Kti Fauziah Iswandi PDF PDF
Kti Fauziah Iswandi PDF PDF
FAUZIAH ISWANDI
NIM: 143110245
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
PROPOSAL
FAUZIAH ISWANDI
NIM: 143110245
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Agama : Islam
Ayah : Marsuandi
Ibu : Miswarnis
Riwayat Pendidikan
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang bejudul “Asuhan
keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan pada program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membengun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, saya tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :
a. Ibu Ns. Nova Yanti,M.Kep,Sp.Kep.MB dan Ibu Hj.Efitra,S.Kp,M.Kep selaku
dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini.
b. Bapak Dr. H. Yusyirwan Yusuf, Sp.BA. MARS selaku direktur Utama RSUP. Dr.
M. Djamil Padang
c. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Padang
d. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politenik Kesehatan Kementrian KesehatanPadang
e. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang
f. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
penelitian
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 83
B. Saran ................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 5 Ganchart
Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV
dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari
90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate
dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara berkembang
(80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena AIDS
(Kunoloji,2012).
Total angka kejadian kasus AIDS yang dilaporkan di Sumatra Barat dari tahun
2009 sampai dengan bulan Maret 2016 yaitu 1.192 kasus, dimana komulatif
Case Rate nya yaitu 21,59%. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan dari provinsi,
pada tahun 2011 ada 132 kasus, pada tahun 2012 133 kasus, tahun 2013 ada 222
kasus, tahun 2014 ada 321 kasus, tahun 2015 ada 243 kasus, dan sampai bulan
Maret 2016 ada 28 kasus (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Dari data yang ada kasus HIV AIDS mengalami trend peningkatan setiap
tahunnya. Untuk cara penularan kasus AIDS di tahun 2013 faktor resiko
tertinggi sudah beralih dari NAPZA suntik ke heteroseksual yaitu sebesar 59%.
Dalam 5 tahun sebelumnya penularan melalui narkoba suntik adalah faktor
resiko utama kasus HIV AIDS di Sumatra Barat. Sumatra Barat bahkan pernah
menduduki rangking 5 kasus HIV AIDS dari narkoba suntik (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatra Barat Tahun 2013).
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang
lain melalaui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan
seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara
bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta
dan kegiatan menyusui (Dinkes Kota Padang, 2015).
Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina)
penderita dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina
dan anus akibat hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau
homoseksual. Ibu yang menderita HIV/AIDS sangat beresiko menularkan HIV
ke bayi yang dikandung jika tidak ditangani dengan kompeten (Nursalam.2011).
Menurut laporan Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau
Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 presentase faktor resiko HIV
tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (47%), Lelaki Seks
Orang yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS biasa disebut dengan ODHA.
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) beresiko mengalami Infeksi Oportunistik
atau IO. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena menurunnya
kekebalan tubuh seseorang akibat virus HIV. Infeksi ini umumnya menyerang
ODHA dengan HIV stadium lanjut. Infeksi Oportunistik yang dialami ODHA
dengan HIV stadium lanjut menyebabkan gangguan berbagai aspek kebutuhan
dasar, diantaranya gangguan kebutuhan oksigenisasi, nutrisi, cairan,
kenyamanan, koping, integritas kulit dan sosial spritual. Gangguan kebutuhan
dasar ini bermanifestasi menjadi diare, nyeri kronis pada beberapa anggota
tubuh, penurunan berat badan, kelemahan, infeksi jamur, hingga distres dan
depresi (Nursalam,2011).
Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS untuk
memperthankan kekuatan tubuh, mengganti kehilangan vitamin dan mineral,
meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi
penyakit dan juga meningkatkan respon terhadap pengobatan. Namun pasien
HIV dan AIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup karena beberapa sebab diantaranya adanya lesi oral, mual, muntah
kelelahan dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya (Nursalam,
2011).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan HIV
AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam,RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun
2017
Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan
Lorraine (2012) yaitu: Kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk pelaporan
tingkat nasional, mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam satu definisi
kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan atau lebih,
definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu kriteria
laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).
2. Penyebab
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing,
virus imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia
infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil
diisolasi dari penderita AIDS. Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1
berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron
dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran se penjamu. Inti
virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24, nukleokapsid protein p7
atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve
trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini, HIV
mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf, misalnya tat,
rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta perakitan partikel virus
yang infeksius. (Robbins dkk, 2011)
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam
cara penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan,
hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan
sosial yang lain.
3. Patofisiologi
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus
berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala
ataupun menderita limfadenopati persisten, dan banyak penderita yang
mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti ariawan (Candida) atau harpes
zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut.
Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang
berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+
akan tergantikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu penurunan sel
Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila
dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain.
Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar
bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada
mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas
seperti demam, menggigil, batuk non produktif, nafas pendek, dispnea dan
kadang-kadang nyeri dada. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada
pasien yang bernafas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan
yang ringan; keadaan ini menunjukkan keadaan hipoksemia minimal. Bila
tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang
signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernafasan.
b. Gastrointerstinal
Manifestasi gastrointerstinal penyakit AIDS mencangkup hilagnya selera
makan, mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis.
