Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

Alternatif Pembiayaan Pembangunan


Infrastruktur Daerah

Jakarta, 26 Oktober 2017


Outline

o Kebutuhan Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur dan Skema


Pembiayaannya.
o Pembiayaan Infrastruktur Melalui APBN/APBD.
o Pembiayaan Infrastruktur Daerah Melalui Pinjaman Daerah
Berdasarkan PMK 174/PMK.08/2016.
o Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU).

2
Kebutuhan Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur
dan Skema Pembiayaannya

3
Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur 2015-2019

Pem.
Infrastruktur
Pusat & BUMN Swasta Total IDR
Dasar
Daerah
APBN/APBD- Konektivitas 1003 379,2 445 1827,2
termasuk
pinjaman Kelistrikan 124,3 596,5 786,5 1507,3
(41.25%)
Komunikasi,
Investasi Air dan 851,3 90,5 519,9 1461,7
Perumahan
Infrastruktur Total
1987,6 1066,2 1751,4 4769,2
Prioritas BUMN
(22.23%)
IDR 4.769,2 Kebijakan Fiskal Dalam Mengatasi Keterbatasan
Skema APBN/APBD:
Triliun pembiayaan
alternatif - Agar Pemerintah tidak semata-mata mengandalkan
APBN/APBD sebagai sumber pembiayaan
KPBU infrastruktur.
(36.52%) - Lebih mendorong skema Kerjasama dengan swasta
termasuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU).
- Kementerian Keuangan memberikan perhatian khusus
Sumber : Bappenas, 2015 pada skema KPBU dengan cara menyediakan berbagai
fasilitas seperti Project Development Fund (PDF),
Viability Gap Fund (VGF), Guarantee, dan skema
Availability Payment. 4
Strategi Pembiayaan Infrastruktur

Kelayakan Proyek Skema Pembiayaan


Reguler *

Layak Secara Ekonomi tetapi Pemerintah


1 APBN/APBD
Tidak Layak Secara Finansial
Pemerintah
*Lebih diutamakan untuk wilayah timur, pedesaan dan perbatasan

Swasta
2 Layak Secara Ekonomi tetapi Pembiayaan secara
Tidak Layak Secara Finansial Pemerintah kombinasi (Hybrid Financing)

KPBU Dengan Dukungan


Creative Financing **

Swasta Pemerintah (VGF) atau Inovasi


3 Layak Secara Ekonomi dan
pembiayaan lainnya seperti Bank
Finansial Marjinal Pemerintah Swasta Infrastruktur, Bank Tanah, dll)

Swasta
4 Layak Secara Ekonomi dan KPBU Reguler
Finansial Swasta

Layak Secara Ekonomi tetapi BUMN Penugasan BUMN


5
Tidak Layak Secara Finansial
BUMN Sekuritisasi Aset (Aset
Recycling)
Operasi dan Pemeliharaan Konstruksi
** Lebih diutamakan untuk wilayah barat dan perkotaan

Sumber: BAPPENAS
5
Penugasan BUMN untuk Pembangunan Infrastruktur yang
Mendapat Fasilitas Fiskal
 Program 10.000 MW Tahap I
o Bentuk Jaminan: Jaminan penuh atas pinjaman PT PLN kepada Lembaga Keuangan
o Dasar Hukum: Perpres No. 91/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 44/2008
o Pemerintah telah menerbitkan 36 surat jaminan.

 Program 10.000 MW Tahap II


o Bentuk Jaminan: Jaminan Kelayakan Usaha (“JKU”) untuk PT PLN (Persero)
 Pemerintah menjamin PT PLN dapat membayar kewajiban atas pembelian listrik.
o Dasar Hukum: Perpres No. 4/2010, Permen ESDM Nomor No 40/2014, Peraturan Menteri Keuangan
No. 173/2014 jo. Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2016.
o Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2016 JKU dapat diterbitkan untuk proyek ekspansi
(in common facilities and non common facilities).
o Pemerintah telah menerbitkan 12 SJKU.

 Program 35.000 MW
o Bentuk Jaminan: Jaminan atas pinjaman PLN dan Jaminan Kelayakan Usaha.
o Dasar Hukum: Perpres 4 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Keuangan No.130 Tahun 2016.
o Dibutuhkan daftar proyek dari PT PLN.

