2
Kebutuhan Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur
dan Skema Pembiayaannya
3
Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur 2015-2019
Pem.
Infrastruktur
Pusat & BUMN Swasta Total IDR
Dasar
Daerah
APBN/APBD- Konektivitas 1003 379,2 445 1827,2
termasuk
pinjaman Kelistrikan 124,3 596,5 786,5 1507,3
(41.25%)
Komunikasi,
Investasi Air dan 851,3 90,5 519,9 1461,7
Perumahan
Infrastruktur Total
1987,6 1066,2 1751,4 4769,2
Prioritas BUMN
(22.23%)
IDR 4.769,2 Kebijakan Fiskal Dalam Mengatasi Keterbatasan
Skema APBN/APBD:
Triliun pembiayaan
alternatif - Agar Pemerintah tidak semata-mata mengandalkan
APBN/APBD sebagai sumber pembiayaan
KPBU infrastruktur.
(36.52%) - Lebih mendorong skema Kerjasama dengan swasta
termasuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU).
- Kementerian Keuangan memberikan perhatian khusus
Sumber : Bappenas, 2015 pada skema KPBU dengan cara menyediakan berbagai
fasilitas seperti Project Development Fund (PDF),
Viability Gap Fund (VGF), Guarantee, dan skema
Availability Payment. 4
Strategi Pembiayaan Infrastruktur
Swasta
2 Layak Secara Ekonomi tetapi Pembiayaan secara
Tidak Layak Secara Finansial Pemerintah kombinasi (Hybrid Financing)
Swasta
4 Layak Secara Ekonomi dan KPBU Reguler
Finansial Swasta
Sumber: BAPPENAS
5
Penugasan BUMN untuk Pembangunan Infrastruktur yang
Mendapat Fasilitas Fiskal
Program 10.000 MW Tahap I
o Bentuk Jaminan: Jaminan penuh atas pinjaman PT PLN kepada Lembaga Keuangan
o Dasar Hukum: Perpres No. 91/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 44/2008
o Pemerintah telah menerbitkan 36 surat jaminan.
Program 35.000 MW
o Bentuk Jaminan: Jaminan atas pinjaman PLN dan Jaminan Kelayakan Usaha.
o Dasar Hukum: Perpres 4 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Keuangan No.130 Tahun 2016.
o Dibutuhkan daftar proyek dari PT PLN.
Pinjaman Daerah
APBN/APBD KPBU
PT SMI Bank
7
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui
APBN/APBD
8
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui APBN/APBD
2015 2016 2017 2017 2018
No Uraian
APBNP APBNP APBN APBNP RAPBN
I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8 390,3 395,1
1. Melalui K/L 196,8 151,2 153,7 157,1 161,2
33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 101,7 98,9 101,5 104,2
22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1 40,8 44,2
18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7 2,5 1,4
20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6 3,1 2,8
2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6 6,0 3,0
a. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3 0,5 1,2
b. Belanja Hibah 4,5 4 2,2 5,4 1,4
3. Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7 180,9 182,8
a. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3 32,3 33,9
b. Tambahan Otsus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 3 1,8 - - -
c. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24 24,0 24,0
d. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur - - 124 121,2 120,9
4. Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8 46,2 48,1
a. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7 3,1 2,2
b. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan Pembangunan 0,8 36,2 - - -
Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan Batubara
c. Penyertaan Modal Negara - - 7,2 9,6 6,1
d. BLU LMAN - - 20 32,1 35,4
II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,7 5,5 8,2 9,0
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2 5,6 5,8
25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2 2,6 2,9
24 Kementerian Kesehatan 0,3
III. Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1 2,6 4,9
56 BPN 1,3 0,3 0,1 0,2 2,8
19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6 0,4 0,2
Jumlah 290,3 317,1 387,3 401,1 409,0
Sumber: DJA, Kementerian Keuangan 9
Pembiayaan Infrastruktur Daerah Melalui Pinjaman
Daerah Berdasarkan PMK 174/PMK.08/2016
10
Pertimbangan Daerah Melakukan Pinjaman
11
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman Pemerintah
Pusat (PIP)
1.400,00 5,3%
1.200,00
1.000,00
800,00 31,6% Barat
600,00
Tengah
400,00
63,2% Timur
200,00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Series2 190,00 1.160,28 606,96 368,61 239,69
42,86% Pasar
Terminal
12
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Pinjaman PT SMI
14
Penugasan kepada PT SMI
Pinjaman
Penugasan (* Daerah
15
Kriteria Pinjaman dan Lingkup Infrastruktur
• Pemda dapat melakukan Pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan penyediaan
infrastruktur dalam rangka pelayanan publik.
