Anda di halaman 1dari 82

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321654210

Teori Terjemahan

Book · June 2015

CITATIONS READS

0 4,757

1 author:

Hasyim Muhammad
Universitas Hasanuddin
42 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI View project

The Turkish Online Journal of Design, Art and Communication-TOJDAC April 2017 Special Edition SEXUALITY FOR SALE AT TELEVISION
ADVERTISING View project

All content following this page was uploaded by Hasyim Muhammad on 07 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

BUKU AJAR

MATA KULIAH

TEORI TERJEMAHAN

Dr. Muhammad Hasyim, M.Si.

JURUSAN SASTRA BARAT ROMAN


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015
2

KATA PENGANTAR

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan

efektifitas dalam proses pembelajaran bagi peserta didik di perguruan tinggi

adalah mengembangkan bahan ajar.

Bahan ajar atau Buku ajar adalah materi pembelajaran yang disusun

sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan

proses pembelajaran. Buku ajar disusun dengan mengacu kompentensi

utama dan pendukung serta strategi pembelajaran yang akan dicapai pada

mata kuliah.

Perubahan Kurikulum 1994 menjadi KBK akan membawa konsekuensi pada

perubahan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2003: 9). Salah satu

konsekuensi dari perubahan kurikulum KBK adalah pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar di kelas difokuskan pada pengembangan kompetensi setiap peserta mata

kuliah. Artinya setiap peserta didik akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama

untuk mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata kuliah,

sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak yang

dilakukan secara konsisten.

Dengan penekanan proses pembelajaran kepada pengembangan kompetensi

setiap individu siswa, penyusunan buku ajar sebagai sistem pembelajaran merupakan

jawaban penerapan KBK. Dalam hal ini buku ajar merupakan pegangan belajar yang

meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan serta dirancang secara

sistematis untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan belajar yaitu menguasai

kompetensi yang telah ditetapkan.


3

Toeri Terjemahan adalah mata kuliah yang membahas teori-teori terjemahan

dan aplikasinya ke dalam kegiatan penerjemahan teks-teks yang sederhana dan contoh

aplikasinya dalam penerjemahan teks spesifik (sastra, komik, iklan dan berita. Oleh

karena Mata kuliah ini diperlukan keterampilan khusus dalam penerjemahan, diperlukan

penyusunan modul sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk mencapai

kompotensi yang diharapkan.

Penyusunan dan penggunanaan buku ajar pada mata kuliah ini adalah dapat

mengarahkan mahasiswa untuk menguasai dan menerapkan tahap-tahap penerjemahan

dan teknik-teknik penerjemahan. Dengan penerapan materi pembelajaran dalam buku

ajar, diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi menerjemahkan teks-teks sesuai

dengan teori-teori penerjemahan yang diberikan.

Pencapaian kompetensi menerjemahkan karya sastra bagi mahasiswa adalah

sejalah dengan kompetensi utama Jurusan Sastra Prancis Fakultas Sastra Universitas

Hasanuddin.

Makassar, Oktober 2015

Dr. Muhammad Hasyim, M.Si.


4

DAFTAR ISI

Hal

Sampul i

Kata Pengantar Ii

Daftar Isi iv

Pertemuan ke 1: Hakikat Penerjemahan 1

Pertemuan ke 2: Traduction Technique 12

Pertemuan ke 3 dan 4: Penerjemahan Teks Kuliner 17

Pertemuan ke 5 dan 6: Penerjemahan Teks Berita 25

Pertemuan ke 7, 8 dan 9: Penerjemahan Karya Sastra 33

Pertemuan ke 10 dan 11: Penerjemahan Teks Iklan 54

Pertemuan ke 12: Penerjemahan Teks Iptek 61

Pertemuan ke 13 dan 14: Penerjemahan Komik 68

Daftar Pustaka 76
5

PERTEMUAN KE-1
HAKIKAT PENERJEMAHAN

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas hakikat penerjemahan yang


dikemukakan beberapa tokoh.

Sasaran Pembelajaran : Mampu menjelaskan konsep penerjemahan yang


dimekukakan dari beberapa tokoh

1. Penerjemahan sebagai aktivitas keseharian dalam kehidupan

Kegiatan penerjemahan, pada dasarnya, merupakan hal yang sering


dilakukan dan ditemukan dalam keseharian, baik di dalam keluarga maupun di
dalam kehidupan sehari-hari. Kita seringkali mengalihkan suatu pesan, dengan
tujuan untuk memperjelas pesan yang dimaksud oleh seseorang sebagi pembicara
kepada orang lain, sebagai penerima, dengan tujuan si penerima dapat memahami
maksud si pembicara. Misalnya, seorang keluarga kita datang dari suatu daerah
bertamu di rumah kita di suatu kota. Kemudian, salah seorang anggota keluarga,
misalnya anak menjelaskan suatu perangkat elektronik seperti Tablet, yang sama
sekali asing bagi mereka, sehingga membuat mereka bingung apa yang
dikemukakan oleh sang anak. Lalu, kita menjelaskan ulang maksud sang anak,
yang membuat mereka mengerti produk yang dijelaskan. Begitu pun sebaliknya,
seorang keluarga tadi yang datang dari suatu kampung berbicara kepada anak kita
dengan menggunakan bahasa daerah, misalnya mereka memuji anak kita. Sang
anak pun tidak mengerti apa yang disampaikan, kemudia, kita mengalihkan pesan
itu ke dalam bahasa yang dipahami sang anak, misalnya bahasa Indonesia, yang
kemudian pengalihan itu membuat anak mengerti. Itu lah apa yang disebut
kegiatan perjemahan. Kegiatan penerjemahan sebagai tindak komunikatif juga
ditemukan melalui media. Misalnya media televisi. Program acara televisi, berupa
tayangan film asing (Hollywood) yang disajikan oleh berbagai stasiun televisi
swasta juga merupakan salah satu aktivitas penerjemahan dalam keluarga.
Tentunya, cerita dari film-film berbahasa asing (bahasa Inggris) yang ditayangkan
6

melalui media televisi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan


film ini dilakukan dengan metode, yaitu metode dubbing dan teks. Pertama adalah
suara asli dari pemain dihilangkan dan diisi suara dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Kedua, menuliskan teks terjemahan di bagian bawah layar kaca.
Kegiatan penerjemahan program acara tayangan film merupakan tindak
komunikatif yang terjadi di dalam keluarga bagi mereka yang tidak mengerti
penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris).
Dengan demikian, penerjemahan pada dasarnya merupakan kegiatan

mengalihkan maksud (makna) berdasarkan konteksnya (pesan) dari pembicara

pertama, yang disebut sebagai pengirim kepada pembicara kedua, yang disebut

penerima, yang membuat terjadinya komunikasi efektif. Jadi, inti dari kegiatan

penerjemahan adalah makna secara kontekstual. Dan tujuan utama kegiatan

penerjemahan adalah bagaimana membuat orang lain sebagai penerima (pembaca,

penonton, dsb) membuat paham. Seseorang bekerja dengan mengalihkan makna

sesuai dengan konteks dari bahasa sumber yang dikuasai kepada bahasa sasaran,

misalnya bahasa ibu, maka itulah disebut penerjemah.

Ada beberapa defenisi penerjemahan yang dikemukakan oleh beberapa


tokoh.
Catford (1965: 1) memberikan defenisi dengan mengatakan bahwa
penerjemahan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam bahasa, yaitu proses
mengganti teks dari suatu bahasa ke teks bahasa lain. Cattford memberikan
penekanan defenisi penerjemahan pada pengalihan teks, yang tentunya di dalam
teks tersebut terkandung makna. Catford (1965:20) juga menegaskan dalam
kegiatan penerjemahan dapat terjadi pergeseran. Konsep pergeseran dalam
penerjemahan bisa dilihat dari dua perspektif yang berbeda tentang translasi.
(1) translasi sebagai produk; dan, (2) translasi sebagai suatu proses.
Catford (1965:73-82) membedakan pergeseran dalam penerjemahan
ke dalam dua jenis sebagai berikut:
7

a. Level shift yang muncul di permukaan dalam bentuk item bahasa sumber
pada level linguistic tertentu mempunyai padanan dalam level yang
berbeda. Misalnya, tataran gramatika berpadanan dengan leksis
b. Category shift yaitu suatu istilah generic yang mengacu pada pergeseran
yang mencakup structure-shifts, class-shift, unit-shifts dan Intra-system-
shift.
Nida (1967) mengatakan bahwa, “ Translating consist in producing in
the receptor language the closest natural equivalent to the message of the
source language, first in meaning and secondly in style”. Defenisi ini
menitikberatkan pada bagaimana menemukan padanan yang paling dekat
dengan bahasa penerima terhadap bahasa sumber, baik dalam hal makna
maupun gaya bahasanya.
Nida dan Taber yang lebih banyak memcicarakan pengelaman mereka
menerjemahkan alkitab yang dituangkan dalam bukunya, The Theory and
Practice of Translation (1969) mengatakan bahwa kegiatan penerjemahan
menfokuskan dua hal. Pertama adalah lebih mementingkan bentuk dan gaya;
kedua, lebih mementingkan respon pembaca penerima hasil terjemahan.
Focus penerjemahan ini dikaitakan dengan padanan dinamis. Bila respon
pembaca Teks sumber (Tsu) dan pembaca Tsu sama terhadap teks sumber
dan sasarna, maka terjemahan itu dianggap sebagai padanan dinamis.
Selanjutnya, Larson (1989: 3) memberikan defenisi penerjemahan
dengan mengatakan bahwa penerjemahan berarti mengungakpkan kembali
makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal
yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.
Defenisi yang dikemukakan Larson menghubungkan makna dengan
konteks budaya. Pengalihan makna yang sama dari bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran harus dikaitkan dengan konteks budaya.
Larson mengajukan konsep penerjemahan berdasarkan makna.
Menurutnya, penerjemahan merupakan pengalihan makna dari Bsu ke Bsa.
Makna lebih utama, karena itu tidak boleh diubah, sedangkan bentuk boleh
berubah. Lebih kanjutkan Larson menjelaskan bahwa untuk menentukan
8

makna yang diungkapkan, seorang penerjemah tidak hanya menganalisis


struktur formal Teks Sasaran (Tsu) tetapi juga aspek makna yang dikemas
dalam struktur formal bahasa tersebut. Hasil analisisnya yang berupa makna
yang ada dalam pikiran penerjemah dikonstruksi kembali dengan struktur
formal Bsa yang sesuai menjadi Tsa.

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan prinsip


dasar penerjemahan, yaitu:
1. Penterjemah harus menguasai salah satu bahasa sumber (bahasa asing) dan
memiliki Mampu mengalihkan pesan dalam bahasa sasaran. Dengan
demikian, dia pun harus menguasai bahasa sasaran, khususnya dalam
Mampu menulis ulang dan/atau menjelaskan ulang secara lisan pesan yang
dimaksud dalam bahasa sumber.
2. Penerjemahan harus memahami isi teks atau maksud si pembicara/penulis
3. Yang dialihkan atau diterjemahkan oleh penterjemah bukan bentuk, tetapi
makna secara kontekstual (pesan, konsep).
4. Penerjerjemah harus mengalihkan pesan sehingga membuat penerima
menjadi pahak pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa saran.
5. Penterjemah hendaknya memperhatikan secara psikologis bahasa
penerima, dengan hendaklah menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang
biasa digunakan dalam bahasa penerima, sehingga memudahkan bahasa
penerima memahami pesan yang dialihkan.
6. Penerjemah sebaiknya memperhatikan aspek wacana dalam mengalihkan
pesan. Misalnya, jika suatu teks ditujukan untuk anak-anak, misalnya buku
9

cerita anak-anak, penerjemah sebaiknya mengalihkan bahasa yang mudah


dipahami oleh anak-anak sebagai sasaran pembaca teks terjemahan.
2. Tahap Penerjemahan
Dalam bukunya A Survey of Translation Theory (1981), Bathgate
membagi tujuh tahap kegiatan penerjemahan, yaitu:
1. Tuning
2. Analysis
3. Understanding
4. Terminology
5. Restructuring
6. Checking
7. Discussion
1. Tuning
Tunning (penjajagan) merupakan tahap penjajagan atas teks sumber yang
akan diterjemahkan. Sebelum seseorang melakukan penerjemahan, terlebih dahulu
penerjemah melakukan penjajagan konteks bahasa sumber. Misalnya tema dari
bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Teks yang akan diterjemahkan termasuk
dalam khusus (ekonomi, sosial, teknologi dll) atau tidak. Jika teks dari bahasa
sumber termasuk dalam bidang khusus, maka langka yang dilakukan oleh
penerjemah adalah memiliki pengetahuan tematis terhadap teks bahasa sumber.
Modal bahasa tidaklah cukup untuk melakukan kegiatan penerjemahan untuk teks
bidang tertentu. Akan tetapi, diperlukan pengetahuan tertentu yang
melatarbelakangi teks bahasa sumber tersebut.
Aspek lain yang perlu diperhatikan pada tahap tuning adalah istilah-istilah
khsusus dalam bahasa sumber. Istilah teknis atau khusus sangat berkaitan dengan
masalah kesepadanan dalam bahasa sasaran (Indonesia). Jadi, pada tahap ini,
sebelum kegiatan penerjemahan dilakukan, penerjemah menandai istilah-istilah
tekniks, ditetemukan defenisi, lalu dicari padanan dalam bahasa sasaran.
2. Analysis
Analysis (analisis) merupakan tahap menganalisis isi pesan bahasa sumber
(BSu) secara gramatikal dan semantik (makna). Pada tahap ini, penerjemah
10

menganalisis atau memeriksa struktur kalimat yang rumit (jika ditemukan) dan
struktur kalimat bahasa sumber dipecah-pecah menjadi satu-satuan gramatikal
berstruktur kalimat dasar, kata-kata dan frase dengan tujuan menangkap makna
yang ada. Seperi biasanya, kalimat-kalimat yang memiliki struktur yang rumit
disederhanakan, untuk memudahkan memahami isi pesan. Struktur kalimat yang
rumit, di mana satu kalimat terdiri atas beberapa proposisi, terkadang menjadi
salah satu kendalam dalam pemahaman teks bahasa sumber.
Pada tahap analisis ini, penerjemah juga menandai kosa-kota yang sulit
dimengerti, khusus istilah-istilah teknis (khusus). Alat bantu yang digunakan
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan kamus umum dan kamus
bidang khsusus. Selain itu, pentingnya buku referensi bidang tertentu dan dibaca
oleh penerjemah sebagai strategi dalam menangkap makna atau isi pesan bahasa
sumber.
3. Understanding
Understanding (pemahaman) merupakan tahap pembacaan dan
pemahaman teks bahasa sumber. Dalam tahap ini, seorang penerjemah harus
menguraikan tiap-tiap kalimat dalam bahasa sumbernya ke dalam satuan-satuan
berupa kata-kata atau frase-frase. Kemudian menentukan hubungan sintaksis
antara berbagai unsur kalimat tersebut. Penerjemah, dalam tahap ini, juga harus
dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam bagian teks agar dapat
menentukan konsistensi dalam terjemahannya. Konsistensi dalam pemahaman dan
peristilahan akan memudahkan terjemahan untuk dapat dipahami.
Dalam tahap ini, metode penerjemahan yang dapat digunakan, adalah:
a. Kata-demi-kata
Larson dan Smalley menyebutnya interlinear translation, atau literal
translation. Dalam menguraikan bahasa sumber, hal yang dilakukan untuk
memperoleh keselarasan makna dengan bahasa terjemahan, pertama-tama
adalah mengulas kata demi kata, frase demi frase, klausa demi klausa, kalimat
demi kalimat, dan alinea demi alinea. Disini, penerjemah mencari makna
equivalen kata satu per satu. Model ini menekankan bahwa seorang
penerjemah yang baik harus mempunyai kepekaan terhadap arti tiap kata
11

