F760ebdde7cd4c2d 330
F760ebdde7cd4c2d 330
Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
NIM : 11/312923/PA/13608
Judul Laporan Kerja Praktik : Sistem Proteksi Suhu Pada Force Draft Fan di
PLTU 1 Pacitan
Pembimbing Supervisor
Manajer Pemeliharaan
Ardi Nugroho
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Mengetahui ,
Dosen Pembimbing
Kerja Praktek
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan kegiatan
Kerja Praktek ini.
Dalam hal ini, penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT. PJB
PLTU 1 JATIM PACITAN selama terhitung dari tanggal 20 Februari 2015 s.d. 20
Maret 2015. Dalam penulisan ini penulis berusaha untuk memaparkan seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan selama Kerja Praktek yang tentu sesuai dengan
judul yang dipilih yaitu ” SISTEM PROTEKSI SUHU PADA FORCE DRAFT
FAN DI PLTU 1 JATIM PACITAN”
1. Allah SWT. karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek
dan Laporan Kerja Praktek ini.
2. Keluarga yang turut mendoakan kesehatan dan kelancaran selama proses Kerja
Praktek.
3. Bapak Alwin selaku Supervisor I & C yang memberikan izin kepada penulis untuk
dapat mengikuti proses kerja selama 1 bulan di Unit I&C PLTU Pacitan.
4. Bapak Drs. Bambang N. Prastowo, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
5. Rekan-rekan teknisi di bagian Common dan BTG di Unit I & C yang bersedia
membagi ilmu dan pengalamannya mengenai siklus kerja dan sistematika di PLTU
Pacitan.
6. Seluruh karyawan PLTU 1 Pacitan, yang telah memberikan bantuannya kepada
penulis dalam hal teknis dilapangan.
iii
7. Rekan – rekan mahasiswa Kerja Praktek (Sebri Ardy, Nur Ahmad, Fajrul) dan
mahasiswa S1 ELINS UGM khususnya angkatan 2011.
Penulis,
Syamsul Bahri
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.5. Pengukuran Vibrasi ......................................................................................... 26
3.5. Sistem Kontrol .................................................................................................... 28
3.3.1. Pengertian Distributed Control System ........................................................... 28
3.3.2. Kegunaan DCS ................................................................................................ 30
3.3.3. Cara Kerja DCS ............................................................................................... 30
3.3.4. Komunikasi Pada DCS .................................................................................... 31
3.6. Foxboro Invensys ............................................................................................... 33
3.4.1. Sistem I/A Series ............................................................................................. 34
3.4.2. Spesifikasi Sistem I/A Series ................................................................... 34
3.4.3. Hardware pada I/A Series................................................................................ 35
3.4.4. Software Yang Digunakan Pada I/A Series ......................................... 37
3.4.5. I/A Series Network .......................................................................................... 38
3.7. Field Bus Module ............................................................................................... 38
3.8. Control Processor ............................................................................................... 41
3.9. Protokol Field Bus .............................................................................................. 42
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi sesuatu hal penting dan bermanfaat
bagi seorang mahasiswa, terutama pada saat terjun kedalam dunia kerja yang
melalui bangku kuliah, pengetahuan yang bersifat praktek serta sesuai dengan
perkembangan zaman tentunya hanya dapat diperoleh dari luar lingkungan kampus,
yaitu melalui suatu kegiatan kerja praktek lapangan pada suatu instansi atau
perkuliahan semata.
juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat lebih
PLTU Pacitan merupakan salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang
berada di Pacitan Jawa Timur. PLTU Pacitan juga memiliki dua unit pembangkit
dengan kapasitas total tenaga listrik yang di hasilkan sebesar 630 MW. Kapasitas
masing-masing unit pembangkit sebesar 315 MW. Energi listrik yang dihasilkan
PLTU Pacitan nantinya akan disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi
1
(SUTT) 150 KV sepanjang 35,65 kilometer ke Gardu Induk Pacitan Baru dan
Kegiatan yang akan kami lakukan adalah kegiatan kerja praktek, sebagai salah
satu syarat kelulusan.
