan diatas?
4. Nilai apa yang diukur oleh spektrofotometer 600nm ?
5. Jelaskan perbedaan glukosa,galaktosa, fruktosa, sukrosa dan maltose?
14
2.3. Materi C: Pengujian sifat fisik kimiawi protein
a. Kompetensi dari materi C: mahasiswa mampu memahami perubahan
sifat-sifat protein karena berbagai perlakuan dengan penambahan
asam, basa dan pemanasan. Selain itu agar memahami ikatan peptida
pada protein, sifat koagulan protein baik yang amfoter maupun
reversible.
b. Waktu pertemuan: minggu ke-4
c. Pendahuluan
Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting
bagi organisme. Protein merupakan rantai polimer asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Ada 20 monomer asam amino
yang lazim dikenal sebagai penyusun protein.Protein memiliki
keunikan sifat, struktur dan fungsi yang dipengaruhi oleh jumlah, jenis
dan urutan asam amino penyusunnya. Keunikan tersebut diantaranya:
mempengaruhi rasa dan tekstur bahan yang mengandung protein,
konfigurasi protein dapat diubah dengan perlakuan fisik maupun kimia
dan protein dapat mengalami degradasi yang mneghasilkan molekul
yang lebih sederhana dan hasil sampingan.
Denaturasi protein adalah perubahan susunan ruang atau rantai
polipeptida penyusun. Ada dua jenis denaturasi protein. Pertama
adalah koagulasi yaitu pengembangan rantai polipeptida yang akan
membuka gugus reaktifpada rantai polipeptida dan pengikatan
kembali pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. Pembentukan
ikatan yang cukup banyak dapat menyebabkan protein tidak lagi
terdispersi sebagai koloid. Protein yang terdenaturasi akan mengalami
penurunan kelarutan. Pengembangan struktur molekul protein dapat
terjadi di sekitar titik isoelektris.
Kolagen merupakan salah satu contoh protein struktural dalam
bahan pangan yang sangat menentukan sifat fisik kimia bahan tersebut
seperti kekerasan. Aplikasi pemanfaatan protein diantaranya
15
digunakan sebagai pengental, emulsifier, gelling agent dan foaming
agent.
f. Prosedur kerja
Siapkan 5 ml atau 5 g sampel di dalam wadah cawan petri atau
beaker glass atau tabung reaksi. Ukur pH sampel.
Tambahkan 1, 3, 5 ml asam atau basa pada sampel.
Panaskan sampel diatas hot plate.
Ukur pH sampel setelah perlakuan!
Tambahkan pereaksi!
Amati perubahan-perubahan yang tampak!
g. Bentuk pelaporan
Hasil praktikum disajikan dalam bentuk tabel berikut,
16
2.4. Materi D: Hidrolisis protein enzimatis
a. Kompetensi dari materi D: mahasiswa mampu melakukan hidrolisis
protein (asal susu, telur, daging ikan, tempe) secara enzimatis dengan
menggunakan ekstrak nanas dan pepaya. Selain itu memahani konsep
pemutusan ikatan peptide dengan enzim protease dan memahami
perubahan tingkat kekerasan/tekstur protein.
f. Prosedur kerja
Timbang 250 g nanas atau papaya.
Masukan buah ke dalam blender, tambahkan 150 ml akuades
dan haluskan buah.
Saring jus buah pisahkan filtrat dalam beaker glass.
Timbang 50 g sampel dan letakan diatas cawan petri.
17
Tambahkan 50 g filtrat, tutup cawan petri dan diamkan selama
30 menit.
Amati perlakuan dan catat hasilnya di dalam tabel
pengamatan!
g. Bentuk pelaporan
Hasil praktikum disajikan dalam bentuk tabel berikut,
h. Diskusi:
1. Apa jenis dan warna enzim yang dikandung oleh nanas dan
pepaya?
2. Enzim protease apa yang ada dibuah pepaya dan nanas?
3. Apakah pengaruh perbedaan kekuatan basa/asam terhadap
protein? Jelaskan proses apa yang terjadi pada protein dengan
perlakuan yang diberikan!
4. Jelaskan perbedaan struktur primer, sekunder dan tersier protein!
5. Apa yang disebut dengan denaturasi protein dan faktor-faktor apa
saja yang menyebabkannya?
6. Apa perbedaan asam amino esensial dan non esensial?
18
2.5. Materi E: Penentuan kadar protein metode Lowry
a. Kompetensi dari materi E: mahasiswa mampu mengukur kadar protein
terlarut yang diisolasi dari pelbagai sumber protein baik nabati
maupun hewani dengan metode spektrofotometri.
b. Waktu pertemuan: minggu ke -6
c. Pendahuluan
Pada prinsipnya, protein di alam berada dalam tiga bentuk, yaitu:
Protein bebas, protein yang tidak terlarut , terdapat dalam tulang, otot,
rambut dan gumpalan darah serta protein terlarut, yang terdapat banyak
dalam bahan pangan seperti susu, telur dan daging. Penentuan kadar
protein terlarut ini berdasarkan pada berbagai metoda , misalnya : titrasi
formol, spektrofotometri dan sebagainya. Tujuan praktikum untuk
menentukan kadar protein terlarut dalam suatu bahan secara cepat.
f. Prosedur kerja:
1. Penentuan panjang gelombang maksimum.
a. Siapkan larutan protein dalam konsentrasi tertentu dalam tabung
reaksi yang bersih dan kering.
b. Tambahkan 8 mL pereaksi Lowry A, diamkan selama 10 menit.
c. Tambahkan 1 mL pereaksi Lowry B, diamkan selama10 menit.
Jumlah seluruh volume 10 mL.
d. Ukur absorbansi sampel dari panjang gelombang 400 nm -800 nm,
pada alat spektrofotometer.
19
e. Bentuk kurva absorbansi vs panjang gelombang.
3. Pengukuran sampel.
a. Larutan protein yang terlarut dari sampel, misalnya enzim,
albumin,dan lain-lain diendapkan terlebih dahulu dengan kristal
20
ammonium sulfat ( jumlahnya tergantung pada jumlah protein dalam
sampel, sampai mengendap sempurna).
g. Bentuk pelaporan
1. Kurva hasil kalibrasi (600 nm) disajikan dalam bentuk tabel
berikut:
21
2.Pengukuran sampel
Catatan:
a. Pereaksi Lowry A: Asam phosphotungstat – phosphomolibdat dalam
air ( 1 : 1 ).
b. Pereaksi Lowry B: Na2CO3 2 % 100 mL dalam larutan NaOH 0,1
N, tambahkan 1mL CuSO4 dan 1 mL K Na Tartrat 2 %.
c. Larutan bufer asetat pH 5,0: Larutan I : 0,2 M larutan asam asetat;
Larutan II : 2 M larutan Na-asetat. Campur larutan I 14,8 mL + larutan
II 35,2 mL encerkan sampai 100 mL.
22
2.6. Materi F: Fotosintesis
Tanaman air dan mikroalga baik yang hidup di perairan tawar ataupun
asin, merupakan produsen di daerah perairan yang mampu melakukan
proses fotosintesis. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan fotosintesis. Salah satu cara
yang digunakan untuk mengamati proses fotosintesis adalah mengamati
jumlah oksigen yang diproduksi selama proses fotosintesis.
23
f. Cara Kerja
A. Penentuan kadar oksigen awal
1. Setiap kelompok menyiapkan 3 botol yang akan digunakan
yang terdiri dari botol gelap, botol bening, botol yang
dibungkus kantong plastik.
2. Isi botol dengan air yang telah disaring.
3. a. Potong tanaman air sepanjang 10cm.
b. Saring mikroalga dengan plankton net.
4. Masukan tanaman air atau mikroalga kedalam botol. Untuk
kelompok kontrol tidak perlu memasukan apapun ke dalam
botol.
5. Tutup botol dan bolak-balikan botol untuk menghomogenkan
air.
6. Segera ukur kadar oksigen awal (KOawal) dengan
menggunakan DO meter dan catat waktu peletakan botol.
7. Kencangkan tutup botol dan letakan dibawah sinar matahari
selama 1 jam. Catat waktu peletakan botol.
24
g. Pelaporan
Hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel berikut:
Botol terang
Botol gelap
Botol
terbungkus
h. Diskusi
1. Bagaimana mengetahui proses fotosintesis yang terjadi?
2. Apa fungsi control dalam pengamantan fotosintesis ini?
3. Bagaimana tanaman air/laut (lamun, rumput laut, mikroalga)
melakukan fotosintesis, masukan kedalam kategori C3/C4/CAM?
4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses fotosintesis
tersebut?
5. Jelaskan Organel dan pigmen yang berperan dalam fotosintesis
tanaman air!
6. Jelaskan istilah berikut :
a. Sikluk Kelvin
b. Reaksi Cahaya
c. Fotosistem I dan II
d. Transport electron
e. Reaksi fosforilasi
f. Koenzim
g. Fotolisis
h. Stroma
i. Grana
25
2.7. Materi G : Lipid
a. Kompetensi dari materi G : Mahasiswa mampu mengkarakterisasi
lemak ( titik asap, titik nyala, titik api dan bilangan asam) serta
memanfaatkan asam lemak pada pembuatan sabun (saponifikasi) dan
mengkarakterisasi produk sabun yang dihasilkan (kelarutan, uji
gliserol dan ketidakjenuhan).
b. Waktu pertemuan: minggu ke-8
c. Pendahuluan
Lemak atau lipid adalah istilah yang digunakan untuk senyawa
yang relatif tidak larut air dan dapat diekstrak dengan pelarut non
polar.Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: lipid netral;
fosfatida; spingolipid dan glikolipida. Lipida yang berbentuk cair pada
suhu ruang disebut minyak dan yang berbentuk padat disebut lemak.
Secara kimiawi,lipid terdiri dari 3 gugus asam lemak dan melekat pada
gliserol melalui ikatan ester.
Minyak dan lemak tidak larut dalam air dingin dan sedikit larut
dalam alcohol.kelarutan tersebutdipengaruhioleh polaritas dan panjang
rantai asam lemak penyusun. Campuran minyak dan air akan membentuk
emusli temporer. Emulsifier/stabilizer adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam emulsi untuk meningkatkan kestabilan.Minyak dan lemak mudah
mengalami oksidasi.
Sabun merupakan salah produk kosmetika yang berkembang
seiring peradaban manusia. Sabun secara sederhana dapat dibuat dengan
mereaksikan asam lemak dengan basa. Secara kimiawi, sabun disebut
sebagai garam logam alkali.Reaksi pembuatan sabun disebut reaksi
saponifikasi lemak dan menghasilkan gliserol.Jenis sabun yang dihasilkan
tergantung jenis alkali yang digunakan dalam reaksi penyabunan. Sabun
yang ditambah dengan asam kuat (HCl) akan menghasilkan kembali asam
lemak. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui karakteristik
lemak dan pemanfaatan asam lemak melalui pembuatan sabun.
d. Alat yang digunakan
26
Alat-alat yang digunakan, blender, pisau, sendok, sudip, timbangan,
gelas ukur, beaker glass, penangas air, thermometer, tabung reaksi,
pipet tetes, rak tabung dan Bunsen.
f. Prosedur kerja
A. Mengukur titik asap, titik nyala dan titik api
Prosedur:
a. Minyak uji disaring dengan kertas saring.
b. Tempatkan minyak saringan tersebut dalam cawan petri dan
panaskan.
c. Suhu pada saat terbentuk asap tipis kebiruan disebut titik asap,
suhu pada saat campuran uap minyak dan udara mulai terbakar
disebut titik nyala dan suhu pada saat pembakaran terjadi terus
menerus disebut titik api.
27
fenolftalein sampai terbentuk warna merah jambuyang bertahan 10
detik.
d. Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah mg KOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terkandung
dalam lemak/minyak yang dihubungkan dengan adanya hidrolisis
minyak/lemak.
C. Reaksi Penyabunan
Prosedur Kerja
1. Masukan 4-5 tetes minyak ke dalam tabung reaksi. Tambahkan air
suling sebanyak 3 mL. Masukan 1 ml KOH. Panaskan campuran
tersebut sampai mendidih (1-2 menit). Kocok dan perhatikan
pembentukan busa.
2. Ulangi percobaan a dengan mengganti laritan KOH dengan NaOH.
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari poin a dan b.
4. Sabun yang terbentuk ditambahkan dengan beberapa tetes asam (HCl
pekat, H2SO4 pekat, asam asetat glacial).
5. Amati perlakuan dan catat hasilnya di dalam tabel pengamatan!
D. Kelarutan lemak
1. Ke dalam 10 tetes air masukkan 1 atau 2 tetes senyawa lemak yang
akan diuji
2. Ke dalam 10 tetes pelarut (aseton, etanol, kloroform, eter)
masukan 1 atau 2 tetes senyawa lemak yang akan diuji.
3. Teteskan larutan lipid yang telah dibuat pada point 1 dan 2 pada
kertas saring dan biarkan kering.
4. Amati pembentukan noda lemak pada kertas saring. Jika ada noda
lemak yang menempel pada kertas saring berarti lemak tersebut
larut dalam pelarut.
28
5. Tambahkan 1 mL air pada larutan lipid dalam etanol. Catat
munculnya larutan segera setelah bercampur dan setelah dibiarkan
beberapa menit.
6. Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 3 mL air. Tambahkan
2 tetes minyak pada 1 tabung dan lesitin pada tabung yang lain.
Kocok campuran tadi dan bandingkan kestabilan emulsi yang
terbentuk.
E. Uji ketidakjenuhan
1. Sediakan larutan iodium dalam kloroform.
2. Tuangkan iodium tersebut sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung
reaksi.
3. Masukan minyak yang akan diuji setetes demi setetes demi setetes
dan setiap penambahan selesai harus dikocok sampai warna
iodium hilang. Amati hilangnya warna iodium (kuning) untuk
setiap penetesan senyawa lemak yang akan di uji. (hitung jumlah
penetesan lemak sampai warna iodium hilang).
F. Uji Gliserol
1. Tuangkan KHSO4setinggi 0,5 cm dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 5 tetes minyak pada tabung reaksi tersebut. Jika
senyawa lemak terbentuk padat, maka jumlahnya kira-kira sama
dengan KHSO4.
3. Tambahkan lagi KHSO4dan panaskan dengan hati-hati.
4. Cium baunya dengan mengibaskan tangan pada tabung reaksi
tersebut.
29
g. Pelaporan
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel pengamatan berikut:
h. Diskusi
1. Bagaimana perbedaan sabun yang dihasilkan ditinjau dari jenis basa
dan lemak/minyak yang digunakan?
2. Mengapa jenis basa dan kandungan asam lemak mempengaruhi
karakteristik sabun?
3. Bagaimanakah kelarutan minyak dan lemak dalam aseton,eter,
metanol ?
30
2.8. Materi H: Pengukuran TVB DAN TMA dengan metode Conway
a. Kompetensi dari materi H : Mahasiswa mampu mengukur
kemunduran mutu kesegaran ikan dengan parameter basa volatile yan
dilepaskan dalam proses kerusakan tersebut .
b. Waktu pertemuan: minggu ke-9
c. Pendahuluan
Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau rusak jika sifat-
sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi sebagai
makanan. Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan karena serangga
atau hewan pengerat, aktivitas enzim pada tanaman atau hewan, reaksi
kimia nonenzimatik, kerusakan fisik misalnya karena pembekuan, hangus,
pengeringan, tekanan, dan lain-lain.
Kerusakan atau kebusukan pangan juga merupakan mutu yang subyektif, yaitu
seseorang mungkin menyatakan suatu pangan sudah bususk atau rusak, sedangkan orang
lainnya menyatakan pangan tersebut belum rusak/busuk. Orang yang sudah
biasa mengkonsumsi makanan yang agak basi mungkin tidak merasa
bahwa makanan tersebut dari segi kesehatan mungkin sudah tidak layak
untuk dikonsumsi.(Siagian,2002).
Nilai TVB dan TMA merupakan parameter yang digunakan untuk
melihat kesegaran ikan dan mempunyai arti penting dalam proses
kemunduran mutu ikan.Nilai TVB setelah fermentasi 14 hari mengalami
penurunan dengan adanya peningkatan konsentrasi garam dari 30%
sampai 50%. Penurunan nilai TVB terjadi karena garam dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan.Nilai TVB
dipengaruhi oleh spesies, umur dan jenis kelamin ikan;
musimpenangkapan dan daerah penangkapan (Ndaw et al. 2008).
Hal yang sama juga terjadi pada nilai TMA, dimana setelah
fermentasi 14 hari nilai TMA juga menurun dengan adanya peningkatan
konsentrasi garam yang dicobakan (30-50%). Nilai TMA berkisar antara
2,23-3,35 mg/100 g. Penurunan nilai TMA diduga terjadi akibatadanya
31
garam yang mampu menghambat aktivitas mikroorganisme penyebabkebusukan
sehingga nilai TMA peda untuk semua konsentrasi garam
rendah(Desniar,2009)
Kadar basa-basa volatil (ammonia, mono-, di-, dan trimetil amin)
dalam ikan segar dan hasil olahannya merupakan salah satu parameter
untuk menentukan tingkat kemunduran bahan yang bersangkutan yang
dalam penentuannyasering disebut nilai TVB (Total Volatile Base).
Prinsip penentuan nilai TVB adalah menguapkan senyawa-senyawa basa
volatil yang terdapat dalam ekstrak daging yang bersifat basa pada suhu
35 oC selama dua jam atau pada suhu kamar selama semalam. Senyawa-
senyawa tersebut diikat oleh asam borat kemudian dititrasi dengan larutan
HCl 0,02 N. Dengan penambahan formalin ke dalam ekstrak sampel maka
senyawa volatil tersebut diikat kecuali TMA (trimetil amin). Bila
campuran ini dialkaliskan, maka TMA akan menguap pada suhu 35 oC
selama 2 jam atau pada suhu kamar selama semalam. Senyawa TMA
diikat oleh asam borat lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N.
f. Prosedur kerja
Persiapan sampel:
a. Timbang 25 gr sampel lalu tambahkan larutan TCA 7% 75 ml
b. Blender lalu saring dengan kertas saring biasa. Filtrat disimpan
dalam refrigerator
32
c. Tahap analisa: 1. Oleskan vaselin, 2. Tambahkan 1 ml sampel; 3.
Tambahkan 1 ml K2CO3 (1:1); 4. Tambahkan 2 ml H3BO3 2%;
5. Tambahkan 0,5 ml formalin lalu inkubasi semalam; 6.
Tambahkan 2 tetes indikator Conway; 7. Titrasi dengan HCl 0,02
N
1
3,5
4,6,7
Perhitungan:
mg%=
( 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒕𝒊𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 − 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒕𝒊𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐)𝑵 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝟏𝟒. 𝟎𝟎𝟕 𝒙 𝑭𝑷
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
33
ACUAN PUSTAKA
Kuchel, P., G.B. Ralston. 2002. Biokimia, Schaum’s easy outline. PT
Gelora AksaraPratama. Jakarta.
Apriyantono A, DediF, N.L. Puspitasari, Sedarnawati,S. Budiyanto. 2003.
PetunjukLaboratorium Analisis Pangan. IPB Press.Bogor.
Anonim. 2006. Materi Pelatihan Metode Pengujian Kimia I Bagi Analis
Laboratorium. Balai Besar Pengendalian dan Pengendalian Hasil
Perikanan.
34