Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang

Menjaga Keseimbangan sel-sel yang agar dapat menjalankan fungsi


organisme disebut sebagai homeostasis jaringan, Ini bergantung pada
keseimbangan antara proliferasi seluler, diferensiasi seluler, dan kematian sel
(apoptosis). Sistem hematopoietik menyebabkan tantangan saat
mempertimbangkan homeostasis darah yang beredar karena mayoritas sel yang
beredar adalah sel postmitotik yang berumur relatif pendek. Dengan demikian,
sel darah yang beredar secara intrinsik tidak mampu memberikan penggantian
mereka saat mereka belum mencapai akhir rentang kehidupan mereka
(McKenzie, 2014). Hematopoesis merupakan proses pembentukan dan
perkembangan sel darah yang terjadi dalam sumsum tulang, proses ini
berlangsung sejak perkembangan awal embrio manusia dan berjalan sepanjang
tahun (Rodak & Carr, 2017; Black & Hawks, 2014; Lewis et al., 2014).

Sebagian besar Kelainan hematologi mencerminkan Kerusakan pada


hematopoietik, hemostatik, atau sistem retikuloendotelial. Kerusakan bisa
bersifat kuantitatif (misalnya, peningkatan atau penurunan produksi sel), kualitatif
(misalnya, sel yang diproduksi cacat dalam kapasitas fungsional normal), atau
keduanya (Smeltzer et al., 2010). Salah satu kelainan pada sistem hematopoetik
adalah penyakit sel sabit/sickle cell disease (SDC). SDC merupakan kelompok
kelainan turunan dari hemoglobin mutan (hemoglobin S) yang menyebebkan
karakteristik sabit pada sel darah merah. Jenis yang paling umum adalah anemia
sel sabit. SDC menyebabkan kondisi seumur hidup dengan gejala yang muncul
pada tahun pertama dan berlangsung seumur hidup. Gambaran klinis SDC, klien
biasanya menderita gejala mukosa pucat, lelah dan toleransi pada aktivitas fisik.
Krisi sel sabit biasanya terdapat pada krisis vasooklufif/krisi sakit, yang
membukan penanganan segera. Onsetnya secara tiba-tiba dan mengakibatkan
nyeri hebat pada tulang panjang, sendi, dada, punggung dan abdomen (Black &
Hawks, 2014). Tujuan manajemen keperawatan pada pasien SDC adalah
mengurangi nyeri.

1
Nyeri merupakan alasan paling umum bagi orang-orang untuk mencari
perawatan kesehatan, dan meskipun rasa sakit diketahui sebagai bagian dari
kehidupan, hal itu sangat menarik dalam ketidaknyamanannya dan terkadang
luar biasa dalam efeknya. Pasien yang kesakitan menanggung penderitaan yang
cukup besar dan beresiko untuk efek yang merugikan bersifat jangka panjang
yang meliputi penyembuhan luka lambat, penurunan regulasi sistem kekebalan
tubuh, dan metastasis sel tumor (Peterson & Bredow, 2013). Teori keperawatan
dapat membantu kita untuk melakukan perawatan pasien secara individual dan
dapat berkontribusi untuk pengamatan dan pengakuan yang lebih baik terhadap
kebutuhan khusus pasien, baik biologis, sosial atau psikologis (McKenna,
Pajnkihar, & Murphy, 2014).

Teori keperawatan dapat memberikan kerangka kerja untuk praktik dan


dalam banyak pengaturan klinis teori keperawatan telah digunakan dalam
penilaian kebutuhan pasien (McKenna et al., 2014). Teori dalam keperawatan
diklasifikasikan dalam grand theory, middle-range theory, dan low range atau
practice theory. Pengetahuan tentang practice theory sangat penting bagi
seorang perawat dalam melakukan praktik asuhan keperawatan sehari-hari
(Rachmawati, 2011).

Teori middle-range pain menyediakan struktur konseptual terdiri dari


panduan untuk asuhan keperawatan dan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan praktek untuk mengurangi nyeri. Tujuan utamanya adalah untuk
memastikan bahwa pasien mengalami lebih sedikit nyeri setelah menjalani
operasi, dengan efek samping obat yang minimal (Good, 2011)

Kontrol nyeri merupakan aktivitas kompleks dalam keperawatan. Meskipun


anggota tim lain terlibat, namun perawat memikul tanggung jawab utama untuk
mengetahui secara spesifik tentang kepekaan obat seseorang, tingkat kontrol
yang diinginkan, pengalaman lega dan efek samping, dan frekuensi obat yang
diinginkan. Perawat tahu bahwa manajemen nyeri berarti bekerja dengan orang-
orang unik yang memiliki harapan, toleransi, konsekuensi, dan masalah yang
berbeda. Semakin banyak orang dan keluarga yang terlibat dalam keputusan
perawatan, semakin banyak mereka menjadi kompleks dan semakin banyak

2
peluang yang ada baik untuk kesalahan maupun keunggulan (Locsin & Purnell,
2009).

Nyeri akibat krisis sel sabit menuntut Para profesional perawatan kesehatan
saat ini memiliki kewajiban untuk mengidentifikasi sumber, untuk mengobati
penyebabnya, dan untuk menghilangkan rasa sakit. Teori telah dikembangkan
untuk menjelaskan dan mengelola rasa sakit, dan peneliti memiliki kewajiban
untuk menguji intervensi untuk bantuan (Peterson & Bredow, 2013). Nyeri
karena penyakit dan operasi dapat membatasi fungsi kehidupan dan
membangkitkan ketakutan eksistensial. Dampak emosional dari keterbatasan ini
sangat kuat dan berinteraksi dengan nyeri sensorik (Peterson & Bredow, 2013).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran konsep dasar teori keperawatan pain dan penerapannya
dalam asuhan keperawatan pada kasus hemotopoetik.
Tujuan Khusus
 Menganalisa Manfaat Teori middle-range keseimbangan antara
analgesia dan efek samping sebagai pedoman manajemen nyeri
berdasarkan kasus hemotopoetik
 Menganalisa sifat Kekuatan teori middle-range keseimbangan antara
analgesia dan efek samping yang di hubungkan dengan penerapan
kasus hematopoetik
 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang
konsep teori keseimbangan antara analgesia dan efek samping
 Mampu mengaplikasikan teori keseimbangan antara analgesia dan
efek samping pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

KONSEP TEORI

A. Perkembangan Teori
Dimulai pada abad ke-17, para ilmuwan mengajukan berbagai teori tentang
bagaimana peristiwa nyeri ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan. Teori nyeri
tertua digambarkan seorang filsuf, ahli matematika, dan fisiolog abad 17 yaitu
Rene Descartes dalam gambarannya tentang seorang anak yang kakinya terlalu
dekat dengan api (Rachmawati, 2011). Pada Tahun 1895, Von Frey
mempublikasikan tentang teori nyeri yang spesifik berkaitan dengan temuan
adanya saraf khusus nyeri dan teori pola (ditinjau dalam Melzack & Wall, 1965).
Bukti nyeri secara afektif dramatis ditunjukkan oleh Beecher (1959), yang
menunjukkan bahwa nyeri memiliki komponen psikologis yang dapat
mengurangi transmisi impuls. Teori Gate Control of pain adalah pergeseran
besar atau pergeseran paradigma dalam teori nyeri (Melzack & Wall, 1965). Ini
menyatukan beberapa teori rasa sakit sensorik dan menambahkan elemen
kontrol afektif, motivasi, dan pusat, yang dapat memodifikasi rasa sakit dengan
mekanisme menurun dari otak ke tanduk dorsal (Peterson & Bredow, 2013).