Adapun maksud dan tujuan utama dari kuliah praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Menerapkan ilmu serta teori yang telah didapat dari bangku perkuliahan.
2. Mendapatkan pengalaman serta menambah kemampuan di bidang
Teknologi dan industri diluar bangku kuliah.
3. Mengetahui dan mempelajari teknologi yang digunakan dalam proses
penelitian.
4. Menambah network serta relationship di lingkungan kerja dengan bertemu
orang-orang baru dan berpengalaman di dunia kerja.
2
1.5. Objek Pengamatan
Objek pengamatan yang kami ajukan dan nantinya akan diteliti pada saat kerja
praktek lapangan di PLTU Pacitan adalah penerapan Sistem Kontrol Suhu di Force
Draft Fan pada Boiler. Adapun posisi yang diharapkan adalah posisi yang sesuai
dengan keahlian kami sebagai mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi Universitas
Gadjah Mada.
1.6. Pembimbing
1. Lapangan
2. Akademis
3
BAB II
PROFIL PT. PJB UBJOM PACITAN
5
2.3. Visi dan Misi PLTU UBJOM Pacitan
2.3.1. Visi
2.3.2. Misi
2.3.3. Motto
6
BAB III
LANDASAN TEORI
PLTU adalah mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan
bakar menjadi energi listrik. PLTU merupakan jenis pembangkit listrik tenaga thermal
yang banyak digunakan, karena efisiensinya yang baik dan bahan bakarnya mudah
didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.
7
menjadi uap hingga Superheated. Proses di Boiler merupakan perubahan energi kimia
dari batubara menjadi energi kalor/panas.
Uap Superheated digunakan untuk memutar High Pressure (HP) Turbine. Uap
keluar HP Turbine dipanaskan kembali oleh Reheater untuk memutarIntermediete
Pressure (IP) dan Low Pressure (LP) Turbine. HP, IP, dan LP Turbine tersebut
dikopel bersamaan dengan Generator sehingga menghasilkan listrik. Uap yang keluar
dari LP Turbine lalu masuk ke Condensor untuk dikondensasi menjadi air umpan
kembali. Air tersebut selanjutnya dipompa kembali ke Boileruntuk dipanaskan dan
diubah menjadi uap air yang digunakan untuk memutarTurbine lagi (Close Cycle).
Proses di Turbine dan Generator merupakan perubahan energi kalor/panas menjadi
energi gerak selanjutnya menjadi energi listrik.
1. Boiler
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin.
2. Turbin Uap
Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh
uap menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros
generator sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.
3. Kondensor
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi
listrik.
8
3.2.2. Bagian Penunjang
1. Desalination Plant
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh
water) dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan
langsung masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan PLTU.
Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang
digunakan berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeabel yang
dapat menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat
dihasilkan air tawar seperti pada desalination plant.
3. Demineralizer Plant
Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air
tawar. Air sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih
mengandung mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada saat air tersebut melewati jalur perpipaan
di dalam PLTU. Hal ini dapat menimbulkan korosi pada peralatan PLTU.
4. Hydrogen Plant
5. Chlorination Plant
9
6. Auxiliary Boiler (Boiler bantu)
Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel oil), yang
berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama
start up maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).
7. Coal Handling
Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar
muat kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran
ke bunker unit.
8. Ash Handling
Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash)
maupun abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator Hopper dan SDCC
(Submerged Drag Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan
abu (ash valley).
