PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sehat dan sakit merupakan problema kehidupan yang selalu menghampiri manusia.
Setiap orang dapat di pastikan mengharapkan dirinya selalu sehat dan menghindarkan diri dari
sakit dan penyakit. Segala macam usaha di lakukan untuk menghindarkan diri dari sakit dan
penyakit, Namun berbagai macam penyakit tetap saja tumbuh dan berkembang dalam tubuh
manusia, misalnya penyakit hipertiroid dan hipertensi. Jika usaha mengatasi penyakit ini
produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E,Marilynn , 2005) dan. Penyebab
Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid di seluruh dunia pada tahun 2000
diperkirakan 400 juta, dan lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan laki-laki dengan
perbandingan 5 : 1.
1
Jumlah penderita hipertiroid yang ada di Indonesia di perkirakan 25 juta.Angka kejadian
hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari
seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Di As diperkirakan 0,4% populasi menderita
Hipertiroid, biasanya sering pada usia di bawah 40 tahun. (Sutomo budi,2009).
Berdasarkan data yang diambil dari Rekam Medik di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu
penderita penyakit hipertiroid di Poliklinik penyakit dalam mengalami peningkatan. Pada tahun
2010 penderita hipertiroid sebanyak 66 orang dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu
mengganggu kesehatan masyarakat (Gunawan, 2001). Hipertensi atau penyakit tekanan darah
tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi seringkali disebut (Sillent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa
disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi penderitanya. gejala
tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korban terlambat menyadari akan
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan
80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa
dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg. Diklasifikasikan menderita
hipertensi stadium II apabila tekanan darah sistoliknya 160 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan darah
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan darah diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani,
2004). Bila tekanan darah semakin tinggi maka harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 1996).
dunia ( WHO, 1999 ). Jumlah penderita Hipertensi terus meningkat hingga 16,9 % pada survey
Hormon tiroid memeliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan system saraf
Perubahan yang utama meliputi : Peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung,curah
jantung,relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan tekanan diastolic. Ganggua fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek
yang dramatic terhadap system kardiovaskuler, seringkai menyerupai penyakit jantung primer. (
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Hubungan Hipertiroid dengan kejadian hipertensi pada pasien yag berobat di poliklinik
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini
adalah Apakah ada Hubungan Hipertiroid dengan kejadian hipertensi pada pasien yag berobat di
Untuk mempelajari Hubungan Hipertiroid dengan kejadian hipertensi pada pasien yag berobat di
Menambah bacaan ilmiah atau literature tentang Hipertiroid, bagi STIKES Tri Mandiri Sakti (
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Anatomi
Kelenjar Tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan
oleh hismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini
pada fasia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengana gerakan
terangkatnya kelenjar kearah cranial, yang merupakan cirri khas kelenjar tiroid.
Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5 – 4 cm, lebar 1,5 – 2
cm dan tebal 1 – 1,5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan
yodium. Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10 – 20 gram. Aliran darah ke kelenjar
tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit. Dalam keadaan hipertiroidisme aliran ini akan
meningkat sehingga dengan stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas diujung bawah
kelenjar.
6
Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormone tiroid, maka harus
selalu tersedia yodium yang cukup dan berkesinambungan. Yodium dalam makanan berasal dari
makanan laut, susu, daging, telur, air minum, garam beryodium dan sebagainya.
Yodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung dan sepertiga hingga setengah
ditangkap kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Ditaksir 95% yodium tubuh
tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam sirkulasi ( 0,04 – 0,57 % ) dan jaringan. ( Sudoyo
W aru,2007 ).
% elemen yodium. Hormon tiroid T4 dan T3 berasal dari iodinasi cincin fenol residu tirosin yang
ada di tiroglobulin. Awalnya terbentuk mono dan diiodotirosin, yang kemudian mengalami
minggu. Saat hormone tiroid akan dilepas dibawah pengaruh TSH, enzim proteolisis
memisahkan hormone dari tiroglobulin. Hormon berdifusi dari hormone folikel melalui sel – sel
Sebagian besar hormone tiroid yang bersirkulasi bergabung dengan protein plasma (
Proses biosentesis hormone tiroid secara skematis dapat dilihat dalam beberapa tahap,
sebagian besar di stimuli oleh TSH, yaitu Tahap trapping, tahap oksidasi, tahap coupling, tahap
penimbunan atau stroge, tahap deiodinasi, tahap proteolisi, tahap pengeluaran hormon dari
b. Fisiologi
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolic hampir semua sel tubuh. Hormon ini
menstimulus konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energy, terutama dalam bentuk
a. Termoregulasi ( jelas pada miksedema atau koma miksedema dengan temperature sub- optimal )
dan kalorigenik.