Penemuan opiat endogen di daerah abu-abu periakueduktal otak, reseptor


opioid dalam sistem saraf pusat, dan kemudian katekolamin, serotonin, dan
reseptor neuropeptida semua menghasilkan teori-teori baru yang dipandang
para ilmuwan sebagai mendukung atau menyanggah teori Gate Control of pain.
Akhirnya, Melzack mempresentasikan teori neuromatrix baru tentang rasa sakit
yang meliputi pengetahuan tentang adanya kompleksitas rasa sakit pada
manusia (Melzack, 1996). Perawat telah menciptakan berbagai deskriptif dan
prediktif teori nyeri dari perspektif kedua pasien dan perawat ahli (Im, 2006; Lenz,
Pugh, Milligan, Hadiah, & Suppe, 1997; Morse, Bottorff, & Hutchinson, 1995;
Mahon, 1994; Tsai, Tak, Moore, & Palencia, 2003; Simon, Baumann, & Nolan,
1995). Namun, semua teori ini hanya menggambarkan dan menjelaskan
mekanisme dan manifestasi nyeri. Mereka mengusulkan proses terjadinya nyeri,
dimodulasi, dan kondisi terkaitnya,dan meskipun sangat berguna, mereka tidak
menentukan intervensi yang efektif. Oleh karena itu, teori preskriptif yang

4
dibutuhkan oleh perawat untuk menyediakan dan menguji intervensi (Dickhoff &
James, 1968 dalam (Peterson & Bredow, 2013).

Teori ini dikembangkan dari Pedoman Manajemen Nyeri Akut oleh Agency
For Health Care Policy And Research. Pedoman ini dikembangkan berdasarkan
kesepakatan multidisiplin seperti peneliti, perawat, dan dokter anestesi. Teori ini
adalah teori preskriptif middle-range manajemen nyeri terintegrasi yang pertama.
Konsep utama yang dikembangkan oleh teori ini adalah nyeri. Nyeri akut
dikonsepkan sebagai fenomena multidisiplin yang terjadi setelah pembedahan
atau trauma yang mencakup dimensi sensori dan afektif (Rachmawati, 2011).

B. Komponen Teori
Nyeri akut dikonseptualisasikan sebagai fenomena multidimensi yang terjadi
setelah operasi atau trauma dan mencakup dimensi sensorik dan afektif.
Komponen sensoris nyeri terjadi setelah kerusakan pada jaringan tubuh adalah
persepsi fisik terhadap luka yang bersifat lokal. Ini biasanya disebut "sensasi
nyeri" (Good et al., 2001). Komponen afektif dari nyeri adalah emosi tidak
menyenangkan yang terkait dengan sensasi dan telah dinamakan “distres nyeri”
(Good et al., 2001), “kecemasan” (Good, 1995a), atau “sesuatu yang tidak
menyenangkan” (Price, McGrath, Rafii, & Buckingham, 1983). Komponen
sensorik dan afektif dari nyeri mempengaruhi satu sama lain (Casey & Melzack,
1967; Johnson & Rice, 1974) dan dapat diukur dalam hal skala (Good et al.,
2001) (Peterson & Bredow, 2013).
Terapi multimodal
Obat pereda Adjuvan Adjuvan Non
nyeri farmakologis farmakologis

Perawatan Perhatian penuh


Pengkajian nyeri Identifikasi
pengurangan yang Intervensi,
dan efek Keseimbangan
tidak memadai dan pengkajian
samping antara
efek samping ulang, re- analgesia
yang tidak dapat intervention dan efek
diterima samping
Partisipasi pasien
Pengajaran Pengaturan
Pasien sasaran bersama
untuk
menghilangkan
rasa sakit 5
Gambar. 2.1 Kerangka Teori middle-range keseimbangan antara analgesia
dan efek samping menghasilkan pedoman tindakan keperawatan untuk
mendorong partisipasi pasien dalam menggunakan terapi multimodal
dengan perawatan penuh perhatian. (Diadaptasi dari Good, M. [1998]
(Peterson & Bredow, 2013)

Struktur teori keseimbangan antara analgesia dan efek samping ditunjukkan


dengan konsep, hubungan, dan proposisi (Good, 2011).
1) Terapi multimodal. Pemberian obat pereda nyeri dengan adjuvan
farmakologis dan nonfarmakologi berkontribusi mencapai keseimbangan
antara analgesia dan efek samping
2) Perawatan Perhatian penuh. Penilaian nyeri secara teratur, penilaian
efek samping reguler, identifikasi rasa sakit yang tidak hilang dan efek
samping yang tidak diinginkan, dan proses intervensi, reassessraent,
dan reintervention berkontribusi pada keseimbangan antara analgesia
dan efek samping.
3) Partisipasi pasien. pengajaran pasien dan pengaturan tujuan pasien
untuk menghilangkan rasa sakit berkontribusi untuk mencapai
keseimbangan antara analgesia dan efek samping

Terapi Multi modal meliputi metode utama yang digunakan sebagai bantuan.
Terapi mungkin opioid yang digunakan untuk analgesia yang konsumsi oleh
pasien atau dengan injeksi subkutan, intramuskular, atau intravena. Namun,
analgesik opioid memiliki efek samping mual, muntah, kantuk, retensi urin, dan
depresi pernafasan. Selain itu, dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk
menghindari efek samping ini, pasien sering mengambil lebih sedikit analgesik
daripada yang diperlukan untuk bantuan yang memadai (Acute Pain
Management Guideline Panel, 1992). Epidural Analgesia dapat dicapai dengan
penggunaan opioid, anestesi lokal, atau keduanya; ini disuntikkan ke ruang
epidural dari sumsum tulang belakang. Efek samping dari analgesia epidural
termasuk mati rasa ekstremitas bawah. Teknik lain mungkin termasuk infiltrasi
pascainfisial dengan anestesi lokal, analgesia intra-artikular, dan blok saraf
perifer (American Society of Anesthesiologists Task Force pada Pain
Management, 2004). Karena metode ini sering memberikan analgesia yang tidak