 Proyek Tol Trans Sumatera


o Dasar Hukum Penugasan: Perpres No. 100/2014 jo. 117/2015
o Bentuk Jaminan:
 Jaminan penuh atas pinjaman PT Hutama Karya kepada Lembaga Keuangan sesuai PMK No.
253/2015
 Jaminan Obligasi Hutama Karya sesuai PMK No. 168/2016
o Pemerintah telah menerbitkan 2 Surat Jaminan untuk pinjaman Hutama Karya dan 2 surat Jaminan
untuk penerbitan Obligasi Hutama karya 6
Skema Pembiayaan Penyediaan Infrastruktur Daerah

6. Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan


Daya Saing di Pasar Internasional

Penyediaan prasarana dan/atau sarana untuk pelayanan publik di daerah,


seperti pembangunan Jalan, Pasar Tradisional, Rumah Sakit, serta infrastruktur
lainnya yang mendukung peningkatan produktivitas masyarakat di daerah.

Pinjaman Daerah
APBN/APBD KPBU
PT SMI Bank

Proyek Badan Usaha BUMD


Pemda PSO & Non PSO

7
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui
APBN/APBD

8
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui APBN/APBD
2015 2016 2017 2017 2018
No Uraian
APBNP APBNP APBN APBNP RAPBN
I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8 390,3 395,1
1. Melalui K/L 196,8 151,2 153,7 157,1 161,2
33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 101,7 98,9 101,5 104,2
22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1 40,8 44,2
18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7 2,5 1,4
20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6 3,1 2,8
2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6 6,0 3,0
a. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3 0,5 1,2
b. Belanja Hibah 4,5 4 2,2 5,4 1,4
3. Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7 180,9 182,8
a. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3 32,3 33,9
b. Tambahan Otsus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 3 1,8 - - -
c. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24 24,0 24,0
d. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur - - 124 121,2 120,9
4. Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8 46,2 48,1
a. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7 3,1 2,2
b. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan Pembangunan 0,8 36,2 - - -
Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan Batubara
c. Penyertaan Modal Negara - - 7,2 9,6 6,1
d. BLU LMAN - - 20 32,1 35,4
II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,7 5,5 8,2 9,0
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2 5,6 5,8
25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2 2,6 2,9
24 Kementerian Kesehatan 0,3
III. Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1 2,6 4,9
56 BPN 1,3 0,3 0,1 0,2 2,8
19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6 0,4 0,2
Jumlah 290,3 317,1 387,3 401,1 409,0
Sumber: DJA, Kementerian Keuangan 9
Pembiayaan Infrastruktur Daerah Melalui Pinjaman
Daerah Berdasarkan PMK 174/PMK.08/2016

10
Pertimbangan Daerah Melakukan Pinjaman

APBD Pinjaman Daerah


1. Dengan kapasitas fiskal yang terbatas, 1. Percepatan peningkatan pelayanan
maka daerah memiliki keterbatasan kepada masyarakat melalui penyediaan
penyediaan infrastruktur (hanya infrastruktur dasar;
infrastruktur dasar). 2. Percepatan pencapaian target Program
2. APBD lebih ditujukan untuk perbaikan Pembangunan Daerah;
atau pemeliharaan infrastruktur yang 3. Pelaksanaan kegiatan prioritas Daerah;
telah ada. 4. Keterbatasan alokasi anggaran pada
APBD;
5. Efisiensi dalam proses pengadaan
(dilakukan hanya satu kali).

11
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman Pemerintah
Pusat (PIP)

Dalam Miliar Rupiah Berdasarkan Wilayah

1.400,00 5,3%
1.200,00
1.000,00
800,00 31,6% Barat
600,00
Tengah
400,00
63,2% Timur
200,00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Series2 190,00 1.160,28 606,96 368,61 239,69

Sejak Tahun 2015, fungsi pemberian pinjaman Berdasarkan Sektor Infrastruktur

daerah PIP dialihkan Menteri Keuangan 4,76%


9,52% Jalan &
kepada PT SMI. Jembatan
Rumah Sakit
42,86%

42,86% Pasar

Terminal

12
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman PT SMI

Mendapatkan Penambahan Penyertaan Memiliki fungsi untuk memanfaatkan


Modal Negara melalui Pengalihan aset (leveraging Asset) dalam rangka Memiliki fleksibilitas
Investasi Pemerintah meningkatkan kapasitas pembiayaan

