Laporan Plate Heat Exchanger POLBAN
Laporan Plate Heat Exchanger POLBAN
PENDAHULUAN
Tujuan
1. Memahami fungsi alat penukar jenis pelat
2. Memahami mekanisme operasi alat penukar kalor jenis plat
3. Mengetahui komponen-komponen utama alat penukar kalor jenis pelat
4. Mengetahui cara mengetahui total heat transfer coefficient alat penukar
kalor pelat yang ada di Labotarium Pilot Plant
Landasan Teori
Penukar Kalor
Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena
adanya perbedaan temperatur. Panas atau kalor tersebut akan bergerak dari
temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Ketika panas atau kalor
bergerak maka akan terjadi pertukaran panas dan kemudian akan berhenti ketika
kedua tempat tersebut sudah memiliki temperatur yang sama. Contohnya, kopi
panas ke lingkungan yang mempunyai suhu 20°C, hingga terjadi kesetimbangan
atau kesamaan suhu pada gelas dan lingkungan (Cengel, 2003).
Dengan asumsi nilai kapasitas panas spesifik (Cp) fluida dingin dan panas
konstan, tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady state,
maka kalor yang dipindahkan,
q =∆T LMTD U . A
b. Aliran Counter-Current
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk dan keluar
pada sisi yang berlawanan.Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar
panas lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari
penukar kalor, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah.
Data Pengamatan
Tabel 1 Kalibrasi Laju Alir Air Panas
SUHU LAJU ALIR WAKTU VOLUME LAJU ALIR
NO
AIR 0C ROTAMETER (l/jam) (jam) AIR (liter) REAL (l/jam)
1 60 200 0.0013889 0.23 165.6
2 60 300 0.0013889 0.4 288
3 60 400 0.0013889 0.58 417.6
4 60 500 0.0013889 0.765 550.8
5 60 600 0.0013889 0.9 648
1 165.6 68 53 154.8 25 44
2 165.6 68 46 302.4 25 40
3 165.6 68 44 414 25 38
4 165.6 67 41 504 25 36
5 165.6 65 38 532.8 24 35
Perhitungan dan Pengolahan Data
Tabel 5 Selisih Suhu pada Laju Air Dingin
NO LAJU ALIR (L/jam) SUHU MASUK 0C SUHU KELUAR 0C ∆Tdingin
1 154.8 25 44 19
2 302.4 25 40 15
3 414 25 38 13
4 504 25 36 11
5 532.8 24 35 11
ρ= 1 g/cm3= 1 kg/dm3
Cp= 1 kal/gram0C = 1000 kal/kg0C
𝑄 = 𝑚𝐶𝑝∆𝑇
Table 6 Hasil Perhitungan Kalor pada Laju Air Dingin
NO LAJU ALIR (L/jam) ∆Tdingin Q (kkal)
1 154.8 19 2941.2
2 302.4 15 4536
3 414 13 5382
4 504 11 5544
5 532.8 11 5860.8
∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − ∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
𝑙𝑛( )
∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
Tabel 7 Hasil Perhitungan Log Mean Temperature Difference (LMTD)
LAJU ALIR AIR ∆𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
NO ∆Tpanas ∆Tdingin ∆Tpanas -∆Tdingin 𝑙𝑛 LMTD
DINGIN ∆𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝑄 = 𝑈𝑥𝐴𝑥𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄
𝑈=
𝐴𝑥𝐿𝑀𝑇𝐷
A= 0.4 m2
Tabel 8 Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Kalor Keseluruhan
LAJU ALIR AIR
NO Q (kkal) LMTD U (kal/0C m2 )
DINGIN
1 154.8 2941.2 16.921277 434541.671
2 302.4 4536 18.277132 620447.449
3 414 5382 17.941477 749938.244
4 504 5544 17.43778 794825.969
5 532.8 5860.8 17.818531 822290.014
Pembahasan
Azka Muhammad Syahida (151411037)
Perpindahan panas dalam Plate Heat Exchanger (PHE) terjadi secara tidak
langsung karena perpindahan panas terjadi melalui perantara berupa pelat logam.
Panas berpindah pada fluida yang mengalir dalam Plate Heat Exchanger (PHE).
