Anda di halaman 1dari 9

WARTAZOA Vol. 20 No. 4 Th.

2010

KEBUTUHAN GIZI TERNAK UNGGAS DI INDONESIA

PIUS P. KETAREN

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

(Makalah Terima 21 Agustus 2010 – Revisi 10 Desember 2010)

ABSTRAK

Tiga pilar utama usaha peternakan adalah: (1) bibit, (2) manajemen, dan (3) pakan ternak. Pakan ternak merupakan pangsa
biaya terbesar dalam usaha peternakan unggas. Oleh karena itu, pakan harus dicampur dari berbagai bahan pakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi ternak unggas. Rekomendasi kebutuhan gizi ternak unggas dari berbagai jenis, bangsa, umur, tingkat
produksi dan jenis kelamin sangat dibutuhkan dalam menyusun formula pakan komplit ternak unggas. Daftar kebutuhan gizi
ternak unggas yang utama yaitu protein, asam amino, energi, kalsium (Ca), dan fosfor (P) perlu dipublikasikan secara luas agar
dapat dipergunakan oleh para peternak unggas. Makalah ini menampilkan rekomendasi kebutuhan gizi dan kandungan gizi pakan
komersial ternak ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam kampung, itik petelur, dan kebutuhan gizi burung puyuh. Dengan
demikian, diharapkan para peternak unggas dapat menggunakan daftar kebutuhan gizi tersebut dalam menyusun formula pakan
ternak yang mereka usahakan untuk mencapai produktivitas dan efisiensi usaha unggas yang optimal.
Kata kunci: Gizi, kebutuhan, unggas

ABSTRACT

NUTRIENT REQUIREMENTS OF POULTRY IN INDONESIA

Breed, management, and feed are three main factors that significantly determine productivity and efficiency level of a
poultry farm. Feed is recorded to be the highest production cost compared to the cost of chicks/breed and management.
Therefore, the diet needs to be formulated from a number of feed ingredients to obtain a complete feed that meets the nutrient
requirements of particular bird. Information of nutrient requirements of poultry from various species, breed, age, production
level, and sex are primarily important in the poultry diet formulation. The requirements of major nutrients such as protein, amino
acids, energy, calcium (Ca), and phosphorus (P) need to be published widely and, hence, to be used by poultry farmers. This
paper covers recommendation on nutrient requirements and nutrient content of commercial feed for meat-type chickens, egg-type
chickens, indigenous chickens, egg-type ducks, and quails. This information can be used by farmers in the diet formulation to
meet the nutrient requirements of poultry in order to achieve the highest possible production and efficiency of poultry farms.
Key words: Nutrient, requirement, poultry

PENDAHULUAN sisi kaki kiri segitiga tersebut adalah pilar ketiga


peternakan yaitu: Pakan. Ternak unggas harus diberi
Rahasia sukses beternak unggas yaitu dengan pakan sesuai kebutuhan, mengandung gizi sesuai
membangun segi tiga peternakan sama sisi yang rekomendasi, pakan tidak tengik, tidak berjamur, bebas
sempurna. Sisi alas segi tiga tersebut merupakan faktor dari benda asing seperti plastik, besi, kaca atau
pertama pilar peternakan yaitu: Bibit. Bibit unggas sejenisnya yang tidak berguna bagi ternak unggas. Jika
harus dipilih dari bibit yang baik, bibit yang jelas ketiga pilar peternakan di atas dijadikan sebagai sisi-
mutunya, bibit yang tinggi produktivitasnya. Setelah sisi segitiga sama sisi, maka akan terbentuk segitiga
memperoleh bibit yang baik maka bibit unggas tersebut sama sisi yang sempurna seperti pada Gambar 1.
harus dipelihara dengan baik. Dengan demikian, sisi Segitiga yang sempurna adalah segitiga yang semua
kaki kanan segi tiga tersebut adalah faktor kedua pilar sudutnya tertutup rapih. Segitiga yang sempurna adalah
peternakan yaitu: Manajemen. Peternakan unggas usaha peternakan unggas yang memiliki bibit unggas
harus dikelola dengan baik, disediakan kandang yang yang unggul, menerapkan manajemen yang baik dan
baik, lantai yang kering, tempat pakan dan air minum nyaman buat unggas dan pemiliknya serta memberi
yang memadai, terhindar dari hujan, binatang liar, pakan unggas yang bermutu baik, bersih dan cukup
suara bising, dan terhindar dari tiupan angin langsung. jumlahnya sehingga unggas mampu berproduksi
Bibit unggas yang unggul dan dipelihara di dalam optimal dan efisien.
kandang yang nyaman, tidak akan berproduksi tinggi Pakan merupakan porsi biaya terbesar (70%)
jika tidak diberi pakan dengan baik. Oleh karena itu, dalam usaha peternakan unggas. Pakan yang baik

172
PIUS P. KETAREN: Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia

Pakan Manajemen

Bibit

Gambar 1. Segi tiga peternakan yang sempurna dengan tiga sisi yaitu bibit, manajemen dan pakan

