Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Tujuan
1. Memahami fungsi alat penukar jenis pelat
2. Memahami mekanisme operasi alat penukar kalor jenis plat
3. Mengetahui komponen-komponen utama alat penukar kalor jenis pelat
4. Mengetahui cara mengetahui total heat transfer coefficient alat penukar
kalor pelat yang ada di Labotarium Pilot Plant

Landasan Teori
Penukar Kalor
Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena
adanya perbedaan temperatur. Panas atau kalor tersebut akan bergerak dari
temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Ketika panas atau kalor
bergerak maka akan terjadi pertukaran panas dan kemudian akan berhenti ketika
kedua tempat tersebut sudah memiliki temperatur yang sama. Contohnya, kopi
panas ke lingkungan yang mempunyai suhu 20°C, hingga terjadi kesetimbangan
atau kesamaan suhu pada gelas dan lingkungan (Cengel, 2003).

Mekanisme Perpindahan Panas


Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat berupa konduksi,
konveksi atau radiasi. Dalam aplikasinya, ketiga mekanisme ini dapat terjadi secara
simultan.
a. Konduksi
Suatu material bahan yang mempunyai gradient, maka kalor akan mengalir
tanpa disertai oelh suatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut konduksi
atau hantaran.
b. Konveksi
Konveksi merupakan proses perlindungan kalor dengan media atau benda
yang menghantarkan kalor juga turut berpindah, seolah-olah kalor dibawa oleh
media tersebut. Proses perpindahan kalor ini umumnya terjadi dari benda padat
ke fluida baik cair maupun gas. Kalor yang dipindahkan secara konveksi
dinyatakan dengan persamaan Newton.
q = - h .A .d T
Tanda (-) digunakan untuk memenuhi hukum II Termodinamika,
sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda (+).
c. Radiasi
Pada proses radiasi, panas diubah menjadi gelombang elektromagnetik
yang merambat tanpa melalui ruang media penghantar.
Menurut hukum Stefan Boltzman tentang radiasi panas dan berlaku hanya
untuk benda hitam,
qσ=.A . T4

Alat Penukar Panas


Alat penukar panas adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas
dapat berfungsi sebagai pemanas maupun pendingin.Penukar panas dirancang
sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak balik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact).
Terdapat dua aliran penukaran panas yaitu penukaran panas dengan aliran
searah (co-current) dan penukaran panas dengan aliran berlawanan arah (counter-
current).
a. Aliran Co-Current
Penukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi
penukar yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada sisi yang
sama pula. Karakter Eksergi, Vol XI, No. 02. 2014 ISSN: 1410-394X, penukar
panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas
tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar
panas, sehingga diperlukan media pendingin/pemanas yang banyak.
Gambar 1. Profil Temperatur Aliran Co-Current (Cengel,2003)
Neraca panas yang terjadi:
mc . (Tcb – Tca) = mh . (Tha – Thb)

Dengan asumsi nilai kapasitas panas spesifik (Cp) fluida dingin dan panas
konstan, tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady state,
maka kalor yang dipindahkan,
q =∆T LMTD U . A
b. Aliran Counter-Current
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk dan keluar
pada sisi yang berlawanan.Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar
panas lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari
penukar kalor, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah.

Gambar 2. Profil Temperatur Aliran Counter-Current (Cengel, 2003)

Plate And Frame Heat Exchanger


Alat penukar panas ini terdiri dari pelat-pelat tegak lurus, bergelombang
atau profil lainnya. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak.
Pelat-pelat dari sekat ditentukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap
sudut pelat terdapat lubang pengalir fluida, fluida mengalirpada sisi yang lain,
sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat (Artono, 2002).
Gambar 3. Penukar Panas Plat and Frame (Rudi Hartono,2008)

Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and Frame (Rudi Hartono,2008)


BAB II
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Data Pengamatan
Tabel 1 Kalibrasi Laju Alir Air Panas
SUHU LAJU ALIR WAKTU VOLUME LAJU ALIR
NO
AIR 0C ROTAMETER (l/jam) (jam) AIR (liter) REAL (l/jam)
1 60 200 0.0013889 0.23 165.6
2 60 300 0.0013889 0.4 288
3 60 400 0.0013889 0.58 417.6
4 60 500 0.0013889 0.765 550.8
5 60 600 0.0013889 0.9 648