sehingga dapat menerjemahkan makna naskah asli kedalam bahasa sasaran


dengan pilihan kata setepat-tepatnya pula.
Metode penerjemahan kata demi kata dilakukan dengan cara
menerjemahkan kata demi kata dengan mengacu kepada struktur Bsu. Metode
ini dilakukan sebagai proses awal dalam penerjemahan dari Bsu. Misalnya,
bahasa Prancis di dalam teks-teks sastra, memiliki struktur kalimat rumit, yang
terkadang memuat satu induk kalimat dan memiliki banyak anak dan cucu
kalimat. Begitu pun kosa-kata yang berbentuk frase yang mengandung muatan
kultur. Penerapan metode kata demi kata memudahkan penerjemah menelusuri
makna yang ada dalam kalimat-kalimat rumit tersebut.
b. Adaptasi
Metode adaptasi dapat dilakukan dalam menelusuri makna, ketika
penerjemah tidak menemukan kendala dalam penerjemahan, karena metode
pendekatan ini lebih menekankan pada isi pesan, sedangkan bentuknya
disesuaikan dengan Bsa atau berdasarkan segmen pembaca.
Metode adaptasi sering kali dilakukan dalam penerjemahan teks-teks
sastra, khususnya teks-teks sastra yang sarat dengan muatan budaya dan
politik.
c. Sintaksis
Model ini berfokus pada penguraian dengan pemahaman terhadap struktur
kalimat. Beberapa kalimat panjang dan memiliki struktur yang rumit sebaiknya
diuraikan terlebih dahulu dengan cara menemukan unsur-unsur pembentuk
kalimatnya untuk dapat lebih memahami maknanya dan mempermudah
penyesuaian bahasa dengan terjemahannya dalam bahasa sasaran.
4. Terminology (Peristilahan)
Dalam tahap ini, penerjemah memikirkan pengungkapan terjemahan ke
dalam bahasa sasaran. Terutama berfokus pada menemukan istilah-istilah,
ungkapan-ungkapan yang tepat, cermat dan selaras dalam bahasa sasaran. Kata
yang penerjemah gunakan jangan sampai menyesatkan, menertawakan atau
menyinggung perasaan pengguna bahasa sasaran. Penerjemahan dalam tahap ini
dilakukan dengan model penerjemahan nomenklatif. Model penerjemahan
12

nomenklatif ini menekankan agar seorang penerjemah menggunakan istilah-istilah


teknis yang sesuai dengan istilah-istilah yang digunakan dalam cabang ilmu
tertentu. Misalnya dalam bidang psikologi, seorang penerjemah harus
menerjemahkan istilah-istilah tertentu dengan padanan istilah tersebut dalam
bahasa sasaran. Penerjemah dapat menggunakan acuan lain seperti kamus istilah,
jika belum mengetahui istilah yang tepat dalam bahasa sasaran. Jika penerjemah
menemukan istilah yang tidak teknis, maka ia dapat menerjemahkannya saja
secara harafiah.
5. Restructuring (Perakitan)
Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali semua yang sudah
dirancangkan, disesuaikan, dan diselaraskan dengan bahasa sasaran. Penerjemah
diharapkan untuk mengikuti gaya bahasa pengarang. Jika pengarang dalam
karangan aslinya menggunakan gaya realis, maka penerjemah harus mengunakan
gaya realis dalam terjemahannya. Kesesuaian gaya ini sangat berpengaruh
terhadap mutu terjemahannya. Dalam tahap ini, model-model penerjemahan yang
digunakan antara lain:
a. Model Modulasi Model modulasi adalah penggunaan ungkapan-
ungkapan yang berbeda dalam bahasa sasaran, namun memiliki
pengertian yang sama dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa
sumber. Model ini timbul dari kebutuhan untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang berbeda-beda dalam bahasa yang berbeda-beda.
Misalnya, dalam bahasa Inggris “It is raining cats and dogs” memiliki
terjemahan yang tepat dalam bahasa indonesia sebagai “Hujan seperti
dicurahkan dari langit.” Penerjemah perlu melengkapi diri dengan
kamus idiom atau kamus ungkapan, misalnya American Idioms
Dictionary, yang disusun oleh Oemar Ali, atau kamus idiom lainnya.
b. Model Generatif dalam penerjemahan adalah penggunaan pola yang
berbeda dalam struktur kalimat namun dengan kesamaan makna. Model
ini diperlukan karena banyaknya pola kalimat yang tidak sama antara
satu bahasa dengan bahasa lainnya.
13

c. Model Integral Model ini muncul dari kebutuhan akan strategi


penerjemahan yang menyeluruh untuk menjamin terjaganya konsistensi
dan keindahan dalam produk fase perakitan ini. Model ini terutama
diperlukan bila hendak menerjemahkan teks yang canggih, seperti
sajak-sajak atau puisi. Kesesuaian bentuk dan rima dalam bahasa
sumber harus terjaga konsistensinya dengan yang terdapat dalam bahasa
sasaran.
6. Checking (Pengecekan)
Dalam tahap ini, penerjemah memeriksa kembali hasil terjemahan pertama
dalam draft pertama. Penerjemah menandai kesalahan-kesalahan pada bagian-
bagian terjemahan. Kesalahan dalam penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan
susunan-susunan kalimatnya untuk menghasilkan kalimat yang efektif. Dalam
mengecek terjemahan ada dua model penerjemahan yang dianjurkan, yaitu model
normatif dan model pengecekan tiga-tahap. Pengecekan, sesuai dengan tujuannya
untuk menilai baik tidaknya terjemahan, dilakukan sesuai dengan petunjuk-
petunjuk penerjemahan (normatif). Pengecekan tiga-tahap dilakukan dengan,
pertama-tama menilai apakah terjemahan lurus sudah menyampaikan makna yang
dimaksudkan. Jika belum, maka diperlukan penciptaan bentuk lain yang meskipun
menyimpang dari bentuk aslinya tapi mendukung makna yang dimaksudkan.
Kemudian bentuk baru tersebut dicek kembali, apakah sudah sesuai dengan
situasinya.

7. Discussion (Pembicaraan)
Dalam tahap akhir dari penerjemahan naskah ini, penerjemah
mendiskusikan dengan orang lain mengenai hasil terjemahan. Baik menyangkut
isi maupun menyangkut bahasa terjemahannya. Dalam hal ini, disarankan untuk
tidak melibatkan terlalu banyak orang. Cukup beberapa orang yang berkompeten
saja, untuk menghindari perusakan dengan terlalu banyak masukan yang membuat
bingung. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan model interaktif. Dalam
perbincangan interaktif, penerjemah dan pihak lain yang disebut sebagai
penasehat yang ahli di bidang yang bersangkutan, saling bertukar informasi demi
14

memperkecil kemungkinan adanya penyelewengan arti dalam hasil


terjemahannya.
D. Metode Penerjemahan
Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, setiap pakar penerjemah
mengelompokkan penerjemahan-penerjemahan dibawah ini kedalam jenis,
metode atau teknik. Peneliti, dalam hal ini, mengadopsi penapat Newmark (1988)
dalam pengelompokkan metode penerjemahan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia istilah metode diartikan sebagai cara yang teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan (2005:740).
Berkaitan dengan batasan istilah metode penerjemahan, Molina dan Albir
(2002:507) menyatakan bahwa "Translation method refers to the way of a
particular translation process that is carried out in terms of the translator's
objective, I'e., a global option that affects the whole texts", dari bahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih cenderung pada sebuah cara
yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan
tujuannya, misalnya sebuah opsi global penerjemah yang mempengaruhi
keseluruhan teks. Jadi metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil
terjemahan. Artinya hasil penerjemhan teks sangat ditentukan oleh metode
penerjemah karena maksud, tujuan dan kehendak penerjemah akan berpengaruh
terhadap hasil terjemahan teks secara keseluruhan.
1. Penerjemahan kata demi kata
Dalam meode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation),
biasanya kata-kata Tsa langsung diletakan dibawah versi Tsu atau disebut dengan
interlinear translation. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata
Bsu dalam Bsa. Susunan kata dalam kalimat penerjemahan sama persis dengan
susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap kata diterjemahkan satu satu berdasarkan
makna umum diluar konteks, sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya
diterjemahkan secara harfiah. Umumnya metode ini digunakan pada tahapan
prapenerjemahan pada saat penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau
15

untuk memahami mekanisme Bsu. Jadi metode ini digunakan pada tahap analisis
atau tahap awal pengalihan. Biasanya metode ini digunakan untuk penerjemahan
tujuan khusus, namun tidak lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum.
2. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah atau disebut juga penerjemahan lurus berada
diantara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Dalam proses
penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan
atau dekat dengan Bsa. Penerjemhan harfiah ini terlepas dari konteks.
Penerjemahan ini mila-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata,
tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan
gramatikal Bsa.
3. Penerjemahan Setia
Dalam penerjemahan setia penerjemah berupaya memproduksi makna
kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal
teks sasaran. Disini kata-kata yang bermuatan budaya
diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada
atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu,
sehinnga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing.
16

PERTEMUAN KE-2
TRADUCTION TECHNIQUE

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori teknik penerjemahan untuk
teks-teks dalam berbagai bidang (teks berita,
kuliner, karya sastra, dan iptek, dll)

Sasaran Pembelajaran : Mampu menjelaskan teknik penerjemahan dalam


bidang khusus.

1. Penerjemahan Teknis untuk Teks Bidang Khusus


Istilah penejermahan teknis ditemukan dalam teori penerjemahan Prancis,
”la tradiction tecnique”, yang berarti penerjemahan teks untuk bidang khusus,
misalnya penerjemahan teks kuliner, berita, ekonomi, teknologi dan lain-lain.
La traduction technique ou traduction spécialisée est un domaine de la
traduction concernant les textes propres à un art, une science, une activité, un
savoir-faire ou au fonctionnement d'une machine. La traduction technique
nécessite des connaissances linguistiques et traductologiques, mais aussi une
bonne connaissance du domaine technique concerné
(http://fr.wikipedia.org/wiki/Traduction_technique).

Istilah penerjemahan teknik muncul hanya untuk membedakan dengan


penerjemahan teks-teks umum. Penerjemahan teknik adalah kegiatan
penerjemahan untuk bidang ilmu. Ini berarti bahwa seorang penerjemah tidak
cukup hanya bermodalkan bahasa (asing), namun seorang penerjemah harus
membekali dirinya dengan pengetahuan tematis (bidang ekonomi, teknologi,
budaya, dll) yang melatarbelakangi teks tersebut.
Untuk melakukan penerjemahan teknis, diperlukan beberapa langkah,
yaitu:
1. Pertama adalah mengumpulkan data, baik data teks sumber maupun teks
sasaran yang relevan. Misalnya, jika seorang penerjemahn akan melakukan
penerjemahan teks kuliner (resep masakan) dari bahasa Inggris atau Pranci,
seorang penerjemah mengumpulkan data resep masakan dalam bahasa
Indonesia sebagai sasaran.
17

2. Kedua adalah menandai isitilah-isitiklah teknik atau kosa kata yang masuk
bidang kuliner (resep masakan) baik berupa kata kerja, kata benda dan kata
sifat. Kemudian, penerjemah juga menandai isitilah-istilah teknik di dalam teks
bahasa sumber. Tujuan tahap kedua ini adalah untuk memudahkan penerjemah
memahami istilah-istilah tekniks dalam bahasa sumber.
3. Ketiga adalah menyediakan kamus istilah teknis selain kamus umum. Dalam
kamus istilah teknik, pada umumnya dikemukakan defenisi istilah-istilah
tekniks tersebut. Sebaiknya mengumpulkan kamus istilah teknik baik bahasa
sumber maupun bahasa sasaran.
2.2 Pengertian Teks
Luxemburg, et.al. (1992:86) mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa
yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan. Berdasarkan
pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yag harus ada dalam sebuah teks.
Tiga hal tersebut, yaitu: isi, sintaksis, dan pragmatik.
Pertama: Isi, sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang
baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada
dalam kehidupan. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan
dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan
prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam
menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit dalam
menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks.
Isi dalam teks sangat berkaitan dengan semantik. Semantik merupakan
salah satu kajian dalam bahasa yang berkaitan dengan makna. Isi dalam teks tidak
ubahnya adalah makna-makna yang disampaikan pengarang. Pengungkapan
makna ini dapat dilakukan secara terang-terangan, lugas, jelas maupun dengan
tersembunyi melalui simbol-simbol. Berkaitan dengan makna dalam teks,
Luxemburg, et.al. (1992:88) menyatakan bahwa kesatuan semantik yang dituntut
sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Dengan kata lain,
tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan simboliknya.
Meskipun demikian, menunjukkan tema saja belumlah memadai. Masih
diperlukan penafsiran menyeluruh untuk menelaah sebuah teks sebagai satu
18

kesatuan. Hal ini terkait dengan keberadaan sebuah cerita maupun puisi yang
merupakan satu kesatuan ide/gagasan.
Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai
tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan.
Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi
sebagai penunjuk (konjungsi) secara konsisten dipergunakan.
Ketiga adalah pragmatik. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan
bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini,
Luxemburg, et.al. (1992:87) mengungkapkan bahwa pragmatik bertalian dengan
bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks
merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta
komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Lebih lanjut dikatakannya
bahwa pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan
bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu. Hal yang
diungkapkan Luxemburg tersebut bertalian erat dengan ketuntasan dalam
memahami sebuah teks. Makna kesatuan bulat mengarah pada keutuhan dari
sebuah teks. Membaca teks merupakan satu tindakan atau kegiatan yang dimulai
dari bagian awal hingga bagian akhir dari sebuah teks.
Dalam kegiatan penerjemahan, aspek isi, sintaksis dan pragamatis amatlah
penting diperhatikan oleh penerjemah, khusus tek-teks karya sastra (prosa dan
puisi) yang tidak hanya dipandang dari aspek semantik tapi juga aspek bentuknya,
misalnya aspek sintaksis dalam puisi, dan kesepadanan dalam aspek
prgamatiknya.
Itulah mengapa Newmark (1988: 4) menekankan adanya faktor-faktor
yang dapat mempengerahui penerjemahan sebuah teks dimana faktor-faktor
tersebut dapat bersumber dari BSu, BSa dan penerjemah. Faktor-faktor yang
bersumber dari BSu antara lain: penulis teks, aturan bahasa teks, sosial budaya
yang melatarbelakangi teks, dan waktu dan tempat serta proses produksi teks.
Faktor-faktor yang bersumber dari Bsa adalah pembaca yang memiliki latar
belakangan pengetahuan dan budaya yang berbeda-beda, aturan bahasa teks,
sosial budaya yang melatarbelakangi teks, waktu dan tempat serta proses produksi
19

teks. Faktor yang berkaitan dengan penerjemah adalah sudut pandang, dan
ideologi penerjemah.
2. Intertekstualitas
Adalah Mikhail Bakhtin, filsuf Rusia, mengeluarkan gagasan atau
pemikiran intertektualitas sebagai pendekatan atau teori yang dapat digunakan
dalam mengkaji realitas teks. MenurutBakhtin, pendekatan intertekstual
menekankan pengertian bahwa sebuah teks dipandang sebagai tulisan sisipan atau
cangkokan pada kerangka teks-teks lain,seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan
atau kutipan.Kemudian, pendekatan intertekstual tersebut diperkenalkan atau
dikembangkanoleh Julia Kristeva.
Menurut Kristeva, Intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang
diciptakan oleh Julia Kristeva (Worton 1990:1). Istilah intertekstual pada
umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut
Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks
merupakan penyerapan dantransformasi dari teks-teks lain (1980: 66). Kristeva
berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi
teks-teks lain. Misalnya, sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil
komponen-komponen teks yang lain sebagai bahasan dasar
untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuai
an, dan jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh.
Kristeva mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang
adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh
seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan,
dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan.
Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang
melalui proses pembacaan (Wortin, 1990: 1).
Intertekstualitas pun dapat digunakan sebagai pendekatan dalam kegiatan
penerjemahan. Teks adalah tanda yang bermakna, yang tentunya tujuan utama
penerjemahan adalah memahami makna dalam BSu dan mengalihkannya ke
dalam BSa. Pendekatan intertektualitas dalam membantu penerjemah dalam
memahami pesan dalam BSu dan mengalihkannya ke dalam BSa. Intertekstualitas
20

dalam penerjemahan dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai


sumber informasi yang relevan dengan suatu teks sumber yang akan
diterjemahkan. Tujuannya adalah memberikan wawasan yang luas bagi
penerjemah terhadap teks sumber. Selain itu, dalam memudahkan mengalihkan
pesan dalam bahasa sasaran pendekatan dalam penerjemahan pada target
penerjemahan (bahasa sasaran) juga dapat dilakukan, yaitu juga mengumpulkan
informasi dari bahasa sasaran yang relevan dalam BSu. Tujuan yang dapat dicapai
dari pendekatan intertekstualitas dari aspek B.Sa adalah kemuduahan untuk
menemukan padanan (istilah teknis) dalam bahasa sasaran. Intertektualitas adalah
merupakan pendekatan yang dapat digunakan khususnya dalam Penerjemahan
untuk bidang khusus.
21

PERTEMUAN KE-3 dan ke 4

PENERJEMAHAN TEKS KULINER

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks bidang kuliner

Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks bidang kuliner


dari bahasa Prancis sebagai bahasa sumber ke
dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran
maksimal 200 kata.