adalah, pakan yang mengandung gizi yang dibutuhkan bulu. Unggas yang tidak diberi makan protein akan
oleh ternak unggas sesuai dengan jenis dan bangsa tetap kecil dan tumbuh lambat atau tidak bisa
unggas, umur, bobot badan, jenis kelamin, dan fase bertambah besar. Disamping itu, protein juga
produksi. Informasi kebutuhan gizi ternak unggas dibutuhkan untuk produksi telur dan produksi sperma
sangat dibutuhkan dalam upaya formulasi pakan unggas jantan. Dengan demikian unggas yang tidak
komplit yang memenuhi standar kebutuhan gizi ternak diberi protein akan tumbuh lambat, produksi telur
unggas. Pakan yang baik berasal dari campuran bahan sedikit, jarang mau kawin, daya tunas dan daya tetas
pakan yang baik, mengandung gizi yang dibutuhkan juga rendah, dan akan menghasilkan anak sedikit dan
unggas, bersih, tidak jamuran, tidak basi, relatif murah, kurang bermutu.
dan unggas senang memakannya (palatable). Protein yang dimakan oleh ternak unggas akan
dicerna dengan bantuan enzim menjadi berbagai asam
amino yang dibutuhkan oleh unggas. Asam amino yang
JENIS GIZI DALAM PAKAN UNGGAS sering kurang dalam campuran pakan unggas adalah
asam amino metionin dan lisin (kadang-kadang asam
Ternak unggas dapat tumbuh cepat dan besar, amino treonin). Kebutuhan protein dan asam amino
bertelur dan menghasilkan anak yang banyak dan sehat untuk unggas sering dibuat dalam persen (%) atau
membutuhkan pakan yang mengandung 6 macam gizi g/ekor/hari.
yaitu: Sumber protein adalah: tepung ikan, tepung
1. Protein. Protein adalah polimer dari asam udang, tepung daging dan tulang, tepung daging
amino yang terdiri dari satu atau dua rantai polipeptida. unggas, tepung darah, bungkil kedelai, kedelai masak,
Ditemukan sebanyak 22 jenis asam amino di dalam bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, daging keong,
daging unggas sehingga untuk pertumbuhan dan corn gluten meal, rapeseed meal, canola meal, dan
produksi yang baik, ke-22 jenis asam amino tersebut dried distilled grains and solubles (LEESON dan
harus tersedia (NRC, 1994; SCOTT et al., 1982). Dari SUMMERS, 1991; NORTH, 1984).
22 asam amino tersebut, 12 jenis tidak dapat disintesis 2. Karbohidrat. Karbohidrat merupakan bagian
di dalam tubuh unggas sehingga harus disediakan di terbesar (40 – 70%) dari pakan ternak (CARRE, 2002).
dalam pakan. Asam amino tersebut dikelompokkan Karbohidrat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
menjadi asam amino esensial. Sisanya dapat disintesis karbohidrat yang tidak dapat dicerna unggas terutama
oleh unggas dan dikelompokkan menjadi asam amino serat: selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Karbohidrat
non-esensial. Protein dalam pakan yang dikonsumsi yang dapat dicerna unggas yaitu polisakarida-pati,
unggas akan dicerna oleh pepsin di dalam disakarida dan monosakarida. Karbohidrat yang dapat
proventriculus dan gizzard, dan enzim proteolitik dicerna unggas akan dihidrolisis enzim amilase, dan
(tripsin dan chimotripsin) di dalam usus halus yang glukosidase menjadi glukosa yang dapat diserap dari
menghasilkan peptida dan asam amino. Peptida dan saluran pencernaan unggas sebagai sumber utama
asam amino tersebut akan diserap oleh sel mukosa usus energi ternak unggas. Pati dibutuhkan oleh unggas
halus unggas (SCOTT et al., 1982). Asam amino di sebagai sumber energi utama (SCOTT et al., 1982).
dalam protein dibutuhkan ternak unggas untuk Energi adalah gizi yang dibutuhkan unggas untuk
pembentukan sel, mengganti sel mati, membentuk hidup, berdiri, berjalan, makan, tidur, kawin dan untuk
jaringan tubuh seperti daging, kulit, telur, embrio dan setiap kegiatan aktivitas unggas. Selain dari