Pengukuran dan kontrol adalah sistem otak dan syaraf pada setiap
pembangkit tenaga listrik modern. Sistem pengukuran dan kontrol memonitor dan
mengatur proses-proses yang jika tidak demikian akan sulit untuk mengoperasikan
dengan efisien dan aman serta mencapai kualitas yang tinggi dan biaya yang
rendah. Proses pengukuran dan kontrol diperlukan dalam proses pembangkit
modern sebagai bisnis agar tetap menguntungkan. Untuk meningkatkan mutu,
mengurangi emisi, meminimalkan kesalahan manusia dan menurunkan biaya
operasi, dan banyak keuntungan lainnya.
10
Perancang instrumentasi dan kontrol harus memahami terlebih dahulu proses
agar bisa menerapkan sistem kontrol yang diperlukan dengan instrumen yang tepat,
pemilihan peralatan instrumentasi dan kontrol mencakup beberapa aspek penting
selain teknologi spesifik meliputi:
11
kualitas installation dan bebas gangguan operasi. Pengguna harus
menerapkan sistem grounding yang disesuaikan dengan aturan dan
rekomendasi vendor sistem.
Installation dan Maintenance, Pengguna harus melihat kemampuan staf
pemeliharaan pada pembangkit ketika memilih pengukuran dan peralatan
kontrol. Pemeliharaan mungkin harus dilakukan oleh orang kontraktor.
Pertimbangan lain termasuk kesulitan dan frekuensi pada kalibrasi dan
kalibrasi juga harus dilakukan oleh penyedia fasilitas.
1. Bourdon Tube
12
Gambar 3.2 di atas menunjukkan pengukuran tekanan dengan menggunakan
metode bourdon tube (tabung bourdon). Perubahan tekanan yang dideteksi oleh
tabung Bourdon akan menyebabkan tabungnya bergerak. Kemudian gerakan
tabung tersebut ditransmisikan untuk menggerakkan jarum meter. Biasanya ukuran
skala tekanan ini dikalibrasi dalam beberapa ukuran antara lain: PSI, kPa, Bar dan
Kg/cm2. Tekanan gauge merupakan ukuran yang relatif.
2. Diaphragm
3. Capacitive Transducer
13
proses tekanan. Perubahan tekanan menyebabkan terjadi penyimpangan
akibat adanya gaya lawan dari reference pressure. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan kapasitansi sekaligus merubah besarnya frekuensi
osilasi. Perubahan ini yang dikonversikan menjadi besaran ukur tekanan.
4. Differential Transformer
14
1. Thermocouple
15
Logam murni akan menghasilkan peningkatan ketahanan sesuai
peningkatan suhu. Dalam resistance temperature ditector (RTD), elektronik
merasakan perubahan resistansi dari resistor (pada jembatan Wheatstone)
sebagai perubahan suhu dan menghasilkan output yang proporsional. Yang
paling umum elemen RTD adalah 100 Ohm pada platinum 0°C. RTD adalah
sebuah sensor akurat yang secara teoritis dapat mengukur perubahan suhu
0,00002 °F (0,00001 °C).
RTD biasanya terlindung dari lingkungan oleh sarung yang terbuat dari
stainless steel atau material yang tahan temperature dan korosi lainnya (lihat
gambar di atas). Elemen pas di dalam sarungnya untuk menghasilkan tingkat suhu
tinggi dari perpindahan panas. Serbuk halus digunakan untuk menghilangkan
kantong udara insulator keramik yang biasanya digunakan untuk mengisolasi
kabel timah internal. Pada ujung tabung ada sebuah hermetis melindungi elemen.
Perakitan dapat diakhiri dengan kawat timah atau mungkin diberikan blok terminal
yang tepat sama dengan perakitan T/°C.
16
Load cells, biasa juga disebut dengan strain gage. Pada umumnya terpasang
melekat pada struktur tiang (beam). Load cell ini akan membengkok (bend) seiring
dengan bertambahnya berat di atas beam. Perubahan bentuk strain gage ini akan
merubah tahanannya sekaligus merubah besaran listrik yang dihasilkan. Besaran
listrik inilah yang dirubah menjadi besaran berat. Instalasi strain gage ini
umumnya terpasang dalam rangkaian jembatan Wheatstone.