• Penyediaan infrastruktur yang dapat diberikan fasilitas pembiayaan, yaitu:
o Infrastruktur yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
o Infrastruktur yang dapat menjadi obyek pembiayaan perusahaan pembiayaan
infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
• Berdasarkan pembiayaan yang telah disalurkan oleh PIP maupun PT SMI sebagian besar
merupakan daerah-daerah yang berada di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Oleh
karena itu, dengan memperhatikan tujuan pemerataan distribusi pembangunan
infrastruktur, PT SMI ditugaskan untuk dapat memprioritaskan pembangunan infrastruktur
di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah.
• Disamping itu, PT SMI ditugaskan untuk memberikan pinjaman daerah dalam rangka
pembiayaan sektor infrastruktur yang belum memiliki anggaran yang memadai, sehingga
sektor prioritas adalah sektor non-kesehatan dan non-pendidikan, seperti: infrastruktur
instalasi pengelolaan air, irigasi, pengelolaan limbah, jalan, jembatan, transportasi dan sektor
lainnya dalam ruang lingkup usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur.
16
Jangka Waktu dan Suku Bunga Pinjaman Daerah
• Jangka Waktu
o Pinjaman daerah yang disediakan oleh PT SMI dalam rangka pembiayaan infrastruktur
daerah baik skala kecil, menengah maupun besar sehingga jangka waktu pinjaman yang
dapat diberikan oleh PT SMI diharapkan di atas 5 tahun. Hal ini berbeda dengan
pinjaman daerah yang diberikan oleh PIP yaitu rata-rata 5 tahun.
o Jangka waktu pinjaman diatas 5 tahun diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
daerah dalam rangka mengakses pembiayaan jangka menengah dan panjang dari
lembaga keuangan komersial sehingga dapat memperbesar volume pembiayaan dalam
rangka pembangunan infrastruktur daerah.
17
Pelaksanaan Pemberian Pinjaman PT SMI
Pelaksanaan Penugasan Penyediaan Pembiayaan Infrastruktur Daerah
• Pemberian pinjaman dilakukan secara selektif oleh PT SMI.
• Pelaksanaan pemberian pinjaman oleh PT SMI dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pinjaman daerah.
18
Pembiayaan Infrastruktur Daerah melalui Skema
KPBU
19
Perbedaan Pengadaan Infrastruktur Skema Konvensional dan
KPBU
Konvensional KPBU
20
Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU
• Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai salah satu
solusi untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan pendanaan dalam penyediaan
infrastruktur di Indonesia.
• KPBU dapat membawa transfer teknologi dan keahlian sehingga diharapkan
tersedianya layanan infrastruktur yang lebih efisien dan membuka lapangan kerja
atas proyek infrastruktur dimaksud.
• Dalam skema KPBU, investor akan mendapatkan pengembalian atas investasinya
berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari pengguna layanan infrastruktur tersebut
dan/atau dari pembayaran/subsidi dari Pemerintah berdasarkan ketersediaan dan
kualitas layanan infrastruktur.
• KPBU secara umum dapat didefinisikan sebagai pola pengadaan proyek infrastruktur
yang didasarkan pada kontrak tertulis antara Pemerintah sebagai pemilik proyek
kerjasama dengan pihak sponsor/investor dari swasta yang berdasarkan pada skema
pembagian risiko dan pengembalian atas investasi yang wajar berdasarkan
spesifikasi layanan infrastruktur yang dibutuhkan.