6
memadai dan efek samping yang tidak nyaman, adjuvant sering
direkomendasikan (Peterson & Bredow, 2013).
Adjuvant farmakologis dapat diberikan karena mekanisme aksi mereka yang
tidak terkait meningkatkan bantuan, namun dapat “menghemat” penggunaan
dan efek samping dari analgesik yang kuat. The American Society of
Anesthesiologists Task Force pada Pain Management (2004) melaporkan bahwa
literatur menunjukkan bahwa dua rute administrasi mungkin lebih efektif dan
merekomendasikan beberapa kombinasi, seperti (a) analgesia opioid epidural
dikombinasikan dengan analgesik oral atau sistemik dan (b) opioid intravena
dikombinasikan dengan NSAID oral seperti ibuprofen; COX-2 inhibitor (COXIBs)
seperti celecoxib; atau acetaminophen (Peterson & Bredow, 2013).
Adjuvan nonfarmakologis terhadap obat analgesik dapat mencakup teknik
relaksasi, musik, hipnosis, imajinasi terpandu dengan pesan self-efficacy, atau
citra terpandu dengan pesan gambar yang menyenangkan. Musik bisa lembut,
menenangkan, musik instrumental penenang (Good et al., 2000) dan dapat
dikombinasikan dengan relaksasi dan tehnik distraksi (Peterson & Bredow,
2013).
Penilaian Nyeri teratur dan efek samping adalah tindakan yang dilakukan
perawat untuk mengidentifikasi gejala pasien. Teori itu kemudian menetapkan
bahwa perawat mengobati gejala-gejala ini, daripada hanya merekamnya.
Identifikasi pengurangan rasa sakit dan efek samping yang tidak adekuat
mengarahkan perawat untuk mempercayai laporan pasien dan untuk
mengetahui intensitas apa yang kurang dari bantuan yang memadai,
mempertimbangkan norma di unit keperawatan pasca operasi dan variasi yang
luas dalam tanggapan pasien terhadap nyeri dan analgesik (Peterson & Bredow,
2013).
Pengajaran pasien dan pengaturan tujuan bersama akan membantu pasien
dalam peran penting mereka dalam mengelola rasa sakit mereka sendiri.
Diusulkan bahwa perawat mengajarkan pasien sikap yang efektif dan harapan
yang akurat dari rasa sakit. Perawat juga mengajarkan pasien untuk melaporkan
rasa sakit, mendapatkan obat, dan menggunakan adjuvant. Diusulkan agar
perawat memulai dialog untuk penetapan tujuan bersama untuk menetapkan
tujuan bantuan yang realistis yang dapat diterima oleh pasien mereka (Peterson
& Bredow, 2013).
7
C. Alat ukur Teori PAIN
 Obat pereda nyeri/Analgetik merupakan Senyawa mirip morfin atau anastesi
lokal epidural yang diterima pasien untuk nyeri pasca operasi.
Ukuran. Nama obat, dosis, frekuensi, metode administrasi, atau dosis 24 jam
yang diterima
 Adjuvan farmakologis NSAIDS diberikan sebagai adjuvant untuk obat pereda
nyeri. Nama obat, dosis, metode administrasi, atau ada atau tidaknya
 Nonfarmakologis Adjuvan. Relaksasi, musik, imaginary pijat, atau dingin untuk
bantuan di samping obat penghilang rasa sakit yang ampuh. ada atau tidak
ada; jenis teknik; pengamatan penggunaan yang efektif.
 Penilaian nyeri rutin dan efek samping. Laporan nyeri berdasarkan skala nyeri
dan laporan efek samping obat nyeri ampuh setiap 2 jam sampai rasa sakit
terkendali dan kemudian setiap 4 jam. Intensitas nyeri pada skala 0 hingga 10;
intensitas efek samping pada skala peringkat 4-poin
 Identifikasi nyeri yang tidak memadai dan efek samping yang tidak dapat
diterima. Laporan intensitas nyeri yang lebih besar dari yang disepakati
bersama pada tujuan realistis yang aman, atau efek samping yang tidak dapat
diterima oleh pasien atau dinilai tidak aman oleh perawat. Laporan intensitas
nyeri didokumentasikan lebih besar dari tujuan atau efek samping yang tidak
dapat diterima; atau dinilai tidak aman oleh perawat
 Intervensi, pengkajian ulang, dan reintervensi. Intervensi cepat untuk nyeri
biasa dan efek samping; penilaian ulang pada saat efek puncak, dan
reintervensi jika rasa sakit atau efek samping tidak dapat diterima.
Dokumentasi waktu, peringkat intensitas, dan jenis intervensi, seperti
peningkatan dosis obat penghilang rasa sakit, penurunan interval dosis, atau
penambahan NSAID dan adjuvan nonfarmakologi
 Mengajar pasien. Mengajar pasien preoperatif dan memperkuat pasca operasi
tentang sikap dan harapan pasien, melaporkan rasa sakit, memperoleh obat,
pencegahan aktivitas terkait rasa sakit dan penggunaan adjuvant. Audiotape
atau rekaman video untuk mengontrol presentasi; dokumentasi pada daftar
topik yang diajarkan sebelum operasi dan diperkuat pasca operasi; selebaran
yang dicetak dari materi yang diajarkan

8
 Pengaturan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit. Tujuan realistis yang
aman dari pertolongan yang dilaporkan secara bersama-sama diputuskan
setiap hari oleh pasien dan perawat. Tujuan didokumentasikan menggunakan
skala rasa sakit, diverifikasi oleh pasien, dan sesuai untuk hari pasca operasi
 Seimbangkan antara analgesia dan efek samping. Kepuasan pasien dengan
menghilangkan rasa sakit sesuai dengan tujuan yang aman dan realistis
dengan perawat, dan dengan efek samping yang aman dan dapat diterima.
Dokumentasi laporan pasien dan perawat pereda nyeri yang aman dan
memuaskan tanpa efek samping yang tidak diinginkan (Good & Moore, 1996).

d. Aplikasi Teori Nyeri: Sebuah Keseimbangan Antara Analgesia Dan Efek


Samping
Teori ini berguna untuk penelitian intervensi klinis dengan desain
eksperimental, yang disebut kontrol acak uji coba (RCT). Ini berguna pada
populasi dewasa yang waspada di mana nyeri akut tidak sepenuhnya dikontrol
oleh obat saja, dan efek samping dapat mencegah peningkatan obat analgesik.
Teori ini telah diadopsi oleh unit perawatan pascaoperasi sebagai dasar untuk
program manajemen nyeri pasca operasi mereka (Peterson & Bredow, 2013).

Teori ini menyajikan perspektif baru bahwa praktik manajemen nyeri terbaik
adalah yang terintegrasi yang menggabungkan obat analgesik dengan adjuvan
nonfarmakologis, perawatan yang hati-hati, dan partisipasi pasien. Tujuan dari
teori ini adalah untuk mencapai hasil bantuan yang lebih menyeluruh daripada
analgesia saja, yaitu, untuk menyeimbangkan pereda nyeri yang lebih besar
dengan lebih sedikit efek samping opioid dengan menggunakan prinsip-prinsip
(Peterson & Bredow, 2013).

Asumsi Teori Keseimbangan antara analgesia dan efek samping:


a. Perawat dan dokter berkolaborasi untuk mengelola nyeri akut secara efektif.
b. Analgesik opioid sistemik atau opioid epidural atau agen anestesi
diindikasikan.
c. Obat untuk efek samping diberikan sesuai kebutuhan.
d. Pasien adalah orang dewasa dengan kemampuan untuk belajar,
menetapkan tujuan, dan mengkomunikasikan gejala.
e. Perawat memiliki pengetahuan manajemen nyeri saat ini.

9
e. Instrumen Pengkajian Nyeri
Untuk pengukuran intensitas nyeri, diguankan skala peringkat numerik yang
paling mudah untuk pasien, “Pada skala 0 hingga 10 poin, di mana 0 sama
dengan tidak ada nyeri dan 10 menunjukkan kemungkinan nyeri yang terburuk,
seberapa buruk rasa sakit Anda? ”Untuk kualitas nyeri, Formulir Pendek McGill
Pain Questionnaire sangat baik , untuk fungsi fisik dan interferensi dengan
fungsi, skala interferensi BPI sangat dihargai dan untuk menilai kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan, skala SF-36 secara luas digunakan
(Lynch, Craig, & Peng, 2011).

Riwayat Nyeri:
Saat menentukan karakteristik rasa sakit seseorang, pertanyaan deskriptif
harus ditanyakan tentang rasa sakit pasien. Secara khusus, perawat harus
mengeksplorasi kualitas, durasi, lokasi, faktor yang memperburuk, dan
mekanisme cedera sehubungan dengan rasa sakit pasien (Vadivelu, Urman, &
Hines, 2011).