1. Jaminan dari Menteri Keuangan


1. UU Nomor 3 Tahun 2015 Tentang atas Pemenuhan Kembali Kewajiban
APBN –P Tahun 2015, Pasal 23A ayat Pemerintah Daerah kepada PT. SMI
(1). berdasarkan perjanjian pinjaman.
2. PP Nomor 95 Tahun 2015 tentang 2. Jaminan bertujuan untuk menjaga Memiliki fleksibiltas khususnya dalam
Penambahan Penyertaan Modal kualitas aset PT SMI. Sehingga tidak
hal pemupukan modal, memperoleh
Negara Republik Indonesia Ke memberikan pengaruh negative
sumber pendanaan dan strategi
Dalam Modal Saham Perusahaan atas pelaksanaan fungsi
investasi jangka panjang, serta secara
Perseroan (Persero) PT SMI. pemanfaatan aset (Leveraging
langsung tidak memiliki risiko fiskal
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor Asset).
yang besar bagi keuangan negara.
232 Tahun 2015 tentang 3. Jaminan tersebut bersifat garansi
Pelaksanaan Pengalihan Investasi halmana Menteri Keuangan
Pemerintah dalam PIP menjadi PMN memastikan pemenuhan kewajiban
pada PT SMI. pemda kepada PT. SMI melalui
Security Mechanism.

1. PMK Nomor 174/PMK.08/2016 2. PMK Nomor 121/PMK.07/2017 3. PMK Nomor 125/PMK.08/2017


tentang Pemberian Jaminan tentang Perubahan PMK tentang Tata Cara Pengelolaan
47/PMK.07/2011 tentang Tata Cara
Kepada Perusahaan Perseroan Dana Jaminan Penugasan
Penyelesaian Tunggakan Pinjaman
(Persero) PT SMI Dalam rangka Pemerintah Daerah Kepada
Pembiayaan Infrastruktur
Penugasan Penyediaan Pemerintah Melalui Sanksi Daerah
Pembiayaan Infrastruktur Pemotongan DAU dan/atau DBH
Daerah 13
Profil PT SMI

PMK No. 100 / PMK.010/ 2009 sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur


Regulasi (berisi lingkup usaha dan sektor pembiayaan infrastruktur)

• PP No. 66/2007 jo PP No. 75/2008 sebagai Perusahaan Pembiayaan


Infrastruktur
Legalitas • KMK No. 396/KMK.01/2009 sebagai Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
(Industri Keuangan Non Bank (IKNB)

100% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan sebagai


Kepemilikan RUPS)

Visi Menjadi katalis dalam percepatan pembangunan infrastruktur nasional

1. Menjadi mitra strategis yang memberikan nilai tambah dalam pembangunan


infrastruktur di Indonesia
Misi 2. Menciptakan produk pembiayaan yang fleksibel
3. Menyediakan pelayanan berkualitas dengan tata kelola yang baik

14
Penugasan kepada PT SMI

Pinjaman
Penugasan (* Daerah

*) PMK 174/PMK.06/2016 542 Pemda

• Pemerintah melalui Menteri Keuangan menugaskan kepada PT SMI untuk menyediakan


pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur daerah dalam bentuk Pinjaman Daerah
sebagaimana program Pemerintah yang sebelumnya dilakukan oleh Pusat Investasi
Pemerintah (PIP).
• Dalam menjalankan penugasan dimaksud, PT SMI dilengkapi dengan mekanisme yang
dapat memastikan pengembalian pinjaman, sehingga pelaksanaan penugasan oleh PT SMI
tidak akan memberikan pengaruh negatif kepada kualitas aset PT SMI (Security
Mechanism).
• Mekanisme dimaksud berangkat dari adanya JAMINAN dari Menteri Keuangan kepada PT
SMI. Jaminan tersebut memastikan bahwa Pemda dapat memenuhi kewajibannya
sebagaimana telah disepakati di dalam perjanjian pinjaman.
• Security Mechanism dilakukan oleh Menteri Keuangan melalui penggunaan dana talangan
dan pelaksanaan pemotongan DAU dan/atau DBH (“intercept”).
• Skema intercept dilakukan oleh Menteri Keuangan sebagai bentuk penggantian atas
penggunaan dana jaminan penugasan pembiayaan infrastruktur daerah.

15
Kriteria Pinjaman dan Lingkup Infrastruktur

• Pemda dapat melakukan Pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan penyediaan
infrastruktur dalam rangka pelayanan publik.
• Penyediaan infrastruktur yang dapat diberikan fasilitas pembiayaan, yaitu:
o Infrastruktur yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
o Infrastruktur yang dapat menjadi obyek pembiayaan perusahaan pembiayaan
infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

• Berdasarkan pembiayaan yang telah disalurkan oleh PIP maupun PT SMI sebagian besar
merupakan daerah-daerah yang berada di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Oleh
karena itu, dengan memperhatikan tujuan pemerataan distribusi pembangunan
infrastruktur, PT SMI ditugaskan untuk dapat memprioritaskan pembangunan infrastruktur
di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah.
• Disamping itu, PT SMI ditugaskan untuk memberikan pinjaman daerah dalam rangka
pembiayaan sektor infrastruktur yang belum memiliki anggaran yang memadai, sehingga
sektor prioritas adalah sektor non-kesehatan dan non-pendidikan, seperti: infrastruktur
instalasi pengelolaan air, irigasi, pengelolaan limbah, jalan, jembatan, transportasi dan sektor
lainnya dalam ruang lingkup usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur.

16
Jangka Waktu dan Suku Bunga Pinjaman Daerah

• Jangka Waktu
o Pinjaman daerah yang disediakan oleh PT SMI dalam rangka pembiayaan infrastruktur
daerah baik skala kecil, menengah maupun besar sehingga jangka waktu pinjaman yang
dapat diberikan oleh PT SMI diharapkan di atas 5 tahun. Hal ini berbeda dengan
pinjaman daerah yang diberikan oleh PIP yaitu rata-rata 5 tahun.
o Jangka waktu pinjaman diatas 5 tahun diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
daerah dalam rangka mengakses pembiayaan jangka menengah dan panjang dari
lembaga keuangan komersial sehingga dapat memperbesar volume pembiayaan dalam
rangka pembangunan infrastruktur daerah.

• Suku Bunga Pinjaman Daerah


o Besaran suku bunga atas pinjaman pembiayaan infrastruktur daerah sebesar imbal hasil Surat
Berharga Negara dengan tenor setara ditambahkan 0,75% (nol koma tujuh lima persen).
Hal ini berbeda dengan besaran bunga yang telah dikenakan oleh PIP atas pinjamannya
kepada Pemda (sebesar suku bunga BI ditambahkan 2%).
o Dalam hal terdapat perubahan kebijakan perbankan maupun kebijakan pembiayaan
infrastruktur daerah, PT SMI dapat mengajukan perubahan besaran bunga pinjaman yang
dapat dikenakan kepada Pemda kepada Menteri Keuangan.
o Struktur tingkat suku bunga dimaksud diharapkan dapat memberikan kemudahan akses
pembiayaan kepada daerah dalam rangka mengejar percepatan pembangunan infrastruktur.

17
Pelaksanaan Pemberian Pinjaman PT SMI
Pelaksanaan Penugasan Penyediaan Pembiayaan Infrastruktur Daerah
• Pemberian pinjaman dilakukan secara selektif oleh PT SMI.
• Pelaksanaan pemberian pinjaman oleh PT SMI dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pinjaman daerah.

Pengajuan Usulan Penilaian dan Persetujuan Perjanjian Pinjaman


Pinjaman Usulan Pinjaman Pembiayaan
• SMI menerima usulan pinjaman dari • Penilaian usulan pinjaman, • Syarat penandatanganan
Pemda. dengan memperhatikan, antara perjanjian pinjaman pembiayaan
• Usulan pinjaman disampaikan lain: aspek keuangan, ekonomi, yaitu Pemda telah menyampaikan
dengan melampirkan dokumen sosial&politik, dan teknis/proyek. surat pernyataan Kepala Daerah
pendukung, yaitu sebagai berikut: • SMI dapat berkoordinasi dengan yang disetujui DPRD, kesediaan
• Persetujuan DPRD; DJPK, mengenai: kapasitas fiskal dipotong DAU/DBH dan syarat
• Salinan berita acara pelantikan penandatanganan lainnya.
gubernur, bupati, atau walikota; daerah, batas kumulatif pinjaman
• Pernyataan Kepala Daerah bahwa daerah, kemampuan membayar • Syarat efektif perjanjian pinjaman
Pemda tidak mempunyai tunggakan kembali, batas maksimal defisit pembiayaan yaitu pemda telah
atas pengembalian pinjaman yang APBD. menyampaikan surat persetujuan
berasal dari Pemerintah dan/atau pihak pelampauan defisit APBD dari
lain; • Persetujuan/penolakan
• Studi kelayakan; disampaikan SMI kepada Pemda Menteri Keuangan dalam hal
• Laporan keuangan daerah yang telah paling lambat 40 hari setelah Pinjaman melebihi maksimal
diaudit; usulan pinjaman diterima benar defisit APBD tahun berkenaan,
• Dokumen resmi Pemda mengenai dan lengkap. dan memenuhi syarat efektif
RPJMD; lainnya.
• APBD dan RAPBD tahun berkenaan.

18
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Skema
KPBU

19
Perbedaan Pengadaan Infrastruktur Skema Konvensional dan
KPBU

Konvensional KPBU

APBN/APBD harus menyediakan APBN/APBD tidak harus


100% biaya konstruksi menyediakan 100% biaya konstruksi
Risiko Konstruksi ditangggung oleh Risiko konstruksi seluruhnya
Pemerintah dan APBN ditanggung oleh swasta
Fokus pengadaan pada aset secara Fokus pengadaan pada layanan
fisik
Pemerintah harus mengadakan Kontrak tunggal dengan Badan
kontrak terkait konstruksi, Usaha untuk seluruh kegiatan
operasional dan pemeliharaan Desain, Konstruksi, Pembiayaan,
serta layanan tambahan Perawatan dan Operasional
Risiko operasi dan kinerja aset Risiko operasi dan kinerja asset
ditanggung oleh pemerintah ditanggung oleh swasta

Adanya keterbatasan atas inovasi Persaingan yang kompetitif


yang dilakukan oleh Badan Usaha memungkinkan inovasi-inovasi yang
karena design dibuat oleh dilakukan Badan Usaha
Pemerintah

20
Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU

• Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai salah satu
solusi untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan pendanaan dalam penyediaan
infrastruktur di Indonesia.
• KPBU dapat membawa transfer teknologi dan keahlian sehingga diharapkan
tersedianya layanan infrastruktur yang lebih efisien dan membuka lapangan kerja
atas proyek infrastruktur dimaksud.
• Dalam skema KPBU, investor akan mendapatkan pengembalian atas investasinya
berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari pengguna layanan infrastruktur tersebut
dan/atau dari pembayaran/subsidi dari Pemerintah berdasarkan ketersediaan dan
kualitas layanan infrastruktur.
• KPBU secara umum dapat didefinisikan sebagai pola pengadaan proyek infrastruktur
yang didasarkan pada kontrak tertulis antara Pemerintah sebagai pemilik proyek
kerjasama dengan pihak sponsor/investor dari swasta yang berdasarkan pada skema
pembagian risiko dan pengembalian atas investasi yang wajar berdasarkan
spesifikasi layanan infrastruktur yang dibutuhkan.
• Secara umum proyek-proyek yang dilakukan dengan skema KPBU mempunyai
karakteristik yaitu: (1) mempunyai nilai investasi yang besar/sangat besar; (2)
mempunyai dampak yang strategis untuk kepentingan nasional; (3) transformatif
artinya hanya Pemerintah yang baik yang bisa menyediakan layanan infrastruktur
tersebut.

21
Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU
Jenis Infrastruktur PJPK
Infrastruktur Ekonomi • Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala
• Transportasi; Jalan; Sumber Daya Air dan Irigasi; Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku Penangungg
Ketenagalistrikan; Telekomunikasi dan Elektronika, Jawa Proyek Kerjasama (PJPK).
dll. • Penentuan Menteri/Kepala Lembaga /Kepala Daerah
sebagai PJPK dilakukan dengan memperhatikan
Infrastruktur Sosial peraturan perundang-undangan sektor.
• Kesehatan; Lembaga Pemasyarakatan; Perumahan • BUMN/BUMD dapat bertindak selaku PJPK sepanjang
Rakyat, dll. diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor.