b. Metabolisme protein. Dalam dosis fiiologis kerjanya bersifat anabolic, tetapi dalam dosis
bersifat katabolik.
glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis dan degradasi insulin meningkat.
d. Metaboisme lipid. Meski T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses degradasi kolesterol
dan eksresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid
meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare; gangguan faal hati; anemia defisiensi
Pertumbuhan dan maturasi normal tulang , gigi, jaringan ikat, dan jaringan syaraf
Tiroid juga memiliki efek, antara lain pertumbuhan fetus, efek pada konsumsi
(Soeparman, 2007 )
Hormon perangsang Tiroid , Tyroid stimulating Hormone (TSH), Hormon ini mensekresi
tiroksin dan triiodotirosin oleh kelenjar Tiroid. Efeknnya yang spesifik terhadap kelenjar Tiroid
a. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, dengan hasil akhirnya
adalah dengan terlepasnya hormone-hormon tiroid ke dalam sirkulasi darah dan berkurangnya
(iodide trapping)” di dalam sel-sel kelenjar, kadangkala meningkatkan rasio konsentrasi iodide
e. Meningkatkan jumlah sel sel Tiroid, disertai dengan perubahan sel sel kuboid menjadi sel
(Sloane Ethel : 2004). Fungsi utama T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolic
seluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
Hipertiroid darah tirotoksitosis sebagai produksi Tiroid itu sendiri. (Arief Mansjoer,
2001)
Hipertiroid adalah Respon Jaringan-jaringan tubuh akibat faktor metabolik hormon tiroid
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. (Price
A,Sylvia, 1995).
a. Penyakit Graves
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) dipercaya disebabkan oleh suatu antibodi yang
Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar 30 sampai 40 tahun dan lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki .Terdapat predisposisi familial pada penyakiti ini
dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk endokrinopati atoimun lainnya.Pada penyakit graves
terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin
tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan
Hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Manifestasi ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati
yang ditemukan pada 50 % sampai 80 % pasien ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra
melebar, kedipan berkurang, lid dag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan
Goiter nodular toksika paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai
komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan
Pada goiter nodular toksika, satu atau beberapa nodul di dalam tiroid menghasilkan
terlalu banyak hormon tiroid dan berada di luar kendali TSH (thyroid stimulating hormone).
Nodul tersebut benar-benar merupakan tumor tiroid jinak dan tidak berhubungan dengan
Hipertiroidisme sekunder bisa disebabkan oleh tumor hipofise yang menghasilkan terlalu
banyak TSH, sehingga merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan.
Penyebab lainnya adalah perlawanan hipofise terhadap hormon tiroid, sehingga kelenjar hipofise
2.1.5. Patofisiologi
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dri
perifer.
Dalam keadaan normal homon tiroid berpengaruh terhadap metabolism jaringan, proses
oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon – hormone tiroid ini
berpengaruh terhadap semua sel – sel dalam tubuh melalui mekanisme transfor asam amino dan
elektrolit dari cairan ekstra seluler kedalam sel, aktivasi/ sintesa protein enzim dalam sel dan
- Merangsang pompa natrium dan jalur glikolitik, yang menghasilkan kalorigenesis dan
Dengan meningkatnya kadar hormone ini maka metabolism jaringan, sintesa protein dan
lain – lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan adanya palpitasi,
takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan yang meningkat, berat
badan yang menurun. Kadang – kadang gejala klinis yang ada hanya berupa penurunan berat
badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air besar yang tidak diketahui sebabnya.
Patogenesis penyakit Graves masih belum jelas diketahui. Diduga peningkatan kadar
hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu activator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan
kelenjar timid hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga di
sebut sebagai antibody reseptor TSH. Antibodi ini sering juga disebut sebagai thyroid
stimulating immnunoglobulin ( TSI ). Dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua
Selain itu penyakit graves sering pula ditemukan antibody terhadap tiroglobulin dan anti
mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa kedua antibody ini mempunyai peranan
dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini bias ditemukan hampir pada
60-70% penderita Graves bahkan dengan pemeriksaan radoassay bias ditemukan pada hampir
Terbentuknya autoantibody tersebut diduga karena adanya efek dari control immunologic (
immunoregulation ) defek ini dipengaruhi oleh faktor genetic seperti dan faktor lingkungan
Pada toxic nodular goiter peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan oleh autonomisasi
dari nodul yang bersangkutan dengan fungsi yang berlebihan sedangkan bagian kelenjar
- Palpitasi
- Peningkatan denyut jantung, peningkatan curah jantung, peningkatan tekanan nadi perifer, dan
- Peningkatan laju metabolism basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas,
keringat berlebihan.