1. Pengetahuan Budaya Kuliner (Masakan) Prancis


Masakan Perancis (cuisine française) adalah jenis masakan yang berasal
dari negara Perancis dan berbagai negara lain yang mendapat pengaruh budaya
Perancis. Masakan Perancis yang terus berevolusi bersamaan dengan
perubahan sosial dan politikdipandang sebagai jenis kuliner yang elegan, penuh
warna, kadang-kadang kedaerahan. Selain itu, juga telah dikenal akan
kelezatannya dan merupakan golongan kuliner yang rumit dan menantang untuk
dikuasai.
Masakan Perancis sangat beragam, dan hampir menyamai variasi masakan
Cina. Hal ini disebabkan oleh kegemaran rakyat Perancis menyantap masakan
yang lezat serta menyajikannya dengan cara yang menarik. Keragaman ini juga
disebabkan oleh keadaan geografi dan iklim yang memengaruhi produksi berbagai
jenis bahan makanan, serta juga sejarah Perancis yang panjang. Dikatakan bahwa
dengan mempelajari masakan Perancis berarti juga memahami Perancis itu
sendiri. Karena keanekaragamannya, masakan Perancis mendapat penghargaan
sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tanggal 16 November 2010
di Nairobi, Kenya. Hal ini disambut hangat oleh Perdana Menteri François
Fillon yang menyatakan bahwa hal itu merupakan pertama kalinya masakan
suatu bangsa dijadikan sebagai warisan dunia.
Perancis memiliki sejarah kuliner yang panjang. Pada abad ke-
15, Catherine de Medici dari Italia pindah ke Perancis untuk menikahi Henry duc
22

d’Orleans (bakal Raja Henry II), dengan membawa buku-buku


masak Firenze yang berisi resep-resep masakan Italia. Pada saat itu, Perancis
belum dikenal akan tradisi kulinernya. Catherine membawa para ahli masak dari
Italia dan memperkenalkan banyak jenis masakan, cara penyajian dan aturan
persiapan makan malam ke Perancis. Dalam tahun-tahun berikutnya, bangsa
Perancis mulai menciptakan masakan yang penuh warna dan cita rasa yang
inovatif. Walaupun saat ini Perancis dan Italia telah mengembangkan tradisi
kuliner yang sangat berbeda, namun sebenarnya awal mula budaya kuliner
Perancis banyak dipengaruhi dari masa tersebut.
Pada tahun 1652, sebuah buku masak pertama Perancis bernama Le
Cuisine François ditulis oleh koki terkenal bernama La Varenne. Buku tersebut
menjadi bukti bahwa tradisi kuliner Perancis sudah menjadi bagian penting dalam
budaya masak dan makan malam di Eropa. Buku itu memberikan penjelasan
mengenai metode penyajian, termasuk cara membuat roux, masakan yang terbuat
dari campuran tepung dan mentega untukmengentalkan sup dan saus. Sebelum
roux ditemukan, cara orang Perancis untuk mengentalkan sup hanya dengan
mencampurkannya dengan roti.
Sampai penjara Bastille dibobol pada tahun 1789, sebagian besar rakyat
Perancis adalah petani miskin yang mengonsumsi makanan berupa palawija. Di
abad-abad berikutnya, kaum bangsawan menjadi semakin kuat, yang berimbas
pada berkembangnya makanan bermutu sebagai perlambang status sosial. Pada
abad ke-19, Haute cuisine atau Grande cuisine (Masakan Haute) mulai tercipta
dan disajikan di rumah-rumah bangsawan namun mayoritas masyarakat
masih miskin dan menderita kekurangan makanan. Chef masterMarie-Antoine
Carême yang menciptakan metode kuliner Haute berkontribusi dalam
memopulerkan toque, topi tinggi berwarna putih yang dipakai bersama seragam
chef sampai saat ini.
Masakan Perancis mengalami perubahan besar di abad ke-
20. Metode kuliner haute berkembang pesat dan dikenal akan cara penyajiannya
yang rumit dan seksama. Kemunculan masakan baru (nouvelle cuisine) dimulai
pada tahun 1970-an menggeser kepopuleran masakan klasik yang rumit. Ciri khas
23

masakan baru ini adalah penggunaan saus krim dan berfokus pada rasa yang
murni tanpa menggunakan banyak bahan masakan. Metode ini memengaruhi
masakan Perancis sampai sekarang, yang dapat dilihat dengan cara penyajian yang
lebih fleksibel dan banyak bereksperimen dengan citarasa non tradisional.
Masakan Perancis moderen berawal dari masa Perang Dunia
I. Sistem transportasi yang semakin baik di paruh pertama abad ke-20 ikut
memopulerkan kedua jenis kuliner kelas atas dan daerah yang sebelumnya
terpisah. Pasca Perang Dunia II, industri pariwisata berkembang pesat dan
menyebabkan masakan-masakan khusus telah dapat dinikmati warga dengan
harga yang terjangkau.
Saat ini dimana saja, rakyat Perancis dapat menikmati berbagai jenis
masakan apa saja. Bistro dan kafe menjamur di seluruh negeri dan warga dapat
menentukan sendiri kualitas, rasa dan tampilan masakan. Sekarang banyak orang
yang punya pekerjaan di kota-kota besar tidak memiliki cukup waktu untukmakan
siang namun mereka menikmatinya di kafetaria atau bar makanan ringan dengan
memesan hamburger atau hot dog.
Prosedur Penerjemahan Teks Kuliner Prancis
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan penerjemahan teks bidang
kuliner adalah mengumpulkan data pendukung selain teks sumber. Data
pendukung adalah :
- Data dari Bahasa Sasaran
Mengumpulkan data resep-resep masakan dalam bahasa Indonesia.
Data ini dapat ditemukan dalam buku-buku resep dan/atau resep masakah
di internet. Tujuan pengumpulan data resep masakah dalam bahasa
Indonesi adalah untuk memperoleh pengatahuan tentang kuliner dan kosa
kata yang digunakan dalam teks-teks bidang kuliner.
Dalam penerjemahan teks bidang khusus, hal yang terpenting dimiliki
oleh mahasiswa adalah pengetahuan tematis terhadap teks yang akan
diterjemahkan. Selain itu, perlunya mahasiswa mengenal kosa-kota bidang
kuliner (resep masakan) yang digunakan.
24

Selanjutnya, data pendukung lainnya adalah kamus khusus, misalnya


kamus istilah kuliner (jika ada).
- Data dari Bahasa Sumber
Data Pertama adalah penyediaan kamus umum Prancis-Indonesia,
kamus Prancis-Prancis, beberapa teks kuliner (resep) bahasa Sumber.
Data teks kuliner (resep) BSu. sebagai data penunjang untuk teks
bahasa yang akan diterjemahkan juga memiliki tujuan untuk memperoleh
pengatahuan tentang kuliner dan kosa kata yang digunakan dalam teks-
teks bidang kuliner.

Gâteau roulé au sucre à la crème

Gambar 2
Ingrédients
 Gâteau roulé
 4 oeufs
 1 t (280 ml) de sucre + 2 c. à tab (30 ml)
 1 t (250 ml) de farine
 1 c. à thé (5 ml) de poudre à pâte
 sucre glace
 Glaçage au sucre à la crème
25

 1 t (250 ml) de cassonade


 1/4 lb (125 g) de beurre
 1/4 t (60 ml) de lait
Préparation
Préparation du gâteau roulé
1. Dans un bol, à l'aide d'un batteur électrique, battre les oeufs et 1 t (250 ml)
du sucre pendant environ 3 minutes ou jusqu'à ce que le mélange soit pâle.
Ajouter la farine et la poudre à pâte et battre jusqu'à ce que la préparation
soit homogène. Étendre la pâte dans un moule à gâteau roulé de 15 po x 10
po (38 cm x 25 cm), beurré.

2. Cuire au four préchauffé à 350°F (180°C) pendant 8 minutes ou jusqu'à ce


que le gâteau soit doré. Démouler le gâteau sur un linge saupoudré du reste
du sucre. En commençant par l'un des côtés courts, rouler le gâteau encore
chaud dans le linge, sans serrer. Déposer le gâteau sur une grille et laisser
refroidir complètement.
Préparation du glaçage
3. Dans une casserole à fond épais, mélanger la cassonade, le beurre et le lait.
Porter à ébullition en brassant. Laisser bouillir pendant 1 minute, puis
retirer du feu. À l'aide du batteur électrique, battre la préparation jusqu'à ce
qu'elle ait épaissi.

4. Dérouler délicatement le gâteau refroidi (le laisser sur le linge).Verser le


sucre à la crème chaud sur le gâteau et l'étendre en une fine couche. En
commençant par l'un des côtés courts, rouler à nouveau le gâteau (sans le
linge). Déposer le gâteau roulé, l'ouverture dessous, sur une assiette de
service. Saupoudrer de sucre glace.
Valeurs nutritives

PAR PORTION: cal.: 386; prot.: 5 g; m.g.: 16 g (9 g sat.); chol.: 142 mg; gluc.:
58 g; fibres: 1 g; sodium: 94 mg.
26

Langkah Kedua: Mahasiswa memiliki tugas menandai dan mengumpulkan kosa-


kota bidang kuliner baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa menemukan
kesepadanan pada saat kegiatan penerjemahan dilakukan. Setelah mengumpulkan
kosa-kosa kata tersebut, Mahasiswa diberikan tugas untuk mengelompokkannya
berdasarkan kelas kata.
B. Praktik Penerjemahan
1. Tahap Pemahaman (analisis) teks terjemahan
Teks Kuliner (Resep Makanan)
Gâteau aux carottes, glaçage au fromage à la crème

Gambar 3
Ingrédients
Gâteau aux carottes
1. 2 t (500 ml) de sucre
2. 1 t (250 ml) d'huile végétale
3. 4 oeufs
4. 1 c. à thé (5 ml) de vanille
5. 2 t (500 ml) de carottes râpées
6. 1 t (250 ml) d' ananas broyé en conserve, égoutté
7. 2 t (500 ml) de farine
8. 1/2 c. à thé (2 ml) de sel
9. 2 c. à thé (10 ml) de poudre à pâte
10. 1 1/2 c. à thé (7 ml) de bicarbonate de sodium
27

11. 2 c. à thé (10 ml) de cannelle


12. 1/2 t (125 ml) de noix de Grenoble hachées
13. 2/3 t (160 ml) de flocons de noix de coco
Glaçage au fromage à la crème
 1/4 t (60 ml) de beurre mi-salé ramolli
 1 paquet (250 g) de fromage à la crème, ramolli
 11/2 c. à thé (7 ml) de vanille
 2c. à tab (30 ml) de crème à 35 %
 1 1/2 t (375 ml) de sucre glace
Préparation
Préparation du gâteau
1. Dans un bol, à l'aide d'un batteur électrique, battre le sucre, l'huile et les
oeufs à vitesse maximale pendant 10 minutes. Ajouter la vanille. Dans un
grand bol, mélanger le reste des ingrédients. Incorporer la préparation
d'oeufs au mélange de carottes.
2. Verser la pâte dans un moule à cheminée (de type Bundt) d'une capacité de
10 t (2,5 L), beurré et fariné. Cuire au four préchauffé à 350°F (180°C)
pendant 1 heure 15 minutes ou jusqu'à ce qu'un cure-dents inséré au centre
du gâteau en ressorte propre. Laisser refroidir pendant 15 minutes.
Retourner le moule sur une grille et laisser refroidir encore 30 minutes
avant de démouler le gâteau.
Préparation du glaçage
3. Dans un bol, à l'aide du batteur électrique (utiliser des fouets propres),
mélanger tous les ingrédients jusqu'à ce que le glaçage soit lisse. Étendre
le glaçage sur le gâteau refroidi.
Valeurs nutritives
PAR PORTION: cal.: 650; prot.: 7 g; m.g.: 37 g (11 g sat.); chol.: 104 mg;
gluc.: 78 g; fibres: 2 g; sodium: 471 mg.
28

Prosedur Penerjemahan Teks Kuliner:


- Membaca teks bahasa sumber secara keseluruhan tanpa diminta untuk
membuka kamus.
- Membaca teks bahasa sumber per kalimat (paragraf) maksimal tiga kali.
- Menerjemahan teks per kalimat.
- Diusahakan untuk tidak membuka kamus untuk setiap kata atau istilah
yang belum dimengerti. Berdasarkan arahan pengajar, mahasiswa
membuka kamus untuk kata atau istilah menjadi kata kunci yang dapat
memudahkan mahasiswa menginterpretasi makna teks sumber.
- Menandai masalah kosa kata (istilah teknis) yang sulit dipahami dan
didiskusikan bersama.
- Menandai masalah struktur kalimat yang sulit dipahami dan didiskusi
bersama.
- Mahasiswa ditugaskan untuk meliha glosarium istilah kuliner (kosa-kata)
yang telah dikumpulkan mahasiswa sebagai cara untuk menempukan
kesepadanan.
2. Tahap Pengalihan
- Menerjemahan seluruh teks sumber ke dalam bahasa sasaran.
- Pengajar mengajukan solusi hasil tek terjemahan, sambil mahasiswa
mengecek hasil terjemahan yang dilakukan.
- Masalah penerjemahan: mahasiswa mengajukan masalah yang dihadapi
dalam penerjemahan berdasarkan kasus yang ditemuka, misalnya masalah
salah menerjemahkan, pilihan kata, kesepadanan, dan struktur kalimat.
C. Tahap Penyelesaian
- Setelah hasil terjemahan didiskusikan, khususnya yang berkaitan dengan
masalah penerjemahan. Mahasiswa menulis ulang hasil terjemahan yang
dilakukan oleh mahasiswa dan disetor ke pengajar.
29

PERTEMUAN KE-5 dan 6

PENERJEMAHAN TEKS BERITA

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teknik penerjemahan untuk teks-
teks berita dalam media Prancis

Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks berita dalam


media Prancis.

Media dan Informasi


Manusia dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari informasi karena
informasi sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, bahkan informasi
juga merupakan bagian dari kebutuhan pokok manusia, maka dari itu di perlukan
media untuk menyebarkan informasi yang dibutukan oleh masyarakat.
Media adalah suatu instrumen perantara informasi. Pada jaman sekarang
media sangat berkembang. Berkembangnya media dikarenakan adanya pengaruh
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ditambah dengan
kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Masyarakat mulai berperan
aktif dalam mendapatkan, mencari, dan menyebarkan informasi lewat media.
Bahkan sekarang media informasi telah menjadi salah satu instrumen penting
dalam membangun kekuatan baik itu kekuatan ekonomi suatu wilayah atau
negara, kekuatan politik, hingga kekuatan militer. Sehingga media bisa
dikategorikan suatu instrumen yang memiliki dampak kepada seluruh hajat hidup
orang banyak.
Perusahaan media tidak hanya menginformasikan peristiwa-peristiwa yang
dalam lingkup lokal dan nasional tetapi juga informasi sebagai berita aktual dari
berbagai negara.
Perusahaan media massa baik elektronik misalnya televisi maupun cetak,
misalnya surat kabar, tentunya membutuhkan penerjemah dari berbagai bahasa
asing demi menginformasikan berita-berita aktual di dunia internasional.
Peristiwa-peristiwa dunia yang menjadi nilai berita tentunya tidak lepas dari usaha
30

media mengejar informasi tersebut sebagai berita kekinian sekaligus menunjukkan


kredibilitas perusahaan dalam memberitakan berita aktual dan terpercaya. Salah
satu lembaga setiap negara yang dapat dijadikan tempat perolehan informasi
adalah kantor berita. Misalnya kantor berita Indonesia, ’ANTARA’, Prancis,
’AFP’ (Agence France Presse), dan Amerika Serikat, ’AP’ (Associated Press).
Informasi-informasi yang akan diperoleh di Prancis melalui kantor berita
AFP, tentunya hampir sebagian besar menggunakan bahasa Prancis, baik berita
politik, ekonomi ataupun teknologi informasi. Hal ini menuntut seorang
wartawan memiliki kemampuan menerjemahkan teks-teks berita dari bahasa
Prancis sebagai BSu ke dalam bahasa Indonesia.
Pengalihan Pesan Berita dalam Media
Defleur dan Dennis dalam bukunya “Understanding Mass
Communication” (1985) mengatakan bahwa komunikasi masa adalah suatu proses
dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan
pesan-pesan secara luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna
yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda
dengan melalui berbagai cara. Dengan mengacu pada defenisi tersebut, hal yang
amat utama diperhatikan penerjemah dalam kegiatan penerjemahan teks berita
adalah pesan. Bagaimana pesan dari suatu media sebagai BSu sedekat mungkin
dialihkan sedekat mungkin ke media lain sebagai bahasa sasaran.
Catford (1965), mengatakan bahwa menerjemahkan adalah “mengganti
teks dalam bahasa sumber dengan teks sepadan dalam bahasa sasaran”, sedangkan
menurut Newmark (1985): “menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa
lain sesuai dengan yang dimaksudkan penulis/komunikator. Kutipan kedua tokoh
ini menunjukkan bahwa seorang penerjemah harus memiliki kemampuan
memahami maksud (pesan) penulis berita dari suatu media asing dan
menggantikannya dengan teks yang sepadan dalam media sasaran.
Dengan kata sederhana dapat didefinisikan bahwa menerjemahkan teks
berita adalah mema-hami suatu teks berita (berbahasa asing) untuk membuat
orang lain paham (dalam bahasa sendiri). Wartawan sebagai penerjemah adalah
perantara yang mengomunikasikan gagasan dan pesan teks berita asli yang ditulis
31