Bagi pasien AIDS, diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan
dengan terjadinya penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat
badan), gangguan keseimbnagan cairan dan elektrolit, ekskoriasis kulit
perianal, kelemahan dan ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan
yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan
endotel pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS
memperlihatkan penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar
mulai dari lesi kutaneus setempat hingga kelainan yang menyebar dan
mengenai lebih dari satu sistem organ. Lesi Kutaneus yang dapat timbul
pada setiap bagian tubuh biasanya bewarna merah mudah kecoklatan
hingga ungu gelap. Lesi dapat datar atau menonjol dan dikelilingi oleh
ekimosis (bercak-bercak perdarahan) serta edema.
d. Neurologik
Ensefalopati HIV disebut juga sebagai kompleks demensia AIDS. Hiv
ditemukan dengan jumlah yang besar dalam otak maupun cairan
serebrospinal pasien-pasien ADC (AIDS dementia complex). Sel-sel otak
yang terinfeksi HIV didominasi olehsel-sel CD4 + yang berasal dari
monosit/magrofag. Infeksi HIV diyakini akan memicu toksin atau limfokin
yang mengakibatkan disfungsi seluler atau yang mengganggu atau yang
mengganggu fungsi neurotransmiter ketimbang menyebabkan kerusakan
seluler. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif, prilaku dan motorik. Tanda tanda dan
gejalanya yang samar-samar serta sulit dibedakan dan kelelahan, depresi
atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan malignansi.
e. Struktur integrumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunistik serta
malignansi yang mendampinginya, Infeksi oportunistik seperti harpes
zoster dan harpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang
nyeri yang merusak integritas kulit. Moloskum kontagiosum merupakan
infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folokulasi menyeluruh yang disertai dengan kulit
yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atropik seperti ekzema
atau psoriasis. Hingga 60% enderita yang diobati dengan
trimetroprimsulfametoksazol (TMP/SMZ) untuk mengatasi pneumonia
pneumocytis carinii akan mengalami ruam yang berkaitan dengan obat dan
5. Penatalaksanaan
Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis meliputi
beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang
berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV
lewar preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui
pengguanaan preparat immunomodulator. Perawatan suportif merupakan
tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit AIDS yang
sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut mencangkup
malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan status
mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi
Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMP-
SMZ (Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi
berbagai mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV
kepada pasien-pasien dengan fungsi gastrointerstinal yang normal tidak
memberikan keuntungan apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan
TMP-SMZ dapat mengalami efekyang merugikan dengan insiden tinggi
yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia,
trombositopenia dengan ganggua fungsi renal.
Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif
untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien
tidak memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ,
petugas kesehatan dapat merekomendasikan pentamidin.
d. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya
gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk
mengurangi gejala dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi
gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan
mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ
viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa
ABV (Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).
e. Terapi Antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh
FDA untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin,
Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini menghambat
kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi virus
HIV dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan
f. Inhibitor Protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase,
yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion
yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus
noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.
g. Perawatan pendukung
Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun
sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan
banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan
tindakan sederhana seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau
mempersiapkan makanannya. Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang
lanjut karena penurunan asupan makanan, sindrome perlisutan atau
malabsobsi saluran cerna yang berkaitan dengan diare, mungkin diperlukan
dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti nutrisi parenteral
total. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadiakibat mual,
Vomitus dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti yang
berupa infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan
sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani dengan
perawatan kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini mencangkup
tindakan membalikkan tubuh pasien secara teratur, membersihkan dan
mengoleskan salep obat serta menutup lesi dengan kasa steril.
Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin berhubungan dengan
infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah letih. Pasien-pasien ini
mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan relaksasi dan teknik
menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan fungsi pernafasan yang berat
h. Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan
pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi
sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan
menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan
produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang dengan
HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada ODHA
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi.
Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus
diberikan makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral
serta cukup air.
Voluntary Conseling Testing atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah
atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya
dengantujuan untuk mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan
lingkungannya (Nursalam, 2011).
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien
HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaa keperawatan atau intervensi yang di temukan pada pasien dengan
HIV AIDS sebagai berikut.
Tabel 2.1
Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Menajemen jalan nafas
bersihan jalan tindakan keperawatan 1) Posisikan pasien untuk
diharapkan status
nafas memaksimalkan ventilasi
pernafasan tidak
2) Buang secret dengan
terganggu dengan memotivasi pasien untuk
Definisi : ketidak kriteria hasil : melakukan batuk atau
menyedot lendir
mampuan untuk 1) Deviasi ringan dari
3) Motifasi pasien untuk bernafas
membersihkan kisaran normal pelan, dalam, berputar dan
frekuensi pernafasan batuk
sekresi atau 2) Deviasi ringan dari
4) Instruksikan bagaimana agar
obstruksi dari kisaran normal bisa melakukan batuk efektif
Irama pernafasan 5) Auskultasi suara nafas, catat