Grafik 1. Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas

Tabel 2 Kalibrasi Laju Alir Air Dingin


SUHU LAJU ALIR WAKTU VOLUME LAJU ALIR
NO
AIR 0C ROTAMETER (l/jam) (jam) AIR (liter) REAL (l/jam)
1 25 200 0.0013889 0.215 154.8
2 25 300 0.0013889 0.42 302.4
3 25 400 0.0013889 0.575 414
4 25 500 0.0013889 0.7 504
5 25 600 0.0013889 0.74 532.8
Grafik 1. Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas

Tabel 3 Data Hasil Pengamatan


AIR PANAS AIR DINGIN
NO LAJU ALIR SUHU SUHU LAJU ALIR SUHU SUHU
(L/jam) MASUK 0C KELUAR 0C (L/jam) MASUK 0C KELUAR 0C
1 200 68 53 100 25 44
2 200 68 46 200 25 40
3 200 68 44 300 25 38
4 200 67 41 400 25 36
5 200 65 38 500 24 35

Tabel 4 Koreksi Laju Alir Data Hasil Pengamatan


AIR PANAS AIR DINGIN
NO LAJU ALIR SUHU SUHU LAJU ALIR SUHU SUHU
(L/jam) MASUK C KELUAR 0C
0
(L/jam) MASUK C KELUAR 0C
0

1 165.6 68 53 154.8 25 44
2 165.6 68 46 302.4 25 40
3 165.6 68 44 414 25 38
4 165.6 67 41 504 25 36
5 165.6 65 38 532.8 24 35
Perhitungan dan Pengolahan Data
Tabel 5 Selisih Suhu pada Laju Air Dingin
NO LAJU ALIR (L/jam) SUHU MASUK 0C SUHU KELUAR 0C ∆Tdingin
1 154.8 25 44 19
2 302.4 25 40 15
3 414 25 38 13
4 504 25 36 11
5 532.8 24 35 11

ρ= 1 g/cm3= 1 kg/dm3
Cp= 1 kal/gram0C = 1000 kal/kg0C
𝑄 = 𝑚𝐶𝑝∆𝑇
Table 6 Hasil Perhitungan Kalor pada Laju Air Dingin
NO LAJU ALIR (L/jam) ∆Tdingin Q (kkal)
1 154.8 19 2941.2
2 302.4 15 4536
3 414 13 5382
4 504 11 5544
5 532.8 11 5860.8

Tabel 7 Selisih Suhu pada Laju Air Panas


NO LAJU ALIR (L/jam) SUHU MASUK 0C SUHU KELUAR 0C ∆Tpanas
1 165.6 68 53 15
2 165.6 68 46 22
3 165.6 68 44 24
4 165.6 67 41 26
5 165.6 65 38 27

Tabel 5 Selisih Suhu pada Laju Air Dingin


NO LAJU ALIR (L/jam) SUHU MASUK 0C SUHU KELUAR 0C ∆Tdingin
1 154.8 25 44 19
2 302.4 25 40 15
3 414 25 38 13
4 504 25 36 11
5 532.8 24 35 11

∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − ∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑙𝑛( )
∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
Tabel 7 Hasil Perhitungan Log Mean Temperature Difference (LMTD)
LAJU ALIR AIR ∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
NO ∆Tpanas ∆Tdingin ∆Tpanas -∆Tdingin 𝑙𝑛 LMTD
DINGIN ∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛

1 154.8 15 19 -4 -0.236389 16.92128


2 302.4 22 15 7 0.3829923 18.27713
3 414 24 13 11 0.6131045 17.94148
4 504 26 11 15 0.8602013 17.43778
5 532.8 27 11 16 0.8979416 17.81853

𝑄 = 𝑈𝑥𝐴𝑥𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄
𝑈=
𝐴𝑥𝐿𝑀𝑇𝐷
A= 0.4 m2
Tabel 8 Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Kalor Keseluruhan
LAJU ALIR AIR
NO Q (kkal) LMTD U (kal/0C m2 )
DINGIN
1 154.8 2941.2 16.921277 434541.671
2 302.4 4536 18.277132 620447.449
3 414 5382 17.941477 749938.244
4 504 5544 17.43778 794825.969
5 532.8 5860.8 17.818531 822290.014

