Kelompok I
A. Latar Belakang
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks
bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan
sebagai tempat pemotongan hewan (Suardana dan Swacita 2009). Rumah Potong
Hewan (RPH) juga sumber daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
protein hewani, agar mutu dan kualitas daging yang dihasilkan memenuhi standar
yang telah ditentukan maka rumah potong hewan harus memiliki ijin dari
pemerintah setempat. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas daging, susu atau
kesehatan hewan diperlukan juga kebersihan kandang atau sanitasi kandang.
Grooming hewan dan limbah ternak yang diproses untuk menghasilkan pupuk
ternak yang digunakan untuk diperjualbelikan untuk tanaman.
Pengertian sanitasi menurut UU No.7 tahun 1996 merupakan upaya
pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya renik
pembusuk dan pathogen dalam pakan, minum, peralatan yang dapat
membahayakan manusia serta hewan (Praowo 2003). Grooming adalah
pembersihan badan kuda dengan mengguakan sikat besi dan sikat halus, yang
dilakukan searah bulu kuda atau membentuk bulatan pada badan kuda. Fungsi
dari grooming adalah untuk membersihkan badan kuda dari kotoran atau tungau
(kutu) yang ada dibadan kuda serta mencegah terjadinya penyakit pada kuda
(Mills dan Nankervis 2003). Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit
telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain
(Sihombing 2000).
Kuda (Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak
orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai
hewan piaraan, hewan olah raga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal ini
disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan, dan
ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia. Kuda sebagai ternak
herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan mempunyai
arti yang penting dalam makanan kuda (Rukmana 2005). Performan yang
dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang
mempunyai kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus pula.
Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga
sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan
performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan
pakan kuda (Praowo 2003).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui peran dokter hewan dan
paramedis terhadap pemotongan hewan. Serta mengetahui fungsi dari Rumah
Potong Hewan itu sendiri. Sebagai sarana produksi daging, sebagai instansi
pelayanan masyarakat yakni untuk menghasilkan kualitas daging yang baik dan
dalam merancang tata ruang RPH perlu diperhatikan untuk menghasilkan daging
kualitas baik serta tidak membahayakan masyarakat jika dikonsumsi sehingga
harus memenuhi persyaratan kesehatan veteriner.
METODE
Alat yang digunakan tali, pisau atau golok tajam, alat pelindung diri dan
peregang karkas. Bahan yang digunakan kuda yang akan di lakukan pemotongan
Prosedur Percobaan
PEMBAHASAN
Gambar 1. Instalasi
Penelitian
(Darmanto et.al 2012).
Keterangan gambar:
1. Digester (Ø 300 mm,L 420 mm,Vol 30 L)
2. Tabung penampung gas
3. Thermo kontrol
4. Thermo kopel
5. Heater
6. Saluran masuk substrat
7. Katup
8. Sensor pengukur tekanan dan termokopel (Tabung penampung gas)
9. Termometer payung (Digester)
10. Data logger dan komputer
SIMPULAN
Peran dokter hewan pada RPH adalah melakukan pengawasan higiene produk
RPH, penerapan terhadap kesejahteraan hewan pada tiap proses pemotongan,
sanitasi pada lingkungan RPH, pemeriksaan status kesehatan hewan, serta
memantau pengolahan limbah dari RPH. Fungsi RPH itu sendiri sebagai sarana
produksi daging, sebagai instansi pelayanan masyarakat yakni untuk
menghasilkan kualitas daging yang baik dan dalam merancang tata ruang RPH
perlu diperhatikan untuk menghasilkan daging kualitas baik serta tidak
membahayakan masyarakat jika dikonsumsi sehingga harus memenuhi
persyaratan kesehatan veteriner.
DAFTAR PUSTAKA
Eccleston, Kellie Joan. 2009. Animal Welfare di Jawa Timur: Model Pendidikan
Kesejahteraan Binatang di Jawa Timur. FISIP Universitas
Muhammadiyah: Tidak diterbitkan.
Hidayati YA, Marlina TA, Tb.Benito AK, Harlia E. 2010. Pengaruh Campuran
Feses SapiPotong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap
Kualitas Kompos. Vol.XIII, No. 6: 300.
Martono, S. 2006. Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Berat Badan Kuda di
Segoroyoso Bantul. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada.
Praowo PP. 2003. Produksi dan Konsumen Daging Kuda. Jakarta (ID): Penerbar
Swadaya.
Santoso AA. 2010. Produksi Biogas Dari Limbah Rumah Makan Melalui
Peningkatan Suhu dan Penambahan Urea Pada Perombakan Anaerob ,
[Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Keempat. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higiene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip
Dasar. Denpasar (ID): Udayana University Press.
Rachmawati, A. 2008. Pendugaan Bobot Potong Dari Ukuran Tubuh dan Bobot
Karkas Dari Bobot Potong Sapi di RPH Boyolali. [Skripsi].
Yogyakarta(ID):Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.