saluran nafas 3) Deviasi ringan dari area yang ventilasinya menurun
untuk kisaran normal suara atautidak dan adanya suara
auskultasi nafas nafas tambahan
mempertahankan 4) Deviasi ringan dari 6) Monitor status pernafasan dan
bersihan jalan kisaran normal oksigenisasi sebagaimana
kepatenan jalan mestinya
nafas nafas
5) Deviasi ringan dari
kisaran normal Fisioterapi dada
Batasan saturasi oksigen
Karakteristik : 6) Tidak ada retraksi 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
dinding dada fisioterapi dada kepada pasien
Monitor Pernafasan
Monitor Pernafasan :
1) Proses Infeksi
Pemasangan Infus
1) Asuhan makanan
secara oral sebagian
besar adekuat
2) Asupan cairan
intravena
sepenuhnyaa kuat
3) Asupan nutrisi
parenteral
sepenuhnya kuat
Faktor yang
berhubungan :
1) Perubahan
pigmentasi
2) Perubahan
turgor kulit
3) Faaktor
perkembangan
4) Kondisi
ketidak
seimbangan
nutrisi (
obesitas,
emasiasi/
kurus
kerempeng)
5) Gangguan
sirkulasi
6) Gangguan
kondisi
metabolik
7) Faktro
imunologi
8) Medikasi
9) Faktor
psikogenik
10) Tonjolan
tulang
8. Harga diri rendah Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
situasional tindakan keperawatan 1) Tentukan harapan citra diri
diharapkan terjadi pasien didasarkan pada tahap
peningkatan harga diri perkembangan
Definisi : dengan kriteria hasil : 2) Tentukan perubahan fisik saat
ini apakah berkontribusi pada
perkembangan
1) Verbalisasi cita diri pasien
presepsi negatif penerimaan diri 3) Bantu pasien untuk
2) Penerimaan mendiskusikan perubahan -
tentang harga diri
terhadap perubahan (bagian tubuh)
sebagai respon keterbatasan diri disebabkan adanya penyakit
3) Mempertahankan dengan cara yang tepat
terhadap situasi
posisi tegak 4) Monitor frekuensi dari
saat ini (sebutkan) 4) Mempertahankan pernyataan mengkritisi diri
kontak mata 5) Monitor pernyataan yang
5) Komunikasi mengidentifikasi citra tubuh
Batasan terbuka mengenai ukuran dan berat
badan
Karakteristik :
1) Evaluasi diri
Faktor
Berhubungan :
1) Perilaku tidak
selaras dengan
nilai
2) Perubahan
perkembangan
3) Gangguan
citra tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan
fungsional
6) Kurang
penghargaan
7) Kehilangan
penghargaan
8) Kehilangan
9) Penilakan
10) Perubahan
menghadapi
ancaman
Batasan
karakteristik :
Prilaku
1) Penurunan
produktivita
2) Gerakan
Afektif
1) Gelisah
2) Kesedihan
yang
mendalam
3) Distres
4) Ketakutan
5) Perasaan tidak
adekuat
6) Berfokus pada
diri sendiri
7) Peningkatan
kewaspadaan
8) Iritabilitas
9) Gugup
10) Senang
berlebihan
11) Rasa nyeri
yang
meningkat
ketidak
berdayaan
12) Peningkatan
rasa ketidak
berdayaan
yang persisten
13) Bingung
14) Menyesal
1) Wajah tegang
2) Tremor tangan
3) Peningkatan
keringat
4) Gemetar
5) Tremor
6) Suara bergetar
A. Desain Penelitian
Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah format pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Sampling atau sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu
yang menjadi objek penelitian (Mardalis,2010). Sampel penelitian ini adalah
dua orang pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Ruang
Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang. Teknik penempatan sampel
dengan menggunakan purpose sampling yaitu suatu teknik pengambilan
sampleyang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara
penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Mardalis,
2010). Kemudian peneliti memilih klien sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan peneliti. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
RSUP Dr M.Djamil Padang
2) Pasien dan keluarga setuju berpartisipasi dalam peneliti
b. Kriteria Ekslusi
1) Lama hari perawatan di ruangan kurang dari 5 hari
2) Pasien pulang
3) Pasien meninggal
E. Pengumpulan data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Saryono dan Angraeini (2013) mengatakan, data primer disebut juga
dengan data tangan pertama. Data primer adalah data yang dikumpulkan
oleh peneliti langsung dari sumber data atau responden. Data primer
dikumpulkan langsung dari pasien dan keluarga, meliputi: Identitas
pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.
F. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisa semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan tentang pasien HIV AIDS. Data yang telah didapat dari hasil
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan, sampai mengevaluasi hasil tindakan kemudian
dideskripsikan dan dibandingkan dengan kasus yang sama, lalu akan dinarasikan
dan dideskripsikan sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu.
A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 29 Mei
2017 di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kedua
partisipan Tn.A dan Tn.U dirawat di bangsal pria. Prevelansi pasien HIV AIDS di
ruang penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan November
2016 sampai Januari 2017 terdapat 41 kasus. Peneliti telah melakukan pengkajian
dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Tn.A dan Tn.U.
1. Pengkajian
Hasil penelitian di dapatkan partisipan 1 Tn.A berumur 29 tahun. Pasien
dirawat dengan diagnosa medis Sepsis ec BP droplet CAP, SIDA putus obat,
susp TB, condidiasis oral, Diare kronis, Gangguan Faal hepar. Partisipan 2
Tn.U berumur 50 tahun dirawat dengan diagnosa medis Diare kronik, IO
dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia ringan.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV AIDS di IRNA Non
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017
Partisipan 1 Partisipan 2
Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil
Padang melaui IGD dirujuk dari RSUD Padang melaui IGD dirujuk dari RS. Siti
Lubuk Basung tanggal 19 Mei 2017 jam Rahma, pada tanggal 19 Mei 2017 jam
14.30 WIB, dengan keluhan demam 09.45 WIB, dengan keluhan diare sejak 3
tinggi sejak 1 minggu yang lalu, diare minggu yang lalu, konsistensi cair dan
dengan frekuensi 3 kali dalam sehari berlendir, frekuensi 4 kali dalam sehari,
frekuensi cair, bewarma kuning, badan BAB bewarna kuning, kadang berdarah,
terasa lemah dan letih, nafsu makan pasien mengatakan badan terasa lemah
menurun, berat badan menurun. dan letih.
Kepala: rambut tampak bewarna pirang Kepala: rambut tampak kusam, bewarna
distribusi rambut tidak merata, rambut hitam, rambut mudah rontok
mudah rontok dan berketembe.
Mata :konjungtiva anemis
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : bibir tampak kering, mulut
Mulut : bibir tampak kering dan pecah – sariawan, terdapat kondidiasis pada lidah,
pecah, mulut sariawan, terdapat
kondidiasis oral, Paru : terdapat bantuan otot bantu
pernafasan
Paru : hasil auskultasi paru didapatkan
fase ekspirasi memanjang dikedua sisi Abdomen : bising usus terdengar 22 x/i
paru.
Kulit : terlihat kering, memerah, turgor
Abdomen: terdapat distensi abdomen, kulit kembali >2 detik
bising usus terdengar 20 x/i, saat di
palpasi teraba pembesaran hepar, saat Ekstremitas : ekstemitas atas dan bawah
dilaukan perkusi di dapatkan bunyi pekak. udema, akral teraba dingin, CRT > 3
detik, dan tonus otot melemah.
Kulit: terhat kering, lesi turgor kulit
kemabali > 2detik
Hasil pemeriksaan labor kimia klinik Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 20
tanggal 19 Mei 2017 yaitu GDS 107 Mei 2017 yaitu GDS 84 mg/dl, Ureum
mg/dl, ureum darah 14 mg/dl, kreatinin darah 32 mg/dl, kreatinin darah 0,8 mg.dl,
darah 0,6 mg/dl, albumin 2,8 gr/dl, kalsium 7,2 mg/dl, natrium 129 Mmol/L,
globulin 2,6 g/dl, SGOT 99 u/i, SGPR Kalium 3,3 Mmol/L, Klorida serum 102
336 u/i, Mmol/L, total protein 4,0 g/dl, Albumin
1,7 gr/dl, globulin 2,3 g/dl.