Grafik 3. Kurva Laju Alir tehadap Koefisien


BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pembahasan
Azka Muhammad Syahida (151411037)
Perpindahan panas dalam Plate Heat Exchanger (PHE) terjadi secara tidak
langsung karena perpindahan panas terjadi melalui perantara berupa pelat logam.
Panas berpindah pada fluida yang mengalir dalam Plate Heat Exchanger (PHE).
Karena memiliki suhu yang berbeda. Mekanisme perpindahan panas terjadi dari
bagian yang bersuhu lebih tinggi ke bagian yang bersuhu lebih rendah di dalam
Plate Heat Exchanger (PHE) dengan cara konduksi dan konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi dalam suatu medium padat, cair,
atau gas. Di dalam Plate Heat Exchanger (PHE) perpindahan panas secara konduksi
terjadi pada pelat logam. Panasnya mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi
ke daerah yang bertemperatur rendah. Sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya gerakan atau aliran dari bagian panas ke bagian
yang dingin. Konveksi terjadi pada fluida yang bergerak dalam Plate Heat
Exchanger (PHE) sehingga panas dalam fluida dapat berpindah.
 Kalibrasi
Pada praktikum kali ini, yang pertama kali dilakukan adalah kalibrasi laju
alir pada aliran fluida panas dan aliran fluida dingin. Untuk kalibrasi fluida panas
dilakukan saat awal pemanasan karena jika dilakukan terakhir dikhawatirkan air
yang ada dalam tangki sudah panas. Untuk fluida dingin, air hasil kalibrasi tidak
dimasukkan ke dalam tangki agar suhu aliran masuk tidak berubah. Tujuan
dilaksanakan kalibrasi laju alir adalah untuk mengetahui laju alir sebenarnya.
Untuk mendapatkan laju alir dilakukan dengan pembagian antara volume dan
waktu (volume yang diperoleh setiap 5 detik).
 Pendinginan Fluida Panas
Pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas adalah semakin
tinggi laju alir semakin besar nilai (Q). Koefisien perpindahan panas secara
keseluruhan (U) diperoleh dari perhitungan neraca energi dimana Umasuk = Ukeluar.
Pada laju alir fluida panas tetap di suhu 60oC Upanas dan Udingin nilainya tidak
begitu jauh hal ini dapat dikatakan perpindahan panas cukup baik,. Untuk laju alir
fluida dingin tetap di suhu 60oC Upanas dan Udingin nilai nya tidak begitu jauh hal
ini dapat dikatakan perpindahan panas cukup baik hal ini dikarenakan tidak ada
panas yang hilang dari sistem ke lingkungan.
Harga koefisien perpindahan panas dari perhitungan koefisien pindah panas
keseluruhan (U) menggunakan persamaan neraca energi dan menggunakan empiris
dapat dibandingkan hasilnya berbeda hal ini menunjukan bahwa perhitungan data
plate heat exchanger (PHE) tidak dapat digunakan secara bersamaan. Efisiensi
kalor ditentukan bedasarkan harga Qpanas dan Qdingin yang terbentuk. Semakin besar
nilai efisiensi yang diperoleh maka semakin baik perpindahan panasnya.

Fajar Nugraha (151411040)


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , PHE yang digunakan dalam
praktikum memindahkan panas atau mendinginkan fluida secara konduksi , melalui
plat logam dalam PHE (Plate Heat Exchanger) . perpindahan panas dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Pengkalibrasian laju alir bertujuan agar diketahui laju alir fluida panas dan
laju alir fluida yang dingin secara konstan , sehingga untuk pengolahan data
diperoleh hasil yang akurat. Fluida air dingin , air hasil kalibrasi tidak dimasukan
kedalam tangki lagi , agar aliran masuk tidak berubah suhunya .
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , dilakukan varasi terhadap
perbedaan laju alir air dingin yaitu 154.8 , 302.4 , 414 , 504 , 532.8 L/jam.
Diperoleh nilai Q yang berbanding lurus dengan nilai laju alir , semakin besar laju
alir air dingin , maka semakin besar pula kalor(Q) yang dibutuhkan untuk
memanaskan air dingin tersebut .
Log Perbedaan suhu rata – rata ( juga dikenal dengan singkatan LMTD)
digunakan untuk menentukan suhu yang berlaku untuk perpindahan panas dalam
sistem aliran , semakin besar LMTD tersebut , semakin banyak panas yang
ditransfer. Dalam percobaan yang telah dilakukan LMTD semakin besar ketika
perbedaan suhu yang diperoleh antara suhu air panas dan air dingin semakin besar
pula .
Selain itu diperoleh nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) yang
berbanding lurus dengan laju alir fluida , artinya semakin tinggi laju alir flida ,maka
semakin besar pula nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U).