dalam bahasa sumber kepada pembaca melalui bahasa lain (bahasa sasaran).
Pembaca teks berita hasil terjemahan harus memahami dan memperoleh kesan
atau pengertian sama seperti pembaca teks berita asli. Karena media adalah
produk budaya, yang sarat dengan ideologi (seringkali terjadi keberpihakan dalam
suatu pemberitaan), maka dalam pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa
sasaran, terjadi pula transfer ideologi yang membuat pembaca
teks berita hasil terjemahan dapat tercipta suatu pencitraan atau opini atas teks
berita yang disampaika, misalnya teks-teks berita politik.
Metode Penerjemahan Teks Berita
Tujuan utama produksi berita adalah bagaimana pesan disampaikan secara
komunikatif kepada khalayak. Begitupun dalan kegiatan penerjemahan, tujuannya
adalah pengalihan pesan berita sebagai tindak komunikatif. Dalam arti bahwa
bagaimana pesan dari berita asli yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca media.
Dengan demikian, salah satu metode yang sering digunakan dalam
penerjemahan teks berita adalah metode penerjemahan komunikatif. metode ini
dikemukakan Newmark yang menekankan pada aspek bagaimana pesan begitu
mudah dan cepat dimengerti oleh pembaca.
Metode penerjemahan komunikatif ini dilakukan jika dalam penerjemahan
yang dipentingkan adalah pesannya, tetapi tanpa harus menerjemahkannya secara
bebas. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu tujuan
penerjemahan dan pembacanya. Melalui metode penerjemahan ini memungkinkan
suatu versi Bsu diterjemahkan menjadi beberapa versi dalam Bsa.
Ideologi Penerjemahan Teks Berita
Kontruksi atas teks-teks berita yang dillakukan media merupakan sebuah
cara dalam memandang realitas. Teks-teks tersebut membantu mendefinisikan
realitas dan memberi model yang sesuai pada sikap dan tingkah laku masyarakat
serta adanya kepentingan tertentu dari pihak media. Cara mendefenisikan realitas
dari suatu peristiwa memiliki muatan ideologi. Dalam konteks media, para pakar
menterjemahkan ideologi sebagai sistem makna yang membantu menjelaskan dan
mendefinisikan realitas dan membantu dalam membuat nilai-nilai pembenaran
32

atas realitas itu. Ideologi terkait dengan konsep-konsep seperti “pandangan


dunia”, “sistem keyakinan” dan “nilai-nilai”, namun makna ideologi lebih luas
dari konsep-konsep itu. Ideologi bukan hanya untuk meyakini realitas, namun
juga cara dasar untuk mendefinisikan realitas. Sehingga ideologi tidak hanya
berhubungan dengan persoalan politik; konotasinya lebih luas dan lebih
fundamental dari itu.
Berita maupun hiburan dalam media dianggap sebagai ruang penyebaran
ideologi. Mereka beranggapan bahwa media itu ideologis; menjual pesan dan
pandangan-pandangan tertentu. Media menjual produk sekaligus gagasan,
kepribadian sekaligus pandangan; ide dan nilai-nilai kultural yang diproduksi
media massa itu secara fundamental tidak lebih adalah untuk mencari penerimaan
publik (public acceptance).
Sementara itu, ideologi dalam kaitannya dengan bidang penerjemahan
merupakan prinsip atau keyakinan mengenai benar-salah dalam penerjemahan
(Hoed, 2004). Seorang penerjemah dituntut untuk dapat mengalihkan makna dari
BSa ke BSu, tidak hanya satuan linguistiknya saja yang dialihkan, akan tetapi
konsep budaya yang menaungi sebuah bahasa pun perlu dialihkan pula. Kegiatan
penerjemahan adalah kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
seorang penerjemah. Penerjemah memiliki kuasa penuh memutuskan akan
diterjemahkan seperti apa teks BSa ke dalam BSu. Keputusan yang diambil
tentulah harus tetap mengutamakan kesepadanan makna, mengikuti kaidah-kaidah
kebahasaan yang ada pada kedua bahasa tersebut—Bsa dan BSu, dan
memperkirakan siapakah pembacanya (target reader).
Resiko dari setiap keputusan itu dapat terjadi bila ditemukan ideologi
dalam teks berita yang akan diterjemahkan ke dalam BSa dapat memberikan efek
buruk, khususnya cara pandang bagi pembaca.
Ada penerjemah yang memilih mempertahankan konsep-konsep atau
istilah yang ada pada BSu, mereka ini disebut berideologi foreignisasi. Sebaliknya
penerjemah yang fokus mempertahankan konsep-konsep yang ada pada BSa
disebut berideologi domestikasi. Sulit bagi penerjemah untuk melakukan
foreignisasi saja atau domestikasi saja secara mutlak. Yang ada ialah
33

kecenderungan foreinisasi atau kecenderungan domestikasi. Terlalu foreignisasi


juga tidak baik, terjemahan yang dihasilkan akan menjadi sangat kaku dan kurang
enak dibaca. Begitu pula terlalu domestikasi, hasil terjemahannya bisa sangat enak
dibaca tetapi keakuratannya rendah, contohnya saduran, dimana unsur budaya
pada BSu dihilangkan. Dalam penerjemahan selalu ada foreignisasi dan
domestikasi, dan porsi penggunaannya menjadi pilihan penerjemah dengan
berbagai pertimbangan.
Forenisasi adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada BSu,
yakni bahwa penerjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami adalah
yang menginginkan kehadiran kebudayaan BSu pada hasil terjemahan. Ideologi
ini menganggap kehadiran kebudayaan asing atau suatu cara pandang bermanfaat
bagi pembaca sasaran. Ciri yang mencolok pada ideologi ini adalah adanya aspek
kebudayaan asing yang diungkapkan dalam BSa.
Domestikasi adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada BSa,
yakni bahwa penerjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami adalah
yang menginginkan kehadiran kebudayaan BSa pada hasil terjemahan. Penganut
ideology ini menginginkan hasil terjemahan sesuai dengan tradisi tulisan dan
budaya dalam BSa. Oleh karena itu, penerjemah menentukan apa yang diperlukan
agar terjemahannya tidak dirasakan sebagai karya asing bagi
pembacanya. Metode yang dipilih pun adalah metode yang berorientasi pada BSa
seperti adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan
komunikatif.
Tahap Penerjemahan Teks Berita
Pada umumnya metode penerjemahan yang digunakan untuk teks-teks
berita adalah penerjemahan komunikatif. Metode ini lebih menekankan pada
bagaimana makna dan pesan yang disampaikan begitu cepat diterima oleh
pembaca teks berita terjemahan. Ini berarti bahwa penerjemahan teks berita lebih
berorientasi pada pembaca (penerjemahan bebas).
Dengan demikian, tahap penerjemahan yang dapat dilakukan untuk
pertamaka kalinya adalah memahami konteks berita yang dimuat dalam suatu
media asing (berbahasa Prancis). Penerjemah terlebih dahulu memahami konteks
34

berita (wacana), karena hal tersebut menyangkut situasi sosial, budaya, dan politik
yang melatarbelakangki pemberitaan suatu peristiwa. Langkah kedua adalah tahap
pehaman dengan membaca berulang kali teks-teks berita hingga memahami betul
pesan yang disampaikan dalam teks berita asal dan pesan tersebut tersimpan
dalam memori penerjemah. Langkah ketiga adalah tahap pengalihan sesuai
dengan pesan yang ditangkap dalam memori. Penerjemah menulis ulang teks
berita ke dalam BSa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui proses
pembacaan berulang kali. Langkah keempat adalah tahap mengecekan.
Penerjemah mengecek kembali jika masih ada pesan atau informasikan yang
belum dialihkan. Dan langkah kelima adalah restructuring. Penerjemah menulis
ulang teks terjemahan secara keseluruhan setelah dilakukan pengecekan. Tahap
ini merupakan tahap penyelesaian suatu teks berita terjemahan.
Contoh Teks Berita Politik
Israël a lâché des obus à fléchettes sur la bande de Gaza
L'Etat hébreu assure que ces armes sont légales, mais elles sont
particulièrement dangereuses dans des zones peuplées de civils.

Ce sont des gros clous en acier, mesurent jusqu'à 4 cm de long et sont équipés
d'ailettes. Six obus remplis de milliers de ces fléchettes ont été lâchés par l'armée
israélienne sur un village de la bande de Gaza, le 17 juillet, selon le Palestinian
Centre for Human Rights, cité par le Guardian (en anglais), dimanche 20
juillet.Israël ne nie pas le recours à ces armes, mais affirme qu'elles sont
conformes au droit international.

> Suivez l'évolution de la situation à Gaza en direct par ici

Ces obus, en explosant en vol, peuvent libérer au moins 5 000 fléchettes sur une
surface d'environ 300 m de long et 90 m de large, selon l'ONG israélienne
B'Tselem, citée par Slate.fr. Elles sont conçues pour pénétrer une végétation dense
et sont, en théorie, légales. Mais B'Tselem estime que l'emploi de cette arme est
illégal à Gaza, car il s'agit d'une zone très peuplée.
Une preuve de "crime de guerre" ?
"L’un des principes fondamentaux est l’obligation de distinguer ceux qui sont
impliqués et ceux qui ne sont pas impliqués dans le combat, et d’éviter, dans la
mesure du possible, de blesser ceux qui ne le sont pas", écrit B'Tselem, sur sapage
consacrée au sujet (en anglais). Pour cette raison, "rien ne peut justifier
l'utilisation d'obus à fléchettes dans la bande de Gaza".
En 2009 déjà, lors de l'opération "Plomb durci", à Gaza, Amnesty
internationaldénonçait l'usage d'obus à fléchettes qui, "dans la plupart des cas, se
35

solde par des morts ou des mutilations". L'ONG Human Rights Watch (en
anglais), estimait à la même époque que le recours à des armes visant "sans
distinction" des populations civiles est une preuve de "crime de guerre".
(Sumber: http://www.francetvinfo.fr/monde/proche-orient/israel-palestine/ israel-
lache-des-obus-a-flechettes-sur-la-bande-de-gaza_652385. html? gclid=
CMOfqvPM9L8CFRaSjgod0qAAig)

Contoh teks berita bidang sosial


Grève à Air France samedi : des retards à prévoir
Le Monde.fr avec AFP | 01.08.2014 à 05h37 • Mis à jour le 01.08.2014 à 07h42
Air France prévoit d'assurer la plupart de ses vols mais aussi des retards samedi 2
août, alors que plusieurs syndicats de personnels au sol ont lancé un appel à la
grève pour ce jour de chassé-croisé des vacanciers.

« Air France prévoit d'assurer l'ensemble de ses vols long-courriers, la quasi-


totalité de ses vols court et moyen-courriers, mais des retards sont à prévoir à
l'occasion de cette journée », a indiqué la compagnie jeudi soir dans un
communiqué. Un porte-parole a souligné que tous les vols seraient maintenus en
provenance et à l'arrivée de Roissy-Charles-de-Gaulle et qu'elle serait en mesure
de préciser vendredi la proportion exacte sur les autres aéroports. « Plusieurs
centaines de salariés d'Air France volontaires sont mobilisés en renfort », assure
la compagnie, qui dit regretter « cette situation et les désagréments qu'elle
pourraitoccasionner pour ses clients ».

La CGT, premier syndicat toutes catégories confondues de la compagnie, SUD-


Aérien, ainsi que l'UNSA ont appelé les personnels au sol (agents d'escale, de
piste...) à faire grève à partir de 1 heure dans la nuit de vendredi à samedi jusqu'à
minuit à Orly, Roissy-Charles-de-Gaulle et dans les aéroports régionaux
pourprotester contre la dégradation des conditions de travail. FO a aussi déposé un
préavis de grève le même jour, mais uniquement à Roissy, la CFE-CGC appelant
aussi à la grève dans la branche commerciale.

Un rassemblement sera organisé à Roissy à 11 heures pour « la sauvegarde de


l'emploi local » et « contre la sous-traitance ». Le mouvement vise aussi
à« l'abrogation de la loi Diard », qui impose aux grévistes dans les transports de
sedéclarer individuellement quarante-huit heures à l'avance
pour permettre auxentreprises de mieux anticiper une grève.

CONTRE L'IMPACT DU PLAN « TRANSFORM 2015 »


Le mouvement survient alors qu'un million de passagers sont attendus sur
l'ensemble du week-end (de vendredi à dimanche) dans les aéroports de Roissy et
Orly, dont 215 000 à Roissy pour la seule journée de samedi. Il s'agit d'un des
week-ends les plus chargés de l'année pour les aéroports parisiens.
36

Air France recommande à ses clients de s'enregistrer en ligne avant de se rendreà


l'aéroport. La compagnie mettra à jour les informations disponibles sur son site et
ses applications mobiles, et dit proposer « dès à présent à ses clients des solutions
de report de voyage sans frais ».

Selon une source aéroportuaire, le mouvement de grève devrait concerner 45 %


des salariés au sol d'Air France à Roissy-Charles-de-Gaule. La CGT du personnel
au sol organise des grèves depuis novembre 2013 pour dénoncer l'impact sur les
conditions de travail du plan « Transform 2015 », dont le syndicat n'est pas
signataire.

Ce plan, lancé en 2012 par la compagnie afin de réaliser 2 milliards d'euros


d'économies en trois ans et de réduire la dette, a entraîné plusieurs milliers de
suppressions d'emplois au sein de la compagnie. Pour succéder à Transform 2015,
le groupe Air France-KLM vient de dévoiler les orientations d'un plan
de« croissance et de compétitivité » pour les cinq prochaines années.
(http://www.lemonde.fr/economie/article/2014/08/01/greve-a-air-france-samedi-
des-retards-a-prevoir_4465544_3234.html)
37

PERTEMUAN KE-7, 8 dan 9


PENERJEMAHAN KARYA SASTRA

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks karya sastra Prancis

Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks karya sastra


(roman dan puisi) dari bahasa Prancis sebagai
bahasa sumber ke dalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa sasaran maksimal 200 kata.

Hakikat Penerjemahan Karya Sastra


Penerjemahan karya sastra merupakan kegiatan penerjemahan yang
spesifik karena teks-teks satra yang akan diterjemahkan mengandung unsur
ekspresi pengarang, unsur-unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan
serta efek keindahan bunyi misalnya pada teks puisi. Dengan demikian, seorang
penerjemah untuk teks-teks sastra amat penting memiliki pengetahuan tematis,
yaitu pengetahuan sosialkultual yang melatar belakangi teks sastra sebagai Bsu.
Selain itu, teks-teks sastra mengandung tingkat pemahaman, mulai yang mudah
hingga yang sulit, khususnya kosa-kata atau istilah yang memiliki lataran
belekang budaya yang berbeda dengan bahasa sasaran.
Atas dasar itu, hal yang perlu diperhatikan bagi penerjemah dalam
melakukan kegiatan penerjemahan karya sastra adalah, yaitu:
1. Memahami Bsu secara hampir sempurna. Dalam tingkat rekognisi
kemampuannya diharapkan mendekati seratus persen
2. Menguasai dan mampu memakai Bsa dengan baik, benar dan efektif;
3. Mengetahui dan memahami, apresiasi sastra, serta teori terjemahan;
4. Mempunyai kepekaan terhadap karya sastra;
5. Memiliki keluwesan kognitif dan keluwesan sosiokultural;
6. Memiliki keuletan dan motivasi yang kuat.
Dengan mengacu pada pernyataan di atas, seorang penerjemah tidak cukup
hanyak memiliki penguasan Bsu, dan pengetahuan teori terjemahan, tetapi
38

seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan tematis tentang aspek sosial


budaya yang melatarbelakangi karya sastra tersebut. Dengan demikian, tujuan
penerjemahan bukan hanya memindahkan makna dan pesan dalam Bsu ke dalam
Bsa, tetapi bagaimana mengalihkan konteks yang terkandung dalam teks-teks
karya sastra.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Larson (1989: 3) yang
mengatakan bahwa penerjemahan berarti mengungakpkan kembali makna
yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang
sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya. Defenisi yang
dikemukakan Larson menghubungkan makna dengan konteks budaya.
Pengalihan makna yang sama dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
harus dikaitkan dengan konteks budaya.

Begitu pun yang dikemukakan oleh Nida (1967) bahwa, “ Translating


consist in producing in the receptor language the closest natural equivalent
to the message of the source language, first in meaning and secondly in
style”. Defenisi ini menitikberatkan pada bagaimana menemukan padanan
yang paling dekat dengan bahasa penerima terhadap bahasa sumber, baik
dalam hal makna maupun gaya bahasanya.