Riwayat Pengobatan / Bedah :


Riwayat pengobatan / bedah sebelumnya termasuk periode kecacatan,
operasi, cedera, dan kecelakaan yang berkelanjutan, dengan durasi, sifat, dan
gejala sisa tercatat (Vadivelu et al., 2011)
Pemeriksaan Fisik
Langkah pertama dalam evaluasi adalah mencatat tinggi, berat badan, dan
tanda vital pasien (misalnya, suhu tubuh, detak jantung, tekanan darah, laju
pernapasan). Pengamatan harus mencakup penampilan umum individu,
dengan penilaian perawatan dan nutrisi pasien. Ekspresi wajah pasien, tanda-
tanda pembilasan atau pucat, berkeringat, berduka, tremor, ketegangan otot,
atau manifestasi kejiwaan, seperti kecemasan, ketakutan, atau depresi,
seharusnya dicatat (Vadivelu et al., 2011).
Pemeriksaan daerah yang nyeri. Setelah melakukan pemeriksaan umum
pada pasien, daerah spesifik yang menyebabkan nyeri harus diperiksa. Mirip
dengan penilaian umum awal, pemeriksaan daerah nyeri terdiri dari inspeksi,
palpasi, dan perkusi, dengan auskultasi sesekali dari daerah tersebut (Vadivelu
et al., 2011).

10
Test Laboratorium. Biasanya tes yang digunakan termasuk jumlah darah
lengkap (CBC), protein fase akut [laju endap darah (ESR), protein c-reaktif
(CRP)], kimia darah, rematik, dan studi penyakit menular. CBC membantu
memberikan perkiraan kesehatan umum seseorang. Berdasarkan tingkat
hematokrit, indikasi kesehatan medis dan gizi orang itu dapat disimpulkan.
Bentuk sel darah merah memungkinkan untuk penentuan penyakit yang
menyebabkan rasa sakit seperti anemia sel sabit. Sel darah putih ketika
ditinggikan dapat menunjukkan infeksi atau keganasan hematologi yang
mendasari. Mirip dengan sel darah putih, tingkat trombosit membantu
menjelaskan gangguan mieloproliferatif yang mendasari. Tingkat trombosit juga
mempengaruhi apakah pasien adalah kandidat untuk prosedur terapeutik
invasif (Vadivelu et al., 2011)s
Alat Penilaian Klinis. Instrumen penilaian standar, sering dalam bentuk
kuesioner atau persediaan, dalam penilaian pasien dengan nyeri. Kuesioner
memungkinkan pemeriksaan terfokus pada domain tertentu seperti intensitas
nyeri, fungsi fisik dan emosional, atau keyakinan mengatasi dan memberikan
data kuantitatif yang dapat digunakan untuk memahami fungsi pasien relatif
terhadap populasi umum atau pasien lain yang mengalami nyeri (Rathmell &
Wu, 2014).
Karena Nyeri bersifat subjektif antara individu, alat penilaian klinis telah
dikembangkan untuk membantu dalam memahami dan mencirikan gejala nyeri.
Skala Sederhana yang mengukur tingkat keparahan nyeri pasien termasuk
skala analog visual (VAS), skala penilaian numerik (NRS), dan skala WAFA-
Baker FACES (Vadivelu et al., 2011). Skala penilaian numerik (NRS), skala
penilaian verbal (VRS), dan skala analog visual (VAS) adalah ukuran intensitas
nyeri yang paling sering digunakan (Rathmell & Wu, 2014).
Survei Dimensi Tunggal
VAS terdiri dari garis lurus 100-mm dengan kata-kata "tidak nyeri" di ujung
paling kiri dan "rasa sakit terburuk yang bisa dibayangkan" di ujung paling
kanan. Pasien diinstruksikan untuk menandai pada garis jumlah rasa sakit yang
mereka rasakan pada waktu saat ini. Dengan mengukur jarak dari ujung paling
kiri dari garis ke tanda pasien, representasi numerik rasa sakit pasien dapat
ditentukan. Metode survei sederhana ini membuat VAS sangat efektif karena

11
sifatnya kemudahan penggunaan serta mudah dimengerti (Vadivelu et al.,
2011).

NRS mencantumkan nomor 0-10, dengan “tidak nyeri” di ujung paling kiri dan
“rasa sakit terburuk yang bisa dibayangkan” di ujung paling kanan. Dengan
NRR, pasien diinstruksikan untuk melingkari angka yang terbaik mewakili
jumlah rasa sakit yang saat ini mereka alami. Namun, kerugian dari skala NRS
dan VAS terletak pada upaya mereka untuk menetapkan nilai numerik ke
proses yang kompleks dan multifaktorial. Kedua tes memiliki nilai tertinggi yang
sama untuk rasa sakit terburuk yang dialami, yang membatasi kemampuan
pasien untuk menyampaikan rasa sakitnya yang memburuk jika pasien tersebut
menandai rasa sakitnya sebagai rasa sakit terburuk yang dapat dibayangkan
pada evaluasi awal.

Karena anak-anak memiliki lebih banyak kesulitan untuk mengukur tingkat nyeri
mereka, alat penilaian seperti skala Wong-Baker FACES dan Skala Nyeri
Wajah menyediakan alat ukur yang dapat diandalkan dan mudah dipahami
untuk anak-anak. Kerugian utama yang ditimbulkan oleh survei ini adalah
ketidakmampuan mereka untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia 3
tahun (Vadivelu et al., 2011).

12
BAB III

APLIKASI TEORI PAIN (Marion Good) Pada Klien dengan ganguan Sistem
Hematopoetik: Anemia Sel Sabit

Penyakit sel sabit/ Sickle cell disease (SCD) ditandai sebagai gangguan genetik
paling umum yang mempengaruhi sel darah merah yang terjadi di seluruh dunia
(Myers & Eckes, 2012 dalam Wilson & Nelson, 2015).

A. Skenario Kasus:
Jenis Kelamin Sosial Ekonomi
Perempuan Risiko penyalahgunaan zat
Usia Farmakologi
20 tahun Acetaminophen (Tylenol);
Tempat hydroxyurea (Droxia);
Rumah Sakit Morfin sulfat (MS contin)
Etnik ibuprofen (Advil, Motrin)
Amerika Kulit Hitam acetaminophen 300 mg / kodein 30
mg (Tylenol dengan kodein Nomor
3);
Alternatif Terapi meperidin hidroklorida (Demerol)
Teknik pernapasan; Hydromorphone hidroklorida
Relaksasi;Distraksi; (Dilaudid)
Transkutan Nerve
Stimulasi (TENS)

Profil Klien:
Ny. F adalah seorang Amerika kulit hitam berusia 20 tahun yang datang ke
bagian gawat darurat dengan keluhan nyeri dada dan beberapa sesak nafas.
Ny. F menunjukkan bahwa dia telah memiliki batuk (non-produktif) dan demam
ringan selama dua hari terakhir. Dia mengenali gejala-gejala ini sebagai ciri
khas dari episode krisis sel sabitnya dan tahu itu penting dia datang untuk
mendapatkan perawatan.

Ny. F didiagnosa menderita anemia sel sabit saat masih kecil dan telah
mengalami banyak masalah krisis yang membutuhkan perawatan di rumah

13
sakit. Ny. F menyatakan bahwa rasa sakit di dadanya adalah "8" pada skala
nyeri 0 hingga 10. Dia menggambarkan rasa sakit sebagai "rasa sakit yang
terus-menerus seperti terbakar”. Tanda vitalnya adalah suhu 38,2ºC, tekanan
darah 120/76 mmHg, nadi 96 x/menit, dan frekuensi pernapasan 24 x/menit,
saturasi oksigen 94%. klien mengalami kesulitan bernafas dan diberikan 2 liter
oksigen via kanula hidung.