Hasil pemeriksaan Analisa gas darah
tanggal 19 Mei 2017 yaitu PH 7,46, Hasil pemeriksaan urin tanggal 29 Mei
PCO2 23, PO2 162, HCO3- 16,4 2017 warna kuning muda, kekeruhan
negaif, BJ 1.020, PH 5,5, leukosit 1-2,
Hasil pemeriksaan Analisa gas darah eritrosit 0-1, protein positif, glukosa
tanggal 20 Mei 2017 yaitu PH 7,49, negatif, blirubin negatif, urobilinogen
PCO2 34, PO2 86, HCO3- 25,6. positif.
Pada pemeriksaan urin tanggal 23 Mei
2017 yaitu, warna kuning muda, Hasil pemeriksaan fases tanggal 30 Mei
kekeruhan negatif, BJ 1,010, PH 6,5 2017 warna kuning, konsistensi lunak,
Leukosit 0-1, Eritrosit 0 – 1, Protein darah negatif, lendir negatif, leukosit 0-1,
negatif, Glukosa negatif, Bilirubin eritrosit 0-1, tes darah samar positif.
negatif, urobinogen positif.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang ada dalam dokumentasi keperawatan pada masing - masing
pasien di dapatkan 3. Diagnosa yang diangkat peneliti, berdasarkan data yang
di dapatkan berupa data subjektif dan objektif telah di sesuaikan dengan
batasan karakteristik yang terdapat dalam NANDA (2014) didapatkan pada
partisipan 1 Tn.A 5 diagnosis keperawatan dan pada partisipan 2 Tn.U 5
diagnosis keperawatan. Masing- masing pasien terdapat 2 diagnosa
keperawatan yang berbeda dan 3 diagnosis keperawatan yang sama.
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Partiipan 1 Tn.A dalam dokumentasi Partisipan 2 Tn.U dalam dokumentasi
keperawatan ditemukan 3 diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu : keperawatan yaitu :
1. Gangguan pemenuhan nutrisi 1. Nyeri
2. Intoleransi aktivitas 2. Gangguan pemenuhan nutrisi
3. Hipertermi 3. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan
NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partispan.
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi keperawatan yang
dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama Tindakan keerawatan yang dilakukan selama 5
5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei
Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume 2017 untuk diagnosa kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif antara lain : aktif antara lain :
1. Mencatat Intake dan Output pasien 1. Mencatat Intake dan Output pasien
2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, 2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir,
denyut nadi, dan tekanan darah denyut nadi, dan tekanan darah
3. MengukurTTV (tekanan darah, nadi, 3. Mengukur TTV (tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu tubuh pernafasan, dan suhu tubuh
4. Memberikan infus WIDA KN-2 4. Memberikan infus NACL 0,9%
5. Menentukan faktor – faktor yang 5. Menentukan faktor–faktor yang
menyebabkan ketidak seimbangan cairan menyebabkan ketidak seimbangan cairan
6. Memerika CRT 6. Memerika CRT
7. Memeriksa turgor kulit 7. Memeriksa turgor kulit
8. Memonitor kadar albumin 8. Memonitor kadar albumin
9. Memonitor memonitor mokosa, turgor 9. Memonitor memonitor mokosa, turgor
kulit, dan respon haus kulit, dan respon haus
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang
dilakukan pada kedua partisipan.
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipam 2
Setelah dilakukan implementasiSetelah dilakukan implementasi
keperawatan pada Tn.A pada diagnosa keperawatan pada Tn.U pada diagnosa
keperawatan kekurangan cairan
keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan aktif, di dapatkan pasien mengatakn badan
badan masih terasa lemah dan letih, pasien terasa lemah setelah dilakukan tindakan
mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x colonoskopi, pasien mengatakan, diare
sehari, pada hari ke 4 implementasi, masih ada, frekuensi 2 kali sehari,
masalah teratasi dan intervensi dihentikan konsistensi cair, bewarna kuningpada hari
kelima imlementasi, masalah belum teratasi
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan implementasi dan implementasi dilanjutkan
dengan agen cidera biologis di dapatka
hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri Pada diagnosa diare berhubungan dengan
masih terasa, nyeri terasa semakin proses infeksi hasil evaluasi di dapatkan ,
mendesak, pada hari kelima implementasi pasien emngatakan, diare masih ada,
masalh belum teratasi dan intervensi frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair,
dilanjutkan bewarna kuningpada hari kelima
imlementasi, masalah belum teratasi
Pada diagnosa keperawatan diare implementasi dan implementasi dilanjutkan
berhubungan dengan proses infeksi, di
dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan Pada diagnosa keperawatan ketidak
BAB lunak, frekuensi 1xsehari, konsistensi seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Menurut Pinching (1992) dalam Smlazet and Bare (2013) kecepatan produksi
HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit
infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi
lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV
tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain
atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode
laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.
Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh
tahun; kendati demikian, sebagian besar orang terinfeksi HIV (sampai 65%)
tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10
tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.