- Gangguan reproduksi
- Cepat letih.
- Tanda bruit.
1. Tes darah laboratorium untuk melihat kadar hormone T3, T4 dan TSH.
- T4 meningkat, nilai normal 4,5 s/d 11,5 ug/dl ( 58,5 – 150 nmol/ L).
2. Pada kelenjar Tiroid yang membesar pada syaraf tertentu. Kelenjar tersebut tarasa lunak dan
pada palpasi dapat terasa pulsasi; vibrasi sering dapat dirasakan dan suara bruit terdengar pada
arteri tiroid yang merupakan tanda – tanda peningkatan aliran darah lewat organ tersebut.
2.1.8. Komplikasi
Badai tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba – tiba. Badai tiroid bias menyebabkan Demam, kelemahan dan pengkisutan
otot yng luar biasa, Kegelisahan, perubahan suasana hati, Kebingungan, perubahan kesadaran (
bahkan sampai terjadi koma ), pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan
tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bias menyebabkan kertidakteraturan irama
jantung yang bias berakibat fatal ( aritmia ) dan syok. ( Sumual A.R, 1992 ).
2.1.9. Penatalaksanaan
2. Umur penderita.
6. Sarana diagnostik dan pengobatan serta pengalaman dokter dan klinik yang bersangkutan.
- Pengobatan umum
- Pengobatan khusus
a. Pengobatan umum
1. Istirahat.
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.
Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/ mengganggu pikiran baik di
2. Diet.
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain karena :
3. Obat penenang.
Mengingat pada penderita sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang dapat
b. Pengobatan Khusus.
1. Obat antiroid.
Obat – obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium, lithium, perclorat
dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide adalah propylthiouracyl (
bekerja menghambat sintesis hormone tetapi tidak menghambat sekresinya, yaitu dengan
menghambat coupling diiodotyrosine sehingga menjadi hormone yang aktif. PTU juga
menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga
pengobatan tergantung pada kpnsentrasi obat dalam kelenjar daripada di plasma. MMI dan
carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU sehingga dosis yang diperlukan hanya satu
persepuluhnya.
Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 -600 mg perhari untuk PTU atau 30 – 60 mg per
hari untuk MMI/ carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis tanggal setiap 24
jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU atau carbimazole dosis tinggi akan
Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal – gatal, skin rash dapat
ditanggulangi dengan pemberian antihistamin tanpa perlu penghentian pengobatan. Dosis yang
sangat tinggi dapat menyebabkan hilangnya indera pengecap, cholestatic jaundice dan kadang –
kadang agranulositosis ( 0,2 – 0,7% ), kemungkinan ini lebih besar pada penderita umur di atas
Efek samping lain yang jarang terjadi antara lain berupa : arthralgia, demam rhinitis,
2. Yodium
Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam masa 3
minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism dari kelenjar yang
bersangkutan, sehingga meski sekresi terhambat sintesa tetap ada. Akibat terjadi penimbunan
hormon dan pada saat yodium dihentikan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroid
menghebat. Pengobatan dengan yoodium digunakan untuk memperoleh efek yang cepat seperti
pada krisis tiroid atau untuk persiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya digunakan
dalam bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya 15 mg per hari dengan dosis terbagi
menggunakan cairan Lugol dengan dosis ½ ml (10 tetes) 3 kali perhari yang diberikan ’10 hari
Terjadi keluhan dan gejala hipertiroid diakibatkan oleh adanya hipersensitivitas pada
sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya
hati. Reserpin, guanetidin, dan penyekat beta (propranolol) merupakan obat yang masih
digunakan.
kasus yang berat. Biasanya dalam 24 – 36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala.
Khasiat propranolol
- Pengurangan nervositas
- Pengurangan tremor
Disamping pengaruh pada reseptor bête, propranolol dapat menghambat konversi T4 ke T3
di perifer. Bila obat tersebut dihentikan, maka dalam waktu ± 4 – 6 jam hipertiroid dapat kembali
lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan dosis tunggal propranolol sebagai
Penggunaan propranolol antara lain sebagai : persiapan tindakan pembedahan atau pemberian
yodium radioaktif, mengatasi kasus yang berat dan krisis tiroid. (Sumual A.R, 1992)
4. Tiroidektomi
Prinsip umum : operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun
biokimiawi. Plumerisasi diberikan 3 kali, 5 tetes solusio lugol fortiori 7 – 10 jam preoperative,
dengan maksud menginduksi involusi dan mengurangi vaskularitas tiroid. (Soeparman, 2007)
Pengobatan dengan RAI dilakukan pada kebanyakan pasien dewasa dengan penyakit
graves tetapi biasanya mempunyai kontraindikasi untuk anak-anak dan wanita hamil. Pada
pasien dengan goiter nodular toksik dapat juga digunakan obat-obat antitiroid atau ablatif dengan
Menurut Tom Smith (1991) Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah
tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal.
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. (Brummer dan Studdarth, 2001)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seorang dianggap hipertensi apabila tekanan
darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic. (Elizabeth. J. Corwi.
2001)
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang dianggap normal adalah 140 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi.
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita
hipertensi maka dapat menyebabkan orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi yang
lebih berat lagi. Ada faktor risiko yang dapat dihindarkan atau dirubah, namun ada juga yang
tidak.
Memang lemak yang didapat dari makanan tidak seharusnya merupakan kolestrol. Namun,
lemak merupakan penyumbang kolestrol terbesar. Kolestrol yang berlebihan ini akan menempel
pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah yang sudah terluka akibat gesekan
tekanan darah pada hipertensi. Proses penumpukan kolestrol ini disebut arteriosklerosis.
b. Garam
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam berlebihan atau makan-makanan
yang diasinkan dengan sedirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang
berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam
sama sekali dalam makanan. Sebaiknya jumlah garam yamg dikonsumsi dibatasi.
c. Daging Kambing, buah durian, dan minuman beralkohol memang enak disantap, akan tetapi
penderita hipertensi harus menjauhinya, ketiga macam minuman tersebut memang sifatnya
Dalam rokok terdapat zat nikotin yang merupakan penyebab ketagihan merokok akan
merangsang jantung, syaraf, otak, dan bagian tubuh lainnya tidak bekerja normal. Nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan
kontraksi otot jantung. Selain itu meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat
Selain rokok, kopi juga berakibat buruk bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung kafein yang
e. Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien dengan
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas rennin plasma yang rendah.
f. Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik
dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.(Arjatmo
Tjokronegoro,2001)
a. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di Negara barat lebih banyak menderita
hipertensi lebih tinggi tingkat hipertensinya dan lebih besar tingkat morbiditas maupun
mortalitasnya sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa
peneliti mengatakan terdapat kelainan gen angiostensin tetapi mekanisme mungkin bersifat
poligenik.
b. Lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang
makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Induan amerika selatan yang tekanan darahnya
rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat.
c. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan menopause disbanding pria, hal ini
2.2.3.Kalasifikasi Hipertensi
committee on prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure ( JNC 7 )
batasanya adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg.
Penentuan klasifikasi ini didasarkan rata – rata dua kali pengukuran tekanan darah dalam posisi
duduk. Pasien yang memiliki tekanan darah dalam golongan prehipertensi memiliki rasio dua
Tabel 2.1
Darah
1. Pria, Usia < 45 tahun , dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring >
130/90 mmHg.
2. Pria, Usia > 45 tahun, dikatakan Hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
hipertensi. Hipertensi esensial dapat diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna. ( FKUI, 1973
a. Hipertensi Benigna
Laju perkembangan hipertensi esensial jinak berbeda – beda, tetapi biasanya memiliki
perkembangan yang berjalan secara progresif lambat. Biasanya lebih banyak terjadi pada dewasa
akhir khususnya dengan kontrol yang tidak teratur. ( Brunner dan Suddarth, 2002 )
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan struktur – struktur pada
arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi ( sklerosis ) dinding pembuluh
darah. Organ – organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak, ginjal. ( Sylvia price, 2006
Pada ginjal akibat hipertensi yang lama akan terjadi nefrosklerosis. Nefrosklerosis adalah
pengerasan atau sklerosis arteri ginjal. Penyakit ini menyebabkan penurunana aliran darah ke
ginjal dan bercak nekrosis parenkim renal. Kadang – kadang terjadi fibrosis dan glomerulus
rusak. Pasien ini jarang mengeluhkan gejala renal, meskipun urine mengandung protein dan
sedimen. Insufisiensi renal dan tanda serta gejala yang berhubungan muncul kemudian setelah
Selain itu Nefroklerosis benigna ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan
lumen pembuluh darah intra renal. Ginj dapat mengecil, biasanya simetris, dan mempunyai
b. Hipertensi Maligna
Hipertensi maligna bisa diartikan hipertensi berat dengan tekanan diastolic lebih tinggi dari
120 sampai 130 mmHg. Hipertensi maligna ini dapat terjadi setiap saat dalam perjalanan
Hipetensi maligna ini juga dapat diartikan hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3 – 6 bulan, dimana dengan tekanan
sistoliknya mencapai 210 mmHg atau lebih dan tekanan sistoliknya 120 mmHg atau lebih (
Medicastro, 2004 )
Hipertensi dipercepat, berat atau hipertensi maligma ini terjadi pada < 1 % pasien dengan
hipertensi primer, tetapi lebih sering pada kasus – kasus hipertensi sekunder.