Mengacu pada defenisi Nida, maka hal yang perlu diperhatikan dalam
penerjemahan karya sastra selain menemukan pada yang paling dekat juga
gaya bahasa yang menjadi ciri khas kepengarang terhadap teks-teks sastra.

.
Gb. 4 Proses penerjemahan Karya Sastra
39

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan teks sastra adalah
aspek ruang dan waktu. Savory dalam Suryawinata dan Hariyanto (2000: 153)
menyatakan bahwa suatu terjemahan bertujuan untuk menjembatani perbedaan
ruang dan waktu. Pertama, penerjemah berusaha memindahkan makna dan pesan
Bsu ke dalam Bsa. Kedua, memindahkan makna dan pesan dari suatu kurun waktu
ke waktu yang lain yang berdeda. Misalnya menerjemahkan karya sastra Prancis
abad ke 17 ke dalam bahasa Indonesia dalam konteks saat ini.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan prinsip
dasar penerjemahan karya sastra, yaitu:
1. Penerjemah sebagaiknya memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan
tentang karya-karya sastra, khususnya dari BSu.
2. Penerjemahn memiliki pengetahuan tematis (social budaya) yang
melatarbelakangi aspek penceritaan karya sastra.
3. Penterjemah harus menguasai salah satu bahasa sumber (bahasa asing) dan
memiliki mampu mengalihkan pesan dalam bahasa sasaran. Dengan
demikian, dia pun harus menguasai bahasa sasaran, khususnya dalam
Mampu menulis ulang dan/atau menjelaskan ulang secara lisan pesan yang
dimaksud dalam bahasa sumber.
4. Penerjemahan harus memahami isi teks atau maksud si pengarang
5. Yang dialihkan atau diterjemahkan oleh penterjemah bukan makna
(konteks) tetapi juga bentuk, misalnya bentuk rima dalam puisi.
6. Penerjerjemah harus mengalihkan pesan sehingga membuat penerima
menjadi pahak pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa saran.
7. Penterjemah hendaknya memperhatikan secara psikologis bahasa
penerima, dengan hendaklah menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang
biasa digunakan dalam bahasa penerima, sehingga memudahkan bahasa
penerima memahami pesan yang dialihkan.
8. Penerjemah sebaiknya memperhatikan aspek wacana termasuk gaya
penulisan (style) pengarang dalam mengalihkan pesan.
9. Menguasai dan mampu memakai bahasa sasaran dengan baik, bear dan
efektif
40

10. Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra dan teori penerjemahan
11. Mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap karya sastra
12. Memiliki keluwesan kognitif dn keluwesan sosiokultural
Penerjemahan Karya Fiksi (Roman)
Fiksi adalah sebuah yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah
karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat
mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Kebenaran dalam sebuah
dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang terhadap
masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan
dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi
hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin
terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi. Sebuah karya
sastra haruslah memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika membaca sebuah karya
sastra.
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra
itu sendiri, tetapi mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Roman (novel) adalah sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis
dan naratif . Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh-tokoh dan
kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-
sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari bahasa
Italia, novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita” dan novel memiliki
cerita yang lebih kompleks dari cerpen. Ciri sebuah novel adalah tidak dibaca
sekali duduk, plot diarahkan pada insiden atau peristiwa jamak,watak tokoh
dikembangkan secara penuh, dimensi ruang dan waktu yang lebih meluas, cerita
lebih luas dan mencapai keutuhan secara inklusi.
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan
langsung pada tujuannya. Cerpen sangatlah mengandalkan teknik-teknik sastra
41

seperti tokoh, plot, tema bahasa, dan insight secara luas dibandingkan
dengan fiksi yang lebih panjang.
Ciri sebuah cerpen dapat dibaca sekali duduk, Plot diarahkan hanya pada
sebuah insiden atau peristiwa tunggal, watak tokoh tidak dikembangkan secara
penuh apabila tokoh itu baik maka hanya kebaikan saja yang diceritakan
sedangkan sifat lainya tidak, dimensi ruang dan waktu terbatas,cerita lebih
padat,memusat, dan mendalam, mencapai keutuhan secara eksklusi (terpisah atau
khusus, http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi).
Penerjemahan Puisi
Catford (1965:20) mendefinisikan penerjemahan sebagai the replacement
of textual material in the source language by equivalent material in the target
language. Selain itu, Newmark (1988:5) mencatat bahwa terjemahan adalah
rendering the meaning of a text into another language in the way the author
intended. Paling tidak dari dua definisi tersebut ada empat elemen penting yang
harus ada dalam penerjemahan: realisasi makna, bahasa sumber (BSu), bahasa
sasaran (BSa), dan penerjemah itu sendiri. Faktor terakhir ini mungkin menjadi
faktor yang paling penting karena merupakan subjek dari segala aktifitas
penerjemahan.
Seorang penerjemah harus setia kepada teks aslinya. Dalam Translating
the Workd of God (1974), terjemahan yang setia adalah translation which
transfers the meaning and the dynamics of the original text. Selain mentransfer
makna secara benar dan tepat, teks dalam BSu haruslah memiliki struktur
linguistik yang senatural aslinya.
Proses terjemahan biasanya meliputi dua aktifitas besar: pengkodean pada
teks BSu dan melakukan pengkodean ulang teks BSa. Dalam aktifitas pertama
kemapuan penerjemah dalam hal grammar, semantik, sintaksis, idiom dari teks
BSu beserta pemahaman budaya teks sumber. Kemampuan yang sama juga
diperlukan dalam BSa. Kemampuan inilah yang membuat biasanya terjemahan
dilakukan ke dalam bahasa penerjemah sebagai penutur asli. Terkait dengan hal
ini, Sapardi memiliki kemampuan tersebut, kemampuan bahasa dan budaya
Inggris dan Indonesia. Sejak usia remaja sudah mengenal dunia Barat dari buku-
42

buku dan pendidikannya yang tentu saja membutuhkan pemahaman bahasa asing
yang baik.
Terjemahan juga dibagi menjadi beberapa jenis dan berbeda pada setiap
tokoh yang melakukan klasifikasi. Misalnya klasifikasi yang ditawarkan oleh
Newmark (1988) yang membagi terjemahan menjadi beberapa jenis: terjemahan
per kata, terjemahan literal, terjemahan setia, terjemahan semantis, adaptasi,
terjemahan bebas, terjemahan idiomatik, dan terjemahan komunikatif.
Sesungguhnya masih banyak jenis penerjemahan yang lain seperti
misalnya: terjemahan administrati, terjemahan komersial, terjemahan komputer,
dan lain sebagainya termasuk terjemahan untuk dubbing dan subtitle film.
Di dalam menerjemahkan puisi, penerjemah tidak hanya meakukan
transfer makna tetapi mereka juga harus memperhatikan keindahan bentuknya.
Meski banyak metode dan teknik menerjemahkan teks, tidak semuanya tepat
untuk menerjemahkan puisi. Ada cara yang mungkin tepat (Suryawinata dan
Hariyanto, 2000:160) dalam meneremahkan puisi, antara lain: terjemahan
fonemik, terjemahan literal, terjemahan metrikal, terjemahan sajak-prosa,
terjemahan rima, terjemahan bebas dan interpretatif.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa satu hal yang menjadi
pokok perhatian dalam penerjemahan puisi adalah bahasa kiasan (gaya bahasa)
yang digunakan penyair. Tentunya, penerjemah tidak hanya mengalihkan makna
tetapi sedapat mungkin juga mengalihkan bahasa kiasan yang digunakan.
Menurut Newmark (1988) dari beberapa cara penerjemahan di atas hanya
ada dua cara yang memenuhi syarat fungsi penerjemahan yaitu: akurasi dan
ekonomi. Dua metode tersebut adalah tejemahan semantis dan komunikatif. Yang
pertama dianggap sebagai cara terbaik dalam menterjemahkan puisi karena
biasanya dipakai untuk teks-teks yang ekspresif (untuk menginterpretasi),
sementara yang kedua untuk teks informatif dan vokatif (untuk menjelaskan).
Aspek lain yang penting dalam hal kesetiaan pada teks sumber adalah
menerjemahkan style atau gaya penulisan. Setiap karya sastra terdiri dari kata,
frase atau klausa. Gaya penulisan inilah yang membuat teks sastra menjadi
berbeda dibandingkan dengan teks-teks yang lain. Gaya penulisan menjadi esensi
43

dalam penulisan puisi ketika penulis menggunakan gaya penulisan dan piranti
puitus, antara lain: bahasa kiasan (figure of speech), pencitraan (imagery), rima,
musik, ritme, dan lain sebaginya. Dalam penerjemahan puisi, menerjemahkan
gaya penulisan sangat penting, dan biasanya penerjemah juga seorang penyair dan
memiliki gaya dan cara sendiri untuk memelihara kesetiaan terhadap gaya
penulisan teks BSu.
Menurut Newmark (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2000: 53)
menerjemahkan teks-teks ekspresif, yakni teks yang konten dan gaya, ide,
katakata, dan juga strukturnya memiliki peran yang sama penting, dalam hal ini
puisi, cara yang paling baik adalah terjemahan semantik karena puisi kaya akan
bahasa kiasan, makna konotatif, pencitraan, dan lain sebagainya.

Bahasa kiasan di bagi menjadi tiga golongan: berdasar perbandingan,


asosiasi, dan kontras. Yang pertama biasanya meliputi metafora, simili,
personifikasi dan apostrof; yang kedua mencakup: metonimi, sinekdoki, dan
simbol; dan yang terakhir terdiri atas paradoks, ironi, hiperbola, dan litotes.

Untuk melakukan penerjemahan karya sastra baik prosa maupun puisi,


diperlukan beberapa langkah, yaitu:
1. Pertama adalah mengumpulkan data pendukung sebelum melakukan
penerjemahan karya sastra, misalnya biografi dan ulasan-ulasan atau
komentar-komentar dari beberapa pemikir tentang karya-karya sastra
pengarang. Tujuannya adalah memperoleh wawasan dan mengenal
secara psikologis pengarang yang akan karyanya menjadi objek
penerjemahan. Selain itu, perlunya penerjemah memahami pemikiran-
pemikiran ideologis pengarang yang biasa tertuang dalam karya-
karyanya. Misalnya, karya Albert Camus dilatarbelangi oleh filsafat
eksitensialis atau pemikiran absurditas.
2. Ketiga adalah menyediakan kamus istilah teknis selain kamus umum.
Dalam kamus istilah teknik, pada umumnya dikemukakan defenisi
istilah-istilah tekniks tersebut. Sebaiknya mengumpulkan kamus istilah
teknik baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran.
44

3. Membaca berulang kali teks karya sastra yang akan diterjemahkan


sebagai cara untuk menangkap makna secara kontekstual, karena di
dalam teks sastra seringkali ditemukan bahasa kiasan, misalnya
metafora, idiom, dll.
4. Menandai kosa kata-kosa kata yang masuk bahasa kiasan, istilah-istilah
yang bersifat kultural yang terkadang tidak ditemukan padanan dalam
bahasa sasaran. Perbedaan budaya antara Bsu dan Bsu seringkali
menjadi kendala dalam penerjemahan.
Tahap Penerjemahan Karya Sastra
Nida dan Tiber (1967) mengajukan tiga proses penerjemahan yaitu
Analysising. Transfering dan restructuring.

Analysising (analisis) merupakan tahap menganalisis isi pesan bahasa


sumber (BSu) secara gramatikal dan semantik (makna). Pada tahap ini,
penerjemah menganalisis atau memeriksa struktur kalimat yang rumit (jika
ditemukan) dan struktur kalimat bahasa sumber dipecah-pecah menjadi satu-
satuan gramatikal berstruktur kalimat dasar, kata-kata dan frase dengan tujuan
menangkap makna yang ada. Seperi biasanya, kalimat-kalimat yang memiliki
struktur yang rumit disederhanakan, untuk memudahkan memahami isi pesan.
Struktur kalimat yang rumit, di mana satu kalimat terdiri atas beberapa proposisi,
terkadang menjadi salah satu kendalam dalam pemahaman teks bahasa sumber.

Pada tahap analisis ini, penerjemah juga menandai kosa-kota yang sulit
dimengerti, khusus istilah-istilah teknis (khusus). Alat bantu yang digunakan
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan kamus umum dan kamus
bidang khsusus. Selain itu, pentingnya buku referensi bidang tertentu dan dibaca
oleh penerjemah sebagai strategi dalam menangkap makna atau isi pesan bahasa
sumber.

Transfering adalah tahap di mana teks bahasa sumber yang telah


dianalisis, ditelaah dan ditelusuri pada tahap pertama tadi dialihkan atau ditransfer
dalam benak penerjemah dari BSu ke dalam BSa. Pada tahap ini struktur batin
45

(kerja otak) beroprasi guna pencarian kesepadanan setiap informasi yang


terpahami dari proses pada tahap pertama tadi.

Reconstruction adalah tahap dimana penterjemah menulis ulang atau


mengungkapkan kembali materi yang sudah terolah pada tahap 1 dan tahap 2 tadi
sedemikian rupa sehingga hasil terjemahannya memiliki keterbacaan, gaya, dan
kaidah yang wajar dan dapat diterima dalam BSa.

Penerjemahan Prosa (Roman)

Sebelum dilakukan kegiatan penerjemahan prosa (roman), perlu dilakukan


pencarian data pendukung yaitu biografi pengarang, sebagai cara untuk
memdapatkan pengetahuan atau wawasan tentang pengarang dan karya-karyanya.

Contoh Karya Roman yang akan ditejermahkan:

L’étranger

(Albert Camus)

Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas. J'ai reçu
un télégramme de l'asile : « Mère décédée. Enterrement demain. Sentiments
distingués. » Cela ne veut rien dire. C'était peut-être hier.
L'asile de vieillards est à Marengo, à quatre-vingts kilomètres d'Alger. Je
prendrai l'autobus à deux heures et j'arriverai dans l'après-midi. Ainsi, je pourrai
veiller et je rentrerai demain soir. J'ai demandé deux jours de congé à mon patron
et il ne pouvait pas me les refuser avec une excuse [10] pareille. Mais il n'avait
pas l'air content. Je lui ai même dit : « Ce n'est pas de ma faute. » Il n'a pas
répondu. J'ai pensé alors que je n'aurais pas dû lui dire cela. En somme, je n'avais
pas à m'excuser. C'était plutôt à lui de me présenter ses condoléances. Mais il le
fera sans doute après-demain, quand il me ver-ra en deuil. Pour le moment, c'est
un peu comme si maman n'était pas morte. Après l'enterrement, au contraire, ce
sera une affaire classée et tout aura revêtu une allure plus officielle.
J'ai pris l'autobus à deux heures. Il faisait très chaud. J'ai mangé au
restaurant, chez Céleste, comme d'habitude. Ils avaient tous beau-coup de peine
pour moi et Céleste m'a dit : « On n'a qu'une mère. » Quand je suis parti, ils m'ont
accompagné à la porte. J'étais un peu étourdi parce qu'il a fallu que je monte chez
Emmanuel pour lui emprunter une cravate noire et un brassard. Il a perdu son
oncle, il y a quelques mois.
46

J'ai couru pour ne pas manquer le départ. Cette hâte, cette course, c'est à
cause de tout cela sans doute, ajouté aux cahots, à l'odeur d'essence, à la
réverbération de la route et du ciel, que je me suis assoupi. J'ai dormi pendant
presque tout le trajet. Et [11] quand je me suis réveillé, j'étais tassé contre un
militaire qui m'a souri et qui m'a demandé si je venais de loin. J'ai dit « oui » pour
n'avoir plus à parler.
L'asile est à deux kilomètres du village. J'ai fait le chemin à pied. J'ai voulu
voir maman tout de suite. Mais le concierge m'a dit qu'il fallait que je rencontre le
directeur. Comme il était occupé, j'ai attendu un peu. Pendant tout ce temps, le
concierge a parlé et ensuite, j'ai vu le directeur : il m'a reçu dans son bureau.
C'était un petit vieux, avec la Légion d'honneur. Il m'a regardé de ses yeux clairs.
Puis il m'a serré la main qu'il a gardée si longtemps que je ne savais trop comment
la retirer. Il a consulté un dossier et m'a dit : « Mme Meursault est entrée ici il y a
trois ans. Vous étiez son seul soutien. » J'ai cru qu'il me reprochait quelque chose
et j'ai commencé à lui expliquer. Mais il m'a interrompu : « Vous n'avez pas à
vous justifier, mon cher enfant. J'ai lu le dossier de votre mère. Vous ne pouviez
subvenir à ses besoins. Il lui fallait une garde. Vos salaires sont modestes. Et tout
compte fait, elle était plus heureuse ici. » J'ai dit : « Oui, monsieur le Directeur. »
Il a ajouté : « Vous savez, elle avait [12] des amis, des gens de son âge. Elle
pouvait partager avec eux des intérêts qui sont d'un autre temps. Vous êtes jeune
et elle devait s'ennuyer avec vous. »
C'était vrai. Quand elle était à la maison, maman passait son temps à me
suivre des yeux en silence. Dans les premiers jours où elle était à l'asile, elle
pleurait souvent. Mais c'était à cause de l'habitude. Au bout de quelques mois, elle
aurait pleuré si on l'avait retirée de l'asile. Toujours à cause de l'habitude. C'est un
peu pour cela que dans la der-nière année je n'y suis presque plus allé. Et aussi
parce que cela me prenait mon dimanche - sans compter l'effort pour aller à
l'autobus, prendre des tickets et faire deux heures de route.
Le directeur m'a encore parlé. Mais je ne l'écoutais presque plus. Puis il
m'a dit : « Je suppose que vous voulez voir votre mère. » Je me suis levé sans rien
dire et il m'a précédé vers la porte. Dans l'escalier, il m'a expliqué : « Nous l'avons
transportée dans notre petite morgue. Pour ne pas impressionner les autres.
Chaque fois qu'un pensionnaire meurt, les autres sont nerveux pendant deux ou
trois jours. Et ça rend le service difficile. » Nous avons traversé [13] une cour où
il y avait beaucoup de vieillards, bavardant par petits groupes. Ils se taisaient
quand nous passions. Et derrière nous, les conversations reprenaient. On aurait dit
d'un jacassement assourdi de perruches. À la porte d'un petit bâtiment, le directeur
m'a quitté : « Je vous laisse, monsieur Meursault. Je suis à votre disposition dans
mon bureau. En principe, l'enterrement est fixé à dix heures du matin. Nous avons
pensé que vous pourrez ainsi veiller la disparue. Un dernier mot : votre mère a,
paraît-il, exprimé souvent à ses compagnons le désir d'être enterrée
religieusement. J'ai pris sur moi, de faire le nécessaire. Mais je voulais vous en
informer. » Je l'ai remercié. Maman, sans être athée, n'avait jamais pensé de son
vivant à la religion. ……………..
47

(Sumber: Paris : Les Éditions Gallimard, 1942, 172 pp. NRF. Impression : 1950.)