173
WARTAZOA Vol. 20 No. 4 Th. 2010

karbohidrat, energi juga dapat diperoleh dari lemak terdapat di dalam bahan pakan dan sebagian lagi
atau minyak. Jika energi dari karbohidrat dan lemak diproduksi oleh mikroorganisme dalam tubuh unggas
pakan masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan seperti vitamin K. Unggas yang tidak makan cukup
unggas maka protein dalam makanan dapat dijadikan vitamin tidak dapat tumbuh normal, mata dan tulang
sebagai sumber energi walaupun tidak efisien karena terganggu (SCOTT et al., 1982; NRC, 1994).
protein sebaiknya digunakan sebagai sumber asam Sumber vitamin: sebagian besar bahan pakan,
amino untuk pembentukan sel dan jaringan tubuh. minyak tanaman, lemak hewan, daun-daunan seperti
Kebutuhan energi untuk unggas dinyatakan dalam kilo tepung alfalfa (NORTH, 1984), daun lamtoro, daun
kalori energi metabolis/kg pakan (kkal EM/kg) atau gamal, daun kaliandra, dan premix campuran vitamin
dapat dihitung menjadi kilo kalori/ekor/hari. dan mineral) yang dapat dibeli di toko pakan ternak.
Sumber karbohidrat: jagung, sorgum, gandum, 5. Mineral. Mineral dapat dibagi ke dalam dua
menir, ubi kayu, ubi jalar, dedak, polar, sagu dan kelompok yaitu mineral makro dan mikro. Mineral
molases (LEESON dan SUMMERS, 1991; NORTH, 1984). makro yang dibutuhkan dalam jumlah relatif lebih
3. Lemak dan minyak. Lemak menjadi beku banyak dari mineral lain adalah kalsium (Ca) dan
dan minyak cair pada suhu ruangan. Secara umum fosfor (P) untuk pembentukan tulang; natrium (Na),
lemak diartikan dari minyak hewan seperti minyak kalium (K), magnesium (Mg), dan klorida (Cl) yang
sapi, dan minyak berasal dari minyak tanaman seperti dibutuhkan untuk keseimbangan asam-basa dalam
minyak kelapa, minyak kedelai, minyak jagung, dan proses osmosis tubuh. Mineral mikro adalah Cu, I, Mn,
minyak kelapa sawit (juga minyak ikan bukan lemak Se, dan Zn (dan Co yang dapat diperoleh dari vitamin
ikan). Lemak dan minyak yang dikonsumsi unggas B12) (NRC, 1994). Secara umum, mineral adalah gizi
akan dipecah oleh enzim lipase ke dalam asam lemak. yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi
Lemak dibutuhkan untuk produksi telur, lapisan lemak perannya sangat penting untuk pertumbuhan tulang,
diantara daging dan sebagai sumber energi kebutuhan pembentukan kerabang telur, keseimbangan dalam sel
aktivitas unggas (NORTH, 1984). Unggas mengandung tubuh, membantu pencernaan dan sistem transportasi
lemak di bawah kulit dan di sekitar rongga perut. gizi dalam tubuh, fertilitas dan daya tetas telur. Bahan
Lemak tersebut dapat dibentuk unggas dalam tubuhnya pakan yang mengandung mineral akan dicerna di
dengan memakan pakan yang mengandung lemak atau dalam saluran pencernaan unggas menjadi ion mineral
karbohidrat. Akan tetapi daging unggas yang yang dapat diserap ke dalam tubuh unggas. Unggas
mengandung lemak terlalu banyak, kurang disukai yang kekurangan mineral akan tumbuh tidak normal,
karena porsi dagingnya tentu akan berkurang. Unggas tidak sehat dan tulang jadi keropos. Akan tetapi, secara
yang tidak makan lemak akan cukup terganggu umum mineral yang penting dihitung di dalam pakan
pertumbuhannya, dapat menurunkan ukuran/besar telur adalah kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral
dan menurunkan reproduksi pejantan. lain pada umumnya dipenuhi dari bahan pakan lain
Pakan yang mengandung lemak/minyak akan atau dapat ditambahkan dalam bentuk campuran
dicerna di dalam saluran pencernaan unggas menjadi berbagai mineral (premix). Kebutuhan Ca dan P untuk
asam-asam lemak seperti asam lemak linoleat, linolenat unggas dinyatakan dalam satuan persen (%)/kg pakan
termasuk Omega 3 (EPA dan DHA) yang juga yang kemudian dapat dihitung menjadi mg/g/ekor/hari.
dibutuhkan manusia (SCOTT et al., 1982). Kebutuhan Sumber mineral: Tepung ikan, tepung daging dan
lemak untuk unggas sering dinyatakan dalam bentuk tulang, tepung udang, tepung tulang misalnya tulang
persen (%)/kg pakan dan dapat dihitung menjadi sapi yang dibakar, kulit keong, kulit kerang, kapur dan
g/ekor/hari. dikalsium fosfat (NRC, 1994; NORTH, 1984).
Sumber lemak utama: minyak sawit, minyak 6. Air. Air tergolong ke dalam gizi yang sangat
kelapa, minyak kedelai, minyak jagung, minyak ikan, esensial untuk unggas. Unggas tidak akan tumbuh dan
dan lemak hewan seperti tetelan dari rumah potong akan mati dalam beberapa hari jika tidak diberi air
hewan (LEESON dan SUMMERS, 1991; NORTH, 1984). minum. Unggas dapat bertahan hidup jika diberi pakan
4. Vitamin. Terdapat 13 vitamin yang basah yang mengandung banyak air atau diberi pakan
dibutuhkan oleh unggas (NORTH, 1984). Vitamin kering dan sekaligus air minum. Kebutuhan air untuk
dibutuhkan oleh unggas untuk menjaga kesehatan unggas = dua sampai tujuh kali berat pakan yang
secara umum, kesehatan mata dan untuk membantu dimakannya dalam bentuk kering (NORTH, 1984). Air
pembekuan darah, untuk kesehatan otot, fertilitas dan adalah kebutuhan utama mahluk hidup termasuk ternak
daya tetas telur, untuk proses metabolisme dan unggas (NRC, 1994). Sekitar 70% bobot tubuh adalah
pembentukan tulang. Vitamin dapat dibagi menjadi 2 air (LEESON dan SUMMERS, 1991). Oleh karena itu, air
kelompok yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak yang cukup harus disediakan dalam jumlah yang
yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K, memadai setiap hari. Air yang sejuk dan tawar lebih
dan (2) vitamin larut dalam air yaitu vitamin B disukai daripada air yang hangat dan mengandung
kompleks, dan vitamin C. Vitamin-vitamin tersebut garam.

174
PIUS P. KETAREN: Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia

Sumber air: mata air, air dari pegunungan yang tersebut. Kebutuhan protein dan asam amino dalam
bersih, air dari sumur, air dari perusahaan air minum, artikel ini adalah kebutuhan protein kasar dan asam
dan air hujan yang ditampung dan disimpan dalam amino total. Kebutuhan asam amino tercerna lebih
drum atau ember dan bak. rendah yaitu sekitar 90 – 92% dari kebutuhan asam
amino total (PARSONS, 2002).
Dengan tersedianya kebutuhan gizi ternak unggas
KEBUTUHAN GIZI TERNAK UNGGAS ini, diharapkan para peternak dapat menyusun formula
pakan yang memenuhi kandungan gizi pakan sesuai
Kebutuhan gizi unggas berbeda sesuai dengan rekomendasi untuk memperoleh produktivitas dan
jenis unggas, bangsa, umur, fase produksi, dan jenis efisiensi produksi ternak yang tinggi.
kelamin. Kebutuhan gizi tersebut mencakup protein,
asam amino, energi, Ca, dan P serta kadang-kadang
dicantumkan untuk tingkat konsumsi pakan/ekor/hari. Kebutuhan gizi ayam ras pedaging
Bahkan dalam literatur dapat ditemukan estimasi
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan serta Kebutuhan gizi ayam ras pedaging (ayam broiler)
efisiensi penggunaan pakan untuk unggas yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok umur
diekspresikan ke dalam Feed Conversion Ratio (FCR). yaitu: umur 0 – 3 minggu (starter), dan 3 – 6 minggu
Kebutuhan vitamin dan mineral lainnya umumnya (finisher). Jenis kebutuhan gizi ayam pedaging hanya
sudah terpenuhi dengan mencampurkan premix dibatasi pada yang paling penting saja yaitu: protein,
(campuran berbagai vitamin dan mineral) ke dalam energi, asam amino lisin, metionin, dan asam amino
campuran pakan. Berkenaan dengan hal tersebut maka metionin + sistin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) tersedia
makalah ini berusaha menyajikan informasi tentang atau P total (Tabel 1). Kebutuhan protein untuk ayam
kebutuhan gizi untuk seluruh unggas yaitu: ayam ras pedaging umur 0 – 3 minggu adalah 23% dengan
pedaging, ayam ras petelur, ayam buras, itik petelur, minimum 19% dan turun menjadi 20% dengan anjuran
itik pedaging dan burung puyuh. Kebutuhan gizi minimum 18% pada ayam pedaging yang berumur 3 –
tersebut dirangkum dari literatur dalam negeri maupun 6 minggu. Kebutuhan gizi lainnya seperti lisin,
luar negeri terutama dari National Research Council metionin, metionin + sistin, Ca dan P juga menurun
(NRC, 1994) dan Standar Nasional Indonesia (SNI, seperti kebutuhan protein yaitu menurun sesuai dengan
2008). Nilai rekomendasi SNI (2008) dicantumkan di bertambahnya umur ayam pedaging. Seperti telah
dalam kurung baik sebagai nilai minimum, maksimum disebutkan sebelumnya, terdapat 12 asam amino
maupun kisaran angka panduan kebutuhan gizi ternak esensial untuk unggas, akan tetapi pada umumnya
unggas. Panduan maksimum khusus dibubuhkan untuk hanya asam amino metionin dan lisin saja yang kurang
kadar air pakan yaitu 14% (kurang dari 14%) untuk terutama jika menggunakan formula utama jagung-
menjamin kesegaran pakan terutama untuk bungkil kedelai (NRC, 1994). Oleh karena itu, hanya
menghindari pertumbuhan jamur. Ini berarti bahwa kebutuhan asam amino metionin, metionin-sistin dan
semakin sedikit kadar air pakan akan semakin baik; lisin saja yang dicantumkan dalam artikel ini.
misal kadar air 10% lebih tahan disimpan dibandingkan Kebutuhan metionin-sistin juga dicantumkan untuk
dengan kadar air di atas 14%. Nilai minimum menghindari dirubahnya metionin menjadi sistin pada
rekomendasi SNI (2008) dimaksudkan untuk berhati- pakan yang defisiensi asam amino sistin dan
hati dalam menyusun formula pakan; kandungan gizi menyebabkan ternak unggas bahkan menjadi defisiensi
pakan tersebut sebaiknya lebih dari nilai minimum atau metionin (NRC, 1994). Pada formula pakan tertentu,
setidaknya sama. Nilai minimum tersebut tertera untuk asam amino treonin, triptofan dan asam amino arginin
kebutuhan gizi protein, energi, asam amino lisin, juga defisien. Kebutuhan energi sama untuk semua
metionin, dan metionin + sistin. KETAREN (2007) umur yaitu 3200 kkal EM/kg pakan dengan kandungan
melaporkan bahwa kandungan protein pakan itik energi minimum 2900 kakl EM/kg.
petelur dapat diturunkan 15% dari rekomendasi, Sebagian P dalam bahan pakan tidak tersedia
asalkan kandungan asam amino lisin, metionin dan karena terikat di dalam asam fitat. Ketersediaan P
triptofan sesuai dengan nilai rekomendasi. Disamping dalam bahan pakan asal hewan (75 – 110%, NORTH,
itu, kecernaan gizi dalam setiap bahan pakan juga 1984; NRC 1994) lebih tinggi dibandingkan dengan
berbeda-beda sesuai bahannya sehingga ketersediaan ketersediaan P (12 – 50%, POINTILLART, 1988; NRC
gizi untuk diserap dan dimanfaatkan tubuh juga 1994; CROMWELL, 1989). Oleh karena itu, kebutuhan P
berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Oleh karena itu, kadang-kadang dicantumkan dalam dua nilai yaitu
kebutuhan gizi ternak sering ditetapkan nilainya kebutuhan P total, dan kebutuhan P tersedia.
termasuk nilai safety margin untuk mengantisipasi
perbedaan kecernaan gizi pada berbagai bahan pakan

175
WARTAZOA Vol. 20 No. 4 Th. 2010

Tabel 1. Kebutuhan gizi ayam ras pedaging*

Gizi Starter (0 – 3 minggu) Finisher (3 – 6 minggu)


Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,0) 10,00 (maks. 14,0)
Protein (%) 23 (min. 19,0) 20 (min. 18,0)
Energi (Kkal EM/kg) 3200 (min. 2900) 3200 (min. 2900)
Lisin (%) 1,10 (min. 1,10) 1,00 (min. 0,90)
Metionin (%) 0,50 (min. 0,40) 0,38 (min. 0,30)
Metionin + sistin (%) 0,90 (min. 0,60) 0,72 (min. 0,50)
Ca (%) 1,00 (0,90 – 1,20) 0,90 (0,90 – 1,20)
P tersedia (%) 0,45 (min. 0,40) 0,35 (min. 0,40)
P total (perkiraan, %) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)

*Sumber: NRC (1994); ( ) SNI (2008)

Kebutuhan protein dan asam amino unggas Kebutuhan gizi ayam ras petelur
menurut SNI untuk ayam pedaging selalu lebih rendah
dibandingkan dengan NRC (1994). Kemungkinan hal Kebutuhan gizi ayam ras petelur dikelompokkan
ini terjadi karena SNI mencantumkan kebutuhan ke dalam empat kelompok umur yaitu: 0 – 6 minggu
minimum yang berarti dapat saja lebih dari nilai (starter), 6 – 12 minggu (grower), 12 – 18 minggu
kebutuhan gizi tersebut atau sama dengan nilai anjuran (developer), dan > 18 minggu (layer) (Tabel 2).
NRC (1994). Akan tetapi, yang paling penting Kadang-kadang kebutuhan gizi untuk ayam petelur
dipertimbangkan adalah tingkat konsumsi gizi dalam yang sudah berproduksi dibagi lagi menjadi dua fase
satuan berat/ekor/hari, bukan konsentrasi gizi seperti % yaitu fase 1 (awal) dan fase 2 (akhir). Seperti pada
atau g/kg. Pada konsumsi pakan yang tinggi, ayam ras pedaging, hanya dibubuhkan kebutuhan
konsentrasi gizi dapat diturunkan dan pada tingkat protein, energi, asam amino lisin, metionin, dan asam
konsumsi pakan yang rendah, konsentrasi gizi harus amino metionin + sistin, kalsium (Ca), dan fosfor
dinaikkan untuk menjamin terpenuhinya berat gizi tersedia (P tersedia) atau P total (Tabel 2). Kebutuhan
yang dikonsumsi/ekor/hari (SCOTT et al., 1982). protein untuk ayam petelur berumur 0 – 6 minggu
Penjelasan ini juga berlaku pada kebutuhan gizi yang adalah 18% dan turun menjadi 16% dengan minimum
dianjurkan oleh SNI (2008) untuk unggas lainnya pada 15% pada ayam petelur yang berumur 6 – 12 minggu
artikel ini seperti untuk ayam ras petelur, ayam dan turun lagi menjadi 15% untuk ayam petelur
kampung, dan burung puyuh. berumur 12 – 18 minggu, kemudian naik menjadi 17%

Tabel 2. Kebutuhan gizi ayam ras petelur

Umur (minggu)
Gizi
0 – 6 (starter) 6 – 12 (grower) 12 – 18 (developer) > 18 (layer)
Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00) 10,00 (maks. 14,00)
Protein (%) 18,00 (min. 18,00) 16,00 (min. 15,00) 15,00 17,00 (min. 16,00)
Energi (kkalEM/kg) 2850 (min. 2700) 2850 (min. 2600) 2900 2900 (min. 2650)
Lisin (%) 0,85 (min.0,90) 0,60 (min. 0,50) 0,45 0,52 (min. 0,80)
Metionin (%) 0,30 (min. 0,40) 0,25 (min. 0,30) 0,20 0,22 (min. 0,35)
Metionin + sistin (%) 0,62 (min. 0,60) 0,52 (min. 0,50) 0,42 0,47 (min. 0,60)
Ca (%) 0,90 (0,90 – 1,20) 0,80 (0,90 – 1,20) 0,80 2,00 (3,25 – 4,25)
P tersedia (%) 0,40 (min. 0,35) 0,35 (min. 0,35) 0,30 0,32 (min. 0,32)
P total (%) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)) (0,60) (0,60 – 1,00)

Sumber: NRC (1994); ( ) SNI (2008)

176
PIUS P. KETAREN: Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia

dengan minimum 16% pada umur > 18 minggu atau (starter), 12 – 22 minggu (grower), dan > 22 minggu
pada saat ayam telah mulai bertelur. Pola kenaikan (layer) (Tabel 3). Jenis kebutuhan gizi ayam kampung
kebutuhan protein ini juga sama dengan kenaikan hanya dibatasi yang paling penting saja yaitu: protein,
kebutuhan, lisin, metionin, asam amino metionin + energi, asam amino lisin, asam amino metionin,
sistin kalsium (Ca), fosfor (P) tersedia dan P total kalsium (Ca), dan fosfor (P) total.
karena kebutuhan semua gizi tersebut meningkat begitu Kebutuhan protein pada umur 0 – 12 minggu
ayam mulai bertelur. Sebaliknya, kebutuhan energi sebanyak 15 – 17%, turun menjadi 14% pada umur 12
praktis sama yaitu berkisar dari 2850 – 2900 kkal – 22 minggu dan > 22 minggu. Pola penurunan ini
EM/kg pakan untuk seluruh umur. diikuti oleh kebutuhan fosfor (P) untuk ayam kampung.
Seperti halnya pada kebutuhan gizi ayam Sebaliknya, kebutuhan energi, lisin, metionin, dan
pedaging, kebutuhan protein dan asam amino ayam kalsium (Ca) tinggi pada umur 0 – 12 minggu, turun
petelur anjuran SNI (2008) pada umumnya lebih pada umur 12 – 22 minggu dan naik lagi pada umur >
rendah dibandingkan dengan NRC (1994). Disamping 22 minggu setelah ayam kampung mulai bertelur.
SNI (2008) menggunakan nilai minimum, NRC (1994) Kenaikan kebutuhan Ca pada ayam kampung pada
mencantumkan kebutuhan gizi sesuai konsumsi pakan umur > 22 minggu tersebut (juga ternak unggas petelur
ayam petelur. Dengan demikian, tingkat konsumsi lainnya), karena dibutuhkan lebih banyak Ca untuk
pakan menentukan persentase gizi dalam pakan. pembentukan kerabang telur.
Persentase gizi dalam pakan menurun pada ayam
petelur yang tingkat konsumsinya naik. Sebagai Kebutuhan gizi itik petelur lokal
contoh: kebutuhan asam amino lisin ayam petelur pada
tingkat konsumsi pakan 80 g/ekor/hari = 0,86% dan Telah banyak dilakukan penelitian tentang
turun menjadi 0,69% pada tingkat konsumsi pakan
kebutuhan protein dan energi pada itik petelur lokal.
sebanyak 100 g/ekor/hari. Jika dihitung kebutuhan lisin
Dari hasil-hasil penelitian tersebut, SINURAT (2000)
dalam unit g/ekor/hari, maka nilai kedua tingkat
menyusun rekomendasi kebutuhan gizi itik petelur
persentase lisin yang berbeda di atas persis sama yaitu pada berbagai umur (Tabel 4). National Research
0,69 g lisin/ekor/hari (0,86/100 x 80 = 0,69/100 x 100 Council (NRC, 1994) tidak menyediakan data tentang
= 0,69). Bahkan AFTAB et al. (2006) melaporkan
kebutuhan gizi untuk itik petelur tapi hanya
bahwa kandungan protein pakan dapat diturunkan
menyediakan informasi untuk itik Pekin putih yang
sekitar 10% dari rekomendasi NRC (1994) dengan
tergolong tipe dwiguna. Oleh karena itu, kebutuhan
menggunakan asam amino sintetis yang tingkat
gizi itik petelur dan terutama itik pedaging untuk
kecernaannya lebih tinggi dari asam amino dalam Indonesia perlu ditetapkan lebih lanjut melalui
pakan. penelitian nutrisi terutama untuk melengkapi informasi
Tingkat protein dalam pakan sebaiknya “cukup”,
kebutuhan gizi dalam negeri. Rekomendasi yang
karena kelebihan kandungan protein dan asam amino
tersedia saat ini dikelompokkan berdasarkan umur
dalam pakan unggas menyebabkan harga pakan naik
yaitu: pakan starter untuk itik berumur 0 – 8 minggu,
dan juga mengakibatkan polusi lingkungan (AFTAB et
pakan grower untuk itik berumur 9 – 20 minggu, dan
al., 2006) pakan petelur untuk itik berumur lebih dari 20 minggu.
KETAREN dan PRASETYO (2007) melaporkan bahwa
Kebutuhan gizi ayam kampung kebutuhan gizi untuk itik petelur pada fase pertumbuhan
umur 1 – 16 minggu cenderung lebih rendah yaitu
Kebutuhan gizi ayam kampung dikelompokkan ke sekitar 85% dari rekomendasi pada Tabel 4.
dalam tiga kelompok umur yaitu: 0 – 12 minggu Selanjutnya dilaporkan bahwa kebutuhan gizi untuk

Tabel 3. Kebutuhan gizi ayam kampung*

Umur (minggu)
Gizi
Starter 0 – 12 Grower 12 – 22 Layer 22
Protein (%) 15,00 – 17,00 14,00 14,00
Energi (Kkal EM/kg) 2600 2400 2400 – 2600
Lisin (%) 0,87 0,45 0,68
Metionin (%) 0,37 0,21 0,22 – 0,30
Ca (%) 0,90 1,00 3,40
P tersedia (%) 0,45 0,40 0,34

*Sumber: SINURAT (1991)

177
WARTAZOA Vol. 20 No. 4 Th. 2010

Tabel 4. Kebutuhan gizi itik petelur pada berbagai umur

Gizi Starter (0 – 8 minggu) Grower (9 – 20 minggu) Layer (> 20 minggu)


Kadar air (%) (maks. 14,0) (maks. 14,0) (maks. 14,0)
Protein kasar (%) 17 – 20 (min 18) 15 – 18 (min 14,0) 17 – 19 (min 15)
Energi (kkal EM/kg) 3.100 (min. 2700) 2.700 (min. 2600) 2.700 (min. 2650)
Lisin (%) 1,05 (min. 0,90) 0,74 (min. 0,65) 1,05 (min. 0,80)
Metionin (%) 0,37 (min. 0,40) 0,29 (min. 0,30) 0,37 (min. 0,35)
Metionin + sistin (%) (min. 0,60) (min. 0,50) (min. 0,60)
Ca (%) 0,6 – 1,0 (0,90 – 1,20) 0,6 – 1,0 (0,90 – 1,20) 2,90 – 3,25 (3,00 – 4,00)
P tersedia (%) 0,6 (min. 0,40) 0,6 (min. 0,40) 0,6 (min. 0,35)
P total (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)

Sumber: SINURAT (2000); ( ) SNI (2008)

itik petelur fase produksi 6 bulan pertama cenderung diperhatikan dan disesuaikan dengan konsentrasi gizi
lebih rendah (± 3%) dibandingkan dengan kebutuhan dalam % untuk menjamin kebutuhan gizi tersebut
gizi pada fase produksi 6 bulan kedua (KETAREN dan dalam g/ekor/hari.
PRASETYO, 2002a; b).
Kebutuhan gizi itik pedaging lokal
Kebutuhan gizi burung puyuh
Informasi kebutuhan gizi untuk itik pedaging di
Kebutuhan gizi burung puyuh hanya dibagi ke Indonesia belum tersedia karena itik pedaging juga
dalam tiga kelompok umur yaitu: starter, grower dan belum umum diternakkan (KETAREN, 2001).
layer. Kebutuhan protein, asam amino lisin, metionin, Kebutuhan gizi itik petelur dan itik pedaging hampir
dan kebutuhan metionin + sistin menurun dengan sama kecuali kebutuhan protein lebih tinggi untuk itik
bertambahnya umur burung puyuh. Sebaliknya, Pekin. Itik Serati, yang dikelompokkan sebagai itik
kebutuhan energi tetap dan kebutuhan Ca dan P naik pedaging, membutuhkan protein lebih rendah
begitu burung puyuh mulai bertelur karena Ca dibandingkan dengan kebutuhan protein untuk itik
dibutuhkan lebih banyak pada saat burung puyuh mulai petelur maupun itik Pekin (KETAREN, 2002). Beberapa
bertelur untuk memenuhi kebutuhan Ca untuk tahun terakhir ini peternak mulai menggemukkan itik
pembentukan kerabang telur. jantan dan itik Serati (= Mule duck: hasil persilangan
Seperti pada kebutuhan gizi ayam pedaging, dan antara entok dengan itik) selama 2 bulan dan kemudian
ayam ras petelur, kebutuhan gizi untuk burung puyuh dijual sebagai itik pedaging/potong. Disamping itu,
anjuran SNI (2008) juga lebih rendah dibandingkan berbagai restoran menyediakan menu itik Pekin yang
dengan anjuran NRC (1994) dengan penjelasan yang sebagian masih di impor dalam bentuk karkas.
sama. Juga konsumsi pakan dalam g/ekor/hari perlu

Tabel 5. Kebutuhan gizi burung puyuh

Gizi Starter Grower Layer


Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,0) 10,00 (maks. 14,0) 10.00 (maks. 14,0)
Protein (%) 24,0 (min. 19,0) 24,0 (min. 17,0) 20,0 (min. 17,0)
Energi (Kkal EM/kg) 2900 (min. 2800) 2900 (min. 2600) 2900 (min. 2700)
Lisin (%) 1,30 (min. 1,10) 1,30 (min. 0,80) 1,00 (min. 0,90)
Metionin (%) 0,50 (min. 0,40) 0,50 (min. 0,35) 0,45 (min. 0,40)
Metionin + sistin (%) (min. 0,60) (min. 0,50) (min. 0,60)
Ca (%) 0,80 (0,90 – 1,20) 0,80 (0,90 – 1,20) 2,50 (2,50 – 3,50)
P tersedia (%) 0,30 (min. 0,40) 0,30 (min. 0,40) 0,35 (min. 0,40)
P total (%) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)

Sumber: NRC (1994); ( ) SNI (2008)

178
PIUS P. KETAREN: Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia

Kandungan gizi pakan unggas komersial produksi mengandung 2600 kkal/kg sementara kandungan gizi
pabrik pakan lainnya sesuai rekomendasi termasuk kandungan
protein 16%, maka dapat diprediksi akan terjadi
Kandungan gizi pakan unggas yang diproduksi peningkatan konsumsi pakan normal dari
oleh berbagai pabrik pakan komersial dapat dilihat 100g/ekor/hari menjadi 265 x 1000/2600 = 102
pada Tabel 6. Kandungan gizi dalam Tabel ini g/ekor/hari untuk memenuhi kebutuhan energinya
dirangkum dari berbagai leaflet spesifikasi produk sebanyak 265 kkal/ekor/hari (102/1000 x 2600 = 265).
berbagai pabrik pakan unggas. Kandungan gizi yang Dengan demikian maka konsumsi protein menjadi
tertera dalam Tabel 6 adalah kandungan protein, energi berlebih sebanyak 2 x 16/100 = 0,32 g/ekor/hari atau
metabolis, kalsium (Ca), dan kandungan fosfor (P). dari yang semestinya hanya sebanyak 100 x 16/100 =
Dengan melakukan perbandingan antara kandungan 16 g/ekor/hari menjadi 102 x 16/100 = 16,32
gizi pakan produksi pabrik pakan dengan kandungan kkal/ekor/hari. Dengan cara perhitungan yang sama,
gizi rekomendasi dan panduan maka diperoleh konsumsi asam amino lisin akan berlebih sebanyak 2 x
gambaran bahwa semua kandungan gizi berada di 0,80/100) = 0,016 g/ekor/hari. Perhitungan ini
dalam kisaran rekomendasi dan panduan kebutuhan dibandingkan dengan panduan minimum kandungan
gizi kecuali kandungan energi ayam ras layer yang gizi dan kekurangannya akan jauh lebih besar jika
semestinya panduan minimum 2650 kkal/kg dan di dibandingkan dengan nilai anjuran Tabel 4 yaitu nilai
dalam spesifikasi produk pabrik pakan (Tabel 6) masih rekomendasi energi sebanyak 2700 kkal/kg, atau
ada yang mencantumkan 2600 kkal/kg pakan. Begitu kekurangannya akan jauh lebih besar jika kandungan
pula panduan menganjurkan kandungan Ca itik petelur energi pakan yang sebenarnya ketika diberikan kepada
berada pada kisaran 2,90 – 4,00%, akan tetapi masih unggas ternyata kurang dari 2600 kkal EM/kg pakan.
ada yang menggunakan kadar Ca 2,80% dalam pakan Dengan kelebihan konsumsi protein dan asam amino
itik petelur. Kekurangan kandungan protein pada ayam tersebut akan mengakibatkan pemborosan penggunaan
ras layer dan Ca dalam produk pakan itik layer tersebut protein dan asam amino yang sebagian besar masih di
hanya sedikit saja, dan hampir bisa diabaikan. Secara impor dari luar negeri sebagai bahan pakan ternak.
teoritis, kekurangan energi pakan akan berakibat pada Analisis kekurangan atau kelebihan gizi pada
peningkatan konsumsi pakan unggas untuk memenuhi unggas pada prinsipnya akan menurunkan produksi jika
kebutuhan energinya. Peningkatan konsumsi pakan kurang dari rekomendasi/panduan dan akan terjadi
tersebut selanjutnya akan mengakibatkan peningkatan pemborosan pakan atau kurang efisien jika terjadi
konsumsi dalam satuan berat gizi lainnya seperti kelebihan konsumsi pakan. Oleh karena itu,
protein dan asam amino/ekor/hari. Sebagai contoh, perhitungan yang cermat dalam formulasi pakan patut
kandungan minimum energi pakan ayam ras layer = dilakukan dengan tepat terutama dengan kebutuhan gizi
minimum 2650 kkal energi metabolis/kg, dengan unggas dan tingkat konsumsi pakan. Atau lebih tepat
konsumsi pakan normal untuk ayam ras layer 100 lagi, kandungan gizi pakan ternak yang digunakan
g/ekor/hari (NRC, 1994) maka konsumsi enegi seyogyanya didasarkan pada tingkat konsumsi pakan
semestinya = 100/1000 x 2650 = 265 kkal/ekor/hari; dan rekomendasi satuan berat gizi/unit/ekor/hari.
jika pabrik pakan memproduksi pakan yang

Tabel 6. Kandungan gizi pakan yang diproduksi berbagai pabrik pakan unggas*

Jenis pakan Kadar air (%) Protein (%) EM (kkal/kg) Ca (%) P (%)
Ayam broiler starter Maks. 13,00 21,00 – 23,80 3025 – 3250 0,90 – 1,20 0,60 – 1,00
Ayam broiler finisher Maks. 13,00 18,00 – 21,80 3000 – 3300 0,80 – 1,20 0,60 – 1,20
Ayam ras layer pre Maks. 13,00 20,00 – 23,80 3000 – 3125 0,90 – 1,20 0,60 – 1,20
starter
Ayam ras layer starter Maks. 13,00 18,00 – 21,00 2750 – 3000 0,90 – 1,20 0,60 – 0,90
Ayam ras layer grower 10,00 – 13,00 15,00 – 18,00 2600 – 2750 0,90 – 1,20 0,60 – 0,90
Ayam ras layer 10,00 – 13,00 16,00 – 19,50 2600 – 2900 3,25 – 4,00 0,60 – 1,00
Ayam kampung layer 10,00 – 13,00 14,00 – 18,50 2500 – 2700 3,30 – 4,00 0,60 – 0,90
Itik layer Maks. 13,00 17,00 – 18,00 2700 – 2800 2,80 0,70
Burung puyuh layer Maks. 13,00 20,00 – 22,00 2650 – 2900 3,50 – 4,00 0,60 – 0,80

*Leaflet spesifikasi produk berbagai pabrik pakan

179
WARTAZOA Vol. 20 No. 4 Th. 2010

KEBUTUHAN AIR UNTUK UNGGAS KETAREN, P.P. 2001. Mutu pakan ternak. Bebek Mania, Edisi
06 Juni 2001.
Unggas tanpa air minum akan lebih menderita dan KETAREN, P.P. 2002. Kebutuhan gizi itik petelur dan
bahkan lebih cepat mati dibandingkan dengan ayam pedaging. Wartazoa 12(2): 37 – 45.
tanpa pakan. Hal ini mudah dimengerti karena sekitar
KETAREN, P.P. dan L.H. PRASETYO. 2002a. Pengaruh
58% dari tubuh ayam dan 66% dari telur adalah air pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik
(ESMAIL, 1996). Air juga dapat berfungsi sebagai silang Mojosari × Alabio (MA): 1. Masa bertelur fase
sumber berbagai mineral seperti Na, Mg dan Sulfur. pertama umur 20 – 43 minggu. JITV 7(1): 38 – 45.
Oleh karena itu, mutu air akan menentukan tingkat
kesehatan ternak unggas. Air yang sesuai untuk KETAREN, P.P. dan L.H. PRASETYO. 2002b. Pengaruh
pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik
konsumsi manusia pasti sesuai untuk konsumsi ternak
silang Mojosari × Alabio (MA): 2. Masa bertelur fase
unggas. Air harus bersih, sejuk dengan pH antara 5 – 7, kedua umur 44 – 67 minggu. JITV 7(2): 76 – 83.
tidak berbau, tawar/tidak asin dan tidak mengandung
racun, serta tidak tercemar oleh mikroba dari kotoran. KETAREN, P.P. 2007. Peran itik sebagai penghasil telur dan
Jumlah kebutuhan air untuk unggas secara umum daging nasional. Wartazoa 17(3): 117 – 127.
diperkirakan sebanyak dua kali dari kebutuhan KETAREN, P.P. dan L.H. PRASETYO. 2007. Pengaruh
pakan/ekor/hari. ESMAIL (1996) mengestimasi bahwa pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik
konsumsi air untuk ayam akan meningkat sebanyak 7% silang Mojosari × Alabio (MA): Masa pertumbuhan
setiap kenaikan temperatur udara lingkungan 1C mulai sampai bertelur pertama. JITV 12(1): 10 – 15.
dari temperatur di atas 21C. LEESON, S. and J.D. SUMMERS. 1991. Commercial Poultry
Kandungan maksimum Ca, Mg, Fe, nitrit dan Nutrition. University Books, Guelph, Ontario. 283 p.
sulfur dalam air minum unggas masing-masing NATIONAL RESEARCH COUNCIL (NRC). 1994. Nutrient
berturut-turut 75, 200, 0,3 – 0,5, 0 dan 25 mg/l. Requirement of Poultry. National Academy Press,
Kelebihan mineral tersebut dalam air akan Washington, D.C.
mengganggu pencernaan, dan selanjutnya
mempengaruhi penampilan unggas. NORTH, M.O. 1984. Commercial Chicken Production Manual
(3rd Ed.). The AVI publishing Company, Inc.,
Westport, Connecticut, USA. 710 p.
KESIMPULAN PARSONS, C.M. 2002. Digestibility and bioavailability of
protein and amino acids. In: Poultry Feedstuffs:
Kebutuhan gizi unggas ini dapat dijadikan sebagai Supply, Composition, and nutritive value MCNAB,
patokan perkiraan kebutuhan gizi untuk berbagai jenis J.M. and K.N. BOORMAN (Eds.). CABI Publishing,
dan bangsa unggas pada berbagai umur. Dengan CAB International, Wallingford, Oxon, UK pp. 115 –
berpedoman pada kebutuhan gizi di atas maka unggas 135.
yang dipelihara dapat tumbuh dan berproduksi lebih POINTILLART, A. 1988. Phytate phosphorus utilization in
baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan standar growing pigs. Proc. 4th International Seminar on
kebutuhan gizi pakan. Digestive Physiology in the pig. Polish Academy of
Sciences, Jablonna pp. 319 – 326.

DAFTAR PUSTAKA SCOTT, M.L., M.C. NESHEIM and R.J. YOUNG. 1982. Nutrition
of the Chicken 3rd Ed. M.L. Scott and Associates,
AFTAB, U., M. ASHRAF and Z. JIANG. 2006. Low protein diets Publishers, Ithaca, New York, USA. 175 p.
for broilers. World’s Poult. Sci. 62(4): 688 – 701. SINURAT, A.P. 1991. Penyusunan ransum ayam buras.
CARRE, B. 2002. Carbohydrate chemistry of the feedstuffs Wartazoa 2: 1 – 4.
used for poultry. In: Poultry Feedstuffs: Supply, SINURAT, A.P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan
Composition, and Nutritive Value. MCNAB, J.M. and itik. Pelatihan Proyek Pengembangan Agribisnis
K.N. BOORMAN (Eds.). CABI Publishing, CAB Peternakan. Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni
International, Wallingford, Oxon, UK. pp. 688 – 701. 2000.
CROMWELL, G.L. 1989. Requirements, biological availability SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA). 2008. Kumpulan SNI
of calcium, phosphorus for swine evaluated. Bidang Pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non
Feedstuffs 60(23): 16 – 25. Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan,
ESMAIL, S.H.M. 1996. Water: The vital nutrient. Poult. Int. Departemen Pertanian, Jakarta.
Watt Publishing Co., Illinois. 58 p.

180

Anda mungkin juga menyukai