Pengembalian Investasi
PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan
keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
Pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas Penyediaan Infrastruktur bersumber dari:
• PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan infrastruktur.
Pembayaran oleh • Tarif dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna
pengguna dalam • PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga Badan Usaha Pelaksana dapat
bentuk tarif memperoleh pengembalian investasi

• PJPK menganggarkan dana pembayaran ketersediaan layanan untuk penyediaan


infrastruktur yang dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana pada masa operasi selama
jangka waktu yang diatur dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Pembayaran
• PJPK melakukan pembayaran Ketersediaan Layanan kepada Badan Usaha Pelaksana
ketersediaan layanan
apabila telah memenuhi kondisi:
(Availability Payment) • Infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan dinyatakan siap beroperasi.
• Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyatakan bahwa infrastruktur telah
memenuhi indikator layanan infrastruktur sebagaimana diatur dalam PKS.
22
Tahap Pengadaan Infrastruktur Berbasis KPBU

23
Dana Penyiapan Proyek atau Project Development Fund (PDF)

• Pembiayaan pelaksanaan penyiapan kajian akhir studi kelayakan dan


pendampingan transaksi
• PDF dapat diberikan setelah kajian awal studi kelayakan dan market sounding
dilaksanakan oleh PJPK dan/atau Bappenas, dan/atau KPPIP (untuk proyek KPBU
prioritas)
• Dasar Hukum
 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
 Peraturan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.08/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas
dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur.
• Contoh Proyek
• Proyek SPAM Umbulan, Jawa Timur
• Palapa Ring (Barat, Tengah, Timur)
• Proyek SPAM Lampung

24
Dukungan Kelayakan atau Viabilty Gap Fund (VGF)

• Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi sebagian biaya konstruksi yang diberikan secara tunai
pada proyek KPBU yang sudah memiliki kelayakan ekonomi namun belum memiliki kelayakan finansial.
Dukungan Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Proyek
Kerja Sama layak secara finansial. Pemerintah Daerah dapat berkontribusi atas pemberian dukungan ini
setelah memperoleh persetujuan dari DPRD.
• Tujuan Dukungan Kelayakan yaitu:
 Meningkatkan kelayakan finansial Proyek Kerja Sama sehingga menimbulkan minat dan partisipasi
Badan Usaha pada Proyek Kerja Sama.
 Meningkatkan kepastian pengadaan Proyek Kerja Sama dan pengadaan Badan Usaha pada Proyek
Kerja Sama sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan.
 Mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh
masyarakat.
• Dalam hal Proyek Kerja Sama Daerah, Pemerintah Daerah dianjurkan untuk dapat berkontribusi atas
pemberian Dukungan Kelayakan setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD.
• Dasar Hukum
 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
 Peraturan Menteri Keuangan 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas
Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.
 Peraturan Menteri Keuangan 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan
atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur sebagaimana diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor
170/PMK.08/2015.
• Contoh Proyek:
 proyek sarana penyediaan air minum (SPAM) di Umbulan, Jawa Timur, senilai Rp2,1 triliun

25
Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment)

• Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada badan usaha atas
tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU.
• Pembayaran ketersediaan layanan merupakan Belanja Negara atau Belanja Daerah yang bertujuan
untuk:
 Memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat secara berkesinambungan.
 Mengoptimalkan nilai guna dari APBN/APBD.
 Menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerjasama
dengan Pemerintah.
• Pembayaran ketersediaan layanan dilakukan untuk:
 KPBU Pemerintah Pusat melalui mekanisme APBN
 KPBU Pemerintah Daerah melalui mekanisme APBD
• Setiap pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan dilakukan secara tepat waktu dan dilakukan
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan pembayaran
APBN/APBD.
• Pembayaran ketersediaan layanan tidak disediakan untuk KPBU yang telah mendapatkan Dukungan
Kelayakan.
• Pembayaran ketersediaan layanan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD selaku PJPK mengikuti
mekanisme korporasi.
• Dasar Hukum
 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur.
 PMK Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka KPBU
dalam Penyediaan Infrastruktur.
• Contoh Proyek
 Proyek Palapa Ring Paket Barat, Tengah, dan Timur, senilai Rp7,76 triliun.
26
Penjaminan Infrastruktur dalam Skema KPBU

• pemberian jaminan atas kewajiban finansial PJPK untuk membayar kompensasi


kepada badan usaha saat terjadi risiko infrastruktur – sesuai dengan alokasi yang
disepakati dalam perjanjian KPBU – yang menjadi tanggung jawab PJPK.
• Dasar Hukum
 Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur
dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan
Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha sebagaimana diubah menjadi Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 8/PMK.08/2016.
• Contoh Proyek
 Proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x1000 Megawatt di Batang,
Jawa Tengah, senilai Rp54 triliun.

27
Terima Kasih

28

Anda mungkin juga menyukai