Ny. F menjelaskan bahwa dia mengambil dosis Ekstra Tylenol selama dua hari
terakhir sebagai upaya untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi ketika obat
tersebut tidak berhasil dan rasa sakit semakin memburuk, dia datang untuk
pengobatan nyerinya. Dia menjelaskan bahwa di masa lalu dia telah diberikan
morfin untuk rasa sakit dan lebih suka menggunakan pompa analgesia (PCA)
yang dikontrol pasien. Pemeriksaan Penunjang darah rutin menunjukan nilai-
nilai berikut: jumlah sel darah putih (WBC) 18.000 sel/mm3, jumlah sel darah
merah (RBC) 3 X106, Mean corpuscular volume (MCV) 70 (fL), red cell
distribution width ( (RDW) 20,4%, hemoglobin (Hgb) 7,5 g/dL, hematokrit (Ht)
21,8%, dan jumlah retikulosit 23%. Ny. F dirawat untuk penatalaksanaan
manajemen nyeri, pengobatan antibiotik, dan bantuan pernapasan (Ankner,
2012).

B. Modifikasi Teori Pain Marion Good (Keseimbangan Antara Analgesia Dan


Efek Samping) Dalam Pengkajian Keperawatan

PENGKAJIAN (Wilkinson J. M., Treas L. S., Barnett K., 2016)


Data Biografi dan Demografi
Initial Klien : Ny. F
Usia : 20 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kelompok ras atau etnik : Amerika kulit hitam
Riwayat Penyakit Dan Kesehatan
Kondisi Kesehatan Saat Ini : Klien di bawah ke IGD rumah sakit dengan
keluhan nyeri dada dan beberapa sesak
nafas, batuk (non-produktif) dan demam
ringan selama dua hari terakhir

14
Riwayat kesehatan keluarga : Klien Di duga mengalamin kelainan
hematologis yang di turunkan
Riwayat Kesehatan masa lalu : Klien didiagnosis anemia sel sabit saat masih
kecil
Riwayat pengobatan Pengobatan : Klien menonsumsi obat pengjilang nyeri
Tylenol
Riwayat Pembedahan : Tidak Pernah
Alergi : Tidak Ada Masalah
Riwayat Sosialekonomi : Risiko penyalahgunaan zat
Keluhan Utama
keluhan nyeri dada dan beberapa sesak nafas
Tanda-tanda Vital
TD : 120/76 mmHg; Suhu: 38,2 °c HR : 96 x/mnt RR : 24 x/mnt
SpO2 : 94 %
 Apakah Anda merasa Nyeri :
□ Ya, (lamanya : □ < 6 bulan , □ > 6 bulan ) □ Tidak

 Apakah Nyeri mempengaruhi :


□ Tidur □ Aktifitas fisik □ Emosi □ Nafsu makan □ Konsentrasi
□ Hubungan dengan orang lain
 Berapa kali Anda merasakan nyeri hari ini?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 lebih dari 10x
 Seberapakah Nyeri yang ada rasakan ?
No pain Worst possible
pain
0 2 4 6 8 10

0 2 4 6 8 10
Tidak sedikit sedikit lebih sangat paling
nyeri nyeri lebih nyeri nyeri nyeri nyeri

Faktor Pencetus Kualitas Frekuensi Faktor Pereda


□ Bergerak □ Terbakar □ Menetap □ Istirahat
□ Banyak Aktivitas □ Tumpul □ Intermiten □ Kompres panas
□ Saat menarik nafas □ Tertekan □ Kompres dingin
□ Suhu panas □ Menjalar □ Obat- obat
□ Stres fisik □ Tajam □ Berdoa
□ Stres emosi □ Tertusuk □ Memegang area nyeri
□ ……………. □ ………….

15
 Apakah Anda mengonsumsi semua obat nyeri sesuai petujuk ?
□ Ya □ Tidak
 Efek samping setelah minum obat nyeri:
□ Mengantuk □ Mual,muntah,gangguan pada perut □ Konstipasi
□ Kurang nafsu makan □ Lainnya (Jelaskan)
Beri tanda ( X ) pada daerah yang mempunyai kasus yang berhubungan dengan Nyeri,
perubahan bentuk disertai keterangan.

Keterangan : _______________________________
________________________________________
________________________________________

 Apakah anda melewatkan jadwal minum obat hari ini? □ Ya □Tidak


 Apakah anda menelepon dokter sebelum jadwal kunjungan dokter karena nyeri
□ Ya □ Tidak
 Apakah anda tidur sepanjang malam ? □ Ya □ Tidak
Jika Ya, berapa kali tidur anda terganggu ?
 Berapa lama Anda tidur semalam ?
Secara Keseluruhan, apakah Anda puas dengan pengobatan atau manajemen nyeri
Anda? □ Ya □ Tidak
Jelaskan:

Obat Yang Digunakan (Terapi Multimoda)


Nonopiat Analgetik
 Acetaminophen (Tylenol);
 ibuprofen (Advil, Motrin)

16
Opiat
 Morfin sulfat (MS contin)
 Acetaminophen 300 mg / kodein 30 mg (Tylenol dengan kodein Nomor 3)
 Meperidin hidroklorida (Demerol)
 Hydromorphone hidroklorida (Dilaudid)
Anemia sel sabit
hydroxyurea (Droxia)
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Rujukan
(KEMENKES, 2011)
Hemoglogin 7,5 g/dL Wanita: 12 - 16 g/dL
Hematokrit 21,8% Wanita : 35% - 45%
Eritrosit 3 X106 Wanita: 3,8-5,0 x 106
sel/mm3
Nilai MC
 MCV 70 μm3 80 – 100 (fL)

RDW-CV 20,4% 11,5-14,5%


Leukosit : 18.000 sel/mm3 3200 – 10.000/mm3
Retikulosit : 23% 0,5-2% total eritrosit

DIAGNOSA KEPERAWATAN (Black & Hawks, 2014).


Nyeri Akut Berhubungan dengan Krisis sel sabit

INTERVENSI KEPERAWATAN (Wilkinson J. M., Treas L. S., Barnett K., 2016)


Hasil standar NOC untuk nyeri termasuk:
Status Kenyamanan Fisik, Kontrol Nyeri, Tingkat Nyeri, dan Nyeri: Efek
Mengganggu.
 Dalam 15 menit injeksi PCA, laporan nyeri adalah <3 pada skala 0–10.
 Melaporkan bahwa nyeri kronis tidak menghalanginya melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
 Kontrol Nyeri: Menggunakan buku harian nyeri (4: Sering ditunjukkan)
(NOC)

17
Intervensi standar NIC untuk nyeri termasuk Administrasi Analgesik, Manajemen
Sedasi, Manajemen Nyeri, Modifikasi Perilaku, dan beberapa lainnya

Manajemen Nyeri :