Karena memiliki suhu yang berbeda. Mekanisme perpindahan panas terjadi dari
bagian yang bersuhu lebih tinggi ke bagian yang bersuhu lebih rendah di dalam
Plate Heat Exchanger (PHE) dengan cara konduksi dan konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi dalam suatu medium padat, cair,
atau gas. Di dalam Plate Heat Exchanger (PHE) perpindahan panas secara konduksi
terjadi pada pelat logam. Panasnya mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi
ke daerah yang bertemperatur rendah. Sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya gerakan atau aliran dari bagian panas ke bagian
yang dingin. Konveksi terjadi pada fluida yang bergerak dalam Plate Heat
Exchanger (PHE) sehingga panas dalam fluida dapat berpindah.
Kalibrasi
Pada praktikum kali ini, yang pertama kali dilakukan adalah kalibrasi laju
alir pada aliran fluida panas dan aliran fluida dingin. Untuk kalibrasi fluida panas
dilakukan saat awal pemanasan karena jika dilakukan terakhir dikhawatirkan air
yang ada dalam tangki sudah panas. Untuk fluida dingin, air hasil kalibrasi tidak
dimasukkan ke dalam tangki agar suhu aliran masuk tidak berubah. Tujuan
dilaksanakan kalibrasi laju alir adalah untuk mengetahui laju alir sebenarnya.
Untuk mendapatkan laju alir dilakukan dengan pembagian antara volume dan
waktu (volume yang diperoleh setiap 5 detik).
Pendinginan Fluida Panas
Pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas adalah semakin
tinggi laju alir semakin besar nilai (Q). Koefisien perpindahan panas secara
keseluruhan (U) diperoleh dari perhitungan neraca energi dimana Umasuk = Ukeluar.
Pada laju alir fluida panas tetap di suhu 60oC Upanas dan Udingin nilainya tidak
begitu jauh hal ini dapat dikatakan perpindahan panas cukup baik,. Untuk laju alir
fluida dingin tetap di suhu 60oC Upanas dan Udingin nilai nya tidak begitu jauh hal
ini dapat dikatakan perpindahan panas cukup baik hal ini dikarenakan tidak ada
panas yang hilang dari sistem ke lingkungan.
Harga koefisien perpindahan panas dari perhitungan koefisien pindah panas
keseluruhan (U) menggunakan persamaan neraca energi dan menggunakan empiris
dapat dibandingkan hasilnya berbeda hal ini menunjukan bahwa perhitungan data
plate heat exchanger (PHE) tidak dapat digunakan secara bersamaan. Efisiensi
kalor ditentukan bedasarkan harga Qpanas dan Qdingin yang terbentuk. Semakin besar
nilai efisiensi yang diperoleh maka semakin baik perpindahan panasnya.
Plate and Frame Heat Exchanger adalah salah satu tipe Heat Exchanger yang
menggunakan pelat sebagai tempat perpindahan panas di antara dua fluida. Gasket
yang terdapat pada Plate and Frame Heat Exchanger berfungsi untuk menghindari
bercampurnya fluida panas dan fluida dingin. Gasket diapit di antara pelat dan
menyegel pelat di sekeliling tepi pelat tersebut.
Pada saat praktikum hal pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi PHE untuk
mengetahui laju alir dari dari aliran fluida panas dan fluida dingin. Laju alir didapat
dari pengambilan volume air yang keluar dari PHE setiap 5 detik sekali dengan laju
rotameter yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan pada aliran fluida panas maupun
dingin. Kemudian setelah didapatkan volumenya maka dapat diketahui laju alir
fluida tersebut.
Laju alir yang mengalir mempengaruhi besarnya nilai kalor yang terpindahkan.
Semakin besar laju alir akan menghasilkan ∆𝑡 yang besar. Sedangkan semakin
besar kalor yang terpindahkan maka semakin besar nilai koefisien perpindahan
kalor keseluruhan.
Log Perbedaan suhu rata – rata digunakan untuk menentukan suhu yang
berlaku untuk perpindahan panas dalam sistem aliran, semakin besar LMTD maka
semakin banyak panas yang ditransfer. Dalam percobaan LMTD yang diperoleh
semakin besar ketika perbedaan ∆𝑡 antara suhu air panas dan air dingin semakin
besar pula.
Kesimpulan