2. Differential Pressure
3. Float
4. Ultrasonic
Sensor Level Ultrasonic terdiri dari sebuah generator ultrasonik dengan
menggunakan oscillator pada frekuensi ±20.000 Hz. Waktu yang dibutuhkan
17
gelombang suara untuk bersentuhan dengan material dan balik kembali ke penerima
merupakan representasi dari tinggi level yang diukur. Sensor Level Ultrasonic
terdiri dari sebuah generator ultrasonik dengan menggunakan oscillator pada
frekuensi ±20.000 Hz.
Ultrasonik tidak dapat digunakan untuk pengukuran level dengan jenis material
busa(foam). Hal ini karena busa akan menyerap sinyal suara yang dihasilkan.
Peralatan ini juga tidak dapat berfungsi jika dioperasikan didalam ruang kedap suara
karena tidak adanya fasilitas untuk mengukur waktu sinyal merambat.
5. Tape
Pita terhubung dengan pelampung pada salah satu ujung pita sementara ujung
pita yang lain terhubung dengan beban penyeimbang. Beban penyeimbang ini
digunakan untuk mempertahankan agar pita tetap dalam regangan yang ideal pada
18
saat pelampung naik atau turun mengikuti level cairan. Penggunaan jenis
pengukuran level dengan tipe ini umumnya digunakan untuk pengamatan secara
lokal saja. Sangat jarang sekali digunakan untuk mentransmisikan sinyal.
Gambar 3.12 adalah tipe pengukuran dengan menggunakan weight dan cable.
Kabel atau pita terikat dengan beban yang turun kedalam tanki.Pergerakannya
diaktifkan oleh sebuah timer. Saat beban bersentuhan dengan permukaan cairan maka
motor secara otomatis memutar dengan arah terbalik dan mengembalikan posisi beban
1 ft/s. Selama periode beban diturunkan kembali, pulsa akan dibangkitkan oleh unit
penghitung yang mengindikasikan jumlah material yang tersimpan di dalam tangki.
7. Resistan Tape
Prinsip kerjanya adalah ketika level di dalam tangki naik maka elemen resistan
akan terhubung dengan probe penghantar. Hal ini mempengaruhi besar tahanan pada
19
loop resistance. Perubahan besar tahanan ini akan mengindikasikan besaran level
yang diukur.
8. Kapasitansi
Teori kapasitansi yang digunakan sebagai pengukur level sering juga disebut
sebagai metode pengukuran RF. Prinsip kerja kapasitansi dipengaruhi oleh tiga hal,
yaitu: luas plat, jarak antara plat dan dielektrik material. Saat kedua konduktor
mempunyai beda potensial, maka sistem akan mempunyai kemampuan untuk
menyimpan energi listrik. Besarnya kapasitansi akan bervariasi sebagai fungsi dari
dielektrik material yang mengisi celah kedua plat. Perubahan besanya kapasitansi ini
yang digunakan sebagai besaran pengukuran level.
9. Radar
Sinyal dari radar dipancarkan oleh antena yang kemudian dipantulkan kembali
ke penerima dalam jangka waktu "t".
20
Gambar 3.15 Skema sensor radar
t = 2d/c
Dimana:
Sinyal yang diproses akan menghasilkan beda frekuensi antara frekuensi saat
dipancarkan dengan frekuensi saat kembali. Perbedaan ini proporsional dengan jarak.
Hasil pengukuran tinggi permukaan sebenarnya adalah perbedaan antara tangki
dengan jarak yang diukur melalui beda frekuensi tersebut. Keuntungan penggunaan
jenis ini adalah: Mudah untuk diinstal, tidak bersentuhan langsung dengan material
yang akan diukur. Kerugian penggunaan jenis ini adalah: Harga yang mahal dan
performanya dipengaruhi oleh interfensi sinyal sebagai akibat benda-benda metal.
21
Gambar 3.14 menunjukkan pengukuran level dengan menggunakan metode
paddle wheel. Motor akan terus memutar paddle wheel. Ketika paddle wheel
bersentuhan dengan material, maka material tersebut akan menghalangi putaranya
sehingga mengaktifkan switch.
Q=AxV
Dimana:
A = diameter pipa
V = kecepatan rata-rata fluida
Ada beberapa tipe umum yang digunakan pada flow meter dengan jenis
differential pressure yaitu orifice plate, segmental orifice dan integral orifice, venture
tube dan flow nozzle, elbow, pitot tube. Pada umunya flow meter dengan jenis
differential pressure terdiri dari elemen primer (seperti orifice plate) dan elemen
sekunder (seperti differential pressure transmitter). Elemen sekunder akan mengukur
perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh elemen primer.
22
Gambar 3.17 Pressure flow meter
Orifice plate
Terdiri dari sebuah plat metal berlubang dengan ukuran tertentu (concentric
atau eccentric). Fluida yang mengalir menghasilkan perbedaan tekanan di kedua sisi
plat. Akar dari perbedaan tekanan ini merupakan proporsional dari flow. Nilai umum
yang digunakan pada pengukuran dengan orifice ini disebut dengan beta ratio
(perbandingan beta). Perbandingan ini sama dengan diameter dalam orifice dibagi
dengan diameter dalam pipa.
Venturi tube
23
pengukuran dengan tekanan yang rendah, berada pada kisaran 25% hingga 50% dari
kemampuan orifice plate. Sangat cocok digunakan pada pipa-pipa besar
Flow nozzle
Pada prinsipnya hampir sama dengan venture tube namun tidak mempunyai
recovery cone (corong) pada sisi keluar. Pada umunya digunakan untuk mengukur
aliran uap. Sangat ekonomis jika digunakan untuk mengukur flow tinggi. Dapat
mengukur 60% lebih tinggi dibandingkan dengan orifice plate.
Elbow
Saat cairan mengalir di dalam elbow, gaya sentrifugal akan terjadi pada sisi
luar. Besarnya gaya sentrifugal ini relatif terhadap kecepatan aliran. Titik pengukuran
tekanan berada pada sisi luar dan dalam elbow pada sudut 45°.
Pitot tube
Sering juga disebut dengan flow meter tipe insertion dp meter. Sebuah probe
yang terdiri dari dua bagian yang akan men-sensor dua tekanan: impact dynamic dan
static. Tekanan impact di sensor oleh satu impact tube yang akan membengkok searah
aliran fluida (dynamic head).
2. Magnetic
3. Mass Coriolis
Prinsip dari flow meter dengan desain Coriolis adalah Satu atau dua tabung
dipaksa untuk berosilasi pada frekuensi alami yang tegak lurus terhadap arah aliran
fluida. Hasil gaya coriolis ini menginduksi gerakan tabung. Gerakan ini di sensor
24
oleh pickup dan berhubungan dengan jumlah massa flow. Ada dua jenis efek umum
dari tabung coriolis, yaitu: straight dan curved (lurus dan berbentuk kurva). Straight
tube hanya membutuhkan sedikit ruang, dapat di kosongkan dan mempunyai sifat
kehilangan tekanan yang rendah. Dibandingkan dengan straight tube, curved tube
memiliki range operasi yang lebih lebar, lebih akurat jika digunakan untuk
mengukur aliran flow yang rendah, tersedia dalam ukuran yang besar, cenderung
berharga lebih murah, mempunyai temperatur operasi yang lebih tinggi. Namun
demikian curved tube lebih sensitif terhadap vibrasi dibandingkan dengan straight
tube.
4. Variable Area
Sering juga disebut dengan rotameter, rotameter ini terdiri dari sebuah
kerucut yang terbuat dari gelas (kaca) atau bahan transparan lainnya yang berskala
dan mempunyai pelampung di dalamnya. Pelampung ini terbut dari bahan-bahan
yang tahan terhadap karat, pada umumnya terbuat dari stainless steel. Oleh karena
itu, dengan adanya aliran fluida maka pelampung akan naik dalam keadaan
seimbang dan diam pada satu posisi. Semakin besar aliran fluida yang mengenai
pelampung maka posisinya akan semakin tinggi. Rotameter harus dipasang tegak
lurus terhadap aliran fluida dengan kemiringan < 2 °.
Model Transit Time Ultrasonic Flow Meter, waktu yang digunakan gelombang
akustikuntuk melintas dari transducer upstream ke transducer downstream adalah
lebih pendekdibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk melintas dari
downstream keupstream.
Model Doppler Ultrasonic Flow Meter, bekerja berdasarkan pada efek Doppler
yang menghubungkan frekuensi gelombang akustik dengan kecepatan aliran.
25
3.2.5. Pengukuran Vibrasi
Vibrasi merupakan gerak osilasi dari suatu objek relatif terhadap satu titik
acuan. Secara umum vibrasi dapat berupa osilasi periodik, gerak acak atau gerak
transien. Pengukuran vibrasi memiliki dampak terhadap peralatan yang jauh lebih
besar dari pada dampak terhadap proses itu sendiri. Sebagai contoh, pengukuran
vibrasi pada bearing steam turbine tidak berpengaruh secara langsung terhadap
proses yang terjadi pada turbin tetapi sangat berpengaruh dalam memperpanjang
usia kerja steam turbin itu sendiri.
1. Sensor Proximity
26
osilator menunjukkan secara langsung seberapa dekat ujung probe dengan poros
mesin, pada saat tidak ada pennukaan konduktif di sekitar probe maka rangkaian
jembatan dalam keadaan seimbang. Pada saat ada permukaan konduktif di dekat
probe rangkaian jembatan menjadi tidak seimbang dan sinyal keluarannya akan
sebanding dengan jarak dari permukaan objek yang diukur. Amplitudo sinyal
keluaran menggambarkan amplitude vibrasi atau displacement, sedangkan
frekuensinya menggambarkan frekuensi dari vibrasi yang terjadi.
3. Pengukuran Posisi
27
3.5. Sistem Kontrol
28
Skema DCS:
Keterangan:
29
5. MCS (Manajement Control System) untuk mengontrol common equipment
(water treatment plant. Desalination plant, Boiler Feed pump, condensate
polishing). Pada common equipment ini pengontrolan menggunakan PLC.
6. ETS (Emergency Trip System) untuk mengontrol turbin.
7. DAS (Data Acquisition System) untuk mengumpulkan data-data dari lokal
untuk masing-masing unit.
8. PLC (Programmable Logic Controller) sesuai dengan namanya adalah
sebuah controller yang dapat diprogram.
1. DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan Kontrol suatu loop system
dimana satu loop bisa terjadi beberapa proses control.
2. Berfungsi sebagai pengganti alat alat Control manual dan auto yang terpisah-
pisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan
penggunaanya.
3. Sarana pengumpul data dan pengolah data agar didapat suatu proses yang
benar-benar diinginkan.
DCS digunakan sebagai alat kontrol suatu proses. Untuk mempelajari suatu
sistem kontrol dengan DCS, harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan
loop system, dimana pada suatu loop system terdiri dari:
DCS terhubung dengan sensor dan aktuator serta menggunakan set point untuk
mengatur aliran material dalam sebuah plant / proses. Sebagai contoh adalah
pengaturan set point control loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan
control valve. Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke kontroler melalui I/O
device. Ketika pengukuran variabel tidak sesuai dengan set point (melebihi atau
kurang dari set point), controller memerintahkan aktuator untuk membuka atau
menutup sampai aliran proses mencapai set point yang diinginkan.
30
3.3.4. Komunikasi pada DCS
1. Protokol Modbus
31
Gambar 3.22 Protokol Modbus
Fitur-fitur HART
32
Gambar 3.23 OSI Layer
Keunggulan HART:
HART sebagai sebuah sistem komunikasi data peralihan dari analog menuju
digital mempunyai berbagai keunggulan yang diantaranya adalah Aman (Sape),
Terjamin keandalannya (Secure), dan mempunyai tingkat ketersediaan yang
tinggi (Available). Standar HART sudah diterima secara global oleh pabrikan
yang bergelut dalam bidang instrumentasi dan kendali. Pengujian sistem
komunikasi HART sudah teruji dalam berbagai aplikasi di industri baik industri
manufaktur, industri proses maupun industri minyak dan gas. Sistem HART juga
didukung oleh banyak industri instrumentasi dan kendali serta menghemat waktu dan
investasi.
33
Foxboro I/A Series remote fieldbus dan lapangan dipasang FBMS
tmenunjukkan penghematan kabel yang signifikan, hingga 70%, dibandingkan dengan
metode konvensional. Ethernet menghubungkan I/O dapat ditempatkan di pusat
kontrol, dekat dengan prosesor kontrol dan workstation atau di lapangan, dekat
dengan proses pengukuran dan perangkat kontrol.
Sistem I/A series terdiri dari peralatan yang di sebut modul. Tiap modul di
program dengan tugas sesuai untuk memonitor dan mengontrol sistem operasi
manufacturing. Sistem I/A Series mempunyai 3 standar untuk produknya, yaitu:
Software, Hardware dan Network. Kelebihan sistem I/A series diantaranya adalah:
34
4. Menggunakan sistem Fault Tolerant System (FT System).
1. Switch Hub
2. Work Station
35
3. Control Processor
5. Module FCM100
36
6. Baseplate
Software platform:
Software paket :
37
3.4.5. I/A Series Network
38
Gambar 3.33 Pemasangan FBM pada Baseplate
Fungsi FBM
a. Transmitters,
b. Koneksi ke PLCs,
c. Third party devices
a. Valves
b. Motors, pumps
39
Gambar 3.34 FBM
40
3.8. Control Processor
Control Processor (CP) adalah sebuah modul yang berpungsi sebagai pusat
pengaturan untuk mengerjakan proses pengaturan, sistem logic, timing, sistem control
sequensial bersama dengan modul lain (FMB) dan peralatan interface proses lain.
Control Processor juga berfungsi mengakuisisi data (lewat FBM atau peralatan lain),
deteksi alarm dan notifikasi. Sistem CP dibuat fault toleran, merupakan high speed
redundancy system. Indikator lampu pada FCP menunjukkan Green untuk sistem OK
dan Red untuk sistem Fault/Wrong. Maintenance dapat dilakukan saat sistem online,
untuk penggantian CP maupun perubahan konfigurasi dalam program.
Di bawah ini adalah table yang merupakan indicator pada CP. Status
Operasional FCP270 dinyatakan dengan nyala lampu LED.
41
Tabel 3.1 Indikator pada kontrol prosessor
OFF ON Normal
42
Keunggulan Fieldbus adalah:
43
BAB IV
Draft system adalah perbedaan antara tekanan atmosfer dengan tekanan statis di
ruang pembakaran, saluran gas buang maupun cerobong yang menghasilkan laju
aliran tertentu.
Secara garis besar, draft system mempunyai peranan penting yang sama pada
sistem pembangkit, di antaranya:
Dalam draft system tersebut terdapat beberapa fan yang sangat penting bagi
proses pembakaran di dalam boiler agar terjadi keseimbangan dan efisiensi.Fan
tersebut adalah Primary Air Fan (PA Fan), Force Draft Fan (FD Fan), dan Induced
Draft Fan (ID Fan). Pada pembahasan ini hanya akan menjelaskan tentang Force
Draft Fan (FD Fan).
44
serbuk batubara dengan perbandingan kurang lebih 13:1 agar terjadi pembakaran
sempurna. Bercampurnya udara dan serbuk batubara dibantu oleh Dumper tetap yaitu
pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi yang memungkinkan
terjadinya pembakaran yang efisien.Turbulensi mengacu pada gerakan udara didalam
Furnace, gerakan ini perlu karena dapat menyempurnakan pencampuran udara dan
bahan bakar.
45
Gambar 4.2 FD Fan Motor
46
Pada gambar 4.3, window sebelah kanan merupakan window kondisi yang
harus dipenuhi saat FD Fan akan mulai beroperasi. Sedangkan window sebelah kanan
merupakan kondisi pada saat First Out FD Fan dioperasikan.
47
Gambar 4.3 merupakan station untuk menyupali Hydraulic Oil pada FD Fan.
Hydraulic oil mempunyai 5 fungsi, yaitu:
a. Cooling (mendinginkan)
Karena hydraulic fluid nilai viscositasnya tinggi, maka tidak dapat dikompres.
Ketika sistem hidrolik terisi fluida, saat itu juga sistemhidrolik akan mengalirkan
power dari satu area ke area yang lain. Tetapi kenyataannya bukan berarti tiap-tiap
fluida mempunyai nilai efisiensi yang sama dalam meneruskan power, karena tiap-
tiap fluida tersebut mempunyai sifat khusus masing-masing. Pemilihan hydraulic fluid
yang betul, harus disesuaikan dengan pemakaian dan kondisi operasi.
c. Cleaning (membersihkan)
Fungsi lain dari hydraulic oil adalah membersihkan. Meskipun pada tangki
hidrolik sudah ada screen, bukan tidak mungkin kotoran debu akan masuk ke dalam
sistem. Kotoran-kotoran ini akan dibawa oleh oil menuju ke tangki yang kemudian
akan ditangkap oleh filter yang ada di dalam tangki. Disamping fungsi-fungsi tersebut
di atas oil juga bisa mencegah karat dan korosi pada komponen-komponen metal,
mencegah oil membentuk buih dan oksidasi, memisahkan udara, air serta kotoran
yang lain dan juga menjaga oil dari perubahan temperatur yang besar.
d. Sealing (menutupi)
48
e. Lubricating (melumasi)
Hydraulic fluid (oil) diposisikan untuk bisa melumasi seluruh komponen yang
bergerak pada suatu sistem hidrolik. Komponen-komponen yang bergerak, berputar,
atau meluncur, harus berfungsi optimal tanpa harus bersentuhan langsung dengan
komponen-komponen yang lain. Suatu keharusan bahwa hydraulic oil wajib
mempertahankan oil film di antara dua permukaan komponen untuk mencegah
terjadinya panas, gesekan, dan keausan yang tidak wajar.
Pada Hydraulic Oil Station inilah sistem akan melakukan proteksi terhadap FD
Fan serta Kondisi Start Permit yang akan menghentikan kerja FD Fan apabila terjadi
overheating pada sistem sikulasi udaranya.
49
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
1. Untuk dapat mengetahui dan mengamati dengan cepat dan akurat proses
yang terjadi dilapangan, diperlukan akses data-data dan sumber informasi,
sehingga akan menghasilkan sistem operasi yang tepat.
2. Bagi mahasiswa yang kerja praktek selanjutnya agar lebih proaktif.
50
DAFTAR PUSTAKA
Irwin Lazar, “Electrical System Analysis & Design for Industrial Plant”, Mc-Graw
Hill Book Company.
PT. PLN (Persero). 1997. Kursus Pengoperasian Unit PLTU (modul 3/OP). Jakarta:
PLN.
PT. PJBS .2007.Coal Handling System Technical Write Up for 1750 TPH Ship
Unloader. Rembang: PLN.
Arindya, Radita. 2014. Instrumentasi dan Kontrol Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
51