Lora Trismigo Pangesti (151411047)

Plate and Frame Heat Exchanger adalah salah satu tipe Heat Exchanger yang
menggunakan pelat sebagai tempat perpindahan panas di antara dua fluida. Gasket
yang terdapat pada Plate and Frame Heat Exchanger berfungsi untuk menghindari
bercampurnya fluida panas dan fluida dingin. Gasket diapit di antara pelat dan
menyegel pelat di sekeliling tepi pelat tersebut.

Pada saat praktikum hal pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi PHE untuk
mengetahui laju alir dari dari aliran fluida panas dan fluida dingin. Laju alir didapat
dari pengambilan volume air yang keluar dari PHE setiap 5 detik sekali dengan laju
rotameter yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan pada aliran fluida panas maupun
dingin. Kemudian setelah didapatkan volumenya maka dapat diketahui laju alir
fluida tersebut.

Laju alir yang mengalir mempengaruhi besarnya nilai kalor yang terpindahkan.
Semakin besar laju alir akan menghasilkan ∆𝑡 yang besar. Sedangkan semakin
besar kalor yang terpindahkan maka semakin besar nilai koefisien perpindahan
kalor keseluruhan.

Log Perbedaan suhu rata – rata digunakan untuk menentukan suhu yang
berlaku untuk perpindahan panas dalam sistem aliran, semakin besar LMTD maka
semakin banyak panas yang ditransfer. Dalam percobaan LMTD yang diperoleh
semakin besar ketika perbedaan ∆𝑡 antara suhu air panas dan air dingin semakin
besar pula.

Rani Dewi Eryani (1514111054)


Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri
atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Panas berpindah
karena adanya aliran massa yang berpindah. Aliran massa tersebut dapat terjadi
secara difusi maupun karena adanya tenaga atau energi dari luar yang dapat berupa
pengadukan maupun fluida yang mengalir. Prinsip kerja Plate Heat Exchanger
adalah mengalirkan fluida yang berlawanan arah antara fluida panas dan fluida
dingin pada sejumlah pelat tipis yang dipasang pada suatu rangka dan ditekan rapat
satu sama lain dengan tujuan agar waktu kontak antara kedua fluida lebih lama dan
perpindahan panasnya berlangsung lebih cepat. Transfer panas yang terjadi pada
alat plate heat exchanger yaitu:
 Secara Konduksi
Panas pada satu bagian pelat logam merambat kebagian lainnya tanpa
adanya material pelat logam yang ikut berpindah.
 Secara Konveksi
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan variasi variable bebasnya
ada laju alir air dingin dan variable terukurnya adalah suhu. Langkah awal yang
dilakukan pada praktikum ini adalh mengkalibrasi laju alir air dingin maupun panas
dengan tujuan untuk mengetahui laju alir sebenernya sehingga diperoleh
perhitungan yang tepat.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan neraca energi dan
persamaan empiris, diperoleh nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U)
dan dihasilkan bahawan nilai U tidak sama untuk semua aliran, artinya perhitungan
data tidak dapat dilakukan secara bersamaan, namun besar nilai koefisiren
perpindahan panas berbanding lurus dengan laju alir fluida, artinya semakin tinggi
laju alir fluida, semakin besar pula nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan
(U). Hal ini dikarenakan nilai koefisien kalor berbading lurur dengan nilai Q dan
laju alir massa, artinya semakin banyak massa yang di kontak/menyentuh plat akan
semakin banyak kalor yang diserap.
Hal lain yang dapat diamati pada pratikum ini adalah perubahan suhu pada
setiap perbedaan laju alir, semakin besar laju alir air dingin semakin kecil suhu
keluara pada laju aliir air panas, hal n sesuai dasar teori bahwa suhu akan mengalir
ke benda yang memilii suhu lebih rendah, dan dalam hal ini pun dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak massa laju alir air dingin yang kontak akan semakin banyak
kalor yang perpindah
Berdasarkan hasil percobaan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
ketika menggunakan PHE sebagai alat penukar panas adalah adanya kalor yang
berpindah kelingkungan, laju alir fluida, luas permukaan plate, suhu fluida yang
diumpankan baik fluida panas ataupun fluida dingin, serta sifat dari fluidanya itu
sendiri.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai