net/publication/321654210
Teori Terjemahan
CITATIONS READS
0 4,757
1 author:
Hasyim Muhammad
Universitas Hasanuddin
42 PUBLICATIONS 15 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The Turkish Online Journal of Design, Art and Communication-TOJDAC April 2017 Special Edition SEXUALITY FOR SALE AT TELEVISION
ADVERTISING View project
All content following this page was uploaded by Hasyim Muhammad on 07 December 2017.
BUKU AJAR
MATA KULIAH
TEORI TERJEMAHAN
2015
2
KATA PENGANTAR
Bahan ajar atau Buku ajar adalah materi pembelajaran yang disusun
sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan
utama dan pendukung serta strategi pembelajaran yang akan dicapai pada
mata kuliah.
perubahan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2003: 9). Salah satu
kuliah. Artinya setiap peserta didik akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama
sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak yang
setiap individu siswa, penyusunan buku ajar sebagai sistem pembelajaran merupakan
jawaban penerapan KBK. Dalam hal ini buku ajar merupakan pegangan belajar yang
dan aplikasinya ke dalam kegiatan penerjemahan teks-teks yang sederhana dan contoh
aplikasinya dalam penerjemahan teks spesifik (sastra, komik, iklan dan berita. Oleh
karena Mata kuliah ini diperlukan keterampilan khusus dalam penerjemahan, diperlukan
Penyusunan dan penggunanaan buku ajar pada mata kuliah ini adalah dapat
sejalah dengan kompetensi utama Jurusan Sastra Prancis Fakultas Sastra Universitas
Hasanuddin.
DAFTAR ISI
Hal
Sampul i
Kata Pengantar Ii
Daftar Isi iv
Daftar Pustaka 76
5
PERTEMUAN KE-1
HAKIKAT PENERJEMAHAN
pertama, yang disebut sebagai pengirim kepada pembicara kedua, yang disebut
penerima, yang membuat terjadinya komunikasi efektif. Jadi, inti dari kegiatan
sesuai dengan konteks dari bahasa sumber yang dikuasai kepada bahasa sasaran,
a. Level shift yang muncul di permukaan dalam bentuk item bahasa sumber
pada level linguistic tertentu mempunyai padanan dalam level yang
berbeda. Misalnya, tataran gramatika berpadanan dengan leksis
b. Category shift yaitu suatu istilah generic yang mengacu pada pergeseran
yang mencakup structure-shifts, class-shift, unit-shifts dan Intra-system-
shift.
Nida (1967) mengatakan bahwa, “ Translating consist in producing in
the receptor language the closest natural equivalent to the message of the
source language, first in meaning and secondly in style”. Defenisi ini
menitikberatkan pada bagaimana menemukan padanan yang paling dekat
dengan bahasa penerima terhadap bahasa sumber, baik dalam hal makna
maupun gaya bahasanya.
Nida dan Taber yang lebih banyak memcicarakan pengelaman mereka
menerjemahkan alkitab yang dituangkan dalam bukunya, The Theory and
Practice of Translation (1969) mengatakan bahwa kegiatan penerjemahan
menfokuskan dua hal. Pertama adalah lebih mementingkan bentuk dan gaya;
kedua, lebih mementingkan respon pembaca penerima hasil terjemahan.
Focus penerjemahan ini dikaitakan dengan padanan dinamis. Bila respon
pembaca Teks sumber (Tsu) dan pembaca Tsu sama terhadap teks sumber
dan sasarna, maka terjemahan itu dianggap sebagai padanan dinamis.
Selanjutnya, Larson (1989: 3) memberikan defenisi penerjemahan
dengan mengatakan bahwa penerjemahan berarti mengungakpkan kembali
makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal
yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.
Defenisi yang dikemukakan Larson menghubungkan makna dengan
konteks budaya. Pengalihan makna yang sama dari bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran harus dikaitkan dengan konteks budaya.
Larson mengajukan konsep penerjemahan berdasarkan makna.
Menurutnya, penerjemahan merupakan pengalihan makna dari Bsu ke Bsa.
Makna lebih utama, karena itu tidak boleh diubah, sedangkan bentuk boleh
berubah. Lebih kanjutkan Larson menjelaskan bahwa untuk menentukan
8
menganalisis atau memeriksa struktur kalimat yang rumit (jika ditemukan) dan
struktur kalimat bahasa sumber dipecah-pecah menjadi satu-satuan gramatikal
berstruktur kalimat dasar, kata-kata dan frase dengan tujuan menangkap makna
yang ada. Seperi biasanya, kalimat-kalimat yang memiliki struktur yang rumit
disederhanakan, untuk memudahkan memahami isi pesan. Struktur kalimat yang
rumit, di mana satu kalimat terdiri atas beberapa proposisi, terkadang menjadi
salah satu kendalam dalam pemahaman teks bahasa sumber.
Pada tahap analisis ini, penerjemah juga menandai kosa-kota yang sulit
dimengerti, khusus istilah-istilah teknis (khusus). Alat bantu yang digunakan
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan kamus umum dan kamus
bidang khsusus. Selain itu, pentingnya buku referensi bidang tertentu dan dibaca
oleh penerjemah sebagai strategi dalam menangkap makna atau isi pesan bahasa
sumber.
3. Understanding
Understanding (pemahaman) merupakan tahap pembacaan dan
pemahaman teks bahasa sumber. Dalam tahap ini, seorang penerjemah harus
menguraikan tiap-tiap kalimat dalam bahasa sumbernya ke dalam satuan-satuan
berupa kata-kata atau frase-frase. Kemudian menentukan hubungan sintaksis
antara berbagai unsur kalimat tersebut. Penerjemah, dalam tahap ini, juga harus
dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam bagian teks agar dapat
menentukan konsistensi dalam terjemahannya. Konsistensi dalam pemahaman dan
peristilahan akan memudahkan terjemahan untuk dapat dipahami.
Dalam tahap ini, metode penerjemahan yang dapat digunakan, adalah:
a. Kata-demi-kata
Larson dan Smalley menyebutnya interlinear translation, atau literal
translation. Dalam menguraikan bahasa sumber, hal yang dilakukan untuk
memperoleh keselarasan makna dengan bahasa terjemahan, pertama-tama
adalah mengulas kata demi kata, frase demi frase, klausa demi klausa, kalimat
demi kalimat, dan alinea demi alinea. Disini, penerjemah mencari makna
equivalen kata satu per satu. Model ini menekankan bahwa seorang
penerjemah yang baik harus mempunyai kepekaan terhadap arti tiap kata
11
7. Discussion (Pembicaraan)
Dalam tahap akhir dari penerjemahan naskah ini, penerjemah
mendiskusikan dengan orang lain mengenai hasil terjemahan. Baik menyangkut
isi maupun menyangkut bahasa terjemahannya. Dalam hal ini, disarankan untuk
tidak melibatkan terlalu banyak orang. Cukup beberapa orang yang berkompeten
saja, untuk menghindari perusakan dengan terlalu banyak masukan yang membuat
bingung. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan model interaktif. Dalam
perbincangan interaktif, penerjemah dan pihak lain yang disebut sebagai
penasehat yang ahli di bidang yang bersangkutan, saling bertukar informasi demi
14
untuk memahami mekanisme Bsu. Jadi metode ini digunakan pada tahap analisis
atau tahap awal pengalihan. Biasanya metode ini digunakan untuk penerjemahan
tujuan khusus, namun tidak lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum.
2. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah atau disebut juga penerjemahan lurus berada
diantara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Dalam proses
penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan
atau dekat dengan Bsa. Penerjemhan harfiah ini terlepas dari konteks.
Penerjemahan ini mila-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata,
tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan
gramatikal Bsa.
3. Penerjemahan Setia
Dalam penerjemahan setia penerjemah berupaya memproduksi makna
kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal
teks sasaran. Disini kata-kata yang bermuatan budaya
diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada
atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu,
sehinnga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing.
16
PERTEMUAN KE-2
TRADUCTION TECHNIQUE
Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori teknik penerjemahan untuk
teks-teks dalam berbagai bidang (teks berita,
kuliner, karya sastra, dan iptek, dll)
2. Kedua adalah menandai isitilah-isitiklah teknik atau kosa kata yang masuk
bidang kuliner (resep masakan) baik berupa kata kerja, kata benda dan kata
sifat. Kemudian, penerjemah juga menandai isitilah-istilah teknik di dalam teks
bahasa sumber. Tujuan tahap kedua ini adalah untuk memudahkan penerjemah
memahami istilah-istilah tekniks dalam bahasa sumber.
3. Ketiga adalah menyediakan kamus istilah teknis selain kamus umum. Dalam
kamus istilah teknik, pada umumnya dikemukakan defenisi istilah-istilah
tekniks tersebut. Sebaiknya mengumpulkan kamus istilah teknik baik bahasa
sumber maupun bahasa sasaran.
2.2 Pengertian Teks
Luxemburg, et.al. (1992:86) mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa
yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan. Berdasarkan
pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yag harus ada dalam sebuah teks.
Tiga hal tersebut, yaitu: isi, sintaksis, dan pragmatik.
Pertama: Isi, sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang
baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada
dalam kehidupan. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan
dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan
prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam
menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit dalam
menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks.
Isi dalam teks sangat berkaitan dengan semantik. Semantik merupakan
salah satu kajian dalam bahasa yang berkaitan dengan makna. Isi dalam teks tidak
ubahnya adalah makna-makna yang disampaikan pengarang. Pengungkapan
makna ini dapat dilakukan secara terang-terangan, lugas, jelas maupun dengan
tersembunyi melalui simbol-simbol. Berkaitan dengan makna dalam teks,
Luxemburg, et.al. (1992:88) menyatakan bahwa kesatuan semantik yang dituntut
sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Dengan kata lain,
tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan simboliknya.
Meskipun demikian, menunjukkan tema saja belumlah memadai. Masih
diperlukan penafsiran menyeluruh untuk menelaah sebuah teks sebagai satu
18
kesatuan. Hal ini terkait dengan keberadaan sebuah cerita maupun puisi yang
merupakan satu kesatuan ide/gagasan.
Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai
tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan.
Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi
sebagai penunjuk (konjungsi) secara konsisten dipergunakan.
Ketiga adalah pragmatik. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan
bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini,
Luxemburg, et.al. (1992:87) mengungkapkan bahwa pragmatik bertalian dengan
bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks
merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta
komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Lebih lanjut dikatakannya
bahwa pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan
bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu. Hal yang
diungkapkan Luxemburg tersebut bertalian erat dengan ketuntasan dalam
memahami sebuah teks. Makna kesatuan bulat mengarah pada keutuhan dari
sebuah teks. Membaca teks merupakan satu tindakan atau kegiatan yang dimulai
dari bagian awal hingga bagian akhir dari sebuah teks.
Dalam kegiatan penerjemahan, aspek isi, sintaksis dan pragamatis amatlah
penting diperhatikan oleh penerjemah, khusus tek-teks karya sastra (prosa dan
puisi) yang tidak hanya dipandang dari aspek semantik tapi juga aspek bentuknya,
misalnya aspek sintaksis dalam puisi, dan kesepadanan dalam aspek
prgamatiknya.
Itulah mengapa Newmark (1988: 4) menekankan adanya faktor-faktor
yang dapat mempengerahui penerjemahan sebuah teks dimana faktor-faktor
tersebut dapat bersumber dari BSu, BSa dan penerjemah. Faktor-faktor yang
bersumber dari BSu antara lain: penulis teks, aturan bahasa teks, sosial budaya
yang melatarbelakangi teks, dan waktu dan tempat serta proses produksi teks.
Faktor-faktor yang bersumber dari Bsa adalah pembaca yang memiliki latar
belakangan pengetahuan dan budaya yang berbeda-beda, aturan bahasa teks,
sosial budaya yang melatarbelakangi teks, waktu dan tempat serta proses produksi
19
teks. Faktor yang berkaitan dengan penerjemah adalah sudut pandang, dan
ideologi penerjemah.
2. Intertekstualitas
Adalah Mikhail Bakhtin, filsuf Rusia, mengeluarkan gagasan atau
pemikiran intertektualitas sebagai pendekatan atau teori yang dapat digunakan
dalam mengkaji realitas teks. MenurutBakhtin, pendekatan intertekstual
menekankan pengertian bahwa sebuah teks dipandang sebagai tulisan sisipan atau
cangkokan pada kerangka teks-teks lain,seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan
atau kutipan.Kemudian, pendekatan intertekstual tersebut diperkenalkan atau
dikembangkanoleh Julia Kristeva.
Menurut Kristeva, Intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang
diciptakan oleh Julia Kristeva (Worton 1990:1). Istilah intertekstual pada
umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut
Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks
merupakan penyerapan dantransformasi dari teks-teks lain (1980: 66). Kristeva
berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi
teks-teks lain. Misalnya, sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil
komponen-komponen teks yang lain sebagai bahasan dasar
untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuai
an, dan jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh.
Kristeva mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang
adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh
seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan,
dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan.
Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang
melalui proses pembacaan (Wortin, 1990: 1).
Intertekstualitas pun dapat digunakan sebagai pendekatan dalam kegiatan
penerjemahan. Teks adalah tanda yang bermakna, yang tentunya tujuan utama
penerjemahan adalah memahami makna dalam BSu dan mengalihkannya ke
dalam BSa. Pendekatan intertektualitas dalam membantu penerjemah dalam
memahami pesan dalam BSu dan mengalihkannya ke dalam BSa. Intertekstualitas
20
Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks bidang kuliner
masakan baru ini adalah penggunaan saus krim dan berfokus pada rasa yang
murni tanpa menggunakan banyak bahan masakan. Metode ini memengaruhi
masakan Perancis sampai sekarang, yang dapat dilihat dengan cara penyajian yang
lebih fleksibel dan banyak bereksperimen dengan citarasa non tradisional.
Masakan Perancis moderen berawal dari masa Perang Dunia
I. Sistem transportasi yang semakin baik di paruh pertama abad ke-20 ikut
memopulerkan kedua jenis kuliner kelas atas dan daerah yang sebelumnya
terpisah. Pasca Perang Dunia II, industri pariwisata berkembang pesat dan
menyebabkan masakan-masakan khusus telah dapat dinikmati warga dengan
harga yang terjangkau.
Saat ini dimana saja, rakyat Perancis dapat menikmati berbagai jenis
masakan apa saja. Bistro dan kafe menjamur di seluruh negeri dan warga dapat
menentukan sendiri kualitas, rasa dan tampilan masakan. Sekarang banyak orang
yang punya pekerjaan di kota-kota besar tidak memiliki cukup waktu untukmakan
siang namun mereka menikmatinya di kafetaria atau bar makanan ringan dengan
memesan hamburger atau hot dog.
Prosedur Penerjemahan Teks Kuliner Prancis
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan penerjemahan teks bidang
kuliner adalah mengumpulkan data pendukung selain teks sumber. Data
pendukung adalah :
- Data dari Bahasa Sasaran
Mengumpulkan data resep-resep masakan dalam bahasa Indonesia.
Data ini dapat ditemukan dalam buku-buku resep dan/atau resep masakah
di internet. Tujuan pengumpulan data resep masakah dalam bahasa
Indonesi adalah untuk memperoleh pengatahuan tentang kuliner dan kosa
kata yang digunakan dalam teks-teks bidang kuliner.
Dalam penerjemahan teks bidang khusus, hal yang terpenting dimiliki
oleh mahasiswa adalah pengetahuan tematis terhadap teks yang akan
diterjemahkan. Selain itu, perlunya mahasiswa mengenal kosa-kota bidang
kuliner (resep masakan) yang digunakan.
24
Gambar 2
Ingrédients
Gâteau roulé
4 oeufs
1 t (280 ml) de sucre + 2 c. à tab (30 ml)
1 t (250 ml) de farine
1 c. à thé (5 ml) de poudre à pâte
sucre glace
Glaçage au sucre à la crème
25
PAR PORTION: cal.: 386; prot.: 5 g; m.g.: 16 g (9 g sat.); chol.: 142 mg; gluc.:
58 g; fibres: 1 g; sodium: 94 mg.
26
Gambar 3
Ingrédients
Gâteau aux carottes
1. 2 t (500 ml) de sucre
2. 1 t (250 ml) d'huile végétale
3. 4 oeufs
4. 1 c. à thé (5 ml) de vanille
5. 2 t (500 ml) de carottes râpées
6. 1 t (250 ml) d' ananas broyé en conserve, égoutté
7. 2 t (500 ml) de farine
8. 1/2 c. à thé (2 ml) de sel
9. 2 c. à thé (10 ml) de poudre à pâte
10. 1 1/2 c. à thé (7 ml) de bicarbonate de sodium
27
Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teknik penerjemahan untuk teks-
teks berita dalam media Prancis
dalam bahasa sumber kepada pembaca melalui bahasa lain (bahasa sasaran).
Pembaca teks berita hasil terjemahan harus memahami dan memperoleh kesan
atau pengertian sama seperti pembaca teks berita asli. Karena media adalah
produk budaya, yang sarat dengan ideologi (seringkali terjadi keberpihakan dalam
suatu pemberitaan), maka dalam pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa
sasaran, terjadi pula transfer ideologi yang membuat pembaca
teks berita hasil terjemahan dapat tercipta suatu pencitraan atau opini atas teks
berita yang disampaika, misalnya teks-teks berita politik.
Metode Penerjemahan Teks Berita
Tujuan utama produksi berita adalah bagaimana pesan disampaikan secara
komunikatif kepada khalayak. Begitupun dalan kegiatan penerjemahan, tujuannya
adalah pengalihan pesan berita sebagai tindak komunikatif. Dalam arti bahwa
bagaimana pesan dari berita asli yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca media.
Dengan demikian, salah satu metode yang sering digunakan dalam
penerjemahan teks berita adalah metode penerjemahan komunikatif. metode ini
dikemukakan Newmark yang menekankan pada aspek bagaimana pesan begitu
mudah dan cepat dimengerti oleh pembaca.
Metode penerjemahan komunikatif ini dilakukan jika dalam penerjemahan
yang dipentingkan adalah pesannya, tetapi tanpa harus menerjemahkannya secara
bebas. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu tujuan
penerjemahan dan pembacanya. Melalui metode penerjemahan ini memungkinkan
suatu versi Bsu diterjemahkan menjadi beberapa versi dalam Bsa.
Ideologi Penerjemahan Teks Berita
Kontruksi atas teks-teks berita yang dillakukan media merupakan sebuah
cara dalam memandang realitas. Teks-teks tersebut membantu mendefinisikan
realitas dan memberi model yang sesuai pada sikap dan tingkah laku masyarakat
serta adanya kepentingan tertentu dari pihak media. Cara mendefenisikan realitas
dari suatu peristiwa memiliki muatan ideologi. Dalam konteks media, para pakar
menterjemahkan ideologi sebagai sistem makna yang membantu menjelaskan dan
mendefinisikan realitas dan membantu dalam membuat nilai-nilai pembenaran
32
berita (wacana), karena hal tersebut menyangkut situasi sosial, budaya, dan politik
yang melatarbelakangki pemberitaan suatu peristiwa. Langkah kedua adalah tahap
pehaman dengan membaca berulang kali teks-teks berita hingga memahami betul
pesan yang disampaikan dalam teks berita asal dan pesan tersebut tersimpan
dalam memori penerjemah. Langkah ketiga adalah tahap pengalihan sesuai
dengan pesan yang ditangkap dalam memori. Penerjemah menulis ulang teks
berita ke dalam BSa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui proses
pembacaan berulang kali. Langkah keempat adalah tahap mengecekan.
Penerjemah mengecek kembali jika masih ada pesan atau informasikan yang
belum dialihkan. Dan langkah kelima adalah restructuring. Penerjemah menulis
ulang teks terjemahan secara keseluruhan setelah dilakukan pengecekan. Tahap
ini merupakan tahap penyelesaian suatu teks berita terjemahan.
Contoh Teks Berita Politik
Israël a lâché des obus à fléchettes sur la bande de Gaza
L'Etat hébreu assure que ces armes sont légales, mais elles sont
particulièrement dangereuses dans des zones peuplées de civils.
Ce sont des gros clous en acier, mesurent jusqu'à 4 cm de long et sont équipés
d'ailettes. Six obus remplis de milliers de ces fléchettes ont été lâchés par l'armée
israélienne sur un village de la bande de Gaza, le 17 juillet, selon le Palestinian
Centre for Human Rights, cité par le Guardian (en anglais), dimanche 20
juillet.Israël ne nie pas le recours à ces armes, mais affirme qu'elles sont
conformes au droit international.
Ces obus, en explosant en vol, peuvent libérer au moins 5 000 fléchettes sur une
surface d'environ 300 m de long et 90 m de large, selon l'ONG israélienne
B'Tselem, citée par Slate.fr. Elles sont conçues pour pénétrer une végétation dense
et sont, en théorie, légales. Mais B'Tselem estime que l'emploi de cette arme est
illégal à Gaza, car il s'agit d'une zone très peuplée.
Une preuve de "crime de guerre" ?
"L’un des principes fondamentaux est l’obligation de distinguer ceux qui sont
impliqués et ceux qui ne sont pas impliqués dans le combat, et d’éviter, dans la
mesure du possible, de blesser ceux qui ne le sont pas", écrit B'Tselem, sur sapage
consacrée au sujet (en anglais). Pour cette raison, "rien ne peut justifier
l'utilisation d'obus à fléchettes dans la bande de Gaza".
En 2009 déjà, lors de l'opération "Plomb durci", à Gaza, Amnesty
internationaldénonçait l'usage d'obus à fléchettes qui, "dans la plupart des cas, se
35
solde par des morts ou des mutilations". L'ONG Human Rights Watch (en
anglais), estimait à la même époque que le recours à des armes visant "sans
distinction" des populations civiles est une preuve de "crime de guerre".
(Sumber: http://www.francetvinfo.fr/monde/proche-orient/israel-palestine/ israel-
lache-des-obus-a-flechettes-sur-la-bande-de-gaza_652385. html? gclid=
CMOfqvPM9L8CFRaSjgod0qAAig)
Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks karya sastra Prancis
Mengacu pada defenisi Nida, maka hal yang perlu diperhatikan dalam
penerjemahan karya sastra selain menemukan pada yang paling dekat juga
gaya bahasa yang menjadi ciri khas kepengarang terhadap teks-teks sastra.
.
Gb. 4 Proses penerjemahan Karya Sastra
39
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan teks sastra adalah
aspek ruang dan waktu. Savory dalam Suryawinata dan Hariyanto (2000: 153)
menyatakan bahwa suatu terjemahan bertujuan untuk menjembatani perbedaan
ruang dan waktu. Pertama, penerjemah berusaha memindahkan makna dan pesan
Bsu ke dalam Bsa. Kedua, memindahkan makna dan pesan dari suatu kurun waktu
ke waktu yang lain yang berdeda. Misalnya menerjemahkan karya sastra Prancis
abad ke 17 ke dalam bahasa Indonesia dalam konteks saat ini.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan prinsip
dasar penerjemahan karya sastra, yaitu:
1. Penerjemah sebagaiknya memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan
tentang karya-karya sastra, khususnya dari BSu.
2. Penerjemahn memiliki pengetahuan tematis (social budaya) yang
melatarbelakangi aspek penceritaan karya sastra.
3. Penterjemah harus menguasai salah satu bahasa sumber (bahasa asing) dan
memiliki mampu mengalihkan pesan dalam bahasa sasaran. Dengan
demikian, dia pun harus menguasai bahasa sasaran, khususnya dalam
Mampu menulis ulang dan/atau menjelaskan ulang secara lisan pesan yang
dimaksud dalam bahasa sumber.
4. Penerjemahan harus memahami isi teks atau maksud si pengarang
5. Yang dialihkan atau diterjemahkan oleh penterjemah bukan makna
(konteks) tetapi juga bentuk, misalnya bentuk rima dalam puisi.
6. Penerjerjemah harus mengalihkan pesan sehingga membuat penerima
menjadi pahak pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa saran.
7. Penterjemah hendaknya memperhatikan secara psikologis bahasa
penerima, dengan hendaklah menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang
biasa digunakan dalam bahasa penerima, sehingga memudahkan bahasa
penerima memahami pesan yang dialihkan.
8. Penerjemah sebaiknya memperhatikan aspek wacana termasuk gaya
penulisan (style) pengarang dalam mengalihkan pesan.
9. Menguasai dan mampu memakai bahasa sasaran dengan baik, bear dan
efektif
40
10. Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra dan teori penerjemahan
11. Mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap karya sastra
12. Memiliki keluwesan kognitif dn keluwesan sosiokultural
Penerjemahan Karya Fiksi (Roman)
Fiksi adalah sebuah yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah
karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat
mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Kebenaran dalam sebuah
dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang terhadap
masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan
dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi
hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin
terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi. Sebuah karya
sastra haruslah memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika membaca sebuah karya
sastra.
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra
itu sendiri, tetapi mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Roman (novel) adalah sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis
dan naratif . Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh-tokoh dan
kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-
sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari bahasa
Italia, novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita” dan novel memiliki
cerita yang lebih kompleks dari cerpen. Ciri sebuah novel adalah tidak dibaca
sekali duduk, plot diarahkan pada insiden atau peristiwa jamak,watak tokoh
dikembangkan secara penuh, dimensi ruang dan waktu yang lebih meluas, cerita
lebih luas dan mencapai keutuhan secara inklusi.
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan
langsung pada tujuannya. Cerpen sangatlah mengandalkan teknik-teknik sastra
41
seperti tokoh, plot, tema bahasa, dan insight secara luas dibandingkan
dengan fiksi yang lebih panjang.
Ciri sebuah cerpen dapat dibaca sekali duduk, Plot diarahkan hanya pada
sebuah insiden atau peristiwa tunggal, watak tokoh tidak dikembangkan secara
penuh apabila tokoh itu baik maka hanya kebaikan saja yang diceritakan
sedangkan sifat lainya tidak, dimensi ruang dan waktu terbatas,cerita lebih
padat,memusat, dan mendalam, mencapai keutuhan secara eksklusi (terpisah atau
khusus, http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi).
Penerjemahan Puisi
Catford (1965:20) mendefinisikan penerjemahan sebagai the replacement
of textual material in the source language by equivalent material in the target
language. Selain itu, Newmark (1988:5) mencatat bahwa terjemahan adalah
rendering the meaning of a text into another language in the way the author
intended. Paling tidak dari dua definisi tersebut ada empat elemen penting yang
harus ada dalam penerjemahan: realisasi makna, bahasa sumber (BSu), bahasa
sasaran (BSa), dan penerjemah itu sendiri. Faktor terakhir ini mungkin menjadi
faktor yang paling penting karena merupakan subjek dari segala aktifitas
penerjemahan.
Seorang penerjemah harus setia kepada teks aslinya. Dalam Translating
the Workd of God (1974), terjemahan yang setia adalah translation which
transfers the meaning and the dynamics of the original text. Selain mentransfer
makna secara benar dan tepat, teks dalam BSu haruslah memiliki struktur
linguistik yang senatural aslinya.
Proses terjemahan biasanya meliputi dua aktifitas besar: pengkodean pada
teks BSu dan melakukan pengkodean ulang teks BSa. Dalam aktifitas pertama
kemapuan penerjemah dalam hal grammar, semantik, sintaksis, idiom dari teks
BSu beserta pemahaman budaya teks sumber. Kemampuan yang sama juga
diperlukan dalam BSa. Kemampuan inilah yang membuat biasanya terjemahan
dilakukan ke dalam bahasa penerjemah sebagai penutur asli. Terkait dengan hal
ini, Sapardi memiliki kemampuan tersebut, kemampuan bahasa dan budaya
Inggris dan Indonesia. Sejak usia remaja sudah mengenal dunia Barat dari buku-
42
buku dan pendidikannya yang tentu saja membutuhkan pemahaman bahasa asing
yang baik.
Terjemahan juga dibagi menjadi beberapa jenis dan berbeda pada setiap
tokoh yang melakukan klasifikasi. Misalnya klasifikasi yang ditawarkan oleh
Newmark (1988) yang membagi terjemahan menjadi beberapa jenis: terjemahan
per kata, terjemahan literal, terjemahan setia, terjemahan semantis, adaptasi,
terjemahan bebas, terjemahan idiomatik, dan terjemahan komunikatif.
Sesungguhnya masih banyak jenis penerjemahan yang lain seperti
misalnya: terjemahan administrati, terjemahan komersial, terjemahan komputer,
dan lain sebagainya termasuk terjemahan untuk dubbing dan subtitle film.
Di dalam menerjemahkan puisi, penerjemah tidak hanya meakukan
transfer makna tetapi mereka juga harus memperhatikan keindahan bentuknya.
Meski banyak metode dan teknik menerjemahkan teks, tidak semuanya tepat
untuk menerjemahkan puisi. Ada cara yang mungkin tepat (Suryawinata dan
Hariyanto, 2000:160) dalam meneremahkan puisi, antara lain: terjemahan
fonemik, terjemahan literal, terjemahan metrikal, terjemahan sajak-prosa,
terjemahan rima, terjemahan bebas dan interpretatif.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa satu hal yang menjadi
pokok perhatian dalam penerjemahan puisi adalah bahasa kiasan (gaya bahasa)
yang digunakan penyair. Tentunya, penerjemah tidak hanya mengalihkan makna
tetapi sedapat mungkin juga mengalihkan bahasa kiasan yang digunakan.
Menurut Newmark (1988) dari beberapa cara penerjemahan di atas hanya
ada dua cara yang memenuhi syarat fungsi penerjemahan yaitu: akurasi dan
ekonomi. Dua metode tersebut adalah tejemahan semantis dan komunikatif. Yang
pertama dianggap sebagai cara terbaik dalam menterjemahkan puisi karena
biasanya dipakai untuk teks-teks yang ekspresif (untuk menginterpretasi),
sementara yang kedua untuk teks informatif dan vokatif (untuk menjelaskan).
Aspek lain yang penting dalam hal kesetiaan pada teks sumber adalah
menerjemahkan style atau gaya penulisan. Setiap karya sastra terdiri dari kata,
frase atau klausa. Gaya penulisan inilah yang membuat teks sastra menjadi
berbeda dibandingkan dengan teks-teks yang lain. Gaya penulisan menjadi esensi
43
dalam penulisan puisi ketika penulis menggunakan gaya penulisan dan piranti
puitus, antara lain: bahasa kiasan (figure of speech), pencitraan (imagery), rima,
musik, ritme, dan lain sebaginya. Dalam penerjemahan puisi, menerjemahkan
gaya penulisan sangat penting, dan biasanya penerjemah juga seorang penyair dan
memiliki gaya dan cara sendiri untuk memelihara kesetiaan terhadap gaya
penulisan teks BSu.
Menurut Newmark (dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2000: 53)
menerjemahkan teks-teks ekspresif, yakni teks yang konten dan gaya, ide,
katakata, dan juga strukturnya memiliki peran yang sama penting, dalam hal ini
puisi, cara yang paling baik adalah terjemahan semantik karena puisi kaya akan
bahasa kiasan, makna konotatif, pencitraan, dan lain sebagainya.
Pada tahap analisis ini, penerjemah juga menandai kosa-kota yang sulit
dimengerti, khusus istilah-istilah teknis (khusus). Alat bantu yang digunakan
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan kamus umum dan kamus
bidang khsusus. Selain itu, pentingnya buku referensi bidang tertentu dan dibaca
oleh penerjemah sebagai strategi dalam menangkap makna atau isi pesan bahasa
sumber.
L’étranger
(Albert Camus)
Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas. J'ai reçu
un télégramme de l'asile : « Mère décédée. Enterrement demain. Sentiments
distingués. » Cela ne veut rien dire. C'était peut-être hier.
L'asile de vieillards est à Marengo, à quatre-vingts kilomètres d'Alger. Je
prendrai l'autobus à deux heures et j'arriverai dans l'après-midi. Ainsi, je pourrai
veiller et je rentrerai demain soir. J'ai demandé deux jours de congé à mon patron
et il ne pouvait pas me les refuser avec une excuse [10] pareille. Mais il n'avait
pas l'air content. Je lui ai même dit : « Ce n'est pas de ma faute. » Il n'a pas
répondu. J'ai pensé alors que je n'aurais pas dû lui dire cela. En somme, je n'avais
pas à m'excuser. C'était plutôt à lui de me présenter ses condoléances. Mais il le
fera sans doute après-demain, quand il me ver-ra en deuil. Pour le moment, c'est
un peu comme si maman n'était pas morte. Après l'enterrement, au contraire, ce
sera une affaire classée et tout aura revêtu une allure plus officielle.
J'ai pris l'autobus à deux heures. Il faisait très chaud. J'ai mangé au
restaurant, chez Céleste, comme d'habitude. Ils avaient tous beau-coup de peine
pour moi et Céleste m'a dit : « On n'a qu'une mère. » Quand je suis parti, ils m'ont
accompagné à la porte. J'étais un peu étourdi parce qu'il a fallu que je monte chez
Emmanuel pour lui emprunter une cravate noire et un brassard. Il a perdu son
oncle, il y a quelques mois.
46
J'ai couru pour ne pas manquer le départ. Cette hâte, cette course, c'est à
cause de tout cela sans doute, ajouté aux cahots, à l'odeur d'essence, à la
réverbération de la route et du ciel, que je me suis assoupi. J'ai dormi pendant
presque tout le trajet. Et [11] quand je me suis réveillé, j'étais tassé contre un
militaire qui m'a souri et qui m'a demandé si je venais de loin. J'ai dit « oui » pour
n'avoir plus à parler.
L'asile est à deux kilomètres du village. J'ai fait le chemin à pied. J'ai voulu
voir maman tout de suite. Mais le concierge m'a dit qu'il fallait que je rencontre le
directeur. Comme il était occupé, j'ai attendu un peu. Pendant tout ce temps, le
concierge a parlé et ensuite, j'ai vu le directeur : il m'a reçu dans son bureau.
C'était un petit vieux, avec la Légion d'honneur. Il m'a regardé de ses yeux clairs.
Puis il m'a serré la main qu'il a gardée si longtemps que je ne savais trop comment
la retirer. Il a consulté un dossier et m'a dit : « Mme Meursault est entrée ici il y a
trois ans. Vous étiez son seul soutien. » J'ai cru qu'il me reprochait quelque chose
et j'ai commencé à lui expliquer. Mais il m'a interrompu : « Vous n'avez pas à
vous justifier, mon cher enfant. J'ai lu le dossier de votre mère. Vous ne pouviez
subvenir à ses besoins. Il lui fallait une garde. Vos salaires sont modestes. Et tout
compte fait, elle était plus heureuse ici. » J'ai dit : « Oui, monsieur le Directeur. »
Il a ajouté : « Vous savez, elle avait [12] des amis, des gens de son âge. Elle
pouvait partager avec eux des intérêts qui sont d'un autre temps. Vous êtes jeune
et elle devait s'ennuyer avec vous. »
C'était vrai. Quand elle était à la maison, maman passait son temps à me
suivre des yeux en silence. Dans les premiers jours où elle était à l'asile, elle
pleurait souvent. Mais c'était à cause de l'habitude. Au bout de quelques mois, elle
aurait pleuré si on l'avait retirée de l'asile. Toujours à cause de l'habitude. C'est un
peu pour cela que dans la der-nière année je n'y suis presque plus allé. Et aussi
parce que cela me prenait mon dimanche - sans compter l'effort pour aller à
l'autobus, prendre des tickets et faire deux heures de route.
Le directeur m'a encore parlé. Mais je ne l'écoutais presque plus. Puis il
m'a dit : « Je suppose que vous voulez voir votre mère. » Je me suis levé sans rien
dire et il m'a précédé vers la porte. Dans l'escalier, il m'a expliqué : « Nous l'avons
transportée dans notre petite morgue. Pour ne pas impressionner les autres.
Chaque fois qu'un pensionnaire meurt, les autres sont nerveux pendant deux ou
trois jours. Et ça rend le service difficile. » Nous avons traversé [13] une cour où
il y avait beaucoup de vieillards, bavardant par petits groupes. Ils se taisaient
quand nous passions. Et derrière nous, les conversations reprenaient. On aurait dit
d'un jacassement assourdi de perruches. À la porte d'un petit bâtiment, le directeur
m'a quitté : « Je vous laisse, monsieur Meursault. Je suis à votre disposition dans
mon bureau. En principe, l'enterrement est fixé à dix heures du matin. Nous avons
pensé que vous pourrez ainsi veiller la disparue. Un dernier mot : votre mère a,
paraît-il, exprimé souvent à ses compagnons le désir d'être enterrée
religieusement. J'ai pris sur moi, de faire le nécessaire. Mais je voulais vous en
informer. » Je l'ai remercié. Maman, sans être athée, n'avait jamais pensé de son
vivant à la religion. ……………..
47
(Sumber: Paris : Les Éditions Gallimard, 1942, 172 pp. NRF. Impression : 1950.)
Tahap Analysing:
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penerjemahan adalah
membaca berulang kali teks prosa (roman) hingga dapat dipahami dan
ditemukan makna secara keseluruhan. Kemudian, membaca kembali per
paragraf, untuk menemukan topik dan makna secara menyeluruh dalam satu
paragrah.
Selanjutnya menandai kosa-kosa kata, frase, uangkapan atau
struktur kalimat yang sulit untuk dipahami dan diterjemahkan. Kosa-kata
dari bahasa sumber bisa saja merupakan makna yang bersifat kultural.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam teks roman adalah penggunaan
kala, misalnya passé composé dan imparfait.
Langkah yang dilakukan adalah menemukan makna dari kosa kata
dalam konteks budaya Prancis. Begitu pun konteks kala yang digunakan
pada teks sumber menjadi perhatian penting bagi penerjemah, yang tentunya
diperlukan usaha untuk menemukan padanan kala (jika memungkinkan)
dalam bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia).
Contoh penggunaan kala dalam roman L’étranger:
- J'ai pris l'autobus à deux heures. Il faisait très chaud.
- J'ai mangé au restaurant, chez Céleste, comme d'habitude.
- Ils avaient tous beau-coup de peine pour moi et Céleste m'a dit : « On
n'a qu'une mère. »
- Quand je suis parti, ils m'ont accompagné à la porte.
- J'étais un peu étourdi parce qu'il a fallu que je monte chez Emmanuel
pour lui em-prunter une cravate noire et un brassard. Il a perdu son
oncle, il y a quelques mois.
Tahap Transferring:
Mahasiswa melakukan tahap transferring (mengalihkan) pesan dari BSu
ke dalam BSa. Untuk memudahkan mahasiswa mengalihkan pesan, mahasiswa
diminta untuk membagi paragraf menjadi beberapa kalimat, lalu mencoba
menerjemahkan dengan metode kata per kata.
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1 Aujourd'hui, maman est morte. Hari ini, ibu meninggal. Atau mungkin
Ou peut-être hier, je ne sais pas. kemarin. Saya tidak tahu. Saya
J'ai reçu un télégramme de l'asile menerima sebuah telegram dari panti
: « Mère décédée. Enterrement jompo, ”ibu meninggal. Dimakamkan
demain. Sentiments distingués. » besok. Turut berduka. Itu tidak ada
Cela ne veut rien dire. C'était berarti apa-apa. Mungkin kemarin.
peut-être hier.
2 L'asile de vieillards est à
Marengo, à quatre-vingts
kilomètres d'Alger. Je prendrai
l'autobus à deux heures et
j'arriverai dans l'après-midi.
Ainsi, je pourrai veiller et je
rentrerai demain soir.
3 J'ai demandé deux jours de
congé à mon patron et il ne
pouvait pas me les refuser avec
une excuse [10] pareille. Mais il
n'avait pas l'air content.
4 Je lui ai même dit : « Ce n'est
pas de ma faute. » Il n'a pas
répondu. J'ai pensé alors que je
n'aurais pas dû lui dire cela. En
49
BSu:
Aujourd'hui, maman est morte. Ou peut-être hier, je ne sais pas. J'ai
reçu un télégramme de l'asile : « Mère décédée. Enterrement demain.
Sentiments distingués. » Cela ne veut rien dire. C'était peut-être hier.
Transferring Restructuring:
51
BSu:
BSu:
Dst. .....
52
L'Homme et la mer
(Charles Baudelaire)
Homme libre, toujours tu chériras la mer!
La mer est ton miroir; tu contemples ton âme
Dans le déroulement infini de sa lame,
Et ton esprit n'est pas un gouffre moins amer.
Tu te plais à plonger au sein de ton image;
Tu l'embrasses des yeux et des bras, et ton coeur
Se distrait quelquefois de sa propre rumeur
Au bruit de cette plainte indomptable et sauvage.
Vous êtes tous les deux ténébreux et discrets:
Homme, nul n'a sondé le fond de tes abîmes;
Ô mer, nul ne connaît tes richesses intimes,
Tant vous êtes jaloux de garder vos secrets!
Et cependant voilà des siècles innombrables
Que vous vous combattez sans pitié ni remords,
Tellement vous aimez le carnage et la mort,
Ô lutteurs éternels, ô frères implacables!
(Sumber: http://fleursdumal.org/poem/113)
Tahap Analysing
Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penerjemahan adalah
membaca berulang kali teks puisi hingga dapat dipahami dan ditemukan makna
secara keseluruhan. Kemudian, membaca kembali per baris, untuk menemukan
topik dan makna secara menyeluruh dalam satu paragrah.
Selanjutnya menandai kosa-kosa kata, frase, uangkapan atau struktur
kalimat yang sulit untuk dipahami dan diterjemahkan. Kosa-kata dari bahasa
sumber bisa saja merupakan makna yang bersifat kultural. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan dalam teks puisi adalah penggunaan metafora, gaya bahasa,
bentuk rima, dan kala, misalnya passé composé dan imparfait.
Langkah yang dilakukan adalah menemukan makna dari kosa kata dalam
konteks budaya Prancis. Begitu pun konteks kala yang digunakan pada teks
sumber menjadi perhatian penting bagi penerjemah, yang tentunya diperlukan
usaha untuk menemukan padanan kala (jika memungkinkan) dalam bahasa
Sasaran (Bahasa Indonesia).
54
Qui laisse dans son vin traîner rambut panjangnya menyapu cawan
sa chevelure.
arak sundal dan lenguhan keras
Les griffes de l'amour, les berahi
poisons du tripot,
telah menodai kulitnya yg seputih
Tout glisse et tout s'émousse au pualam.
granit de sa peau.
Kegiatan Mahasiswa:
- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber secara keseluruhan tanpa
diminta untuk membuka kamus.
- Mahasiswa membaca teks bahasa sumber per kalimat (paragraf)
maksimal tiga kali.
- Mahasiswa menerjemahan teks per kalimat.
- Mahasiswa tidak diminta membuka kamus untuk setiap kata atau
istilah yang belum dimengerti. Berdasarkan arahan pengajar,
mahasiswa membuka kamus untuk kata atau istilah menjadi kata kunci
yang dapat memudahkan mahasiswa menginterpretasi makna teks
sumber.
- Mahasiswa menandai masalah kosa kata (istilah teknis) yang sulit
dipahami dan didiskusikan bersama.
56
Cakar cinta, racun perjudian arak sundal dan lenguhan keras berahi
Transferring Restructuring
BSu:
Elle marche en déesse et repose en sultane;
Elle a dans le plaisir la foi mahométane,
Et dans ses bras ouverts, que remplissent ses seins,
Elle appelle des yeux la race des humains.
Transferring Restructuring
Dst. .....
Deskripsi Materi Pembelajaran : Bab ini membahas teori dan praktik penerjemahan
untuk teks-teks iklan berbahasa Prancis
Pengantar
Iklan, secara etimologis berasal dari bahasa Arab ‘I’lan’ yang berarti
‘pemberitahuan’. Pemberitahuan dalam hal ini berarti pemberitahuan mengenai
barang atau jasa dari produsen kepada khalayak. Klepper (dalam Liliweri
1992: 17) menjelaskan bahwa advertising berasal dari bahasa Latin ad-vere
yang mempunyai arti ‘mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain’.
Pengertian iklan menurut Shadaly (1992: 137) adalah pesan yang
disampaikan perorangan, kelompok perusahaan, atau badan pemerintahan
dalam suatu harian, penerbitan berkala atau barang cetakan yang diedarkan
secara luas (seperti buku telepon, buku-buku pameran dan sebagainya) atas
dasar kontrak pembayaran.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik simpulan bahwa iklan adalah
suatu bentuk penyampaian pesan dari perorangan, kelompok, atau perusahaan
mengenai barang atau jasa, agar barang atau jasa tersebut dikenal, dipilih dan
akhirnya dibeli atau dipakai.
Strategi Penerjemahan Teks Iklan
Strategi penerjemahan adalah taktik yang digunakan dalam mengalihkan
makna dan pesan dari BSu ke BSa. Berdasarkan penulis dalam menerjemahkan,
misalnya teks-teks berita, iklan, dan buku, setiap teks sumber memeiliki kasus
atau masalah tersendiri dalam mengalihkan makna dan pesannya. Semuanya itu
59
bergantung pada konteks informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, strategi
diperlukan dalam menerjemahkan teks-teks dalam berbagai bidang.
Menurut Suryawinata (2000: 67-76), terdapat 2 strategi penerjemahan
yang dapat diterapkan oleh penerjemah. Strategi tersebut adalah strategi
struktural, yaitu strategu penerjemahan yang melihat aspek struktur kebahasaan
dan strategi semantic, yaitu penerjemahan yang melihat aspek makna.
Strategi struktural
a. Penambahan
Yang dimaksud penambahan adalah menambah kata-kata di dalam BSa
karena penyesuaian dengan struktur BSa. Penambahan jenis ini bukan berarti
merubah makna, namun suatu proses penyesuaian dengan struktur B.Su. Misalnya
pesan iklan Susu Danao produksi Danone dan Delice: ‘Le meilleur du lait et des
fruits’.
60
Sumber:
http://www.prosdelacom.com/news/le-meilleur-du-lait-et-des-
fruits#.U92n0GNXfTg
‘Le meilleur du lait et des fruits’ diterjemahkan secara kata per kata
menjadi ‘susu terbaik dan buah-buahan’. Namun, pesannya kurang jelas. Padahal,
pesan yang akan disampaikan dari iklan produk adalah susu terbaik yang
dipadukan dengan buah. Alternative penerjemahan tagline iklan tersebut adalah
‘perpaduan susu terbaik dan buah’.
b. Pengurangan
Pengurangan berarti pengilangan elemen structural di dalam BSa karena
harus disesuaikan dengan struktur BSa. Strategi penerjemahan pengurangan
merupakan suatu keharusan dilakukan demi memenuhi kaidah-kaidah yang
berlaku pada BSa.
61
Sumber:
http://lareclame.fr/leclerc+blonde+supermarche
Misalnya pada pesan iklan susu merek BIO: ‘BIO et seulement 1,02 €’
diterjemahkan menjadi: ‘BIO hanya 1,02 eureo. Jadi, kata sambung ‘et’ (dan)
dihilangkan.
c. Transposisi
Transposisi merupakan strategi penerjemahan yang dilakukan apabila
sudah menjadi keharusan. Artinya, tanpa transposisi makna BSu tidak dapat
tersampiakan. Misalnya menyangkut penggunaan gaya bahasa, peribahasa, dan
idiom dalam teks iklan berbahasa asing (Prancis). Dengan strategi ini, penerjemah
mengubah struktur asli BSu ke dalam kalimay BSa untuk mencapai efek sepadan.
Transposisi dilakukan jika terdapat perbedaan antara struktur BSu dan BSa yang
wajar. Transposisi dapat terjadi misalnya pengubahan bentuk jamak ke tunggal,
posisi kata sifat, perbuahan jenis kata hingga perubahan struktur kalimat secara
keseluruhan.
62
Sumber:
http://www.rlf.fr/actualites/le-lait-c-est-trop-puissant:F9LWMANN.html
Misalnya tagline iklan susu di atas: ‘le lait c’est trop puissant! Penerjemahan
secara harafiah berbunyi: ‘susu, itu terlalu kuat’. Dengan strategi transposisi,
tagline itu dapat diterjemahkan menjadi: ‘Susu ini sungguh mujarab’, ‘Susu ini,
betul-betul bertenaga’.
B. Strategi semantic
a. Pungutan
Pungutan atau trasferensi adalah istilah yang digunakan Newmark sebagai
strategi penerjemahan dengan memungut (menyerap) kata atau istilah dari BSu ke
dalam BSa. Langkah ini dilakukan karena belum ditemukakan padanan dalam
BSa. Misalnya kata ‘le menu’ diserap menjadi ‘menu’.
b. padanan budaya
Padanan budaya dilakukan bila terdapat penggunaan kata atau istilah khas
dalam BSa untuk menggantikan kata khas dalam BSu. Newmark (1988)
menjelaskan dengan strategi ini penerjemah mengganti kata budaya dalam BSu
yang sepadan dalam BSa.
c. Penambahan
Dari segi semantik penambahan dilakukan dengan tujuan atau
pertimbangan kejelasan makna. Di sini penerjemah memasukkan informasi
tambahan dalam teks terjemahan untuk memperjelas kepada pembacu pesan yang
disampaikan.
63
e. Penghapusan
Penghapusan berarti penghilangan
kata atau bagian teks BSu dalam teks BSa.
Maksud penghapusan ini adalah kata atau
bagian teks BSu tidak begitu penting bagi
keseluruhan teks BSa untuk memberikan
kejelasan makna dan pesan dari teks BSu.
f. modulasi
Modulasi merupakan salah satu
strategi penerjemahan dengan cara
mengganti sudut pandang atau cara berpikir.
Di sini penerjemah memandang pesan dari
BSu diubah dengan sudut pandang atau cara berpikir yang berbeda (Newmark,
1988: 88). Misalnya: kata le cuillère à café (sendok kopi) diubah sudat
pandangnya menjadi: ‘sendok teh’, yang sesuai dengan konteks budaya BSa
(Bahasa Indonesia).
Sumber: http://www.dailymotion.com/video/xic559_publicite-cafe-san-marco-
1997_webcam
Tagline kopi merek Sun Marco berbunyi ’Le Chef d’oevre du Cafe Italien’
dengan terjemahan kata perkata : ’karya yang luar biasa cafe orang Italia’. Tagline
64
iklan tersebut dapat diubah sudut menjadi: ’San Marco, ahlinya kopi Italia’ atau
’San Marco, maha karya kopi Italia’.
Beberapa contoh teks iklan BSu (Prancis)
Iklan kopi Nescafé
Sumber:
http://www.google.fr/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.nicolascallot.com%
2Fimages%2Fnescafe.jpg
65
PERTEMUAN KE-12
PENERJEMAHAN IPTEK
atau ranks: terikat pada tataran, kata demi kata, harfiah dan bebas (rank bound and
word for word, literal and free). Lihat pendapat Catford dengan detail…
Lain halnya dengan Larson (1984: 15-16) yang memilah terjemahan
berasas pada bentuk dari terjemahan berasas makna. Larson menyebut terjemahan
berasas bentuk dengan istilah terjemahan harfiah, dan terjemahan berasas makna
dengan istilah terjemahan idiomatis. Terjemahan harfiah, yang dikatagorikan
sebagai terjemahan linier, berguna untuk mempelajari BSu, tapi kurang membantu
penutur BPa yang tertarik pada makna teks BSu. Sementara yang menjadi inti
dalam penerjemahan idiomatis adalah untuk menghasilkan makna BSu (yakni
maksud yang dikehendaki penulis asli) dalam bentuk BSa yang alamiah/ wajar.
Penerjemahan ini menggunakan bentuk-bentuk BSa yang wajar, baik dalam
konstruksi gramatis maupunn dalam pilihan kata. Oleh karena itu, terjemahan
yang benar-benar idiomatis terlihat seperti bukan suatu terjemahan, dia nampak
seperti buah karya tulisan BSa asli.
Newmark (1988: 45-47) mengajukan metode terjemahan berasas
penekanan penggunaan bahasa, baik BSu maupun BSa. Newmark
mengklasifikasikan metode ini ke dalam 8 (delapan) macam, diantaranya:
penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia,
penerjemahan semantis, adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatis,
dan penerjemahan komunikatif.
Dari paparan para ahli yang dikutip di atas, terlihat jelas bahwa metode
penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark lebih tepat diterapkan dalam
penerjemahan bidang ipteks, misalnya metode penerjemahan komunikatif dan
adaptasi.
Menurut Newmark (1988:47), penerjemahan komunikatif
(communicative translation) berupaya untuk menerjemahkan makna kontekstual
dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaanmaupun aspek isinya, agar dapat diterima
dan dimengerti oleh pembaca. metode ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu sasaran pembaca dan tujuan penerjemahan. Penerjemahan
komunikatif pada dasarnya menekankan pengalihan pesan. Metode ini sangat
memperhatikan pembaca atau pendengar Bsa yang tidak mengharapkan adanya
67
Thales,
BE Aerospace et BMW Design Work présentent un concept de siège
faisant la part belle aux équipements électroniques.
Pour l’ouverture de Aircraft Interiors Expo 2014 qui se tient à
Hambourg,Thales dévoile un concept de siège innovant baptisé Immersive
Business Class Seat. C’est le résultat d’une collaboration avec BE
Aerospace etBMW Design Works. Ce concept a été nominé dans la
catégorie Premium Class & VIP des 2014 Crystal Cabin Awards.
Pertemuan ke 13 dan 14
Penerjemahan Komik
Definisi Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.Will Eisnermendefisikan komik
sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan untuk menceritakan
sesuatu atau mendramatisasi suatu ide (http://id.wikipedia.org/wiki/Komik).
Di dalam komik terdapat kumpulanpanel-panel yang berisi gambar.
Gambar dalampanelpanel tersebut disertai dengan balon kata-kata yang
menyatakan ucapan tokoh, dialog atau atau memperjelas isi cerita.
Cerita komik tidak hanya diterbitkan dalam bentuk buku, tetapi juga dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam surat kabar, majalah,
dan tabloid.
73
Sumber: http://www.petitnicolas.com/newsletter/preview.php?numero=7
Seperti hal karya sastra, komik sebagai salah bentuk karya seni, memilik
unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah tema,
penokohan, latar, alur, sudut pandang penokohan, panel-panel dan balon yang
berisi ucapan, dialog tokoh dan penjelasan pencerita (pengarang). Besar kecilnya
ukuran balon begantung pada panjang atau pendeknya ucapan tokoh.
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang mendasari cerita komik
yang dibuat oleh pengarang. Contoh tema komik yaitu tentang harta karung yang
jadi diperebutan para tokoh. Alur atau plot adalah jalan cerita yang memuat
peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis dan sebab akibat. Di dalam
alur, terdapat urutan bagian-bagian cerita dalam keseluruhan fiksi. Perpaduan
unsur-unsur yang membangun cerita membentuk kerangka utama cerita.
Selanjutnya, latar (setting)adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta
suasanaterjadinya peristiwa.
Penokohan adalah gambaran tokoh-tokoh dalam cerita yang disampaikan
melalui dialog dan monolog. Inilah yang mencirikan komik sebagai karya seni,
yaitu perpaduan antara gambar diam dan ucapan/dialog para tokoh. Sudut
pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam menempatkan dirinya
dalam cerita. Dengan sudut pandang, pengarang dapat memposisikan dirinya
74
sebagai tokoh utama, tokoh sampingan, dan sebagai pengamat yang berada di luar
cerita. Dan Latar (setting) gambaran tempat kejadian dan waktu berlangsunya
suatu peristiwa. Latar juga menunjukkan situasi (backgroud) secara keseluruhan
tempat di suatu panel.
Teknik Penerjemahan Komik
Penerjemahan tidak sekadar mengalihkan pesan ke dalam Bsa. Namun,
juga diperlukan teknik menerjemahkan agar hasil terjemahannya komunikatif
dengan pembaca. Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk
mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa
maupun kalimat dengan mengacu pada kaidah atau sturkutr bahasa sasaran
(Indonesia), bukan struktur bahasa sumber (Prancis).
Dalam hal kaitannya dengan penerjemahan komik, yang perlu diperhatikan
adalah ukuran balon yang menentukan jumlah karakter di dalamnya, yang
menggambarkan percakapan atau dialog tokoh. Jadi, penerjemahan komik
sebaiknya didasarkan pada jumlah karakter percakapan tokoh dalam balon.
Misalnya ada 30 karakter, sebaiknya di dalam terjemahannya juga terdapat 30
karakter. Sebaiknya tidak melebihi dari jumlah karakter tersebut. Misalnya pada
gambar komik di bawah, ukuran balon bervariasi, sesuai dengan jumlah karakter
percakapan tokoh. Balon pertama, seorang ibu berkata kepada bayinya, “Voilà,
voilà!”, terdiri atas 13 karakter. Karakter dalam balon komik mencakup hurup,
spasi dan tanda baca.
75
Sumber: http://claravince.eklablog.com/la-bande-dessinee-a59312279
Selain itu, juga terdapat variasi bentuk balon, yang menandakan maksud
percakapan tokoh.
76
Sumber: http://claravince.eklablog.com/la-bande-dessinee-a59312279
77
Oblique translation
Daftar Pustaka
Buku
Bathgate, Ronald H., Dr. 1981. A Survey of Translation Theory (dimuat dalam
http://books.google.co.id/books?id=-IhkUNX3gzIC&pg=
PA41&lpg=PA41&dq=A+Survey+of+Translation+Theory+(1981)
Larson, D.N., & Smalley, W.A. (1972). Becoming bilingual. A guide to language
learning. New Canaan, CT: Practical Anthropology.
Luxemburg, J.V. et all. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
Nida, E.A. dan Charles R., Taber. 1967. The Theory and Practice of Translation.
Leiden: Brill, Nothofer B.
Worton, Michael & Judith Still. 1990. Intertextuality and Practices. New York:
Manchester University Press.
Situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi
http://fleursdumal.org/poem/184
http://fleursdumal.org/poem/113
http://fr.wikipedia.org/wiki/Charles_Baudelaire
http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Perancis