Penurunan nafsu makan yang terjadi pada pasien HIV AIDS dikarenaka oleh
berbagai hal diantaranya adanya luka pada kulit (sariawan) dan rasa mual membuat
nafsumakan berkurang. Obat anti HIIV dapat mrnurunkan nafsu makan membuat
makanan terasa tidak enak, atau membuat tubuh lebih sulit menyerap berbagai
nutrisi dari makanan. Adanya diare dan berbagai gangguan oencernaan laninya
dapat membuat tubuh lebih sulit meyerap nutrisi dari makanan (Nursalam dan
ninuk, 2011).
c. Pemeriksaan fisk
Pemeriksaa fisik yang teukan pada masing masing partisipan berbeda pada
partisipan Pemeriksaan fisik yang menonjol pada kedua pasiem yaitu, pasien
tampak kurus, konjungtiva anemis, rambut kering, mudah rontok, secara umum hal
tersebut merupakan manifestasi dari diagnosa keperawatan ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Perlunya pengkajian yang komprehensif pada
kedua partisipan agar di dapatkannya data yang lebih akurat untuk menegakkan
diagnosa.dengan pengkajian yang koprehensif masalah pada pasien bisa ditemukan
untuk diatasi melalui rencana tindakan keperawatan
d. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua pasien antara lain pemeriksaan
laboratorium hematologi, pemeriksaan laboratorium kimia klinis, pemeriksaan
laboratorium kinia klinis, pemeriksaan laboratorium imunologi dan serologi,
pemeriksaan urin dan pemeriksaan fases. Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
menonjol yang tersedia pada partisipan 1 yaitu hasil pemeriksaan Imunologi dan
serologi nya di mana pada partisipan 1 di dapatkan hasil totol jumlah CD4 yang ada
yaitu 24 sel/ μL, pada partisipan 2 belum di dapatkan hasil pemeriksaan imunolgi
dan serologinya terutama untuk hasil CD4. Pada pasien HIV AIDS mengalami
depresi jumlah CD4 yang normalnya yaitu ≥600 Sel/ μL. Untuk mengetahui
seseorang terkena HIV AIDS hasil laboratorium yang mendukung lainnya yaitu
seperti yang dijelaskan oleh CDC dimana Ditahun 1987, definisi HIV AIDS
diperbaharui dan diperluas dengan memaksukkan penyakit – penyakit indikator
tambahan dan menerima beberapa penyakit indikator tersebut sebagai satu diagnosa
presumtif dari bila tes laboratorium meunjukkan bukti adanya infeksi HIV. Ditahun
1993, CDC merubah kembali definisi surveilans dari AIDS dengan memasukkan
penyakit indikator tambahan. Sebagai tambahan, semua orang terinfeksi HIV
dengan CD4+ (hitung sel) <200/cu mm atau pasien dengan CD4 dan pro-
sentasetikan T-Limphocyte dari total Lymphocytr < 14%, tampa memperhatikan
status klinis dianggap sebagai kasus AIDS. (Firdaus,2012) Pada partisipan 1,
pasien merupan penderita HIV AIDS yang putus obat, pasien ini memiliki hasil tes
HIV positif dan di dukung dengan total jumlah CD4 yaitu 24 Sel/μL. Pada
partisipan 2 tes HIV belum dilakukan namun seperti menurut definisi dari CDC
dilihat dari kriterian Infeksi Oprtunistik yang dimiki klien seperti diare kronik,
condidiasis oral, serta ruam pada kulit atau harpes zoosper. Dari hasil pemeriksaan
darah nya di dapatkan penurunan jumlah sel darah putih yaitu lekosit 3.050/ mm3.
Limfosit 8%.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nanda Internasional 2017, berdasarkan teori masalah keperawatan yang dapat
dijumpai pada pasien dengan HIV AIDS ada 20 masalah keperawatan. Namun
berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 3 diagnosa pada Tn.A
yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan hipertermi.
Sedangkan menurut hasil pengkajiann dan pemeriksaan oleh peneliti diagnosa yang
dapat diangkat pada Tn.A antara lain kekurangan volume cairan aktiv berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
diare berhubungan dengan proses infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dan harga diri rendah situasional
berhubungan dengan ganggua citra tubuh.
Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan pada Tn.A , pasien mengtakan nyeri
pada dada disebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, pasien mengatakan
nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6
sampai 7 pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, pasien mengatakn posisi
tidur lebih senang miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri, pasien tampak melindungi
area nyeri, nyeri abdomen kuadran atas, TD : 90/60mmHg, N: 110x/i.
Hasil pemeriksaan dan pengkajian yang di dapat pada Tn.A pasien mengatakan
malu dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan tidak percaya diri dengan
kondisinya saat ini, pasien mengatakan pasrah dengan penyakitnya, pasien tampak
murung, pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalanka pengobatan, saat
berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap
lawan bicara.
Hasil pengkajian dan pemeriksaan yang di dapat dari Tn.U pasien mengatakan kulit
terasa gatal, kulit kemerahan, kulit kering turgor kulit jelek.
Hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Tn.U di dapatkan pasien mengatakan ada
perasaan cemas, pasien mengatakan merasa cemas karena kondisinya belum juga
membaik, pasien tidak mengerti dengan proses penyakitnya saat ini, ekspresi wajah
yang tegang.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanakan oelh
peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh, namun sebagai solusi
peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada perawat ruangan dan
mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan tersebut. untuk melihat tindakan yang
diberikan perawat ruangan peneliti melihat dan membaca buku laporan tindakan yang
dituis oleh perawat yang sedang dinas, tindakan keperawatan dilakukan 5 x 24 jam.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 27 mei 2017
untuk diagnsa kekurangan vilume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir,
denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu tubuh, Memberikan infusWIDA KN-2, menentukan faktor – faktor yang
menyebabkan ketidak seimbangan cairan, memeriksa CRT, memeriksa turgor kulit,
memonitor kadar albumin, memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan
badan masih terasa lemah dan letih, pasien mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x sehari,
pada hari ke 4 implementasi, masalah teratasi dan intervensi dihentikan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis di dapatka hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri masih terasa, nyeri
terasa semakin mendesak, pada hari kelima implementasi masalh belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses
infeksi, di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan BAB lunak, frekuensi 1xsehari,
konsistensi lunak, bewarna kuning, pada hari keempat implementasi masalah teratsi dan
intervensi dihentikan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan
hasil evaluasi pasien mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, porsi makan dihabisakn
setengahm, pasien mendapat suplemen tambahan, seperti ekstra ikan gabus masalah
teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatanharga diri rendah
situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh didapatkan hasil evaluasi pasien
mengatakan dapat menerima kondisinya saat ini, pasien mampu diajak komunikasi
secara terbuka pada hari ke 5 implementasi masalah teratasi dan intervensi dihentiakan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, di dapatkan pasien mengatakn
badan terasa lemah setelah dilakukan tindakan colonoskopi, pasien emngatakan, diare
masih ada, frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima
imlementasi, masalah belum teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses
infeksi hasil evaluasi di dapatkan , pasien emngatakan, diare masih ada, frekuensi 2 kali
sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum
teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan hasil evaluasi,
pasien mengatakan makan dan minum sudah di tingkatkan, namun pasien masih
mengeluhkan lemah, karena diare belum juga berhenti, hasil evaluasi selama 5 masalah
belum teratasi dan intervensi dilanjutlakan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan faktor imunologis hasil evaluasi di dapatkan, kulit tampak
memerah, pasien mengatakan kulit terasa gatal, suhu kulit tidak teraba hangat, pada hari
kelima implementasi masalh belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan dengan
kurang pengetahuan didapatkan hasil evaluasi pasien menyatakan perasaan cemas sudah
hilang, pasien mengataka dapat menerima konsi penyakitnya saat ini dan pasien terlihat
bersemangat dalam menjalani pengobatan, pada hari kelima implementasi masalah elah
teratasi dan intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien HIV AIDS mengeluh mengalami
diare, nafsu makan menurun, berat badan berkurang, sariawan di mulut, bibir
kering, terdapat nyeri dan adanya gatal- gatal pada kulit.
2. Masalah keperawatan yang di dapatkan antara lain kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare berhubungan dengan proses
infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, harga
diri rendah situasionalberhubungan dengan gangguan citra tubuh, resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis, ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan
yang ditemukan masing masing pasien rencana keperawatan yang dilakukan
pada pasien HIV AIDS rencana tindakan yang pada pasien HIV AIDS antara
lain, menajemen cairan, monitor cairan, menajemen saluran cerna, menajemen
diare, monitor elektrolit, menajemen nutrisi monitor nutrisi ,terapi nutrisi,
pemberian nutrisi total parenteral, pemberian analgesik menajemen nyeri, monitor
tanda- tanda vital, peningkatan citra tubuh, peningkatan koping, peningkatan harga
diri, pengecekan kulit, pemberian obat, bimbingan antisipatif, pengurangan
kecemasan.
4. Pada tahap pelaksanaan keperawatan tindakan yang dilakukan pada pasien
HIV AIDS antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status
hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV,
pemberian cairan infus, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin,
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi obat analgesik,
mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi, menganjurkan pasien
istirahat dan tidur, memonitor buang air besar, memonitor bising usus, memonitor
adanya mual muntah, berikan infus, menentukan status gizi, mengkaji riwayat
alergi, monitor kalori dan asupan makanan, memonitor diet dan asupan kalori,
mengidentifikasi penurunan nafsu makan, menilai hasil laboratorium.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selam 5 hari pada pasien terdapat masalah
keperawatan yang dapat teratasi dengan kriteria hasil BAB normal, terdapat
penerimaan terhadap keadaan diri, ungkapan rasa cemas tidak ada lagi.
B. Saran
1. Bagi lahan/Rumah sakit
Melalui pimpinan agar di lakukannya pelatihan tentang pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien AIDS hendaknya dilanjutkan
sebagai pembanding untuk penelitian dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah HIV AIDS
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan bagi mahasiswa keperawatan untuk pengembangan pembelajaran
studi kasus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip.
http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses pada tanggal 13 Januari 2017)
Bararah dan Jauhar.M, 2103. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Desima,Dkk. (2013). Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum
HKBP Balige Tahun 2008-2012. http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses
pada tanggal 12 Januari 2017)
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2015). Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-
2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017).
Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, (2016). Laporan Perkembangan HIV AIDS
triwulan 1 Tahun 2016. Jakarta. http://www.yaids.com/materi/M-5780-
Final%20Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202016.pdf . (Diakses
pada tanggal 12 Januari 2017)
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris
Jenderal
Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara
Nurasalam. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS, Jakarta :
Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Neursing (Vol 1). : LWW
Sylvia dan Wilson.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1 (6rd
ed). Jakarta: EGC
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identifikasi Klien :
a. Nama : Tn.A
b. No. MR :969457
c. Tempat/ Tgl Lahir :Lubuk Basung, 13 Februari 1988
d. Umur : 29 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki – Laki
f. Status Kawin : Belum Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
i. Pekerjaan : Guru honorer
j. Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
k. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
l. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP
SIDA putus obat,susp TB, condidiasis oral, Diare
kronis
Gangguan Faal hepar
2. Identifikasi Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
c. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
d. Hubungan : Ibu Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari
RSUD Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB,
dengan keluhan demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu,
diare, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan,
bibir kering dan pecah-pecah serta kehilangan berat badan yang
signifikan.
2) Keluhan Saat Dikaji
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan
pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak
lemah dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien
mengatakan masih diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari
konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di
sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti
mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7,
nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan pada paru.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien
mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat
makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun 2012,
pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh dengan
lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam, pasien berhubungan
seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut dengan homoseksual. Pasien
mengatakan tidak minum alkohol, merokok, ataupun narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit HIV
AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum menikah
dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa malu
dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat
ini dan malu jika bertemu dengan orang lain. Pasien mengatakan pasrah
dengan penyakit yang di deritanya saat ini..