• Secara umum proyek-proyek yang dilakukan dengan skema KPBU mempunyai
karakteristik yaitu: (1) mempunyai nilai investasi yang besar/sangat besar; (2)
mempunyai dampak yang strategis untuk kepentingan nasional; (3) transformatif
artinya hanya Pemerintah yang baik yang bisa menyediakan layanan infrastruktur
tersebut.
21
Pembiayaan Infrastruktur melalui KPBU
Jenis Infrastruktur PJPK
Infrastruktur Ekonomi • Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala
• Transportasi; Jalan; Sumber Daya Air dan Irigasi; Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku Penangungg
Ketenagalistrikan; Telekomunikasi dan Elektronika, Jawa Proyek Kerjasama (PJPK).
dll. • Penentuan Menteri/Kepala Lembaga /Kepala Daerah
sebagai PJPK dilakukan dengan memperhatikan
Infrastruktur Sosial peraturan perundang-undangan sektor.
• Kesehatan; Lembaga Pemasyarakatan; Perumahan • BUMN/BUMD dapat bertindak selaku PJPK sepanjang
Rakyat, dll. diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor.
Pengembalian Investasi
PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan
keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
Pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas Penyediaan Infrastruktur bersumber dari:
• PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan infrastruktur.
Pembayaran oleh • Tarif dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna
pengguna dalam • PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga Badan Usaha Pelaksana dapat
bentuk tarif memperoleh pengembalian investasi
23
Dana Penyiapan Proyek atau Project Development Fund (PDF)
24
Dukungan Kelayakan atau Viabilty Gap Fund (VGF)
• Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi sebagian biaya konstruksi yang diberikan secara tunai
pada proyek KPBU yang sudah memiliki kelayakan ekonomi namun belum memiliki kelayakan finansial.
Dukungan Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Proyek
Kerja Sama layak secara finansial. Pemerintah Daerah dapat berkontribusi atas pemberian dukungan ini
setelah memperoleh persetujuan dari DPRD.
• Tujuan Dukungan Kelayakan yaitu:
Meningkatkan kelayakan finansial Proyek Kerja Sama sehingga menimbulkan minat dan partisipasi
Badan Usaha pada Proyek Kerja Sama.
Meningkatkan kepastian pengadaan Proyek Kerja Sama dan pengadaan Badan Usaha pada Proyek
Kerja Sama sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan.
Mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh
masyarakat.
• Dalam hal Proyek Kerja Sama Daerah, Pemerintah Daerah dianjurkan untuk dapat berkontribusi atas
pemberian Dukungan Kelayakan setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD.
• Dasar Hukum
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
Peraturan Menteri Keuangan 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas
Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Menteri Keuangan 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan
atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur sebagaimana diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor
170/PMK.08/2015.
• Contoh Proyek:
proyek sarana penyediaan air minum (SPAM) di Umbulan, Jawa Timur, senilai Rp2,1 triliun
25
Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment)
• Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada badan usaha atas
tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU.
• Pembayaran ketersediaan layanan merupakan Belanja Negara atau Belanja Daerah yang bertujuan
untuk:
Memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat secara berkesinambungan.
Mengoptimalkan nilai guna dari APBN/APBD.
Menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerjasama
dengan Pemerintah.
• Pembayaran ketersediaan layanan dilakukan untuk:
KPBU Pemerintah Pusat melalui mekanisme APBN
KPBU Pemerintah Daerah melalui mekanisme APBD
• Setiap pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan dilakukan secara tepat waktu dan dilakukan
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan mengenai pelaksanaan pembayaran
APBN/APBD.
• Pembayaran ketersediaan layanan tidak disediakan untuk KPBU yang telah mendapatkan Dukungan
Kelayakan.
• Pembayaran ketersediaan layanan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD selaku PJPK mengikuti
mekanisme korporasi.
• Dasar Hukum
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur.
PMK Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka KPBU
dalam Penyediaan Infrastruktur.
• Contoh Proyek
Proyek Palapa Ring Paket Barat, Tengah, dan Timur, senilai Rp7,76 triliun.
26
Penjaminan Infrastruktur dalam Skema KPBU
27
Terima Kasih
28