Terapi Nyeri Keterangan


Stimulasi kulit Masase kulit memberikan efek penurunan
kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan
masase otot ini mampu merangsang serabut
berdiameter besar, sehingga mampu memblok
atau menurunkan impuls nyeri.(Bertagnolli,
2004)
Stimulasi TENS Stimulasi saraf transkutan (TENS)
(Transcutaneous Electrical menggunakan unit yang dijalankan oleh batrei
Nerve Stimulation ) dengan elektroda yang dipasang pada kulit
untuk menghasilkan sensasi kesemutan dan
menggetar sehingga dapat menstimulasi
reseptor non nociseptor ( reseptor tidak nyeri )
(Jhonson, Paley, Howe, & Sluka, 2015),
Relaksasi Teknik menarik napas panjang lalu
hembuskan, sebaiknya perlu diajarkan
berulang dan dilakukan dengan kusuk agar
rasa nyeri dapat terkontrol (Peters & Bruce,
2016)
Terapi kompres es dan panas Terapi es dapat menurunkan prostaglandin,
yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri
dengan menghambat proses inflamasi.
Terapi panas mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke area. Perlu
perhatian khusus dalam melakukan terapi ini
agar tidak menimbulkan cedera (Peters &
Bruce, 2016)
Music Music merupakan teknik pengalihan yang baik
digunakan dalam manajemen nyeri, dimana
dengan seseorang mendengarkan music,
orang tersebut akan merasa tenang dan
nyaman yang mana music tersebut sesuai
pilihan dari si pasien(Peterson, S.J & Bredow,
2004)
Imajinasi terbimbing dan Teknik ini mungkin dapat berpengaruh pada
hipnosis beberapa orang saja dan dilakukan oleh
tenaga professional. Tahap awal, pasien akan
di terapi selama 5 menit kemudian 3 kali sehari
(Good Marion, 2004)
Aromaterapy Terapi ini mengedepankan wangi – wangian
untuk membuat pasien merasa nyaman dan
melupakan rasa sakitnya sejenak. Tentunya
dengan pilihan aroma yang lembut dan tidak

18
terlalu tajam (1A.A.Ayu Emi Primayanthi,
2Abdul Azis, 2016)
Akupuntur Merupakan pengobatan sejak zaman dahulu.
Jarum-jarum kecil yang dimasukan pada kulit,
bertujuan menyentuh titik-titik tertentu,
tergantung pada lokasi nyeri yang dapat
memblok transmisi nyeri ke otak (Good
Marion, 2004)

19
APLIKASI TEORI KESEIMBANGAN ANTARA ANALGETIK DAN EFEK SAMPING
Terapi multimodal
 Morfin sulfat (MS contin)  Acetaminophen  Teknik pernapasan;
 Acetaminophen 300 mg /
kodein 30 mg (Tylenol);  Relaksasi
 Meperidin hidroklorida  Ibuprofen  Distraksi;
(Demerol)
 Hydromorphone
(Advil, Motrin)  Transkutan Nerve Stimulasi
hidroklorida (Dilaudid) (TENS)
Keseimbangan
Perawatan Perhatian penuh
antara
P: Anemia sel sabit Identifikasi pengurangan analgesia
Q: Rasa terbakar yang tidak memadai dan dan efek
Intervensi, pengkajian
R: Dada efek samping yang samping
ulang, re-intervention
S: Skala 8 (0-10) tidak dapat diterima
T: Terus Menerus

Partisipasi pasien

Pengajaran Pengaturan sasaran


Pasien bersama untuk
menghilangkan rasa sakit

20
BAB IV

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi Kulit (White, L., Duncan, G., & Baumle, 2013; Lewis et al., 2014)
Temuan Indikasi

Pallor Warna pucat dari kulit. Kurangnya oksigen beredar ke jaringan.


Mungkin menunjukkan kerusakan atau kekurangan produksi sel
darah merah yang abnormal.
Purpura Perubahan warna kehijau lebih besar dari 0,5 cm yang berdarah
akibat pendarahan di bawah kulit. Mungkin disebabkan oleh
cacat intravaskular, kelainan trombosit, atau infeksi , Kelainan
pembuluh darah (Seidel, Ball, Dains, & Benedict, 2006).

Petechiae Perubahan warna kemerahan kurang dari 0,5 cm. Juga


disebabkan oleh kelainan trombosit, infeksi, dan vaskulitis.
Lokasi petechiae bisa mengindikasikan akumulasi darah di kulit
atau selaput lendir. Pembocoran pembuluh kecil di bawah
tekanan, dan jumlah trombosit tidak cukup untuk berhenti
pendarahan.

Ecchymosis Merah-ungu memar akibat luka jaringan dan pendarahan di


(memar) bawah kulit

Pusat merah kecil dengan proyeksi "laba-laba" merah. Mungkin


Spider angioma disebabkan oleh penyakit hati dan kekurangan vitamin B (Seidel
et al., 2006 dalam White, L., Duncan, G., & Baumle, 2013).
Biasanya berkembang di wajah, leher, atau dada (Lewis et al.,
2014).
Akumulasi pigmen empedu disebabkan oleh hemolisis
Jaundice berlebihan atau kerusakan hati

21
BAB V

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Golden Standart)

Pemeriksaan labiratorium khusus untuk menggambarkan adanya Defek


hemoglobin (HbS) dalam bentuk homozigot atau heterozigot. Jenis
pemeriksaan (Black & Hawks, 2014; Huether & McCance, 2017) :

a) Apusan Darah digunakan untuk mengamati sel sabit. Apusan darah


menunjukkan variabel anisocytosis dengan makrosit polikromatofilik dan
variabel poikilositosis dengan kehadiran sel sabit dan sel target. Eritrosit
nuklear biasanya dapat ditemukan. Red blood cell Distribution Width (RDW)
meningkat. Selama dan setelah krisis hemolitik, RDW meningkat secara
linier dengan peningkatan retikulosit. Jika pasien tidak mengalami krisis, sel
sabit mungkin tidak ada.
Studi Cooperative of Sickle Cell Disease mengungkapkan hal berikut ini
individu homozigot dengan HbS memiliki status mapan yang lebih tinggi
jumlah leukosit daripada individu normal, khususnya anak-anak yang kurang
dari 10 tahun. Jumlah trombosit juga sering lebih tinggi dari biasanya.
Setelah usia 40 tahun, konsentrasi hemoglobin, jumlah retikulosit, leukosit
hitung, dan jumlah trombosit menurun (McKenzie, 2014).
b) Preparasi sel sabit digunakan untuk mendeteksi fenomena penyabitan
setelah deoksigenasi darah (uji ini akurat namin memakan banyak waktu)
c) Uji Turbiditas sel sabit sangat tepat untuk skrining massa untuk mendeteksi
HbS.
Mekanisme kerja: Setelah tusuk jari, darah di campur dengan larutan
Sickledex pada tabung reaksi. Lima menit kemudian, spesimen diambil dan
diamati tingkat kekeruhannya untuk mengetahui adanya HbS. Larutan di
campur dengan Hb normal akan tetap jerni. Jika uji menunjukan adanya
HbS, uji ini tidak dapat membedakan penyakit sel sabit merupakan jenis sel
sabit bawaan atau jenis lain.
d) Elektroforesis, merupakan uji diagnosis untuk penyakit sel sabit dan
membedakan penyakit sel sabit dengan sel sabit bawaan (Black & Hawks,
2014). Adanya HbS dikonfirmasi oleh elektroforesis hemoglobin

22
Protein yang terlibat dalam pengembangan molekul Hgb memiliki pola
pemisahan yang pasti pada elektroforesis. Pola ini diubah dengan sintesis
Hgb yang abnormal (mis., Talasemia) atau anemia sel sabit (dimana Hgb S
meningkat). Elektroforesis pada selulosa asetat pada pH 8,4 menunjukkan
85-100% HbS. HbF biasanya tidak lebih dari 15%. Tingkat HbF yang lebih
tinggi (25-35%) dapat menunjukkan heterozigositas senyawa untuk HbS dan
persistensi herediter hemoglobin janin. itu normal. Bayi baru lahir memiliki
60-80% HbF dengan sisa HbS. Pada bayi kurang dari 3 bulan usia dengan
sejumlah kecil HbS, elektroforesis pada gel agar sitrat pada pH 6.2
memungkinkan pemisahan HbF yang lebih andal dari HbA dan HbS
(McKenzie, 2014).
Normal Hb A1: >95%; Hb A2: 1.5%-3.7%; Hb F: <2%; Hb S: 0%; Hb C: 0%.
e) Diagnosis prenatal dapat dilakukan setelah pengambilan sampel chorionic
villus sedini 8 sampai 10 minggu kehamilan atau dengan analisis cairan
ketuban pada usia kehamilan 15 minggu (Huether & McCance, 2017).

23
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Teori

Bermacam teori keperawatan dalam pengembangannya dapat dikategorikan


berdasarkan lingkup atau tingkat abstraksinya seperti metateori, teori grand, teori
middle-range, dan teori mikro/ praktik. Penentuan asal teori harus merujuk pada
pengembangan asal teori (Rachmawati, 2011).

Teori ini bermula dari berbagai teori sebelumnya seperti teori tentang mekanisme
nyeri, pergeseran dalam fokus pada penurun nyeri, pengembangan pendekatan
yang terintegrasi, dan pedoman manajemen nyeri akut. Hal yang telah diketahui
adalah bahwa siapapun yang mengalami nyeri, yang dapat diidentifikasi
hanyalah tentang bagaimana nyeri itu dirasakan.

Profesi kesehatan yang mempelajari nyeri atau merawat orang dengan nyeri
mungkin tidak mengalami nyeri serupa. Namun, mereka harus mempercayai apa
yang dikatakan pasien tentang bagaimana nyerinya. Kualitas, intensitas, durasi,
dan perjalanan nyeri bervariasi tergantung pada jenis dan orang yang mengalami
nyeri.

Teori ini bermula dari berbagai teori sebelumnya seperti teori tentang mekanisme
nyeri, pergeseran dalam fokus ke penurun nyeri, pengembangan yang
terintegrasi dan pendekatan preskriptif, dan pedoman manajemen nyeri akut.
Konsep utama yang dikembangkan oleh teori ini adalah nyeri. Nyeri akut
dikonsepkan sebagai fenomena multidisiplin yang terjadi setelah pembedahan
atau trauma yang mencakup dimensi sensori dan afektif (Good & Moore, 1996).

Keseimbangan antara analgesik dan efek samping adalah keluaran yang umum,
sang teoris mendeduksi menjadi konsep keluaran spesifik. Perspektif baru yang
dibawa adalah bahwa praktik manajemen nyeri yang terbaik yaitu yang
terintegrasi dengan mengkombinasikan medikasi analgesik dengan adjuvant
non-farmakologis, asuhan keperawatan yang cermat, dan partisipasi pasien.

24
B. ANALISA FORMAT PENGKAJIAN
Ny. F merasakan nyeri karena anemia sel sabit merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya mutasi gen yang menjadikan molekul-molekul
hemoglobin saling menempel dan mengeras ketika proses dioksigenasi
(pelepasan oksigen dan penyerapan karbondioksida ). Gumpalan – gumpalan
inilah yang kemudian merusak bentuk asli sel darah merah dari yang seharusnya
bulat menjadi sabit. Bentuk tersebut tentu mempengaruhi fungsi dari hemoglobin
itu sendiri. Bentuknya yang tidak bulat menyebabkan sukar melewati pembuluh
darah dan lebih cenderung menempel satu sama lain, dan tersangkut di
pembuluh darah yang mengakibatkan penyumbatan. Penyumbatan pada
pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga
penderita anemia sel sabit dapat merasakan nyeri yang tidak tertahankan.
Didukung dengan data laboratorium HB : 7,5 g/dl.
Dalam kasus tersebut, Ny.F menggunakan obat –obatan penghilang rasa sakit
seperti morfin. Morfin adalah jenis obat yang masuk ke dalam golongan
analgesic opium atau narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit
yang terbilang parah dan berkepanjangan atau kronis. Morfin bekerja pada saraf
dan otak sehingga tubuh tidak merasakan rasa sakit. Meskipun memiliki manfaat
yang sangat besar, namun morfin dapat menyebabkan ketergantungan.
Menghentikan pengobatan morfin yang telah berlangsung jangka panjang tidak
bisa dilakukan sekaligus. Hal ini dapat menimbulkan efek samping seperti
kegelisahan, berkeringat, nyeri otot dan mual. Sama hal nya dengan
acetaminophen dan ibuprofen, namun ini merupakan obat dalam dosis rendah.
• Obat pereda nyeri/Analgetik merupakan Senyawa morfin
• Adjuvan farmakologis : Tylenol dan Advil
• Nonfarmakologis Adjuvan. Relaksasi, musik, imaginary pijat, atau dingin untuk
bantuan di samping obat penghilang rasa sakit yang ampuh
• Penilaian nyeri rutin dan efek samping. Laporan nyeri berdasarkan skala nyeri
yakni skala 8.
• Identifikasi nyeri yang tidak memadai dan efek samping yang tidak dapat
diterima : Dia menggambarkan rasa sakit sebagai "rasa sakit yang terus-
menerus terbakar”. Tanda vitalnya adalah suhu 100,8ºF (38,2ºC), tekanan
darah 120/76, nadi 96, dan laju pernapasan 22, saturasi oksigen 94%. Dia
mengalami kesulitan bernafas dan diberikan 2 liter oksigen via kanula hidung.
25
• Mengajar pasien. Mengajarkan pasien untuk dapat beradaptasi dengan
kondisinya. Sampaikan bahwa memang nyeri pasti akan terjadi dan sangat
butuh terapi farmakologi untuk menghentikan rasa sakit, dan obat tersebut
cenderung memiliki efek samping.
• Pengaturan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit. Tujuan realistis yang
aman dari pertolongan yang dilaporkan secara bersama-sama diputuskan
setiap hari oleh pasien dan perawat. Tujuan didokumentasikan menggunakan
skala rasa sakit dan diverifikasi oleh (Good & Moore, 2004)
Dalam hal ini terlihat bahwa pasien pernah menggunakan obat morfin waktu
dulu,morfin tersebut dapat menyebabkan efek samping, sehingga pasien
mencoba mengkonsumsi obat lain 2 hari lalu yang kandungannya juga
sebagai penghilang nyeri. Kita sebagai perawat perlu melakukan edukasi
terkait terapi farmakologi yang sesuai. Disamping sebagai pereda nyeri, obat
lain juga digunakan Ny. F sebagai antipiretik. Adapun tentang manajemen
nyeri yang harus kita sampaikan, tentang pengalihan nyeri selain terapi
farmakologi.

26
BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
 Teori middle-range yang dibahas ini mencerminkan misi keperawatan
terhadap intervensi yang efektif dan holistik untuk mengurangi nyeri,
penderitaan, dan mencegah efek jangka panjang yang merugikan.
 Kekuatan teori ini seperti halnya teori middle-range lainnya yaitu bersifat
lebih konkret, cakupan lebih sempit, fenomena lebih spesifik, mewakili
realitas pandangan keperawatan, menguji empiris lebih tepat, dan lebih
dapat diaplikasikan langsung dalam praktik terutama yang berkaitan dengan
manajemen nyeri.
 Teori Middle-range juga cenderung berfokus pada konsep yang diminati
perawat.
 Teori ini secara spesifik ditujukan pada hal yang berkaitan dengan nyeri
sehingga penggunaannya juga bersifat terbatas pada hal tersebut
 Dasar pengembangan Teori Marion Good tentang Keseimbangan antara
analgesia dan efek samping berasal dari penelitian-teori-praktik yang dapat
mengurangi jarak perbedaan antara penelitian-praktik dan teori-praktik dan
memberikan pengetahuan yang lebih dan siap diterapkan pada situasi
perawatan langsung
B. Rekomendasi
• Teori Mario Good ini perlu dikembangkan sebagai salah pedoman manajemen
nyeri akut dalam tatatan pelayanan
 Penerapan teori ini hendaknya harus mempertimbangkan aspek lain di luar
konsep utama yang mungkin secara sistem dan institusional dapat
mempengaruhi manajemen nyeri seperti situasi sosial-ekonomi, nilai, dan
budaya klien.
 Perlunya pengenalan teori ini untuk semua situasi termasuk di Indonesia
karena sejauh ini belum ada kesepakatan multidisiplin dalam hal penanganan
nyeri.