Tahap Analysing:
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penerjemahan adalah
membaca berulang kali teks prosa (roman) hingga dapat dipahami dan
ditemukan makna secara keseluruhan. Kemudian, membaca kembali per
paragraf, untuk menemukan topik dan makna secara menyeluruh dalam satu
paragrah.
Selanjutnya menandai kosa-kosa kata, frase, uangkapan atau
struktur kalimat yang sulit untuk dipahami dan diterjemahkan. Kosa-kata
dari bahasa sumber bisa saja merupakan makna yang bersifat kultural.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam teks roman adalah penggunaan
kala, misalnya passé composé dan imparfait.
Langkah yang dilakukan adalah menemukan makna dari kosa kata
dalam konteks budaya Prancis. Begitu pun konteks kala yang digunakan
pada teks sumber menjadi perhatian penting bagi penerjemah, yang tentunya
diperlukan usaha untuk menemukan padanan kala (jika memungkinkan)
dalam bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia).
Contoh penggunaan kala dalam roman L’étranger:
- J'ai pris l'autobus à deux heures. Il faisait très chaud.
- J'ai mangé au restaurant, chez Céleste, comme d'habitude.
- Ils avaient tous beau-coup de peine pour moi et Céleste m'a dit : « On
n'a qu'une mère. »
- Quand je suis parti, ils m'ont accompagné à la porte.
- J'étais un peu étourdi parce qu'il a fallu que je monte chez Emmanuel
pour lui em-prunter une cravate noire et un brassard. Il a perdu son
oncle, il y a quelques mois.

Contoh penggunaan ungkapan yang memiliki muatan filosofis:


- « Mère décédée. Enterrement demain. Sentiments distingués. » Cela
ne veut rien dire. C'était peut-être hier.
48

Tahap Transferring:
Mahasiswa melakukan tahap transferring (mengalihkan) pesan dari BSu
ke dalam BSa. Untuk memudahkan mahasiswa mengalihkan pesan, mahasiswa
diminta untuk membagi paragraf menjadi beberapa kalimat, lalu mencoba
menerjemahkan dengan metode kata per kata.
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1 Aujourd'hui, maman est morte. Hari ini, ibu meninggal. Atau mungkin
Ou peut-être hier, je ne sais pas. kemarin. Saya tidak tahu. Saya
J'ai reçu un télégramme de l'asile menerima sebuah telegram dari panti
: « Mère décédée. Enterrement jompo, ”ibu meninggal. Dimakamkan
demain. Sentiments distingués. » besok. Turut berduka. Itu tidak ada
Cela ne veut rien dire. C'était berarti apa-apa. Mungkin kemarin.
peut-être hier.
2 L'asile de vieillards est à
Marengo, à quatre-vingts
kilomètres d'Alger. Je prendrai
l'autobus à deux heures et
j'arriverai dans l'après-midi.
Ainsi, je pourrai veiller et je
rentrerai demain soir.
3 J'ai demandé deux jours de
congé à mon patron et il ne
pouvait pas me les refuser avec
une excuse [10] pareille. Mais il
n'avait pas l'air content.
4 Je lui ai même dit : « Ce n'est
pas de ma faute. » Il n'a pas
répondu. J'ai pensé alors que je
n'aurais pas dû lui dire cela. En
49

somme, je n'avais pas à


m'excuser. C'était plutôt à lui de
me présenter ses condoléances.
5 Mais il le fera sans doute après-
demain, quand il me ver-ra en
deuil. Pour le moment, c'est un
peu comme si maman n'était pas
morte. Après l'enterrement, au
contraire, ce sera une affaire
classée et tout aura revêtu une
allure plus officielle.
Dst

Kegiatan Mahasiswa dalam Penerjemahan Teks Roman


- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber secara keseluruhan tanpa
diminta untuk membuka kamus.
- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber per kalimat (paragraf)
maksimal tiga kali.
- Mahasiswa menerjemahan teks per kalimat.
- Mahasiswa tidak diminta membuka kamus untuk setiap kata atau
istilah yang belum dimengerti. Berdasarkan arahan pengajar,
mahasiswa membuka kamus untuk kata atau istilah menjadi kata kunci
yang dapat memudahkan mahasiswa menginterpretasi makna teks
sumber.
- Mahasiswa menandai masalah kosa kata (istilah teknis) yang sulit
dipahami dan didiskusikan bersama.
- Mahasiswa menandai masalah struktur kalimat yang sulit dipahami dan
didiskusi bersama.
- Mahasiswa ditugaskan untuk meliha glosarium istilah kuliner (kosa-
kata) yang telah dikumpulkan mahasiswa sebagai cara untuk
menempukan kesepadanan.
50

- Mahasiswa menerjemahan seluruh teks sumber ke dalam bahasa


sasaran.
- Pengajar mengajukan solusi hasil tek terjemahan, sambil mahasiswa
mengecek hasil terjemahan yang dilakukan.
- Masalah penerjemahan: mahasiswa mengajukan masalah yang
dihadapi dalam penerjemahan berdasarkan kasus yang ditemuka,
misalnya masalah salah menerjemahkan, pilihan kata, kesepadanan,
dan struktur kalimat.
Tahap Restructuring
Mahasiswa melakukan tahap restructuring. Tahap selanjutnya adalah
proses penyusunan kembali, dalam hal ini penerjemah dituntut mampu
melakukan penyelerasan hasil terjemahan ke dalam bahasa sasaran dengan baik
dan mudah dipahami oleh pembaca. Sampai dengan tahap ini, penerjemah
dikatakan telah menyelesaikan kegiatan penerjemahan. Namun apabila
penerjemah ingin mengecek balik hasil terjemahan tersebut, penerjemah dapat
melakukan tahap evaluasi.
Pada tahap ini, penerjemah menerjemahkan ulang hasil terjemahannya ke
dalam bahasa sasaran semula. Apabila hasil terjemahan ulang ini tidak jauh
berbeda dengan naskah aslinya, maka dapat dikatakan bahwa kwalitas
terjemahan tersebut telah baik.
Dengan melihat tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penerjemah ketika
menjalankan tugasnya, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sistem bahasa yang berbeda
b. Padanan makna
c. Budaya

BSu:
Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas. J'ai
reçu un télégramme de l'asile : « Mère décédée. Enterrement demain.
Sentiments distingués. » Cela ne veut rien dire. C'était peut-être hier.
Transferring Restructuring:
51

Hari ini, ibu meninggal. Hari ini, ibu meninggal, atau


Atau mungkin kemarin. Saya mungkin kemarin. Saya tidak tahu. Saya
tidak tahu. Saya menerima telah menerima sebuah telegram dari
sebuah telegram dari panti panti jompo: ”Ibu meninggal.
jompo, ”ibu meninggal. Dimakamnkan besok. Turut Berduka.
Dimakamkan besok. Turut Itu tidak ada artinya bagiku. Mungkin
berduka. Itu tidak ada berarti Ibu meninggal kemarin.
apa-apa. Mungkin kemarin.

BSu:

L'asile de vieillards est à Marengo, à quatre-vingts kilomètres


d'Alger. Je prendrai l'autobus à deux heures et j'arriverai dans l'après-midi.
Ainsi, je pourrai veiller et je rentrerai demain soir.
Transferring Restructuring

BSu:

J'ai demandé deux jours de congé à mon patron et il ne pouvait pas


me les refuser avec une excuse [10] pareille. Mais il n'avait pas l'air
content.
Transferring Restructuring

Dst. .....
52

Kegiatan Mahasiswa pada proses restructuring:


- Melakukan proses penyusunan kembali hasil terjemahan setelah
dilakukan revisi oleh dosen melalui metode belajar diskusi.
- Setelah hasil terjemahan didiskusikan, khususnya yang berkaitan
dengan masalah penerjemahan. Mahasiswa menulis ulang hasil
terjemahan yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai tahap penyesaian
dan disetor ke pengajar.
Penerjemahan Puisi
Begitu pun halnya dengan penerjemahan teks puisi, mahasiwa ditugaskan
untuk melakukan pencarian informasi tentang biografi penyair sebagai data
pendukung, sebagai salah satu metode untuk memdapatkan pengetahuan atau
wawasan tentang pengarang dan karya-karyanya.
Contoh Teks Puisi Baudelaire yang akan ditejermahkan yang diambil dari
kumpulan puisi Baudelaire, ”Les Fleurs du Mal”.
Allégorie
C'est une femme belle et de riche encolure,
Qui laisse dans son vin traîner sa chevelure.
Les griffes de l'amour, les poisons du tripot,
Tout glisse et tout s'émousse au granit de sa peau.

Elle rit à la Mort et nargue la Débauche,


Ces monstres dont la main, qui toujours gratte et fauche,
Dans ses jeux destructeurs a pourtant respecté
De ce corps ferme et droit la rude majesté.
Elle marche en déesse et repose en sultane;
Elle a dans le plaisir la foi mahométane,
Et dans ses bras ouverts, que remplissent ses seins,
Elle appelle des yeux la race des humains.
Elle croit, elle sait, cette vierge inféconde
Et pourtant nécessaire à la marche du monde,
Que la beauté du corps est un sublime don
Qui de toute infamie arrache le pardon.
Elle ignore l'Enfer comme le Purgatoire,
Et quand l'heure viendra d'entrer dans la Nuit noire
Elle regardera la face de la Mort,
Ainsi qu'un nouveau-né, — sans haine et sans remords.
(Sumber: http://fleursdumal.org/poem/184)
53

L'Homme et la mer
(Charles Baudelaire)
Homme libre, toujours tu chériras la mer!
La mer est ton miroir; tu contemples ton âme
Dans le déroulement infini de sa lame,
Et ton esprit n'est pas un gouffre moins amer.
Tu te plais à plonger au sein de ton image;
Tu l'embrasses des yeux et des bras, et ton coeur
Se distrait quelquefois de sa propre rumeur
Au bruit de cette plainte indomptable et sauvage.
Vous êtes tous les deux ténébreux et discrets:
Homme, nul n'a sondé le fond de tes abîmes;
Ô mer, nul ne connaît tes richesses intimes,
Tant vous êtes jaloux de garder vos secrets!
Et cependant voilà des siècles innombrables
Que vous vous combattez sans pitié ni remords,
Tellement vous aimez le carnage et la mort,
Ô lutteurs éternels, ô frères implacables!
(Sumber: http://fleursdumal.org/poem/113)

Tahap Analysing
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penerjemahan adalah
membaca berulang kali teks puisi hingga dapat dipahami dan ditemukan makna
secara keseluruhan. Kemudian, membaca kembali per baris, untuk menemukan
topik dan makna secara menyeluruh dalam satu paragrah.
Selanjutnya menandai kosa-kosa kata, frase, uangkapan atau struktur
kalimat yang sulit untuk dipahami dan diterjemahkan. Kosa-kata dari bahasa
sumber bisa saja merupakan makna yang bersifat kultural. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan dalam teks puisi adalah penggunaan metafora, gaya bahasa,
bentuk rima, dan kala, misalnya passé composé dan imparfait.
Langkah yang dilakukan adalah menemukan makna dari kosa kata dalam
konteks budaya Prancis. Begitu pun konteks kala yang digunakan pada teks
sumber menjadi perhatian penting bagi penerjemah, yang tentunya diperlukan
usaha untuk menemukan padanan kala (jika memungkinkan) dalam bahasa
Sasaran (Bahasa Indonesia).
54

Contoh penggunaan metafora pada teks puisi di atas:


- La mer est ton miroir; tu contemples ton âme
- Tu te plais à plonger au sein de ton image
Contoh penggunaan bentuk rima :
- Homme libre, toujours tu chériras la mer!
- La mer est ton miroir; tu contemples ton âme
- Dans le déroulement infini de sa lame,
- Et ton esprit n'est pas un gouffre moins amer.
Tahap Transferring
Mahasiswa melakukan tahap transferring (mengalihkan) pesan dari BSu ke
dalam BSa. Untuk memudahkan mahasiswa mengalihkan pesan, mahasiswa
diminta untuk membagi paragraf menjadi beberapa kalimat, lalu mencoba
menerjemahkan dengan metode kata per kata.
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1 C'est une femme belle et de Itulah wanita cantik, berbusana
riche encolure, mewah,

Qui laisse dans son vin traîner rambut panjangnya menyapu cawan
sa chevelure.
arak sundal dan lenguhan keras
Les griffes de l'amour, les berahi
poisons du tripot,
telah menodai kulitnya yg seputih
Tout glisse et tout s'émousse au pualam.
granit de sa peau.

2 Elle rit à la Mort et nargue la


Débauche,

Ces monstres dont la main, qui


toujours gratte et fauche,
Dans ses jeux destructeurs a
pourtant respecté

De ce corps ferme et droit la


rude majesté.

3 Elle marche en déesse et repose


en sultane;
55

Elle a dans le plaisir la foi


mahométane,
Et dans ses bras ouverts, que
remplissent ses seins,
Elle appelle des yeux la race des
humains.
4 Elle croit, elle sait, cette vierge
inféconde
Et pourtant nécessaire à la
marche du monde,
Que la beauté du corps est un
sublime don
Qui de toute infamie arrache le
pardon.
5 Elle ignore l'Enfer comme le
Purgatoire,
Et quand l'heure viendra d'entrer
dans la Nuit noire
Elle regardera la face de la
Mort,
Ainsi qu'un nouveau-né, — sans
haine et sans remords.
Dst

Kegiatan Mahasiswa:
- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber secara keseluruhan tanpa
diminta untuk membuka kamus.
- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber per kalimat (paragraf)
maksimal tiga kali.
- Mahasiswa menerjemahan teks per kalimat.
- Mahasiswa tidak diminta membuka kamus untuk setiap kata atau
istilah yang belum dimengerti. Berdasarkan arahan pengajar,
mahasiswa membuka kamus untuk kata atau istilah menjadi kata kunci
yang dapat memudahkan mahasiswa menginterpretasi makna teks
sumber.
- Mahasiswa menandai masalah kosa kata (istilah teknis) yang sulit
dipahami dan didiskusikan bersama.
56

- Mahasiswa menandai masalah struktur kalimat yang sulit dipahami dan


didiskusi bersama.
- Mahasiswa ditugaskan untuk meliha glosarium istilah kuliner (kosa-
kata) yang telah dikumpulkan mahasiswa sebagai cara untuk
menempukan kesepadanan.
- Mahasiswa menerjemahan seluruh teks sumber ke dalam bahasa
sasaran.
- Pengajar mengajukan solusi hasil tek terjemahan, sambil mahasiswa
mengecek hasil terjemahan yang dilakukan.
- Masalah penerjemahan: mahasiswa mengajukan masalah yang
dihadapi dalam penerjemahan berdasarkan kasus yang ditemuka,
misalnya masalah salah menerjemahkan, pilihan kata, kesepadanan,
dan struktur kalimat.
Tahap Restructuring
Mahasiswa melakukan tahap restructuring. Tahap selanjutnya adalah
proses penyusunan kembali, dalam hal ini penerjemah dituntut mampu melakukan
penyelerasan hasil terjemahan ke dalam bahasa sasaran dengan baik dan mudah
dipahami oleh pembaca. Sampai dengan tahap ini, penerjemah dikatakan telah
menyelesaikan kegiatan penerjemahan. Namun apabila penerjemah ingin
mengecek balik hasil terjemahan tersebut, penerjemah dapat melakukan tahap
evaluasi.
Pada tahap ini, penerjemah menerjemahkan ulang hasil terjemahannya ke
dalam bahasa sasaran semula. Apabila hasil terjemahan ulang ini tidak jauh
berbeda dengan naskah aslinya, maka dapat dikatakan bahwa kwalitas terjemahan
tersebut telah baik.
BSu:
C'est une femme belle et de riche encolure,
Qui laisse dans son vin traîner sa chevelure.
Les griffes de l'amour, les poisons du tripot,
Tout glisse et tout s'émousse au granit de sa peau.
Transferring Restructuring:
Itulah seorang wanita cantik Itulah wanita cantik, berbusana mewah,
dan berbusana mahal
rambut panjangnya menyapu cawan
57

Membiarkan ramput panjangnya


menyentuh anggur

Cakar cinta, racun perjudian arak sundal dan lenguhan keras berahi

Semua tergelincir dan segala telah menodai kulitnya yg seputih pualam.


sesuatu menumpulkan granit
kulitnya.
BSu:
Elle rit à la Mort et nargue la Débauche,
Ces monstres dont la main, qui toujours gratte et fauche,
Dans ses jeux destructeurs a pourtant respecté
De ce corps ferme et droit la rude majesté.

Transferring Restructuring

BSu:
Elle marche en déesse et repose en sultane;
Elle a dans le plaisir la foi mahométane,
Et dans ses bras ouverts, que remplissent ses seins,
Elle appelle des yeux la race des humains.

Transferring Restructuring

Dst. .....

Kegiatan Mahasiswa pada proses restructuring:


- Melakukan proses penyusunan kembali hasil terjemahan setelah
dilakukan revisi oleh dosen melalui metode belajar diskusi.
- Setelah hasil terjemahan didiskusikan, khususnya yang berkaitan
dengan masalah penerjemahan. Mahasiswa menulis ulang hasil
terjemahan yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai tahap penyesaian
dan disetor ke pengajar.
58

PERTEMUAN KE-10 dan 11


PENERJEMAHAN TEKS IKLAN

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks iklan berbahasa Prancis

Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks iklan dari bahasa


Prancis sebagai bahasa sumber ke dalam bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran maksimal 200
kata.

Pengantar
Iklan, secara etimologis berasal dari bahasa Arab ‘I’lan’ yang berarti
‘pemberitahuan’. Pemberitahuan dalam hal ini berarti pemberitahuan mengenai
barang atau jasa dari produsen kepada khalayak. Klepper (dalam Liliweri
1992: 17) menjelaskan bahwa advertising berasal dari bahasa Latin ad-vere
yang mempunyai arti ‘mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain’.
Pengertian iklan menurut Shadaly (1992: 137) adalah pesan yang
disampaikan perorangan, kelompok perusahaan, atau badan pemerintahan
dalam suatu harian, penerbitan berkala atau barang cetakan yang diedarkan
secara luas (seperti buku telepon, buku-buku pameran dan sebagainya) atas
dasar kontrak pembayaran.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik simpulan bahwa iklan adalah
suatu bentuk penyampaian pesan dari perorangan, kelompok, atau perusahaan
mengenai barang atau jasa, agar barang atau jasa tersebut dikenal, dipilih dan
akhirnya dibeli atau dipakai.
Strategi Penerjemahan Teks Iklan
Strategi penerjemahan adalah taktik yang digunakan dalam mengalihkan
makna dan pesan dari BSu ke BSa. Berdasarkan penulis dalam menerjemahkan,
misalnya teks-teks berita, iklan, dan buku, setiap teks sumber memeiliki kasus
atau masalah tersendiri dalam mengalihkan makna dan pesannya. Semuanya itu
59

bergantung pada konteks informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, strategi
diperlukan dalam menerjemahkan teks-teks dalam berbagai bidang.
Menurut Suryawinata (2000: 67-76), terdapat 2 strategi penerjemahan
yang dapat diterapkan oleh penerjemah. Strategi tersebut adalah strategi
struktural, yaitu strategu penerjemahan yang melihat aspek struktur kebahasaan
dan strategi semantic, yaitu penerjemahan yang melihat aspek makna.
Strategi struktural
a. Penambahan
Yang dimaksud penambahan adalah menambah kata-kata di dalam BSa
karena penyesuaian dengan struktur BSa. Penambahan jenis ini bukan berarti
merubah makna, namun suatu proses penyesuaian dengan struktur B.Su. Misalnya
pesan iklan Susu Danao produksi Danone dan Delice: ‘Le meilleur du lait et des
fruits’.
60

Sumber:
http://www.prosdelacom.com/news/le-meilleur-du-lait-et-des-
fruits#.U92n0GNXfTg

‘Le meilleur du lait et des fruits’ diterjemahkan secara kata per kata
menjadi ‘susu terbaik dan buah-buahan’. Namun, pesannya kurang jelas. Padahal,
pesan yang akan disampaikan dari iklan produk adalah susu terbaik yang
dipadukan dengan buah. Alternative penerjemahan tagline iklan tersebut adalah
‘perpaduan susu terbaik dan buah’.
b. Pengurangan
Pengurangan berarti pengilangan elemen structural di dalam BSa karena
harus disesuaikan dengan struktur BSa. Strategi penerjemahan pengurangan
merupakan suatu keharusan dilakukan demi memenuhi kaidah-kaidah yang
berlaku pada BSa.
61

Sumber:

http://lareclame.fr/leclerc+blonde+supermarche
Misalnya pada pesan iklan susu merek BIO: ‘BIO et seulement 1,02 €’
diterjemahkan menjadi: ‘BIO hanya 1,02 eureo. Jadi, kata sambung ‘et’ (dan)
dihilangkan.
c. Transposisi
Transposisi merupakan strategi penerjemahan yang dilakukan apabila
sudah menjadi keharusan. Artinya, tanpa transposisi makna BSu tidak dapat
tersampiakan. Misalnya menyangkut penggunaan gaya bahasa, peribahasa, dan
idiom dalam teks iklan berbahasa asing (Prancis). Dengan strategi ini, penerjemah
mengubah struktur asli BSu ke dalam kalimay BSa untuk mencapai efek sepadan.
Transposisi dilakukan jika terdapat perbedaan antara struktur BSu dan BSa yang
wajar. Transposisi dapat terjadi misalnya pengubahan bentuk jamak ke tunggal,
posisi kata sifat, perbuahan jenis kata hingga perubahan struktur kalimat secara
keseluruhan.
62

Sumber:
http://www.rlf.fr/actualites/le-lait-c-est-trop-puissant:F9LWMANN.html

Misalnya tagline iklan susu di atas: ‘le lait c’est trop puissant! Penerjemahan
secara harafiah berbunyi: ‘susu, itu terlalu kuat’. Dengan strategi transposisi,
tagline itu dapat diterjemahkan menjadi: ‘Susu ini sungguh mujarab’, ‘Susu ini,
betul-betul bertenaga’.
B. Strategi semantic
a. Pungutan
Pungutan atau trasferensi adalah istilah yang digunakan Newmark sebagai
strategi penerjemahan dengan memungut (menyerap) kata atau istilah dari BSu ke
dalam BSa. Langkah ini dilakukan karena belum ditemukakan padanan dalam
BSa. Misalnya kata ‘le menu’ diserap menjadi ‘menu’.
b. padanan budaya
Padanan budaya dilakukan bila terdapat penggunaan kata atau istilah khas
dalam BSa untuk menggantikan kata khas dalam BSu. Newmark (1988)
menjelaskan dengan strategi ini penerjemah mengganti kata budaya dalam BSu
yang sepadan dalam BSa.
c. Penambahan
Dari segi semantik penambahan dilakukan dengan tujuan atau
pertimbangan kejelasan makna. Di sini penerjemah memasukkan informasi
tambahan dalam teks terjemahan untuk memperjelas kepada pembacu pesan yang
disampaikan.
63

e. Penghapusan
Penghapusan berarti penghilangan
kata atau bagian teks BSu dalam teks BSa.
Maksud penghapusan ini adalah kata atau
bagian teks BSu tidak begitu penting bagi
keseluruhan teks BSa untuk memberikan
kejelasan makna dan pesan dari teks BSu.
f. modulasi
Modulasi merupakan salah satu
strategi penerjemahan dengan cara
mengganti sudut pandang atau cara berpikir.
Di sini penerjemah memandang pesan dari
BSu diubah dengan sudut pandang atau cara berpikir yang berbeda (Newmark,
1988: 88). Misalnya: kata le cuillère à café (sendok kopi) diubah sudat
pandangnya menjadi: ‘sendok teh’, yang sesuai dengan konteks budaya BSa
(Bahasa Indonesia).

Sumber: http://www.dailymotion.com/video/xic559_publicite-cafe-san-marco-
1997_webcam

Tagline kopi merek Sun Marco berbunyi ’Le Chef d’oevre du Cafe Italien’
dengan terjemahan kata perkata : ’karya yang luar biasa cafe orang Italia’. Tagline
64

iklan tersebut dapat diubah sudut menjadi: ’San Marco, ahlinya kopi Italia’ atau
’San Marco, maha karya kopi Italia’.
Beberapa contoh teks iklan BSu (Prancis)
 Iklan kopi Nescafé

Sumber:
http://www.google.fr/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.nicolascallot.com%
2Fimages%2Fnescafe.jpg
65

PERTEMUAN KE-12
PENERJEMAHAN IPTEK

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik


penerjemahan untuk teks-teks bidang IPTEK
berbahasa Prancis
Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks bidang
IPTEK dari bahasa Prancis sebagai bahasa
sumber ke dalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa sasaran maksimal 200 kata.

Metode Penerjemahan Ipteks


Tujuan kegiatan penerjemahan adalah mengalihkan suatu pesan dari suatu
teks sumber ke dalam teks bahasa lain. Untuk sampai pada tujuan itu, penterjemah
memerlukan jalan, cara atau teknik untuk mencapainya dan hal ini dalam istilah
Newmark dinamakan metode penerjemahan. Dalam proses penerjemahan teks
bidang ipteks penerjemah diperhadapkan pada pengetahuan tematis dan istilah-
istilah teknis yang terdapat dapat teks sumber, dan bagaimana mengalihkannya ke
dalam teks sasaran. Kendala yang dihadapi tentunya masalah kesepadanan istilah
bidang teknologi yang tentu saja selalu terjadi atau ditemuka ketika teks bidang
teknologi tersebut tidak dimiliki dalam bahasa tujuan. Misalnya istilah dalam ilmu
computer. Atas dasar ini diperlukan suatu metode dalam mengalihkan informasi,
khususnya istilah-istilah dalam bidang ipteks.
Aada beberapa ahli mengajukan metode pernejemahan, khususnya terkait
dalam bidang khusus, misalnya ipteks, diantaranya:
Menurut Catford (1965: 21) , masalah utama praktik terjemahan adalah pada
pencarian padanan dalam bahasa sasaran yang ciri serta keadaannya harus
dijelaskan oleh suatu teori.
Untuk mendapatkan padanan dalam BSa, Catford membagi terjemahan
berdasarkan pada rentang atau extent: Seluruh dan Sebagian (Full and Partial),
Tingkatan atau Levels: menyeluruh dan terbatas (total and restricted), dan tataran
66

atau ranks: terikat pada tataran, kata demi kata, harfiah dan bebas (rank bound and
word for word, literal and free). Lihat pendapat Catford dengan detail…
Lain halnya dengan Larson (1984: 15-16) yang memilah terjemahan
berasas pada bentuk dari terjemahan berasas makna. Larson menyebut terjemahan
berasas bentuk dengan istilah terjemahan harfiah, dan terjemahan berasas makna
dengan istilah terjemahan idiomatis. Terjemahan harfiah, yang dikatagorikan
sebagai terjemahan linier, berguna untuk mempelajari BSu, tapi kurang membantu
penutur BPa yang tertarik pada makna teks BSu. Sementara yang menjadi inti
dalam penerjemahan idiomatis adalah untuk menghasilkan makna BSu (yakni
maksud yang dikehendaki penulis asli) dalam bentuk BSa yang alamiah/ wajar.
Penerjemahan ini menggunakan bentuk-bentuk BSa yang wajar, baik dalam
konstruksi gramatis maupunn dalam pilihan kata. Oleh karena itu, terjemahan
yang benar-benar idiomatis terlihat seperti bukan suatu terjemahan, dia nampak
seperti buah karya tulisan BSa asli.
Newmark (1988: 45-47) mengajukan metode terjemahan berasas
penekanan penggunaan bahasa, baik BSu maupun BSa. Newmark
mengklasifikasikan metode ini ke dalam 8 (delapan) macam, diantaranya:
penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia,
penerjemahan semantis, adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatis,
dan penerjemahan komunikatif.
Dari paparan para ahli yang dikutip di atas, terlihat jelas bahwa metode
penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark lebih tepat diterapkan dalam
penerjemahan bidang ipteks, misalnya metode penerjemahan komunikatif dan
adaptasi.
Menurut Newmark (1988:47), penerjemahan komunikatif
(communicative translation) berupaya untuk menerjemahkan makna kontekstual
dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaanmaupun aspek isinya, agar dapat diterima
dan dimengerti oleh pembaca. metode ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu sasaran pembaca dan tujuan penerjemahan. Penerjemahan
komunikatif pada dasarnya menekankan pengalihan pesan. Metode ini sangat
memperhatikan pembaca atau pendengar Bsa yang tidak mengharapkan adanya
67

kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam teks terjemahan. Metode


penerjemahan komunikatif yang dilakukan misalnya dengan cara serapan, dan
diadaptasi. Misalnya istilah coup d’etat, secara semantik berarti: menaklukkan
atau menjatuhkan pemerintahan, namun istilah dilakukan dengan cara diserap dan
adaptasi menjadi ‘kudeta’.
Penerjemahan Istilah bidang Iptek
Perbendaharaan bahasa Indonesia khususnya dalam bidang iptek diperkaya
oleh kata serapan dari berbagai bahasa asing, misalnya dari bahasa Inggris,
Jerman, Belanda, Prancis, dan Arab. Kata-kata serapan itu masuk ke dalam bahasa
Indonesia melalui empat cara yang lazim ditempuh, yaitu serapan, adaptasi, dan
penerjemahan.
Metode serapan terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan
makna kata asing yang diserap secara keseluruhan. Misalnya kata café untuk
warung kopi modern, par avion (lewat udara) untuk bidang pengiriman surat
menyurat lewat udara.
Metode adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna
kata asing yang diserap dan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan ejaan bahasa
Indonesia. Kata-kata seperti kata kudeta, dan cadeau merupakan contoh kata
serapan adaptasi. Kata-kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari bahasa
Prancis ‘cout d’étât dan cadeau.
Metode komunikatif terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep
yang terkandung dalam kata bahasa asing kemudian mengalihkannya yang dapat
dilakukan dengan penerjemahan semantis atau diserap secara utuh lalu diberikan
penjelasan. Misalnya kata ‘château’ tetap dipertahankan dalam bahasa Indonesia
lalu diberikan penjelasan, ‘sejenis kastil yang dikelilingi dinding sebagai benteng’.
68

Contoh teks bidang teknologi pesawat :


Un siège aéronautique très connecté

Thales,
BE Aerospace et BMW Design Work présentent un concept de siège
faisant la part belle aux équipements électroniques.
Pour l’ouverture de Aircraft Interiors Expo 2014 qui se tient à
Hambourg,Thales dévoile un concept de siège innovant baptisé Immersive
Business Class Seat. C’est le résultat d’une collaboration avec BE
Aerospace etBMW Design Works. Ce concept a été nominé dans la
catégorie Premium Class & VIP des 2014 Crystal Cabin Awards.

Ce projet mêle à la fois une esthétique agréable et des concepts novateurs


dans le domaine du In-flight Entertainment & Connectivity, afin d’offrir à
l’utilisateur à la fois des interfaces physiques et virtuelles rendant son
voyage plus agréable.
Ce projet comporte un contrôle du pavé tactile intégré dans le siège, un
écran principal ultra-haute définition (UHD), et des fonctionnalités telles
que le Passenger Control Display, l’Eye Tracking et l’Interactive Virtual
Landscape Panel.
De plus le Thales SmartPIMs permet au passager d’interfacer ses
équipements électroniques personnels avec le système In-flight
Entertainment et des chargeurs sans fil. (Jean-François Prevéraud,
http://www.industrie-techno.com/un-siege-aeronautique-tres-
connecte.29398)
69

Contoh teks bidang teknologi otomotif


Technologie : Audi travaillerait sur un système de récupération
d'énergie pour les suspensions

Et si la marque aux anneaux prévoyait un nouveau système de


récupération d'énergie sur ses automobiles de route ?
De nos jours, les constructeurs multiplient les techniques pour récupérer de
l'énergie dans le cycle de fonctionnement d'une voiture, et réduire la
consommation de la voiture (et/ou augmenter son niveau de performances).
Depuis quelques années, on a ainsi pu voir se développer les systèmes de
récupération d'énergie au freinage.

Chez Audi, on plancherait actuellement sur un autre moyen d'optimiser le


fonctionnement des voitures de route. D'après les journalistes anglais d'Auto
Express, les ingénieurs de la marque aux anneaux seraient en train de mettre
au point un système qui exploiterait la chaleur dégagée par les combinés de
suspensions du véhicule.

L'objectif est ainsi de produire de l'énergie grâce à ces systèmes (par


exemple en produisant de l'électricité qui serait ensuite emmagasinée dans
des batteries), et d'améliorer l'efficience des autos. Parions sur une
commercialisation du système dans les années à venir, en tout cas l'idée
semble intéressante sur le papier. (http://www.turbo.fr/actualite-
automobile/712169-technologie-audi-travaillerait-systeme-recuperation-
energie-suspensions/)
70

Masalah Penerjemahan Iptek


Sifat ketergantungan Ipteks (produk-produk teknologi) dari suatu negara
sebagai pengguna dan penerima teknologi menjadi kendala utama dalam
penerjemahan ipteks, khususnya masalah penerjemahan istilah-istilah dalam
bidang teknologi. Negara-negara yang tidak memproduksi produk-produk iptek,
misalnya computer, mobil, pesawat, tentunya memiliki kesulitan tersendiri dalam
menerjemahkan teks-teks bidang Ipteks, sehingga pada umumnya langkah yang
dilakukan dengan menggunakan metode serapan, adapatsi dan penerjemahan
komunikatif. Dalam kaitan itu Nida (1975) mengatakan bahwa:
.....translators are permanently faced with the problems of how to treat the
cultural aspects implicit in a cource text (SL) and finding the most
appropriate technique of successfully conveying these aspects in the target
language (TL) (h. 130).

Masalah yang timbul dalam penerjemahan pada dasarnya dapat dikaitkan


dengan tiga faktor utama. Faktor pertama adalah kemampuan penerjemah. Jika
seseorang tidak mempunyai kompetensi (kebahasaan, kultural, transfer) dan
ketrampilan di bidang penerjemahan, dia tidak akan mungkin dapat melakukan
tugas penerjemahan dengan baik. Oleh sebab itu, sebutan “penerjemah” yang
diberikan kepada seseorang mengandung konsekuensi yang sangat berat. Sebagai
pelaku utama dalam proses penerjemahan, dia dituntut harus mampu
menghasilkan terjemahan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Faktor kedua adalah faktor kebahasaan. Pada umumnya, sistem bahasa
yang dilibatkan dalam penerjemahan berbeda satu sama lain. Secara morfologis
dan sintaksis, bahasa Inggris, misalnya, berbeda dari bahasa Indonesia. Sebagai
akibatnya, ada kalanya penerjemah dihadapkan pada masalah ketakterjemahan
linguistis (linguistic untranslatability) (Catford, 1974).
Faktor ketiga adalah faktor budaya (Iptek). Faktor budaya dalam hal ini
ipteks ini sebenarnya tumpang tindih dengan faktor kebahasaan apabila bahasa
dipandang sebagai budaya atau bagian dari budaya.
Terlepas dari hal tersebut, faktor budaya seringkali menimbulkan
71

ketakterjamahan, yang lazim dalam bahasa Inggris disebut sebagai cultural


untranslatability (Catford, 1974).
Ketiadaan Padanan karena perbedaan budaya (iptek) antara teks bahasa
sumber dan bahasa sasaran menimbulkan ketakterjemahan budaya (cultural
untranslatability). Ketakterjemahan di sini dapat ditemukan dalam bidang iptek.
72

Pertemuan ke 13 dan 14
Penerjemahan Komik

Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik


penerjemahan untuk teks-teks komik berbahasa
Prancis
Sasaran Pembelajaran : Mampu menerjemahkan teks-teks komik dari
bahasa Prancis sebagai bahasa sumber ke dalam
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran.

Definisi Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.Will Eisnermendefisikan komik
sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan untuk menceritakan
sesuatu atau mendramatisasi suatu ide (http://id.wikipedia.org/wiki/Komik).
Di dalam komik terdapat kumpulanpanel-panel yang berisi gambar.
Gambar dalampanelpanel tersebut disertai dengan balon kata-kata yang
menyatakan ucapan tokoh, dialog atau atau memperjelas isi cerita.
Cerita komik tidak hanya diterbitkan dalam bentuk buku, tetapi juga dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam surat kabar, majalah,
dan tabloid.
73

Sumber: http://www.petitnicolas.com/newsletter/preview.php?numero=7
Seperti hal karya sastra, komik sebagai salah bentuk karya seni, memilik
unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah tema,
penokohan, latar, alur, sudut pandang penokohan, panel-panel dan balon yang
berisi ucapan, dialog tokoh dan penjelasan pencerita (pengarang). Besar kecilnya
ukuran balon begantung pada panjang atau pendeknya ucapan tokoh.
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang mendasari cerita komik
yang dibuat oleh pengarang. Contoh tema komik yaitu tentang harta karung yang
jadi diperebutan para tokoh. Alur atau plot adalah jalan cerita yang memuat
peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis dan sebab akibat. Di dalam
alur, terdapat urutan bagian-bagian cerita dalam keseluruhan fiksi. Perpaduan
unsur-unsur yang membangun cerita membentuk kerangka utama cerita.
Selanjutnya, latar (setting)adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta
suasanaterjadinya peristiwa.
Penokohan adalah gambaran tokoh-tokoh dalam cerita yang disampaikan
melalui dialog dan monolog. Inilah yang mencirikan komik sebagai karya seni,
yaitu perpaduan antara gambar diam dan ucapan/dialog para tokoh. Sudut
pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam menempatkan dirinya
dalam cerita. Dengan sudut pandang, pengarang dapat memposisikan dirinya
74

sebagai tokoh utama, tokoh sampingan, dan sebagai pengamat yang berada di luar
cerita. Dan Latar (setting) gambaran tempat kejadian dan waktu berlangsunya
suatu peristiwa. Latar juga menunjukkan situasi (backgroud) secara keseluruhan
tempat di suatu panel.
Teknik Penerjemahan Komik
Penerjemahan tidak sekadar mengalihkan pesan ke dalam Bsa. Namun,
juga diperlukan teknik menerjemahkan agar hasil terjemahannya komunikatif
dengan pembaca. Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk
mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa
maupun kalimat dengan mengacu pada kaidah atau sturkutr bahasa sasaran
(Indonesia), bukan struktur bahasa sumber (Prancis).
Dalam hal kaitannya dengan penerjemahan komik, yang perlu diperhatikan
adalah ukuran balon yang menentukan jumlah karakter di dalamnya, yang
menggambarkan percakapan atau dialog tokoh. Jadi, penerjemahan komik
sebaiknya didasarkan pada jumlah karakter percakapan tokoh dalam balon.
Misalnya ada 30 karakter, sebaiknya di dalam terjemahannya juga terdapat 30
karakter. Sebaiknya tidak melebihi dari jumlah karakter tersebut. Misalnya pada
gambar komik di bawah, ukuran balon bervariasi, sesuai dengan jumlah karakter
percakapan tokoh. Balon pertama, seorang ibu berkata kepada bayinya, “Voilà,
voilà!”, terdiri atas 13 karakter. Karakter dalam balon komik mencakup hurup,
spasi dan tanda baca.
75

Sumber: http://claravince.eklablog.com/la-bande-dessinee-a59312279
Selain itu, juga terdapat variasi bentuk balon, yang menandakan maksud
percakapan tokoh.
76

Selain bentuk-bentuk balon, juga terdapat berbagai macam onamatopi


yang merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan
komik.

Sumber: http://claravince.eklablog.com/la-bande-dessinee-a59312279
77

Teknik penerjemahan yang digunakan bertujuan mempelajari cara


penerjemahanbekerja. Teknik ini berkaitan dengan teks, konteks dan proses.
Misalnya, teks sumber menjelaskan mekanisme koherensi, kohesi dan
perkembangan tematik. Analisis teks sumber menjelaskan semua elemen ekstra-
tekstual yang berkaitan dengan konteks sumberteks dan produksi penerjemahan.
Ada dua pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan teknik
penerjemahan. Pertama, apa metode yang dipilih dalam menerjemahkan teks?
Kedua, bagaimana memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam
penerjemahan?
Vinary dan Darbelnet dalam Translation Techniques Revisited: A Dynamic and
Functionalist Approach (Molina and Albir, 2002: 4) mengajukan teknik atau
prosedur penerjemahan, dengan istilah ‘procédés techniques de la traduction’.
Mereka menetapkan tiga prosedur penerjemahan yang masih-masing
memiliki teknik penerjemahan.
Penerjemahan harafiah
Terjemahan harfiahterjadi ketikaterdapat kedekatan atau kesetaraan
struktur, leksikal, dan bahkan morfologi antara dua bahasa. Kesetaraan dua bahasa
ini memungkin dapat terjadi penerjemahan harafia. Teknik penerjemahan
Terjemahan adalah:
- Borrowing (pinjaman). Teknik penerjemahan yang dilakukan
dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat
murni tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dilakukan penyesuaian
pada ejaan ataupun pelafalan.
- Calque. Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa
atau kata BSu secara literal.
- Literal Translation. Penerjemaahan kata per kata. Teknik penerjemahan ini
dilakukan bisaanya terdapat kesetaraan bentuk (gramatikal, leksikal, dan frase)
antara dua bahasa.
78

Oblique translation

Terjemahan Oblique terjadi ketikapenerjemahan merupakan suatu


keharusan untuk mencapai hasil terjemahan komunikatif. Prosedur penerjemahan
ini mencakup teknik transposisi, modulasi, ekuivalensi dan adaptasi.
- Transposisi merupakan teknik penerjemahkan dengan mengubah
kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran
kategori, struktur dan unit. Kata kerja dalam teks bahasa sumber, misal,
diubah menjadi kata benda dalam teks bahasa sasaran. Teknik
pergeseran struktur lazim diterapkan jika struktur bahasa sumber dan
bahasa sasaran berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, pergeseran
struktur bersifat wajib. Sifat wajib dari pergeseran struktur tersebut
berlaku pada penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia untuk menghindari interferensi gramatikal yang dapat
menimbulkan terjemahan tidak berterima dan sulit dipahami.
- Modulation. Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah
sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya
dengan BSu. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal
atau struktural.
- Adaptasi (adaptation). Teknik yang digunakan dalam penerjemahan
ini dengan menyesuai budaya bahasa sasaran. Dengan kata lain, unsur
budaya yang ada di dalam Bsa ditemukan padanan budaya sedekat
mungkin di dalam Bsa. Di dalam komik sering ditemukan unsur-unsur
budaya, misalnya budaya materi, ungkapan bahasa, dll.
Misalnya dalam bahasa Prancis penggunaan ungkapan “voilà”
yang biasanya dikemukakan untuk memberikan sesuatu kepada
seseorang. Pada contoh komik di atas, karena bayinya menangis
menandakan lapar (haus) maka sang ibu lansung menyedorkan susu
botol sambil berkata “voilà, voilà” yang dapat diterjemahkan menjadi,
“minum, minum!” secara denotasi, kata voilà berarti ‘ini’, dan ‘itu’.
Dalam konteks budaya Prancis, kata itu digunakan untuk memberikan
79

sesuatu kepada seserang atau menunjukkan sesuatu (barang) kepada


seseorang.
- Ekuivalensi. Teknik penerjemahan dengan menemukan padanan yang
sama di dalam Bsa. Misalnya pribahasa dalam Bsu diterjemahkan
dengan mencari pribahasa dalam Bsu yang memiliki padanan yang
sama atau sedekat mungkin dengan Bsu. Teknik penerjemahan
ekuivalansi dilakukan dengan menemukan penanda dan petanda yang
sama. Misalnya idiom dalam Bsu disepadanankan dengan idiom dalam
Bsa.
Amplification and economy translation

Amplification merupakan teknik yang digunakan untuk mengeksplisitkan


atau menambahkan suatu kata untuk memperjelas makna yang akan
dialihkan. Sebaliknya, economy translation adalah teknik yang diterapkan
dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan tersebut dianggap
tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, mengimplisitkan
informasi yang eksplisit.
Tahap penerjemahan Komik
Setelah ditentukan komik sebagai teks sumber yang akan diterjemahkan,
proses penerjemahan sudah dapat dilakukan. Tidak ada penerjemah tanpa
memperhatikan peran konteks dalam menerjemahkan karena dengan konteks
komik yang telah dipahami, maka penerjemah tidak begitu sulit untuk melakukan
pengalihan.
Dalam kasus penerjemahan komik, fokus perhatian penerjemah yang tidak
boleh diabaikan adalah spesifikasi dimiliki komik – jumlah karakter (wordplasy,
nama onomatope, kesesuain antar ekpresi gambar (tokoh) dengan bahasa verbal
komik, yang terkadang hal ini menjadi kendala dalam penerjemahan.
80

Daftar Pustaka
Buku
Bathgate, Ronald H., Dr. 1981. A Survey of Translation Theory (dimuat dalam
http://books.google.co.id/books?id=-IhkUNX3gzIC&pg=
PA41&lpg=PA41&dq=A+Survey+of+Translation+Theory+(1981)

Camus, Albert. 1942. L’etranger. Paris : Les Éditions Gallimard.

Catford, J.C. 1965. A. Linguistic Theory of Translation. London: Oxford


University Press.

Copley, Paul. 2004. Marketing Communications Management: Concepts and


Theories, Cases and Practices. London: Elsevier Butterworth-Heinemann
DeFleur, M. L. & Dennis, E. 1985. Understanding mass communication. Boston:
Houghton Mifflin.

Hasyim,Muhammad. 2008. Seksualitas dalam Iklan Media Televisi. “Tesis”.


Universitas Hasanuddin Makassar.

______. 2014. Kontruksi Mitos dan Ideologi: Suatu Tinjauan Semiologi.


“Disertasi”. Universitas Hasanuddin Makassar.

Hoed, Benny Hoedoro. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka


Jaya.

Hoed, Benny Hoedoro, Sholicihin, Tresnati S., & M, Rochayah. 1993.


Pengetahuan Dasar tentang Penerjemahan. Lintas Bahasa, Media
Komunikasi Penerjemah, Pusat Penerjemahan Fakultas Sastra Universitas
Indonesia. ISSN: 0854-4123.

Johnson, C. & Lee, M. 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam


Persfektif Global. Jakarta: Prenada Media.

Larson, M.L. 1984. Meaning Based Translation: A Guide to Cross-Language


Equivalence. Lanham & London: University Press of Amerika.

Larson, D.N., & Smalley, W.A. (1972). Becoming bilingual. A guide to language
learning. New Canaan, CT: Practical Anthropology.

Luxemburg, J.V. et all. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Newmark, Peter. 1988. Textbook of Translation. New York: Prentice Hall.


81

Nida, E.A. dan Charles R., Taber. 1967. The Theory and Practice of Translation.
Leiden: Brill, Nothofer B.

Nida, E. 1975. Language Structure and Translation. Standford, California:


Standford University Press.

Nord, C. 1997. Translating as a Purposeful Activity: Functional Approaches


Explained. Manchester, UK: St. Jerome Publishing

Prasetyani, NY.2009. Penerjemahan dan Budaya dalam www.journal. unipdu.


ac.id /index.php/diglosia/article/download/88/188

Romli, Asep Syamsul M. 2009. Bahasa Media: Panduan


Praktis Bahasa Jurnalistik. Bandung: Baticpress.

Suryawinata, Zuchridin & Hariyanto, Sugeng. 2003. Translation. Bahasan Teori


& Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Worton, Michael & Judith Still. 1990. Intertextuality and Practices. New York:
Manchester University Press.

Situs

http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi
http://fleursdumal.org/poem/184
http://fleursdumal.org/poem/113
http://fr.wikipedia.org/wiki/Charles_Baudelaire
http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Perancis

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai