Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN SANITASI BENCANA


TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH CAIR SAAT
BENCANA

Dosen Pengampu
Iswono, S.K.M, M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 3
Aurelia Natalia yulianti
Brigitha elda edista hadi
Lini
Maeri rani randunuwu
Meidita utari
Mia rostarida sihombing
Sabina heti

PRODI D-IV JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi tuhan yang maha esa atas segala limpahan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya untuk kesehatan dan perlindungan yang diberikan, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Sanitasi Bencana Tentang “Pengelolaan Sampah
dan Limbah Cair Pada Saat Bencana”
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Iswono selaku dosen mata kuliah Manajemen Sanitasi Bencana di DIV jurusan kesehatan
lingkungan Poltekkes Pontianak.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai mata Manajemen Sanitasi Bencana. Oleh karena itu kritik,
saran, dan usulan yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Pontianak, Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
A LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 1
B TUJUAN ............................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 3
A Pengertian Bencana ...................................................................................................................... 3
B Jenis bencana ................................................................................................................................ 3
C Tahapan Pasca Bencana ................................................................................................................ 3
D Pengertian Sampah ....................................................................................................................... 4
E Jenis-Jenis sampah ........................................................................................................................ 5
F Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................... 5
G pengertian limbah ......................................................................................................................... 6
H Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu: ............................................................................ 6
I Pengelolaan Limbah Padat ............................................................................................................ 7
J Pengelolaan Limbah Cair (pengeringan) ....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG
Bencana alam, seperti banjir, angin puting beliung, gempa bumi, dan tsunami bukan
hanya menyisakan kesedihan yang mendalam karena mengakibatkan meninggalnya orang-
orang yang dicintai dan rusaknya sarana kehidupan, tetapi juga menyisakan puing-puing
reruntuhan konstruksi bangunan dalam jumlah besar. Puing-puing bangunan, misalnya yang
berasal dari bangunan rumah, pertokoan, hotel, dan jembatan, yang hancur akibat bencana
alam seperti tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Aceh dan Nias sangat menyulitkan
kegiatan evakuasi korban bencana, kegiatan tanggap darurat, dan rehabilitasi pascabencana.
Di samping itu jika tidak segera tertangani, reruntuhan puing bangunan dapat menjadi sarang
berbagai vektor (pembawa) penyakit, seperti nyamuk, lalat, dan tikus. Oleh karena itu,
penanganan sampah puing hendaknya menjadi bagian yang terintegrasi dari program
penanganan bencana. Pengelolaan sampah puing dalam kondisi tanggap darurat bencana
sebenarnya sama dengan pengelolaan sampah puing yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi
dan renovasi bangunan perumahan, perkantoran, perindustrian, jalan, jembatan, trotoar, dan
sebagainya. Bedanya, sampah puing yang diakibatkan oleh bencana biasanya jumlahnya
sangat besar dan skalanya luas sehingga pengelolaannya menjadi lebih intensif dan
membutuhkan peralatan berat, tenaga kerja, dan dana yang relatif banyak. Oleh karena itu,
pengelolaannya membutuhkan perencanaan yang matang, mulai dari sistem pengumpulan,
pemilahan, pengolahan, dan pembuangannya. Hal utama pada tahap tanggap darurat,
penanganan sampah puing biasanya berupa pembersihan reruntuhan bangunan yang berada
di jalan untuk membuka akses masuk ke lokasi tersebut baik untuk evakuasi korban,
pemberian bantuan makanan dan minuman, maupun bantuan pengobatan atau kesehatan.
Dalam kondisi itu, sampah puing cukup disingkirkan dari jalanan dan ditumpuk di
sekitarnya. Pada tahap selanjutnya, yakni tahap rehabilitasi, sampah puing harus
dikumpulkan, diangkut, dan disingkirkan ke tempat pembuangan yang telah ditentukan. Di
Indonesia, sampah puing biasanya tidak diolah, tetapi dibuang begitu saja di lahan terbuka
atau digunakan sebagai bahan urukan. Problem utama pada tahap pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan sampah puing di lokasi bencana di Indonesia adalah
keterbatasan sarana yang diperlukan untuk melakukannya, seperti alat-alat berat berupa
wheel loader, backhoe, dan dump truck. Kapasitas peralatan yang ada biasanya tidak
mencukupi karena jumlahnya terbatas, banyaknya puing, skala bencana yang meliputi areal
yang luas, serta rusaknya infrastruktur yang ada. Bencana angin puting beliung Andrew yang
melintasi Miami, misalnya, menghasilkan sampah puing yang jumlahnya sangat besar, yaitu
40 juta ton. Untuk mengangkut sampah sebanyak itu, Miami kekurangan armada
pengangkutnya sehingga akhirnya kontraktor-kontraktor swasta diberi kesempatan untuk
menanganinya. Cara penanggulangannya, pertama-tama, sampah puing yang menutup jalan
dibersihkan terlebih dahulu dengan mengumpulkannya di area penumpukan sementara.

1
Kegiatan selanjutnya berupa pembersihan puing bangunan dan membuangnya di tempat
pembuangan akhir (TPA). Oleh karena besarnya jumlah sampah, tempat pembuangan
tersebut juga tidak cukup. Untuk itu, strateginya, sampah puing organik seperti barang-
barang yang terbuat dari kayu terpaksa dibakar. Lubang besar digali di tanah. Sampah puing
organik diberi minyak bakar secara merata dengan pengadukan menggunakan ekskavator
lengan panjang. Dan, untuk membakarnya, galian tersebut dilengkapi dengan unit
pengudaraan berupa blower agar suplai udara pembakaran berlangsung baik. Secara umum
pengelolaan sampah puing, terutama di negara-negara maju, ada tiga, yaitu reuse, recovery
dan recycling, dan landfilling. Reuse adalah memanfaatkan kembali material-material yang
masih bisa diperbaiki sesuai dengan fungsinya, misalnya barang-barang furnitur.

B TUJUAN
1. tujuan umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui seberapa pentingnya pengelolaan sampah dan
limbah cair pada lokasi bencana

2. tujuan khusus :
a. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengelolaan sampah dan
limbah cair pada lokasi bencana
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan sanitasi mengenai
pengelolaan sampah dan limbah cair pada lokasi bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.

B Jenis bencana
1.Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor

2.Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3. Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat,
dan teror.

C Tahapan Pasca Bencana

1.Rehabilitasi

adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.

2.Risiko Bencana

adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

3
3.Tanggapan Darurat Bencana

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

4.Status Keadaan Darurat Bencana

adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas
dasar rekomendasi lembaga yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana yang
dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan.

5. Status Transisi Darurat Bencana

ke Pemulihan adalah keadaan dimana penanganan darurat bersifat sementara/permanen


(berdasarkan kajian teknis dari instansi yang berwenang) dengan tujuan agar sarana
prasarana vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi, yang
dilakukan sejak berlangsungnya tanggap darurat sampai dengan tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi dimulai.

6. Status Tanggap Darurat Bencana

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

7. Status Siaga Darurat Bencana

adalah keadaan terdapat potensi bencana, yang merupakan peningkatan eskalasi ancaman
yang penentunya didasarkan atas hasil pemantauan yang akurat oleh instansi yang
berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata/dampak yang terjadi di
masyarakat. Penetapan status siaga darurat bencana dilakukan oleh
pemerintah/pemerintah daerah atas usulan kepala BNPB/BPBD.

D Pengertian Sampah
Sampah adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik itu
industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah sesuatu yang tidak
diinginkan oleh manusia setelah proses/ penggunaannya berakhir. Adapun material sisa yang
dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari manusia, hewan, ataupun dari tumbuhan yang
sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah tersebut bisa dalam bentuk padat, cair, ataupun gas.

4
E Jenis-Jenis sampah
1. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini juga biasa
disebut sampah basah.
2. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara
biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di tempat
khusus, misalnya plastik, kaleng dan styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut
sampah kering.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): limbah dari bahan-bahan berbahaya dan
beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain.

F Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-
alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak
berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut
harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang
semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat
mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga
asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus
meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama. Sampah yang dibuang harus
dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada
dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses
daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya:

(1) sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam
menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan
publik dalam pengelolaan sampah serta upaya pendidikan, penyuluhan dan latihan
keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah,

(2) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan
pertokoan, dan kegiatan rumah tangga,

(3) Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat, aturan
adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala,
jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis,

(4) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah,

5
(5) finansial (keuangan),

(6) keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan

(7) kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan


(sampah). Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan
partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan
usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan
manfaat lain.

G pengertian limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Yaitu suatu sisa atau barang bekas yang dianggap tidak bernilai
dan sudah tidak lagi dipergunakan lagi.

Limbah bisa juga diartikan sebagai benda yang dibuang, baik berasal dari alam maupun dari
hasil proses teknologi, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada
sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik
lainnya (grey water).

Hal ini berlaku dimana ada kegiatan usaha atau pabrik, maka disitu akan muncul berbagai
jenis limbah yang merupakan sisa sisa dan buangan dari hasil produksi. Biasanya limbah dari
aktivitas usaha ini berbentuk limbah cair.

Berdasarkan dari wujudnya, limbah sejatinya dibagi menjadi tiga bagian, yakni limbah padat,
limbah gas dan limbah cair. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran
hewan, sayuran, tanaman, dan lain sebagainya.

Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

H Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat
membuat logam berkarat
2. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.

6
3. Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan
kebakaran.
4. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat menghasilkan
gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.
5. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan
gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.

I Pengelolaan Limbah Padat


1. Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat Masyarakat harus memiliki lingkungan
yang cukup bebas dari pencemaranakibat limbah padat, termasuk limbah medis.
2. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum sempat
menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
3. Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik bekas pakai,
perban–perban kotor, obat–obatan kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman atau tempat–
tempat umum.
4. Dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat empat pembakaran
limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara benar dan aman, dengan
lubang abu yang dalam.
5. Terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat–tempat khusus
untukmembuang sampah di pasar–pasar dan pejagalan, dengan system pengumpulan
sampah secara harian.
6. Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu sedemikian rupa
sehingga problema–problema kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan.
7. 7. 2 ( dua ) drum sampah untuk 80 – 100 orang
8. Tempat/lubang Sampah Padat
9. Masyarakat memiliki cara – cara untuk membuang limbah rumah tangga ehari–hari
secara nyaman dan efektif.

Tolok ukur kunci :


1. Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah bak sampah
atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah
umum.
2. Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah rumah
tangga sehari–hari tidak dikubur ditempat.

J Pengelolaan Limbah Cair (pengeringan)


Sistem pengeringan : Masyarakat memiliki lingkungan hidup sehari–hari yang cukup bebas
dari risiko pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumber–
sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasarana–prasarana medis.
Hal–hal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan pengelolaan limbah
cair :

7
1. Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik engambilan/sumber air untuk
keperluan sehari–hari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman
2. Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan air.
3. Tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan air dan sanitasi
tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
pengelolaan sampah puing akibat bencana tidak hanya kegiatan pengumpulan, pengangkutan,
dan pembuangan saja, tetapi juga perlu diperhatikan kemungkinan kegiatan reuse, recovery, dan
daur ulangnya. Kegiatan pengelolaan sampah puing, terutama yang diterapkan oleh beberapa
negara maju, ,barangkali dapat diambil sebagai pelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) yang terkait dengan penanganan wilayah pascabencana. Tentu saja sistem yang
hendak diadopsi harus disesuaikan dulu dengan situasi dan kondisi lokal sehingga
pengelolaannya dapat berjalan efektif dan aman terhadap lingkungan. Pada level dasar, sistem
pengelolaan sampah puing harus diintegrasikan dengan rencana pembangunan di bidang
pengelolaan sampah kota pada umumnya. Sedangkan pada level di atasnya, pengelolaan sampah
kota hendaknya menjadi bagian yang setara dengan kegiatan rehabilitasi struktur dan
infrastruktur lainnya sehingga nantinya petaka-petaka yang berasal dari pengelolaan sampah itu
sendiri dapat dihindari, seperti petaka TPA longsor dan pencemaran lingkungan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/2012/09/Makalah-sampah-Pengelolaan-
Pengolahan-Penanganan-Penanggulangan-Sampah.html

http://www.ampl.or.id/digilib/read/mengelola-sampah-puing-pascabencana/21245

https://ayodarling.wordpress.com/2013/04/07/jenis-jenis-sampah/

https://www.zonareferensi.com/pengertian-limbah/

10

Anda mungkin juga menyukai