2. Hipertensi Sekunder
patofisiologinya diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat – obatan atau pembedahan (
Arjatmo Tjokronegro, 2001 ). Sekitar 5 % kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya dan
yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cendrung menimbulkan hipertensi dan hipertensi
b. Penyakit Renovaskuler ( 1 % )
Hipertensi renovaskuler ialah peningkatan tekanan darah sekuder yang disebabkan oleh
penurunan perfusi ginjal, baik bilateral, unilateral, maupun segmental. Penyebabnya adalah
bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada usia lanjut dan fibrodisplasia yang
terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal, dijumpai paling sering pada individu muda terutama
perempuan. Penurunan pasokan darah ginjal akan memacu produksi rennin ipsilateral dan
c. Endokrin ( 1% )
hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (
d. Sindrome chusing
Disebabkan oleh Hyperplasia adrenal secara bilateral yang disebabkan oleh adenoma
hipofisis yang menghasilkan ACTH ( adrenocorti cotropic hormone ) pada dua per tiga kasus.
Perlu dicurigai jika terdapat hipertensi bersama dengan obesitas, kulit tipis, kelemahan otot –
f. Feokromositoma
Disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan ketekolamin , 90 %
berasal dari kelenjar adrenal, kurang lebih 10 % terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis, 10
% dari tumor ini ganas, dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromostima di curigai
jika tekanan darah berfluktasi tinggi, disertai takikardia, berkeringat, atau edema paru karena
gagal jantung.
g. Koarktasis Aorta
Paling sering mempengaruhi aorta pada atau distal dari arteri subklavia kiri dan
menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan di kaki, dengan denyut nadi arteri
h. Akibat otot
Penggunaan obat yang paling sering banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil
kontrasepsi oral ( OCP ) dengan 5 % perempuan mengalami hipertensi dalam 5 tahun sejak
mulai penggunaan, perempuan usia lebih tua ( > 35 tahun ) lebih mudah terkena, begitu pula
Pada 50 % ttekanan darah akan kembali normal dalam 3 – 6 bulan sesudah penghentian pil.
Tiadak jelas apakah hipertensi ini disebabkan oleh pil atau apakah penggunaan pil memunculkan
predisposisi yang selama ini tersembunyi. Penggunaan estrogen pasca menopause bersifat
kardioprotektif dan tidak meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi
3. Krisis hipertensi
Yaitu keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera karena akan
mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tinggi tekanan darah bervariasi yang terpenting
adalah cepat naiknya tekanan darah ( Dirli, 2008 ). Secara praktis krisis hipertensi dapat
Ditandai dengan tekanan darah diastolic > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ
sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/ kondisi.keterlambatan pengobatan akan
menyebabkan timbulnya sequel atau kematian. Tekanan darah harus diturunkan sampai batas
tertentu dalam satu sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit
atau ICU.
Diatandai dengan tekanan darah diastolic > 120 mmHg dengan tanpa kerusakan/
komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan darah harus diturunkan dalam 24 jam sampai
Menurut Abdul majid ( 2004 ), faktor – faktor yang dapat mempresipitasi krisis
hipertensi, keadaan – keadaan klinis yang sering memprespitasi timbulnya krisis hipertensi,
antara lain :
1. Kenaikan tekanan darah tiba – tiba pada penderita hipertensi kronis esensial ( tersering )
2. Hipertensi renovaskuler
3. Glomerulonefritis akut
7.
2.2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras syaraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah konda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak kebawah melalui system syaraf ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetil kolin yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
Pada saat bersamaan dimana system syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensio natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volumeintravaskuler. Semua faktor
2.2.5. Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan,
yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala sakit kepala kelelahan, muntah, sesak nafas, pandangan menjadi
kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut sebagai ensefalopati hipertensif (
Medicastro, 2008 ). Sedangkan menurut Lany gunawan ( 2001 ) gejala klinis yang dialami oleh
penderita hipertensi biasanya : pusing mudah marah, sukar tidur, rasa berat di tengkuk, mudah
2.2.6. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan diastolic
sama atau > 130 mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi. Alat tubuh yang
sering terserang akibat hipertensi adalah mata, ginjal, jantung, dan otak.
1. Hipertensi maligna.
2.2.7. Diagnosa
Tekanan darah diukur setelah seorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka
140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat
ditegakkan hanya dalam satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil
yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukursebanyak 2 kali pada 2
hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya
menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya
hipertensi.
pembuluhdarah, jantung, otak dan ginjal. Retina ( Selaput peka cahaya pada permukaan dalam
bagian belakang mata ) merupakan satu satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa
menunjukan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola ( pembuluh darah lainnya di dalam
tubuh, seperti ginjal ). Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan
menentukan derajat kerusakan retina ( retinopati ), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.
elektrokardiografi ( EKG ) dan foto rontgen dada. Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa
diketahui terutama melalui pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin ( sejenis
protein ) dalam air kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.
2.2.8. Penatalaksanaan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita :
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk mengurangi berat
b. Merubah pola makan pada penderita kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi
pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan
asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup ) dan mengurangi alcohol.
d. Berhenti merokok
- Diuretik thiazide
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air yang akan mengurangi volume cairan di
seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah. Diuretik juga menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada orang
kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita gagal jantung / penyakit ginjal menahun.
- Penghambat adrenergic
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, betablocker, dan alfa – beta
blocker labetalol, yang menghambat efek system syaraf simpatis. Sistem syaraf simpatis adalah
system syaraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara
- Angiostensin II blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
- Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya penurunan tekanan darah dengan mekanisme yang
- Vasidilator langsung
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan
1. Diazoxide
2. Nitroprusseide
3. Nitroglyserin
4. Labetalol
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan
peroral ( ditelan ), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberianya harus
kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling tidak menurunkan tekanan
darah. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukan selang yang pada ujungnya terpasang
balon dan mengembangkan balon tersebut atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan
2.2.9.Pencegahan
Perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi. Perubahan
gaya hidup dan obat – obatan bisa menurunkan tekanan darah tinggi sampai pada batas normal :
2. Makanan sehat rendah lemak kaya akan sumber vitamin dan mineral alami
3. Obat – obat anti hipertensi : Diuretik, beta blocker, pengganitian kalium, penghambat saluran
Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan system syaraf
Perubahan yang utama meliputi : peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, curah
jantung, relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi
vaskuler penggunaan oksigen oleh otot jantung serte penurunan resistensi vaskuler sistemik dan
tekanan diastolic. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatic
A.R, 1992 )
Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan sesak napas. Hal ini dapat dijelaskan
karena pada penderita hipertiroid terdapat kenaikan curah jantung dan konsumsi oksigen pada
saat maupun setelah melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas vital pada penderita hipertiroid
akan menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi paru. Frekuensi nadi biasanya
meningkat ( 90 – 125 kali/ menit ) dan akan bertambah cepat jika beraktivitas serta ada
perubahan emosi. Akibat adanya curah jantung yang tinggi dan resistensi perifer yang rendah
maka tidak jarang pada penderita hipertiroid dijumpai gambaran nadi yang mirip dengan
insufisiensi aorta berupa pulsus seller dan magnus .Nadi yang lebih dari 80 kali/ menit pada saat
menguat, dan Ca² + ATP ase direticulum sarkoplasma meningkatkan tonus diastolic, mengubah
konsentrasi protein G, reseptor adrenergic, sehingga akhirnya hormon tiroid ini punya efek
ionotrofik positif. Secara klinis terlihat sebagai naiknya curah jantung, tekanan darah, dan
memperbanyak jumlah produk akhir dari metabolism yang dilepaskan dari jaringan. Efek ini
menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran
darah. Sebagai akibat peningkatan aliran darah dan curah jantung akan meningkat, seringkali
meningkat sampai 60 % atau lebih diatas normal bila terdapat kelebihan hormone tiroid. ( Ethel,
Sloane, 2004 )