Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR”

1.1 LATAR BELAKANG

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan

anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,

aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan

kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,

dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami

anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.

Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan

dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan

dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi

melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit

pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat

beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah

sakit (Wong, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak

usia pra sekolah ( 4 – 6 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak

pada usia pra sekolah dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang

1
bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar

menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan

tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi

salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan

anak.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain

dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil

warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif

sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya

kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi

kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada

anak usia pra sekolah dengan cara mewarnai gambar

1.2 TUJUAN

a. TUJUAN UMUM

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak

b. TUJUAN KHUSUS

1. Anak dapat lebih mengenali warna

2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak

3. Mengembangkan imajinasi pada anak

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang

tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan

membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang

bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara

sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu

aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan

diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi

kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar

anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan

hasil akhir.

2.2 KATEGORI BERMAIN

1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy ini siatif dari anak

sendiri.

Contoh: bermain sepak bola.

3
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan

aktivitas (hanya melihat)

Contoh: Memberikan support.

2.3 CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda


2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI

1. Social affective play


Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh

lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara

memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan

dapat bersosialisasi dengan lingkungan.


2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di

sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,

misalnya bermain air atau pasir.


3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan

tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya

mengendarai sepeda.

4. Dramatika play role play


Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah

atau ibu.

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL

1. Solitary play

4
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak

balita.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-

masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang

lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya

dilakukan oleh anak pre school.


Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas

yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada

pembagian tugas, anak bermain sesukanya.


4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang

terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya

dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.6 FUNGSI BERMAIN

Anak dapat melangsungkan perkembangannya

1. PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK


Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,

misalnya meraih pensil.


2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun

balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan

mempelajari belajar dalam kelompok.


5. KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)

5
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah

laku terhadap orang lain.


6. PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok.


Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.

8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum

dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,

bermain peran.

2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan


2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif

terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

2.9 TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN

ANAK USIA SEKOLAH ( 6-12 TAHUN).

6
1. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah (6-12 tahun)

a) Definisi tumbuh kembang pada anak

1) Pertumbuhan (Growth)

Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan

ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih

: 1998).
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan

jumlah atau ukura\ sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan

ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).

2) Perkembangan (Development)

Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada

perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke

tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).


Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh

yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 2010).

b) Pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah

1) Pertumbuhan

Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun

prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya

7
sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat

sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmHg. Berat badan anak meningkat kira-

kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21

kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per

tahun, panjang menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun,dan

berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka.

Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus.

Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun

ke enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-

laki sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan

lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak berusia

dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta zat besi.

2) Perkembangan

(a) Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin

besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.

(b) Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi,

makan, minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.

(c) Mulai memahami waktu.

(d) Penggunaan tangan primer terbentuk.

c) Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )

8
Fase perkembangan psikoseksual untuk anak usia prasekolah masuk pada fase

falik. Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh

yang sensitif. Anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan

mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin.


Negatif : Memegang genetalia
Positif : Egosentris: sosial interaksi : mempertahankan keinginan

d) Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )

Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatif vs

rasa bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan

melalui kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar

mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang

dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak

mulai menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir yang diperoleh adalah

menghasilkan suatu prestasinya.


Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi.

Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah,

mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya

mengompol dan menghisap jempol.

e) Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )

Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional.

Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat

egosentris. Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan

dengan pengalaman lainnya.


Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:

9
1) Prokonseptual ( 2- 4 tahun )

Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan

bermasyarakat.
Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial dan error dan

menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbul

kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

2) Intuitive thuoght ( 4-6 tahun )

Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal

balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah

bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukan.

f) Perkembangan Moral ( Kahlberg )

Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase

prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui

budaya sebagai dasar peletakan nilai moral.


Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:

1) Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan

2) Orientasi hukuman dan ketaatan

3) Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan

2. Tugas perkembangan anak usia sekolah

a) Personal / sosial

10
1) Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri

2) Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya

3) Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak

4) Keluarga merupakan kelompok utama

5) Kelompok meningkat kepentingannya

6) Menerima peran sesuai jenis kelaminnya

7) Agresif

b) Motorik

1) Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah

2) Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga roda

3) Melempar bola, tetapi sulit uintuk menangkapnya

c) Bahasa dan kognitif

1) Egosentrik

2) Ketrampilan bahasa makin baik

3) Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?

4) Pemecahan masalah sederhana: menggunakan fantasi untuk memahami,

mengatasi masalah.

d) Ketakutan

11
1) Pengrusakan diri

2) Dikebiri

3) Gelap,Ketidaktahuan

4) Objek bayangan, tak dikenal

2.10 BERMAIN DI RUMAH SAKIT


A. TUJUAN
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

B. PRINSIP
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua

C. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN


1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus

D. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Alat bermain
2. Tempat bermain

E. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH


1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan
keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.11 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


a. Definisi

Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai

gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang

12
sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan

yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta

meningkatkan komunikasi pada anak.

b. Manfaat
1) Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan

sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic

play”).
2) Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat

membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan

ketrampilan motorik halus.


3) Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia pra sekolah, karena

menggunakan media kertas gambar dan crayon.


4) Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada

anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.


5) Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena

proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress,

kognitifnya tidak akurat dan negative.


6) Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk

meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang

aman dari rasa marah dan benci.


7) Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan

metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama

dirawat di rumah sakit.

13
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

A. JUDUL : Terapi bermain “mewarnai gambar”


B. TUJUAN :

1. Tujuan umum: setelah dilakukan kegiatan bermain selama 20 menit diharapkan


anak mampu mengekspresikan perasaannya.
2. Tujuan khusus:
a) Untuk meningkatkan perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan sosial.
b) Untuk memberikan dorongan komunikasi.
c) Untuk menyalurkan energi emosional yang terpendam.
d) Sebagai sumber belajar.
e) Untuk merangsang kreatifitas.
f) Untuk meningkatkan perkembangan wawasan diri.
g) Sebagai wahana untuk belajar bermasyarakat.
C. TEMPAT : Ruang Bermain Pudak
D. WAKTU : Jumat, 13 April 2018
E. SASARAN
1. Peserta : Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di Ruang Pudak
2. Jumlah : 5 orang
F. METODE : Metode yang digunakan adalah demontrasi secara langsung yang

dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.


G. MEDIA :
1. Crayon
2. Kertas bergambar
3. Lembar penilaian
H. PEMBAGIAN KELOMPOK
1. Ketua :
2. Pemandu :
3. Fasilitator :
4. Observer :
I. RENCANA PELAKSANAAN
1. Persiapan :
2. Proses :
3. Evaluasi :
1. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
2. Anak yang dirawat di Ruang Pudak.
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi

proses terapi bermain


4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang dapat memegang crayon
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

MEDIA
1. Crayon
2. Kertas bergambar
14
3. Lembar penilaian

SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Fasilitator

: Peserta

: Observer

SRATEGI PELAKSAAN

No. Waktu Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :

1. Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam


 Mendengarkan
mengucapkan salam.  Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri  Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2. 20 menit Pelaksanaan :

1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan  Memperhatikan

terapi bermain mewarnai kepada

anak  Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
 Antusias saat
anak untuk bertanya jika belum jelas
3. Membagikan kertas bergambar dan menerima

crayon peralatan
4. Fasilitator mendampingi anak dan  Memulai untuk

15
memberikan motivasi kepada anak mewarnai
5. Menanyakan kepada anak apakah
gambar
telah selesai mewarnai gambar  Menjawab
6. Memberitahu anak bahwa waktu
pertanyaan
yang diberikan telah selesai  Mendengarkan
7. Memberikan pujian terhadap anak  Memperhatikan

yang mampu mewarnai gambar

sampai selesai
3. 10 menit Evaluasi :

1. Memotivasi anak untuk  Menceritakan

menyebutkan apa yang diwarnai


2. Mengumumkan nama anak yang
 Gembira
dapat mewarnai dengan contoh
3. Membagikan reward kepada seluruh  Gembira

peserta
4. 5 menit Terminasi:

1. Memberikan motivasi dan pujian  Memperhatikan


 Gembira
kepada seluruh anak yang telah  Mendengarkan

mengikuti program terapi bermain  Menjawab salam


2. Mengucapkan terima kasih kepada

anak dan orang tua


3. Mengucapkan salam penutup

KRITERIA EVALUASI

1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi Bedah H. Lantai 3.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
16
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

PENGORGANISASIAN

1. Pembimbing Pendidikan : Kristiawati, S. Kep.M.Kep.Sp.Kep.An


2. Pembimbing Ruangan :
3. Leader : Endri Ekayamti
4. Fasilitator : Anna Mariance
Dieny Prasilo
Retno Yuliati
Ayu Wulandari

5. Observer : Septi Nursanindah


Mardiyatni
Atik Purwanti
6. Anak : anak berusia 4-6 tahun dirawat di ruang Bedah H.

TUGAS MASING-MASING

1. Leader : Memimpin jalannya program terapi


2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
4. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain

PERKIRAAN HAMBATAN :

1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di

jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH

1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)


2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama

program terapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada :

http://info. balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB

sauders Company, Philadelpia USA

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC :

Jakarta www.Pediatrik.com Selasa 21 Desember 2009. Jam 15.25

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition.

Mosby Year Book. Toronto Canada

18

Anda mungkin juga menyukai