27
DAFTAR PUSTAKA

1A.A.Ayu Emi Primayanthi, 2Abdul Azis, 3Luh Mira Puspita. (2016). Pengaruh
Terapi Slow Stroke Back Massage Dengan Minyak Essensial Lavender
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Low Back Pain, 1–5.

Ankner, G. M. (2012). Clinical decision making: case studies in medical-surgical


nursing (Second Edi). Delmar, Cengage Learning.

Bertagnolli, A. (2004). Pain : the vital sign Patien Care, 66–70.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis untuk Hasil yand diharapkan (Edisi 8). Elsevier Ltd.

Good, M. (2011). A Middle-Range Theory of Acute Pain Management : Use in


Research, 46(3), 120–124.

Good, M., & Moore, S. M. (1996). Clinical practice guidelines as a new source of
middle-range theory: Focus on acute pain. Nursing Outlook, 44(2), 74–79.
https://doi.org/10.1016/S0029-6554(96)80053-4

Good Marion. (2004). Pain: A balance between analgesia and side effects.

Huether, S. E., & McCance, K. L. (2017). Understanding pathophysiology (SIXTH


EDIT). Elsevier Inc.

Jhonson, M. I., Paley, C. A., Howe, T. E., & Sluka, K. A. (2015). Transcutaneus
electrical nerve stimulation for acute pain. Cocharane Database of Sistematic
Reviews, (6). https://doi.org/10.1002/14651858.CD006142.PUB3

KEMENKES, R. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, (May 2016), 52–56.

Lewis, S. L. M., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (Ninth
edit). Elsevier.

Locsin, R. C., & Purnell, M. J. (2009). A Contemporary Nursing Process: the


(un)bearable weight of knowing in nursing. NewYork, NY: Springer Publishing
Company, LLC.

28
Lynch, M. E., Craig, K. D., & Peng, P. W. H. (2011). Clinical pain management : a
practical guide.

McKenna, H. P., Pajnkihar, M., & Murphy, F. A. (2014). Fundamentals of Nursing


Models, Theories and Practice. Fundamentals of Nursing Models, Theory,
and Practice. Wiley-Blackwell Blackwell Publishing Ltd.

McKenzie, S. B. (2014). Clinical Laboratory Hematology (Second Edi). Pearson


Education Limited.

Peters, J., & Bruce, E. (2016). Assessing acute and chronic pain in children and
young people, 31(10), 51–61.

Peterson, S.J & Bredow, T. . (2004). Middle range theories : Application to nursing
research. (Williams & Wilkins, Ed.). Philadelphia.

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle range theories : application to


nursing research (3rd ed.). Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams &
Wilkins.

Rachmawati, I. N. (2011). Analisis teori nyeri: Keseimbangan antara analgesik dan


efek samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 129–136.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.7454/jki.v12i2.211

Rathmell, J. P., & Wu, C. L. (2014). Practical Management of Pain (5th ed.).
Elsevier Mosby. https://doi.org/10.1016/c2009-0-64063-0

Rodak, B. F., & Carr, J. H. (2017). CLINICAL HEMATOLOGY ATLAS.


(ELSEVIER, Ed.) (FIFTH EDIT).

Vadivelu, N., Urman, R. D., & Hines, R. L. (2011). Essentials of Pain


Management. Essentials of Pain Management. Springer New York Dordrecht
Heidelberg London. Retrieved from papers2://publication/uuid/D25ABD14-
10F8-46FF-81ED-2BE40D21C3B1

White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-Surgical Nursing: An


Integrated Approach Third Edition. Delmar, Cengage Learning.

Wilkinson J. M., Treas L. S., Barnett K., S. M. H. (2016). Fundamentals of Nursing.

29
F. A. Davis Company, 1. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Wilson, B. H., & Nelson, J. (2015). Sickle cell disease pain management in
adolescents: A literature review. Pain Management Nursing. American
Society for Pain Management Nursing.
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2014.05.015

30
LAMPIRAN MODIFIKASI FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN SESUAI
DENGAN TEORI MARION GOOD

Data Biografi dan Demografi


Initial Klien
Usia
Jenis kelamin
Kelompok ras atau etnik
Riwayat Penyakit Dan Kesehatan
Kondisi Kesehatan Saat Ini
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat Kesehatan masa lalu
Riwayat pengobatan Pengobatan
Riwayat Pembedahan
Alergi
Riwayat Sosialekonomi
Keluhan Utama

Tanda-tanda Vital
TD : mmHg; Suhu: °c HR : x/mnt RR : x/mnt
SpO2 : %
 Apakah Anda merasa Nyeri :
□ Ya, (lamanya : □ < 6 bulan , □ > 6 bulan ) □ Tidak

 Apakah Nyeri mempengaruhi :


□ Tidur □ Aktifitas fisik □ Emosi □ Nafsu makan □ Konsentrasi
□ Hubungan dengan orang lain
 Berapa kali Anda merasakan nyeri hari ini?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 lebih dari 10x
 Seberapakah Nyeri yang ada rasakan ?

31
No pain Worst possible
pain
0 2 4 6 8 10

0 2 4 6 8 10
Tidak sedikit sedikit lebih sangat paling
nyeri nyeri lebih nyeri nyeri nyeri nyeri

Faktor Pencetus Kualitas Frekuensi Faktor Pereda


□ Bergerak □ Terbakar □ Menetap □ Istirahat
□ Banyak Aktivitas □ Tumpul □ Intermiten □ Kompres panas
□ Saat menarik nafas □ Tertekan □ Kompres dingin
□ Suhu panas □ Menjalar □ Obat- obat
□ Stres fisik □ Tajam □ Berdoa
□ Stres emosi □ Tertusuk □ Memegang area nyeri
□ ……………. □ ………….
 Apakah Anda mengonsumsi semua obat nyeri sesuai petujuk ?
□ Ya □ Tidak
 Efek samping setelah minum obat nyeri:
□ Mengantuk □ Mual,muntah,gangguan pada perut □ Konstipasi
□ Kurang nafsu makan □ Lainnya (Jelaskan)
Beri tanda ( X ) pada daerah yang mempunyai kasus yang berhubungan dengan
Nyeri, perubahan bentuk disertai keterangan.

Keterangan :
_______________________________

________________________________________
________________________________________

32
 Apakah anda melewatkan jadwal minum obat hari ini? □ Ya □Tidak
 Apakah anda menelepon dokter sebelum jadwal kunjungan dokter karena nyeri
□ Ya □ Tidak
 Apakah anda tidur sepanjang malam ? □ Ya □ Tidak
Jika Ya, berapa kali tidur anda terganggu ?
 Berapa lama Anda tidur semalam ?
Secara Keseluruhan, apakah Anda puas dengan pengobatan atau
manajemen nyeri Anda? □ Ya □ Tidak
Jelaskan:

Obat Yang Digunakan (Terapi Multimoda)


Nonopiat Analgetik
Nama obat, Dosis, Rute
Opiat
Nama obat, Dosis, Rute
Hasil Pemeriksaan Penunjang:

33

Anda mungkin juga menyukai