LED 75
MCV 96 82 – 92 fL
MCH 31 27 – 31 pg
MCHC 32 32 – 36
Basofil 0 0 - 1,0 %
Eosinofil 0 1,0 – 3,0 %
N. Batang 6 2,0 – 6,0 %
N.Segmen 84 50 – 70 %
Limfosit 9 20 – 40 %
Monosit 1 2,0 – 8,0 %
GDS 107 < 200 mg/dl
Kimia Klinik
AGD
PCO2 23 34
PO2 162 86
HCO3- 16,4 25,9
Kuning Kuning - Coklat
Warna
muda
Kekeruhan Negatif Negatif
1,003 – 1,030
Pemeriksaan Urin
BJ 1,010
PH 6,5 4,6 – 8,0
Leukosit 0-1 ≤5
Eritrosit 0-1 ≤1
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobinogen Positif Positif
HBsAg 0,01 < 0,13 ( Negatif )
Serologi
Imnunol
ogi –
DO :
Do:
DO:
DS:
DO:
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Kekurangan 23 Mei
volume cairan 2017
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan aktif
3 Diare 23 Mei
berhubungan 2017
dengan Proses
Infeksi
4 Ketidak 23 Mei
seimbangan 2017
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan faktor
biologis
2) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan
dengan tepat
Monitor Elektrolit
1) Monitor serum
elektrolit
2) Memonitor serum
albumin dan kadar
protein total, sesuai
dengan indikasi
3) Memonitor ketidak
seimbangan asam basa
4) Identifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
5) Monitor ketidak
seimbangan asam basa
6) Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual,
muntah dan diare
1) Berikan pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2) Monitor kecepatan
aliran intravena dan
area intravena selama
selama pemberian
infusu
3) Monitor tanda vital
Peningkatan koping :
4) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberikan jaminan
5) Berikan suasana
penerimaan
6) Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan
dan prognosis
3) Monitor penerimaan
pasien mengenai harga
diri
4) Jangan mengkritisi
pasien secara negatif
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Tindakan Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan
O:
A : masalah belum
terataso
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
lemah
- TD : 90/60 mmHg
- N : 124 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit jelek
- PH : 7,46
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
A: Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
A:
- Pasien tampak
banyak diam
- Saat berbicara pasien
lebih banyak
menunduk
- Pasien hanya
sesekali menatap
lawan bicara
- Pasien belum bisa
berkomunikasi
terbuka
P :masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
24 Mei Kekurangan volume S:
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan masih terasa
lemah
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi awalnya
lunak lalu cair
- Paseien mengatakan
warna fases kuning
O:
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 80/70 mmHg
- N : 88 x/i
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
lemah
- TD : 80/70 mmHg
- N : 88 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit jelek
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
A : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
A:
- Pasien tampak
banyak diam
- Pasien sudah berani
bertanya dan
menyampaikan
keluhannya
P :masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
25 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan masih terasa
lemah
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi awalnya
lunak lalu cair
- Paseien mengatakan
warna fases kuning
O:
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 90/70 mmHg
- N : 93 x/i
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
lemah
- TD : 90/70 mmHg
- N : 93 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus
- Turgor kulit jelek
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
A : Masalah belum
teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
A:
- Pasien tampak
banyak diam
- Pasien sudah berani
bertanya dan
menyampaikan
keluhannya
P :masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
26 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 1 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi lunak
- Paseien mengatakan
warna fases kuning
O:
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
26 Mei Nyeri akut S :
2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa di
dada bagian bawah
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri
O:
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
lemah
- TD : 100/80 mmHg
- N : 85 x/i
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit mulai
membaik
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutka
A:
P :masalah teratasi
A : Intervensi dihentikan
27 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 1 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi lunak
- Paseien mengatakan
warna fases kuning
O:
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
27 Mei Nyeri akut S :
2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa di
dada bagian bawah
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri
O:
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
O:
- Pasien tampak
lemah
- TD : 100/80 mmHg
- N : 85 x/i
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit mulai
membaik
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
P : masalah teratasi
A : Intervensi
dihentikan
26 Mei Ketidak seimbangan S :
2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh nafsu makan masih
berhubungan dengan kurang
faktor biologis O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor mulai
membaik
- Diit tampak
dihabiskan ¼ porsi
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Albumin 2,8
- Limfosit 9%
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit
Infuspaten
- Gula darah puasa
107 mg/dl
- TD : 100/80
mmHg
N: 85 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,8 oC
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN HIV AIDS
DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA
RSUP Dr. M DJAMIL PADANG
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identifikasi Klien :
a. Nama : Tn.U
b. No. MR : 97.91.00
c. Tempat/ Tgl Lahir : Pariaman, 1 Februari 1967
d. Umur : 50 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki – Laki
f. Status Kawin : Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : SMP
i. Pekerjaan : Pabrik
j. Tanggal Masuk : 21 Mei 2017
k. Alamat : Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto
Tangah
l. Diagnosa Medis : Diare kronik,
IO dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia
ringan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 153 cm
2) Berat badan : 33 kg
3) IMT : 14,10 (Berat badan kurang)
4) Lingkar lengan : 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah : 100/70 mmHg
7) Nadi : 110 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 37,0 oC
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
c. Wajah
Ekspresi wajah tampak tegang
d. Rambut
Rambut bewarna hitam, tampak kusam distribusi rambut merata, rambut
mudah rontok dan berketembo.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran
pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat
serumen di kedua telinga terdapat serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat retraks dinding dada, terdapat
bantuan otot bantu pernafasan
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba satu jari RIC 3
Perkusi : Pekak pada batas jantung
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan atau asites pada
Perut, tidak terdapat distensi abdomen.
Ausklutasi : bising usus 22x/i
Palpasi : saat dilakukan perkusi didapatkan suara timpani
Perkusi : hepar terba dan tidak ada nyeri tekan pada
abdomen
m. Kulit
Kulit terlihat kering, terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi), turgor
kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang NaCL 0,9% 20 tetes/menit di tangan
sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak terdapat udema, kulit kering,
CRT > 3 detik tonus otot melemah.
Bawah : terdapat udema, kulit kering, akral teraba dingin, CRT >
3 detik, tonus otot melemah.
6. Data Psikologis
a. Status Emosional
Emosi pasien stabil, pasien mampu diajak komunikasi.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan perasaan cemas karena merasa kondisinya belum
juga membaik, pasien mengatakan tidak mengerti dengan penyakitnya
saat ini.
c. Pola Koping
Pasien bersemangat dalam menjalani proses pengobatan,dan sabar
dalam menjalani penyakitnya saat ini.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien mampu berkomunikasi
secara terbuka.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien memiliki konsep diri yang baik, pasien ingin segera sembuh agar
bisa kembali bekerja dan berkumpul besama keluarga.
8. Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa allah akan
memberikan kesembuhan kepadanya. pasien mengatakan dalam masih
sering meninggalkan shalat.
LED
MCV 76 82 – 92 fL
MCH 23 27 – 31 pg
MCHC 31 32 – 36
Basofil 0 0 - 1,0 %
Eosinofil 0 1,0 – 3,0 %
N. Batang 10 2,0 – 6,0 %
N.Segmen 79 50 – 70 %
Limfosit 8 20 – 40 %
Monosit 3 2,0 – 8,0 %
GDS 84 < 200 mg/dl
Ureum darah 32 10,9-50,0 mg/dl
Kreatinin Darah 0,8 0,6-1,1 mg/dl
Kimia Klinik
PH 5,5
Leukosit 1–2 ≤5
Eritrosit 0–1 ≤1
Protein Positif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Warna kuning
saa
rik
Konsistensi Lunak
Darah Negatif
Lendir Negatif
Leukosit 0-1 ≤5
Eritrosit 0-1 ≤1
Tes darah samar Positif negatif
HbsAg < 0,13 ( Negatif )
Imnunolog
Serologi
DO :
DO:
DO:
DO :
DO :
1 Kekurangan 25 Mei
volume cairan 2017
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan aktif
2 Diare 25 Mei
berhubungan 2017
dengan Proses
Infeksi
3 Ketidak 25 Mei
seimbangan 2017
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan faktor
biologis
4 Resiko 25 Mei
kerusakan 2017
integritas kulit
berhubungan
dengan faktor
imunologis
5 Ansietas 25 Mei
berhubungan 2017
dengan kurang
pengetahuan
NOC NIC
Monitor Elektrolit
8) Monitor serum
elektrolit
9) Monitor serum
albumin dan kadar
protein total, sesuai
dengan indikasi
10) Monitor ketidak
seimbangan asam basa
11) Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan elektrolit
12) monitor adanya
kehilangan cairan
elektrolit, jika
diperlukan
13) monitor adanya mual,
muntah dan diare
14) monitor adanya
penyakit medis yang
dapat menyebabkan
ketidak seimbangan
elektrolit
1) Berikan pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2) Monitor kecepatan
aliran intravena dan
area intravena selama
pemberian infus
3) Monitor tanda- tanda
vital
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan terjadi
peningkatan nafsu
makan dengan kriteria 5) Identifikasi adanya
hasil : abnormalitas rambut
(misalnya kering,
4) Intake makanan tipis, kasar dan mudah
tidak terganggu patah)
5) Intake nutrisi tidak 6) Monitor adanya muall
terganggu muntah
6) Intake cairan tidak 7) Identifikasi
terganggu abnormalitas eliminasi
bowel (misalnya
Setelah dilakukan diare)
tindakan keperawatan 8) Monitor diet dan
diharaokan terjadi asupan kalori
peningkatan status 9) Identifikasi penurunan
nutrisi : asupan nafsu makan
makanan dan cairan 10) Monitor adanya warna
dengan kriteria hasil : pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva
3) Asupan makanan yang kering
secara oral 11) Identifikasi adanya
sebagian besar ketidak normalan
adekuat dalam rongga mulut
4) Asupan cairan (misalnya;inflamasi,
intravena kenyal, ompong, gusi
sepenuhnya berdarah, kering, bibir
adekuat peceh-pecah, bengkak,
merah tua, lidah kasar
12) Lakukan pemeriksaan
laboratorium, moitor
hasilnya (misalnya
kolesterol, serum
albumin, nitrogen,
urin, selama 24 jam,
hitung limfosit total
dan nilai elektrolit)
1) Pastikan isersi
intravena cukup paten
untuk memberikan
nutrisi intravena
2) Pertahankan
kecepatan aliran yang
konstan
3) Monitor masukan dan
output cairan
4) Monitor kadar
albumin, protein total,
elektrolit profil lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
5) Monitor tanda tanda
vital
4 Resiko Setelah dilakukan Pemberian obat kulit:
kerusakan tindakan keperawatan
integritas kulit diharapkan integritas 4) Ikuti prinsip 5 benar
berhubungan jaringan kulit dan pemberian
dengan faktor membranmukosa dapat 5) Catat riwayat medis
imunologis ditingkatkan : pasien dan riwayat
alergi
7. Suhu kulit tidak 6) Tentukan pengetahuan
terganggu pasien mengenai
8. Tekstur kulit tidak medikasi dan
terganggu pemahaman pasien
9. Integritas kulit mengenai metode
tidak terganggu pemberian obat
10. Pigmentasi
abnormal ringan Pengecekan kulit :
11. Lesi mukosa
ringan 5) Amati warna,
12. Kanker kulit tidak kehangatan,
ada bengkak, pulsasi,
tekstur, edema, dan
ulserasi pada
ekstremitas
6) Monitor warna dan
suhu kulit
7) Monitor kulit dan
selaput lendir
terhadap area
perubahan warna,
memar, dan pecah
8) Monitor kulit untuk
adanya ruam dan
lecet
O:
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :102 x/i
- RR : 19 x/i
- S : 37,8OC
P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan
A:
- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
25 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
pengetahuan ada perasaan cemas
- Pasien mengatakan
merasa cemas karena
tidak mengetahu
kondisinya
- Pasien tidak
mengerti dengan
proses penyakit saat
ini
O:
- Ekspresi wajah
tampak tegang
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
26 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare
O:
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :100 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 35,9OC
P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan
A:
- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
26 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
pengetahuan ada perasaan cemas
- Pasien tidak
mengerti dengan
proses penyakit saat
ini
O:
- Ekspresi wajah
tampak tegang
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
27 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare
O:
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :82 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 36,6OC
P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan
A:
- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
27 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
tidak ada lagi rasa
pengetahuan cemas
O:
A : Masalah teratasi
P : intervensi sihentikan
28 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare
O:
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :87 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 37,0
P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan
A:
- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
O:
- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :90 x/i
- RR : 19 x/i
- S : 37,0
P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan
A:
- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan